OLEH
Bima Adi Wiryo
NIM: 11151030000016
OLEH
Bima Adi Wiryo
NIM: 11151030000016
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M/ 1439 H
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di
UTN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. ini telah saya
Semua sumber y?.ilg saya gunakan dalam penulisan
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
rnenerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tsima adirWiryo
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Laporan Penelitian
diajukan kepada Fakultas Kedokteran untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sadana Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Bima Adi Wirvo
NIM: 11151030000016
Pembimbing I
dr. Erike Anggraini S,M.Pd Sp.MK dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D.
NIP. 19810926 201101 2 007 NIP. 1 9770 1022005012007
FAKULTAS KEDOKTERAN
T]NTVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIT HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M fi439 H
111
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Pembimbing I PembimbinstrI
dr. Erike Anggraini S,M.Pd Sp.M K dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D.
NrP. 1981092620rt0r 2 007 NIP. 1 9770 1 02200 s0 12007
Penguji I Penguji II
w
KATA PENGANTAR
v
8. Teman-teman angkatan saya Arrafie yang senantiasa memberi dukungan
dan motivasi.
9. Mbak Novi selaku laboran Mikrobiologi. Mas irul selaku OB laboratorium
Mikrobiologi yang banyak membantu saya dalam menyelesaikan penelitian.
10. Teman yang berjasa dalam persidangan saya yaitu Rahman yang memberi
dukungan sebelum persidangan.
11. Seluruh pihak yang membantu, memberi semangat, serta motivasi dalam
penelitian ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
Saya menyadari dalam laporan penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya
harapkan agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan banyak
manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Penulis
vi
ABSTRAK
Bima Adi Wiryo. Fakultas Kedokteran. Perbandingan Skor Basil Tahan Asam
(BTA) Antara Teknik Konvensional (Ziehl Neelsen) Dengan Penambahan
Bleach 1% Pada Spesimen Sputum.
vii
ABSTRACT
Bima Adi Wiryo. Medical School. Comparison of Acid Resistant Basil Scores
(AFB score) Between Conventional Techniques (Ziehl Neelsen) With 1%
Bleach Addition to Sputum Specimens..
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN…………………………………… ii
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………. v
ABSTRAK…………………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... xiii
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….... 3
1.3 Hipotesis..............………………………………………………………. 4
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………... .. 4
ix
2.1.9 Faktor-fkator yang berhubungan dengan kejadian TB..............23
2.1.10 Cara Penularan Tuberkulosis...................................................25
2.1.11 Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA)…..................................25
2.1.12 Jenis Pemeriksaan Tuberkulosis……………………………...32
2.1.13 Sodium Hipoklorit (Bleach).....................................................35
2.2 Kerangka Teori.......………....................................................................41
2.3 Kerangka Konsep....................…………………………………………42
2.4 Definisi Operasional...............................................................................44
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….….60
4.1 Analisis Univariat............................................………………............... 60
4.2 Persentasi Hasil Skor BTA .....................…………………………....... 61
4.3 Analsis Bivariat..................……………………………………….........62
4.4 Pembahasan...........……………………………………………………. 64
4.4.1 Hasil Akurat dan Efektif.............................................................66
4.4.2 Keamanan ..................................................................................67
4.4.3 Kualitas Pewarnaan yang lebih bersih dan jernih.......................68
4.5 Keterbatasan Penelitian………………………………………………...69
4.6 Aspek Keislaman...........……………………………………………......69
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………………….....72
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 72
5.2 Saran………………………………………………………………...... 72
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….......74
LAMPIRAN 1……………………………………………………………….......79
LAMPIRAN 2………………………………………………………………….. 80
LAMPIRAN 3………………………………………………………………….. 81
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah BTA, dan kemungkinan mendapatkan hasil positif ....................19
Tabel 2.2 Interpretasi hasil pemeriksaan TB paru...................................................20
Tabel 2.3 Interpretasi pemeriksaan mikroskopis TB paru berdasarkan skala
IUATLD.................................................................................................................20
Tabel 2.4 Perbedaan pewarnaan Ziehl-Neelsen dan Tan Thiam Hok (Kinyoun-
Gabet).....................................................................................................................27
Tabel 2.5 Spesimen dahak yang berkualitas baik....................................................30
Tabel 2.6 Ukuran sediaan dahak.............................................................................31
Tabel 2.7 Kerataan spesimen..................................................................................32
Tabel 2.8 Berbagai macam pemerikaan khusus TB………………………………34
Tabel 2.9 Penggunaan Hipoklorit di Puskesmas………………………………….39
Tabel 2.10 Definisi Operasional.............................................................................43
Tabel 3.1 Alat-alat pewarnaan BTA.......................................................................48
Tabel 3.2 Bahan Pewarnaan BTA...........................................................................49
Tabel 4.1 Deskripsi Karakteristik Sampel.............................................................62
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hasil skor BTA.......................................................61
Tabel 4.3 Hasil uji chi-square skor BTA konvensional dengan Bleach 1%..........63
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR SINGKATAN
TB = Tuberkulosis
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Hipotesis
Terdapat perbedaan skor BTA antara kelompok yang diwarnai
menggunakan teknik konvensional (Ziehl Neelsen) dengan penambahan bleach
1%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan
keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi
bakteri dalam paru. TB paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma yang menimbulkan nekrosis yang khas pada jaringan,
nekrosisnya menghasilkan senyawa seperti keju yang dinamakan proses perkijuan
dan disebut sebagai nekrosis kaseosa. TB paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan TB aktif pada paru batuk, bersin atau bicara. Manusia adalah
satu-satunya tempat di mana kuman ini dapat berkembang biak. Keluarga kuman
ini bersifat tahan asam dan memerlukan pengecatan khusus, yaitu Ziehl Neelsen
agar tampak di mikroskop. Pada latar yang kontras kuman ini tercat merah muda.
