UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAGISTER KEDOKTERAN KERJA
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................46
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat mengemukakan permasalahan adakah
Universitas Indonesia
pengaruh pekerjaan terhadap terjadinya dermatitis kontak iritan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini dibedakan menjadi 2 tujuan yaitu, tujuan umum dan
tujuan khusus:
Universitas Indonesia
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Alergi obat -
Sistem pembayaran umum
Universitas Indonesia
Riwayat Penyakit Dahulu/Pengobatan
DM- HT- Asma- Alergi makanan laut
Riwayat Penyakit Keluarga
DM- HT- Asma- Alergi-
Riwayat kebiasaan/sosioekonomi
Bekerja serabutan tergantung proyek. Bekerja dari jam 07.00 hingga 17.00 setiap hari. Bekerja tidak
menggunakan APD dengan baik dan benar hanya menggunakan alas kaki seadanya. Tidak membersihkan
dengan bersih sisa bahan yang menempel setelah bekerja Kebiasaan merokok, kopi, minuman alkohol
disangkal. Riwayat olahraga rutin tidak ada.
Anamnesa Okupasi
a. Riwayat pekerjaan
c. Uraian kerja:
Pukul 05.00 – 05.30 Bangun dan sholat
Pukul 05.30 – 06.30 Mandi makan dan bersiap ke tempat kerja.
Universitas Indonesia
Pukul 06.30 – 07.00 Berangkat kerja dengan berjalan kaki/ mengendarai motor bersama rekan kerja
Pukul 07.00 – 12.00 Bekerja
Pukul 12.00 – 13.00 Istirahat, makan siang, sholat
Pukul 13.00 – 15.30 Bekerja
Pukul 15.30 – 16.00 Sholat
Pukul 16.00 – 17.00 Bekerja
Pukul 17.00 – 17.30 Pulang kerja berjalan kaki/ mengendarai motor bersama rekan kerja
Pukul 17.30- 19.30 Sampai rumah,mandi, makan, ibadah
Pukul 20.00 Tidur
d. Bahaya Potensial
Universitas Indonesia
siapkan
Meratakan Tertempel Posisi berdiri DKI,
bahan semen & dan jongkok granuloma,
campuran nikel Low back
dalam area pain
dengan
menggunaka
n kaki dan
trowel
Menumpuk Terhirup DKI,
bahan yang dan silicosis,
basah dengan tertempel lung
semen kering semen cancer,
di atasnya granuloma,
low back
pain
Menggaris/ Tertempel DKI,
menyapu semen granuloma,
area agar
tidak licin
e. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami (gejala / keluhan yang ada)
Sebagai pekerja cor jalanan Tn. M menghabiskan waktu +-8 jam perhari di area pekerjaan dan kontak
dengan bahan kimia iritas seperti semen dan nikel. Pada penelitian Elva Fitriah,dkk 2021 terdapat
hubungan signifikan antara lama kontak dengan risiko Dermatitis kontak pada pekerja yang mengalami
lama kontak dengan bahan kimia > 6 jam saat bekerja memiliki resiko lebih tinggi terkena dermatitis
kontak dibandingkan dengan pekerja yang mengalami lama kontak dengan bahan kimia ≤ 6 jam.
Universitas Indonesia
Keterangan :
1. Tanyakan kepada pekerja atau pekerja dapat mengisi sendiri
2. Isilah : keluhan yang sering dirasakan oleh pekerja dengan memberti tanda/mengarsir bagian- bagian
sesuai dengan gangguan muskuloskeletal yang dirasakan pekerja
Tanda pada gambar area yang dirasakan :
Kesemutan = x x x Pegal-pegal = / / / / /
Baal = vvv Nyeri = ////////
Kesimpulan:
Terdapat keluhan pegal-pegal di punggung, kedua lengan dan kaki. Serta nyeri kedua tungkai bawah yang
terdapat luka.
g. B R I E F SURVEY
Berikan tanda ‘√’ pada bagian kanan atau kiri sesuai dengan hasil anamsesa / observasi
Universitas Indonesia
Kesimpulan:
Resiko ringan pada punggung, dan kaki
Universitas Indonesia
Frek. Nadi : 88 kali permenit
Frek. Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,3°C
Pemerikan Fisik
Kepala : normocephalus, tidak ada deformitas
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada deviasi septum/pembesaran konka/hiperemis konka
Mulut : oral hygiene baik, gigi berlubang tidak ada
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening,
Paru : bunyi napas vesikuler, tidak ada ronkhi/wheezing
Jantung : S1 S2 reguler, tidak ada murmur/gallop
Abdomen : datar, lemas, hati limpa tidak teraba, nyeri tekan tidak ada, shifting dullness (-), bising
usus normal.
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema, capillary refill time < 2 detik
Regio Antebrachii bilateral: Eritama + Ulkus+ Erosi+
2.4 Diagnosis
1. Dermatitis Kontak Iritan
10
Universitas Indonesia
Langkah 1 Anamnesis: Nyeri kedua kaki awalnya terdapat luka kecil-kecil dan
Penegakan semakin besar dan terasa nyeri. Pasien adalah pekerja cor jalan terpajan
diagnosis Klinis dengan bahan kimia
Langkah 2 • Fisik : -
Identifikasi • Kimia : Terhirup dan tertempel bahan kimia dari semen dan nikel
bahaya potensial • Biologi : -
yang ada di • Ergonomi: Mengangkat bahan2 material, mendorong dan posisi
tempat kerja berdiri dan jongkok.
• Psikososial : -
Langkah 3 • Badan dunia Organization International Labour (ILO) 2013,
Bukti ilmiah menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit akibat kerja adalah
terjadinya dermatitis kontak, dermatitis kontak iritan menduduki urutan
penyakit dengan pertama dengan 80% dan dermatitis kontak alergi menduduki
bahaya potensial urutan kedua dengan 14%-20%.
• Menurut ACGIH 2021 nikel termasuk bahan iritan dapat
menyebabkan dermatitis
• Menurut Clinical Aspects of Irritant Contact Dermatitis, Peter J.
Frosch, Swen Malte John, silika dapat menyebabkan dermatitis
kontak iritan
• Penelitian Elva Fitriah,dkk 2021-> hubungan signifikan antara
lama kontak dengan risiko Dermatitis kontak pada pekerja yang
mengalami lama kontak dengan bahan kimia > 6 