Perlu sekitar 10.000 organisme per mililiter dahak untuk bisa memvisualisasikan
bakteri ini. 14
Mycobacterium Tuberculosis adalah bakteri berbentuk batang aerob yang
tidak membentuk spora. Meskipun bakteri ini tidak terwarnai dengan mudah, sekali
terwarnai, bakteri ini dapat menahan warnanya walaupun diberikan asam atau
6
7
alkohol dan oleh sebab itu, disebut basil tahan asam (BTA). Mycobacterium
Tuberculosis menyebabkan Tuberkulosis dan mikobakterium atipikal lainnya yang
sering menginfeksi penderita AIDS, adalah patogen oportunistik pada pasien yang
imunokompromais lainnya, dan kadang-kadang menyebabkan penyakit pada pasien
dengan sistem imun normal. Terdapat lebih dari 50 spesies mikobakterium,
termasuk banyak yang bersifat saprofit.15
Ada beberapa mikobakterium pathogen, tetapi hanya strain bovin yang
patogenik terhadap manusia. Basil Tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 mm,
ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah.16 Kini dikenal 41 spesies yang
diakui oleh ICSB (International Commite on Systematic Bacterilogical), sebagian
besar adalah saprofit. Sifat tahan asam Mycobacterium adalah Karena sifat dinding
sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan lemakyang terdiri dari asam lemak
mikolat. 17
Sama dengan Rhodococcus dan Nocardia, Mycobacteria merupakan
mikroba tahan asam, Tingkat ketahanan Mycobacteria terhadap asam bervariasi.
Mycobacteria ada yang bersifat patogen dan ada juga yang tidak patogen.
Mycobacteria tidak patogen ditemukan di lingkungan manusia, khususnya dalam
air. Mycobacteria lingkungan ini merupakan kontaminasi yang harus diantisipasi
agar tak mengacaukan hasil pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.18
Mycobacterium tidak dapat diwarnai dengan cara Gram, tetapi kalau
berhasil maka hasilnya adalah positif Gram. Dibandingkan dengan kuman lainya,
golongan Mycobacterium, tahan terhadap asam dan alkali sehinggga apabila bahan
spesimen mengandung kuman lain mudah dapat dibunuh dengan asam alkohol
sehingga spesimen menjadi lebih murni. Tetapi harus diperhatikan kepekatan zat
asam dan alkali Karena terlalu pekat juga dapat membunuh Mycobacterium. 17
Jika sudah terwarnai dengan bahan dasar (karbol fuchsin), organisme ini
warnanya tidak akan larut dengan alkohol, tanpa menghiraukan penambahan iodin.
Basil tuberkulosis sejati ditandai dengan "tahan asam" yaitu dengan senyawa 95%
etil alkohol yang mengandung 3% asam hidroklorat (asam-alkohol) dengan cepat
menghilangkan warna semua bakteri kecuali mikobakterium. 15
Termasuk dalam Mycobacteria yang secara medis penting adalah :
8
pertumbuhanya yang berkelompok. Bahan seperti malakit hijau atau zat antibakteri
(misalnya, penisilin) yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri lain dapat
dimasukkan ke dalam medium tanpa menghambat pertumbuhan basil tuberkulosis.
Asam dan basa memungkinkan beberapa basil tuberkel yang terpajan dapat hidup
dan digunakan unruk membantu mengeliminasi organisme pengkontaminasi dan
untuk "konsentrasi" spesimen klinis. Basil tuberkel tahan pengeringan dan dapat
hidup untuk waktu yang lama pada sputum yang dikeringkan.15
2.1.5 Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004
menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002,
dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Setiap detik ada satu
orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara
yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah
pendduduk, terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih
besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk. 21
Tuberkulosis masih merupakan penyakit penting sebagai penyebab
morbiditas dan mortalitas, dan tingginya biaya kesehatan Setiap tahun diperkirakan
9 juta kasus TB baru dan 2 juta di antaranya meninggal. Dari 9 juta kasus baru TB
di seluruh dunia, 1 juta adalah anak usia 25%.22
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013
sekitar 9 juta orang menderita tuberkulosis dan 1,5 juta diantaranya meninggal
dunia. Tahun 2013 diestimasikan 9 juta orang di dunia menderita Tuberkulosis, dan
lebih dari 56% tersebar di Asia Tenggara dan Pasifi k Barat. Pada tahun yang sama
Indonesia masuk dalam negara dengan beban tinggi Tuberkulosis dengan
menduduki peringkat ke-4 sebagai negara penyumbang penyakit tuberkulosis
setelah India, China, dan Afrika Selatan. 3
11
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau
penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi
BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
6. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
7. Kasus bekas TB
Apabila hasil pemeriksaan dahak BTA negatif dan gambaran radiologik
paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik serial
menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT yang
adekuat akan lebih mendukung. Dan apabila pada kasus dengan gambaran
radiologik meragukan lesi TB aktif, namun setelah mendapat pengobatan
OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologik.21
Klasifikasi tersebut dapat dilihat dalam skema dibawah :
e. Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila filtrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
f. Sesak nafas
Sesak nafas akan timbul apabila penyakit sudah lanjut (kronis),
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
Sedangkan gejala khusus TB yang lebih spesifik dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. 2
(bronchoalveolar lavage), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum
halus/BJH).21
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru,
dan lain-lain. 2
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan
dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau
lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasilitas,
spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum
dikirim ke laboratorium.21
1. Pemeriksaan dahak
Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung Pemeriksaan dahak
berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan
menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis
dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam
dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu
(SPS):
• S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang
berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien
membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari
kedua.
• P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di
fasyankes.
• S (sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi. 21
18
1. Tipe eksudatif, Terdiri dari inflamasi yang akut dengan edema, sel-sel
leukosit polimorfonuklear dan menyusul kemudian sel-sel monosit yang
mengelilingi basil tuberkulosis. Kelainan ini terlihat terutama pada jaringan
paru dan mirip pneumonia bakteri. Penyembuhan dapat terjadi secara
sempurna sehingga seluruh eksudat diabsorpsi atau dapat berkembang
menjadi nekrosis yang luas atau berubah menjadi tipe 2 (tipe produktif).
Dalam masa eksudatif ini tuberkulin adalah positif.
2. Tipe produktif, Apabila sudah matang prosesnya lesi ini berbentuk
granuloma yang kronik, terdiri dari tiga zona: zona sentral dengan sel
raksasa yang berinti banyak dan mengandung kuman tuberkulosis. Zona
tengah yang terdiri dari sel-sel epiteloid yang tersusun radial. Zona tengah
yang terdiri dari fibroblas, limfosit dan monosit. Lambat laun zona luar akan
berubah menjadi fibrotik dan zona sentral akan mengalami perkijuan.
Kelainan seperti ini disebut tuberkel. Tuberkel yang berkiju dapat pecah
kedalam bronkus dan menjadi kaverna. Kesembuhan dapat terjadi melalui
proses fibrosis atau perkapuran.26
yang kecil membuat orang tidak dapat layak dengan memenuhi syarat-
syarat kesehatan.
2. Status gizi : Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin,
zat besi dan Iain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang
sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB.
3. Umur : Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia
produktif 15-50 tahun . Dengan terjadinya transisi demografi saat ini
menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia
lanjut lebih dari 55 tahun system imunolosis seseorang menurun, sehingga
sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB paru.
4. Jenis kelamin: Penderita Menurut Hiswani yang dikutip dari WHO,
sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang
meninggal aikibat TB paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum
perempuan lebih banyak terjadi.29
Disamping faktor medis. Faktor sosial ekonomi dan budaya, sikap dan
perilaku yang sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan sebagaimana
diuraikan di bawah ini: A . Faktor Sarana : (1) Tersedianya obat yang cukup dan
kontinu, (2) Dedikasi petugas kesehatan yang baik , (3) Pemberian regiment OAT
yang adekuat. B. Faktor penderita : (1) Pengetahuan penderita yang cukup
mengenai penyakit TB paru. Cara pengobatan dan bahaya akibat berobat tidak
adekuat, (2) Cara menjaga kondisi tubuh yang baik dengan makanan bergizi. cukup
istirahat, hidup teratur dan tidak minum alcohol atau merokok. (3) Cara menjaga
kebersihan diri dan lingkungan dengan tidak membuang dahak sembarangan, bila
batuk menutup mulut dengan saputangan, jendela rumah cukup besar untuk
mendapat lebih banyak sinar matahari. (4) Sikap tidak perlu merasa rendah diri atau
hina karena TB paru adalah penyakit infeksi biasa dan dapat disembuhkan bila
berobat dengan benar. (5) Kesadaran dan tekad penderita untuk sembuh, B. Faktor
keluarga dan masyarakat lingkungan : (1) Dukungan keluarga sangat menunjang
keberhasilan pengobatan seseorang dengan cara selalu mengingatkan penderita
agar minum obat, pengertian yang dalam terhadap penderita.30
25
Hasil negatif mikroskopik pada bahan dahak dapat diperbaiki dengan cara
homogenisasi dan sentrifugasi. Cara homogenisasi yang sering digunakan adalah
cara kubica yang dilakukan dengan mencampurkar NaOH 4%, Caranya ialah
sebagai berikut: Dahak 2ml + 2ml larutan NaOH 4% + 0,004% merah fenol
(indikator). Setelah dikocok dengan tangan sebentar, lalu dikocok dengan mesin
pengguncang selama 10 menit. Kemudian disentrifugasi selama 15 menit pada 3000
putaran per menit. Cairan supernatan dibuang dan endapannya diteteskan 1-2 tetes
HCl 2N sampai warna kuning, lalu dititrasi kembali dengan NaOH 4% tetes demi
tetes sehingga larutan berwarna merah muda seperti semula.17
Identifikasi bakteri (morfologi/bentuk) memerlukan suatu pewarnaan yang
menggunakan zat-zat warna yang telah ditentukan. Zat warna yang banyak
digunakan antara lain adalah fuschin karbol, methylen blue, dan asam alkohol. Agar
bakteri dapat diwarnai , sebelumnya harus dibuat sediaan di atas kaca objek
(pulasan), dimana pulasan nantinya dikeringkan pada suhu kamar dan bakteri
difiksasi dengan pemanasan di atas nyala api. Setelah dingin pulasan diwarnai
dengan zat warna tertentu sesuai dengan pemeriksaan apa yang diinginkan. 33
Ziehl Neelsen (ZN) adalah teknik pewarnaan untuk mengetahui adanya
Basil Tahan Asam (BTA). Disebut BTA karena pada beberapa jenis bakteri sukar
dilakukan pengecatan namun setelah mendapat pengecatan/pewarnaan, dinding
27
bakteri tahan terhadap pencucian dengan asam tidak mudah untuk dilunturkan
dengan menggunakan zat peluntur (decolorizing agent) seperti asam alkohol.33
Pewarnaan BTA dapat dibagi menjadi beberapa tahap
1. Tahap Pra-Analitik
Tahap Pra Analitik yaitu prosedur tetap cara pengumpulan sputum,
persiapan pasien, memberikan bimbingan kepada pasien tentang cara pengumpulan
sputum, waktu pengumpulan dahak dan lokasi pengumpulan sputum.
Pengumpulan sputum dilakukan di ruang terbuka dan mendapat sinar
matahari langsung atau di ruangan dengan ventilasi yang baik, untuk mengurangi
kemungkinan penularan akibat percikan sputum yang infeksius. Jangan mengambil
sputum di ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk, misalnya: Kamar kecil /
toilet, ruang kerja (ruang pendaftaran, ruang pengumpulan sampel, laboratorium,
dsb), Ruang tunggu, dan ruang umum lainnya. Syarat pot sputum yang ideal adalah
pot yang sekali pakai, bahan kuat, tidak bocor dan tidak mudah pecah, tutup berulir,
dapat menutup rapat, plastik jernih/ tembus pandang, mulut lebar, diameter 6 cm,
dan dapat ditulisi dengan pena. Pot sputum yang tidak dianjurkan adalah pot yang
tidak tembus pandang, terlalu kecil dan tutupnya tidak berulir.8
Berikut adalah jenis-jenis sputum :
A B C D
yang diperoleh tetap tidak memenuhi syarat, petugas lab tetap harus melakukan
pemeriksaan dengan memilih bagian yang paling kental, beri catatan apabila
spesimen tidak memenuhi syarat ataupun hanya air liur (gambar D). Kualitas dahak
dilakukan dengan cara melihat warna dan kekentalan dahak tanpa membuka tutup
pot dahak, karena itu pot dahak harus terbuat dari bahan yang transparan dan
bening.8
2. Tahap Analitik
Tahap analitik terdiri dari pembuatan sediaan preparat, fiksasi preparat,
pewarnaan, pembacaan mikroskopis, pencatatan dan pelaporan, dan pengolahan
limbah. Semua langkah tersebut harus menggunakan alat sesuai standar
kelengkapan alat dapat dibuat dalam bentuk. Pengecekan identitas juga harus sesuai
dengan standar dan dilakukan pengecekan ulang. 34
Berikut penilaian sediaan yang belum diwarnai, sebelum melakukan
pewarnaan sediaan dapat dinilai ketebalannya dengan meletakkan sediaan yang
kering 4-5 cm di atas koran. Sediaan yang baik apabila kita masih dapat melihat
tulisan secara samar. Sediaan yang terlalu tipis dapat ditambahi dengan dahak,
dengan catatan sediaan belum kering sehingga tidak menimbulkan aerosol. Sediaan
yang terelalu tebal harus dibuang dan diganti dengan membuat sediaan baru.
Penilaian sediaan yang telah diwarnai kemudian evaluasi kualitas sediaan dahak
dilakukan dengan penilaian terhadap 6 unsur dengan mempergunakan skala sarang
laba-laba. Sediaan yang baik harus memperlihatkan sarang laba-laba yang penuh.18
Gambar 2.6 Skema skala sarang laba-laba (Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan,
2012)18
29
Bakteri tahan asam akan terlihat berwarna merah sedangkan bekteri tidak
tahan asam akan melarutkan Karbol fuchsin sehingga sel bakteri tidak berwarna
merah. Setelah penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak
tahan asam akan berwarna biru.
Gambar 2.7 Pewarnaan BTA yang terdapat endapan kristal dan sisa zat
warna.8 (Sumber : Buku Panduan Pemeriksaan Sputum, 2015)
Pada sediaan yang baik tampak jelas kontras antara BTA dan warna latar,
bersih dan tidak tampak sisa zat warna. Pada waktu dilihat di bawah mikroskop
akan terlihat seperti di bawah ini:
30
dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang
(setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter
yang terlatih TB.8
1. Pemeriksaaan Bakteriologis
• Pemeriksaan Mikroskopis
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Neelsen, Mikroskopik
fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin, khususnya untuk screening)
• Pemeriksaan Biakan
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis
pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga
Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi
MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya
pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun
pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang
timbul.55
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar adalah foto toraks Posterior-Anterior. Pemeriksaan
lain atas indikasi ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana
pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada
beberapa kasus dengan hapusan positif perlu dilakukan foto toraks curiga adanya
komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks). Pada foto radiologi akan terdapat
bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan segmen
superior lobus bawah paru.55
3. Pemeriksaan Khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional.
Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat
mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
34
Uji Serologis
Enzym linked Uji serologi yang dapat mendeteksi respons humoral
immunosorbent assay berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.
(ELISA)
35
Stabilitas dan umur simpan dari solusi sodium hipoklorit tergantung pada
lima faktor utama: Konsentrasi hipoklorit, PH larutan, suhu larutan, konsentrasi
kotoran tertentu yang mengkatalisis dekomposisi, dan paparan cahaya. Sodium
hipoklorit konsentrasi rendah terurai lebih lambat dari larutan hipoklorit konsentrasi
tinggi. Lima belas persen berat natrium hipoklorit akan terurai sekitar 10 kali lebih
cepat dari 5% berat natrium hipoklorit pada 25 ° C. PH memiliki efek yang
signifikan terhadap stabilitas larutan natrium hipoklorit. Di bawah pH 11
dekomposisi natrium hipoklorit adalah signifikan karena pergeseran keseimbangan
yang mendukung asam hipoklorit yang lebih reaktif. Alkalinitas yang sangat tinggi
akan merusak tekstil dan menghambat tindakan pemutihan dan desinfektan dari
hipoklorit. Suhu mempengaruhi stabilitas larutan hipoklorit. Perawatan harus
diambil untuk menjaga solusi dari panas, karena suhu yang lebih tinggi
meningkatkan laju dekomposisi. Lima belas persen natrium hipoklorit terurai lima
kali lebih cepat pada 45 ° C dibandingkan pada 25 ° C.39
natrium hidroksida berlebih dalam produk akhir. Proses pembuatan untuk membuat
pemutih bisa dalam batch atau terus-menerus dan menggunakan klorin gas atau
cair. Biasanya mereka terus menerus dan menggunakan klorin cair. Proses
manufaktur dapat dipecah menjadi beberapa pengenceran, klorinasi, filtrasi dan
distribusi. Di atas adalah diagram alur proses yang sederhana.37
Selama proses caustic dilution panas dihasilkan. Secara instan 50% soda
kaustik dapat mencapai suhu setinggi 110 ° F dan setelah pengenceran 70° F air dan
20% suhu akhir adalah 130° F.
Selama proses chlorination panas juga dihasilkan. Jumlah panas yang
dihasilkan adalah 24.700 kalori dengan klorin berbentuk gas. Dengan menggunakan
klorin cair, panas yang dihasilkan dikurangi, dan juga menghilangkan kebutuhan
akan vaporizer klorin yang mahal dan semua yang menyertainya (pemeliharaan,
kontrol, uap, dll.).
Suhu tinggi meningkatkan pembentukan natrium klorat. Untuk alasan ini,
sebaiknya tidak melebihi 80 ° F selama klorinasi untuk larutan pemutih encer dan
70 ° F untuk larutan pemutih pekat. Ketika membuat larutan pemutih encer
dimungkinkan untuk mendinginkan soda kaustik encer yang cukup rendah sehingga
tidak diperlukan pendinginan tambahan selama klorinasi.37
3. Cara Penyimpanan
Larutan natrium hipoklorit harus disimpan dalam wadah berventilasi, atau
dalam wadah yang dilengkapi dengan perangkat bantuan yang memadai karena gas
O2 yang dihasilkan dari dekomposisi. Jika laju ventilasi terlampaui oleh tingkat
dekomposisi, pembengkakan atau kerusakan pada wadah dapat terjadi38
4. Keamanan
Sodium hipoklorit termasuk golongan halogenated yang oxygenating.
Sodium hipoklorit dalam larutan membentuk asam hypoklorus (HOCl) dan
oxychloride (OCl).6 Desinfektan ini adalah larutan yang berbahan dasar klorin
(Cl2), larutan ini merupakan desinfektan derajat tinggi (high level disinfectants)
karena sangat aktif pada semua bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa spora.
39
Bahan tersebut bekerja cepat atau fast acting, sangat efektif melawan Hepatitis B
virus (HBV) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).40
5. Penggunaan di puskesmas
Dalam sistem puskesmas bleach banyak digunakan terutama sebagai
desinfektan. Terutama penggunaan bleach sebagai desinfektan dan pemutih
laundry rumah sakit yang menggunakan klorin aktif dalam suhu air 60°C untuk
melepaskan noda orgnaik yang tidak lepas pada linen putih.
Tabel 2.9 Pengunaan hipoklorit di puskesmas39 (Sumber : Rutala WA, 1997)
Kegunaan Hipoklorit Tujuan
Air Portabel Kontrol patogen waterborn
Hiperklorinisasi dari air portabel Kontrol Legionella spp. dalam situasi
wabah
Klorinasi air hemodialisis dan mesin Pengurangan pertumbuhan bakteri dan
pencegahan sepsis bakteri
Dekontaminasi air vas bunga Pengurangan potensi risiko bahwa
bunga segar akan berfungsi sebagai
reservoir patogen gram negatif
Peralatan gigi Disinfeksi peralatan gigi yang
terkontaminasi untuk mencegah
transmisi penyakit potensial kepada
pekerja layanan kesehatan dan
transmisi silang ke pasien lain
Tonometer Pencegahan transmisi silang
mikroorganisme, terutama adenovirus
dan herpesvirus
Tangki hidroterapi Pengurangan risiko transmisi silang
yang terkait dengan penumpahan
patogen ke dalam air mandi
Jarum suntik dan jarum yang Pengurangan risiko penularan HIV
digunakan untuk pemberian obat kepada pengguna narkoba yang tidak
mau atau tidak dapat menggunakan
40
Hasil
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala
Ukur
Skor BTA Banyak Sputum yang Mikroskop Tabel Kategorik
dengan bakteri telah
skala
pewarnaan dengan diwarnai
konvensio pewarnaan dengan IUATL
nal (Ziehl konvensio pewarnaan
D
Neelsen) nal konvensional
dihitung berupa
dengan
Negatif
menggunaka
n mikroskop , Scanty
pembesaran
(Ragu),
100x dan
dikategorkan +1, +2,
berdasarkan
dan +3
skala
IUATLD.
Skor BTA Banyak Sputum yang Mikroskop Tabel Kategorik
dengan bakteri telah
skala
pewarnaan dengan diwarnai
Ziehl pewarnaan dengan IUATL
Neelsen yang pewarnaan
D
yang ditambahk yang
ditambahk an bleach ditambah berupa
an bleach 1% bleach 1%
Negatif
1% dihitung
dengan , Scanty
menggunaka
(Ragu),
n mikroskop
pembesaran +1, +2,
100x dan
dan +3
dikategorkan
berdasarkan
skala
IUATLD.
44
BAB III
METODOLOGI
44
45
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽 )* 𝜋
𝑛=
(𝑃1 − 𝑃2)*
Keterangan :
n = Besar sampel minimal masing-masing kelompok
α = Derajat kepercayaan, deviat baku alfa, probabilitas untuk membuat
kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% hipotesis dua arah, sehingga Zα =
1,96
β = Deviat baku beta, probabilita untuk membuat kesalahan tipe II
ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ = 0,84.
π = Besarnya diskordan (Ketidaksesuaian)
P1 = Proporsi pada kasus
P2 = Proporsi pada kontrol
Dari penelitian sebelumnya diambil variabel penambahan bleach
terhadap konvensional dimana diketahui nilai P2 = 0,92 dan P1 = 0,15
dengan nilai π = 0,7. maka diperoleh nilai n sebagai berikut 56 :
46
Sewaktu – Pagi – Sewaktu (SPS) dalam jangka waktu 2 hari. Kumpulkan sputum
spesimen pertama pada saat pasien berkunjung ke UPK (Unit Pelayanan
Kesehatan), beri pot sputum pada saat pasien pulang untuk keperluan pengumpulan
sputum pada pagi hari berikutnya. Pasien mengeluarkan sputum spesimen kedua
pada pagi hari kedua setelah bangun tidur, kumpulkan sputum spesimen ketiga di
laboratorium pada saat pasien kembali ke laboratorium. Jelaskan kepada pasien
untuk tidak makan, minum atau merokok sebelum sputum besok pagi (P)
dibatukkan.33
Sebelum berdahak pasien kumur-kumur dengan air bersih sebelum, bila
memakai gigi palsu, lepaskan sebelum berkumur. Pemeriksa memakai handscoen
dan masker, minta pasien untuk membatukkan sputum di ruang terbuka dan
mendapat sinar matahari langsung atau ruangan dengan ventilasi yang baik, dan
berada jauh dari orang sekitar untuk mencegah penularan kuman TB. Meminta
pasien menarik nafas dalam (2-3 kali), buka tutup pot, dekatkan ke mulut, berdahak
dengan kuat dan ludahkan ke dalam pot dahak, tutup pot yang berisi dahak dengan
rapat dan pasien harus mencuci tangan dengan air dan sabun antiseptik. Jika sputum
sulit dikeluarkan, pasien diberi petunjuk untuk melakukan olah raga ringan
kemudian menarik napas dalam beberapa kali. Apabila pasien merasa akan batuk,
napas ditahan selama mungkin lalu meminta pasien untuk batuk.33
Pengambilan sampel dilakukan di puskesmas wilayah kota Bekasi
ditampung dan ditransfer menggunakan coolbox, sehingga dapat disimpan dalam
lemari pendingin selama jangka waktu 5 hari . Sputum lalu diberikan pewarnaan
BTA di Laboratrium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah.
Perbandingan sampel kontrol dengan sampel perlakuan adalah 1:1 dengan jumlah
total 40 sampel sputum.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sputum yang mukopurulen
(dahak mukoid bewarna kuning kehijauan) yang ideal. Sputum tersebut diperoleh
dari seluruh pasien TB yang diambil dengan Teknik sewaktu. Sputum yang
diperoleh dibagi menjadi 2 bagian, satu bagian sebagai kontrol/ pembanding yang
diwarnai secara konvensional dan bagian lainnya ditambahkan bleach 1% dalam
jumlah sama banyak lalu langsung divortex sampai tercampur merata. Lalu sputum
48
V1 x M1 = V2 x M2
M1 x V1 = M2 x V2
5,25% x V1 = 1% x 100ml
;<< × ;
V1 = =,*=
V1 = 19 ml
Ditemukan volume awal larutan (bleach) 19 ml, maka volume aquades
yang dibutuhkan untuk melarutkan larutan bleach adalah dengan rumus: V2 – V1,
yaitu 100 ml – 19 ml = 81 ml.
Konsentrasi bleach 1% dapat dibuat dengan cara mencampurkan 19 ml
bleach ditambah dengan 81 ml Aquades dalam beaker glass lalu simpan dalam
suhu ruang dalam botol kaca gelap atau plastik tertutup dengan daya simpan 1-2
bulan.
diberikan kode yang sesuai dengan kode pot sputum pasien dengan menggunakan
pensil kaca. Objek glass dapat digambar seperti format berikut:
Batas
Sputum
31 B
Kode
Sputum
diukur. Campurkan larutan bleach kedalam pot sputum dengan jumlah yang sama
banyak dan perbandingan 1:1. Misalkan sputum yang diukur didalam pot sebanyak
1 ml maka tambahkan larutan bleach sebanyak 1 ml. Campurkan / homogenisasikan
tabung yang berisi cairan sputum dan bleach 1 % diatas mesin pengguncang (vortex
shaker) dengan kecepatan 2500 rpm selama 20 detik. Ambil dan pilih bagian dari
dahak yang purulen yang telah di bleach dengan menggunakan lidi dan lakukan
pembuatan preparat dan pewarnaan preparat sama dengan BTA konvensional (Ziehl
Neelsen). Buatlah preparat bleach 1% dalam objek glass yang baru yang diberi label
berbeda dengan preparat konvensional.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah deskripsi dari sampel diuraikan dari data diatas dapat dilihat
bagaimana distrisbusi frekuensi masing-masing deskripsi. Dapat dilihat dari tabel
diatas pasien yang terdiagnosis TB terbanyak adalah pasien dalam rentang usia 40-
60 tahun sejumlah 40% dibandingkan dengan pasien diluar usia tersebut. Sebanyak
55% pasien mengalami batuk kurang dari 3 minggu dan langsung datang ke
Puskesmas Kali Baru untuk memeriksakan diri mereka. Dapat disimpulkan bahwa
58
59
pasien Puskesmas Kali Baru memiki kesadaran yang tinggi terhadap keluhan batuk
mereka sehingga mereka langusng datang ke Puskesmas dan bersedia untuk diambil
sampel sputum nya sebagai langkah awal untuk menegakan diagnosis tuberkosis
paru.
Sejumlah 55% pasien mengeluhkan batuk-batuk dan sejumlah 45% pasien
mengeluhkan sesak nafas. Banyak juga pasien yang mengeluhkan panas dingin. Hal
ini sesuai dengan gejala klinis TB paru dengan beberapa pasien yang mengeluhkan
penyerta seperti demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun dan cepat
lelah. Dari sampel yang didaptkan jumlah pasien laki-laki 1,5 kali lebih banyak
pasien laki-laki daripada perempuan.
Hasil analisis deskripsi karakteristik dengan total sampel 40 pasien
ditemukan gambaran deskripsi pasien yang beragam. Deskripsi yang diteliti
meliputi usia, lama batuk, keluhan pasien, dan jenis kelamin dari masing-masing
pewarnaan konvensional dan bleach 1%.
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa total sampel yang digunakan adalah 40
sampel sputum yang diwarnai dengan menambahkan bleach 1% dan konvensional.
60
Tabel 4.3 Hasil uji Chi-square skor BTA konvensional dengan Bleach 1%.
Bleach 1% n (%)
P
negatif scanty (+1) (+2)
Dapat dilihat dari tabel diatas terdapat 5% skor BTA negatif dengan bleach
1% dibandingkan dengan konvensional, 15% skor BTA scanty dengan bleach 1%
dibandingkan dengan konvensional. Sebanyak 62,5% skor BTA positif 1 (+1)
dibandingkan dengan konvensional, dan 17,5% skor BTA postif 2 dengan bleach
1% dibandingkan dengan konvensional dengan jumlah 40 total sampel pada
konvensional. Hasil ini menunjukan bahwa penggunaan bleach 1% meningkatkan
persentase skor dari pemeriksaan mikroskopis terutama pada skor BTA positif 1
dengan total 62,5% pada skor positif 1(+1).
Dapat dilihat juga bahwa pada pewarnaan dengan bleach 1% tidak ada yang
skor BTA nya sampai dengan positif 3 (+3) sedangkan pada konvensional terdapat
skor yang mencapai tingkat kepositifan positif 3 (+3), faktor-faktor yang
menyebabkan kondisi ini mungkin karena konsentrasi pemutih terlalu kuat dan
waktu kontak dengan basil TB terlalu panjang. Konsentrasi bahan kimia dari
dekontaminan dan waktu kontak ke basil merupakan faktor penting untuk
pemulihan Mycobacterium tuberkulosis. Semakin tinggi konsentrasi semakin
beracun bagi sel basil, apapun zat kimia yang digunakan untuk dekontaminasi, itu
masih memiliki kemungkinan untuk membunuh sejumlah basil TB.
62
4.4 Pembahasan
Pemeriksaan sputum secara mikroskopis masih menjadi alat diagnostik
yang cepat dan sederhana dibandingkan pemeriksaan penunjang lain seperti kultur.
Diperlukan alat diagnostik (tools) yang terstandarisasi untuk manajemen TB, agar
menghindari diagnosis laboratorium negatif palsu yang akan meningkatkan jumlah
pasien TB yang tidak diobati.
Meskipun banyak metode baru telah dikembangkan baru-baru ini untuk
mendeteksi mikobakteri dari spesimen klinis, penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk membuat alat laboratorium yang hemat biaya dan efektif. Untuk mencapai
itu, teknik laboratorium yang sudah ada saat ini harus diperbaiki. Salah satu Teknik
laboratrium yang sedang dikembangkan adalah penggunaan bleach untuk
pewarnaan BTA, yang dilihat memberikan banyak manfaat dari penelitian ini.
Banyak dari penelitian sebelumnya yang sudah menggunakan bleach sebagai
dekontaminan pewarnaan BTA, kegunaan bleach diantara zat-zat dekontaminan
lain menunjukan hasil yang lebih baik mulai dari skor BTA sampai hasil dari
pewarnaan yang diperiksa di mikroskop.46
Penggunaan konsentrasi bleach yang tepat juga mempengaruhi kualitas
hasil dari spesimen. Dari penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan oleh
Suwarsono, dkk (2018) yang membandingkan zat dekontaminan lain seperti NaOH
4% atau NALC-NaOH menjelaskan mengenai konsentrasi bleach 1% merupakan
konsentrasi yang paling tepat dan aman dan menunjukan hasil yang akurat
dibandingkan dengan zat kontaminan lain. Maka dari itu peneliti memilih
menggunakan bleach dengan konsentrasi 1% sebagai zat dekontaminan yang dapat
63
pendek) karena tidak ada ketersediaan alat sentrifugasi di lab mikrobiologi, selain
itu proses sendimentasi yang memakan waktu yang lama membuat teknik tersebut
tidak memungkinkan untuk dilakukan. Dengan penelitian selanjutnya yang
mungkin bisa membandingkan teknik penambahan bleach tersebut.49
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Angeby, dkk (2000) dilaporkan
bahwa sensitivitas satu sampel yang diperlakukan NaOCl lebih tinggi daripada tiga
smear langsung berturut-turut. Hal ini penting, karena sering ada masalah dalam
menerima sampel sputum tambahan untuk preparasi smear. Hal ini sama dengan
hasil penelitian ini dimana penggunaan bleach dapat meningkatkan sensitivitas
sehingga hanya diambil satu kali pengambilan sputum.50
Dapat dilihat dari hasil analisis bivariat bahwa penggunaan bleach memiliki
banyak keuntungan dibandingkan dengan teknik BTA konvensional. Selanjutnya
akan dibahas keuntungan penggunaan bleach 1% dalam penjabaran berikut :
4.4.1 Hasil akurat, dan efektif.
Pemeriksaan mikroskopis menjadi lebih akurat dimana dengan
menggunakan bleach sampel penelitian menjadi lebih encer sehingga dapat
mengurangi kotoran mikroskopis ataupun puing-puing mikroskopis yang biasa
ditemukan pada pewarnaan BTA dengan teknik konvensional. Dengan menurunya
gambaran puing-puing mikroskopis tersebut membuat basil TB menjadi lebih
terlihat oleh pemeriksa. Warna basil TB yang terlihat lebih merah juga akan
meningkatkan keakuratan hasil pemeriksaan. Hal ini terjadi sesuai dengan
penelitian ini, dimana banyak skor BTA negatif dengan teknik konvensional yang
menjadi positif setelah basil TB lebih terlihat dan lebih mudah untuk dihitung
setelah ditambahkan bleach 1%.
Bahan dekontaminan bleach yang diperlukan juga mudah untuk dicari dan
dibeli sehingga pemeriksaan ini efektif dapat diterapkan dari fasilitas kesehatan
primer sampai dengan perifer. Dari perspektif ekonomi, bleach dengan konsentrasi
1% dapat dibuat dari mencampurkan bayclin dan air steril. Harga untuk bayclin
juga lebih murah dibandingkan dekontaminan lain seperti NaOH 4% atau NALC-
NaOH. Dalam penelitian ini menggunakan bleach dari bayclin yang tersedia secara
komersial di berbagai tempat perbelanjaan yang terjangkau. Peneliti bisa
65
mendapatkan bayclin dengan harga Rp 25.000 (1,5 USD per 100 ml dalam 5,25%
NaOCl). Di sisi lain, NaOH dan NALC yang sulit untuk dibeli dan hanya untuk
kebutuhan laboratorium saja, sehingga tidak mudah untuk menemukannya di
fasilitas kesehatan perifer atau daerah terpencil.9
4.4.2 Keamanan
Mekanisme efek bleach secara efektif membunuh mikroorganisme
kontaminan dalam budaya TB adalah dengan memulai reaksi stress oksidatif ke
dalam protein bakteri. Reaksi stres oksidatif ini dapat menstimulasi agregasi protein
bakteri dan mengakibatkan kematiannya. Ketika bakteri diekspos dengan bleach,
mereka merespon dengan membangun mekanisme pertahanan yang menggunakan
pengatur regulasi Hsp33 yang dibuat dengan redoks yang membuat proses oksidasi
reversibel dari domain redoks switch C-terminal. Bleach adalah pengaktif potensial
Hsp33 yang berfungsi sebagai Hsp33, maka reaksinya akan menghasilkan protein
indefektif. Bleach bisa efektif dalam membunuh bakteri karena memiliki efek
mutagenik bagi mereka.52
Telah diketahui bahwa NaOCl dapat secara efektif membunuh
M.Tuberculosis, seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Ängeby KAK, dkk
(2000) yang membandingkan metode dekontaminasi bleach dan metode Petroff,
yang digunakan untuk mendekontaminasi sampel sputum sebelum kultur, yang
justru menjadi sumber potensial infeksi, terutama setelah sentrifugasi. Tentunya hal
ini membuat spesimen aman untuk ditangani, resiko penularan TB lewat udara ke
pemeriksa menjadi berkurang yang tentunya meningkatkan keamanan (bio-safety)
dan menjamin kesehatan pemeriksa. Tentuna hal ini akan sangat menguntungkan
bagi fasilitas kesehatan perifer yang tidak memiliki bio-safety cabinet.
penelitian ini dimana dengan penggunaan bleach yang dapat membuang debris
mikroskopis yang dapat menganggu pemeriksaan, sehingga membuat lapang
pandang menjadi lebih jernih. Basil TB juga terlihat lebih jelas daripada pewarnaan
konvensional. Hal ini dapat dilihat dari 2 gambar dibawah hasil salah satu preparat
yang membandingkan konvensional dengan bleach :
Konvensional Bleach 1%
Gambar 4.1 Hasil kualitas pewarnaan BTA bleach dan konvensional
Selain keuntungan yang didapatkan tentunya teknik penambahan bleach ini
dapat merugikan jika tidak dilakukan dengan benar, kemungkinan seperti kinerja
pengerjaan pewarnaan yang relatif rendah dalam penelitian ini sehingga membuat
beberapa preparat terlalu lama di vortex dengan menggunakan bleach dan
membunuh kuman M.Tuberculosis. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Bonnet,
M, dkk (2010) dimana terjadi peningkatan sensitivitas yang lebih rendah di pusat
kesehatan perifer mungkin disebabkan oleh karakteristik sputum yang berbeda dari
pasien TB di rumah sakit dan populasi pusat kesehatan. Sampel mungkin lebih kecil
dan kurang memadai karena kurang pengalaman dalam teknik pengumpulan dahak.
Selain itu, personel laboratorium di pusat kesehatan perifer memproses lebih sedikit
sputum spesimen per hari dan oleh karena itu memiliki sedikit kesempatan untuk
mempraktekkan teknik baru. Mereka juga umumnya tampak kurang termotivasi
dan lebih sulit untuk diawasi daripada teknisi yang berbasis di rumah sakit.
Meskipun demikian, kami menganggap teknik ini layak di pusat kesehatan perifer.5
67
Yang artinya adalah “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar”. (Q.S An Nisaa’:9)
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat: 13)
69
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan uji statistik dalam penelitian ini dapat disimpulkan hasil dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Didapatkan skor BTA dengan persentase 22,5% negatif, 17,5% scanty
(ragu-ragu), 45% positif 1 (+1), 12,5% positif 2 (+2), dan 2,5% positif 3
(+3) dengan teknik pewarnaan konvensional tanpa penambahan bleach 1%.
2. Didapatkan skor BTA dengan presentase 5% negative, 15% scanty (ragu-
ragu), 62,5% positif 1 (+1), dan 17,5% positif 2 (+2) dengan Teknik
pewarnaan yang ditambahkan bleach 1%.
3. Berdasarkan hasil analisis bivariat terdapat 5% skor BTA negatif dengan
bleach 1% dibandingkan dengan konvensional, 15% skor BTA scanty
dengan bleach 1% dibandingkan dengan konvensional. Sebanyak 62,5%
skor BTA positif 1 (+1) dibandingkan dengan konvensional, dan 17,5% skor
BTA postif 2 dengan bleach 1% dibandingkan dengan konvensional.
Penggunaan bleach 1% tidak ada yang skor BTA nya sampai dengan positif
3 (+3).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyarankan saran sebagai berikut :
1. Diajukan sebagai standar prosedur di Puskesmas untuk menambahkan
bleach 1% kedalam sampel sputum pasien, karena penggunaannya yang
meningkatkan nilai skor BTA.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi, lama waktu
pemberian dan teknik penambahan bleach dengan sendimentasi semalaman
ataupun sentrifugasi untuk membandingkan kualitas dan keefektifan dari
teknik penambahan bleach yang sudah ada.
70
71
BAB VI
KERJASAMA PENELITIAN
71
72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Bima Adi Wiryo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 29 Maret 1997
Agama : Islam
Alamat : Jalan Maleo XIX JE 11 no 20, Sektor 9, Bintaro Jaya,
Tangerang Selatan, Banten
Email : bima32997@gmail.com
Riwayat Pendidikan
2001 - 2003 : TK Pembangunan Jaya
2003 - 2009 : SD Pembangunan Jaya
2009 - 2012 : SMP Pembangunan Jaya
2012 - 2015 : SMA Pembangunan Jaya
2015 - sekarang : Pendidikan Fakultas KedokteranUIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
78
LAMPIRAN 2
Tabel data pasien
79
LAMPIRAN 3
Hasil Pengolahan SPSS
% within
0.0% 5.6% 77.8% 16.7% 100.0%
konvensional
% within Bleach
0.0% 16.7% 56.0% 42.9% 45.0%
1%
+2 Count 0 0 2 3 5
% within
0.0% 0.0% 40.0% 60.0% 100.0%
konvensional
% within Bleach
0.0% 0.0% 8.0% 42.9% 12.5%
1%
+3 Count 0 1 0 0 1
% within
0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
konvensional
% within Bleach
0.0% 16.7% 0.0% 0.0% 2.5%
1%
Total Count 2 6 25 7 40
% within
5.0% 15.0% 62.5% 17.5% 100.0%
konvensional
% within
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Bleach 1%
80
FRIEDMAN
TEST
Ranks
Mean
Rank
konvension
al 1.35
Bleach 1% 1.65
Test
Statisticsa
N 40
Chi-Square 7.2
df 1
Asymp. Sig. 0.007
a. Friedman
Test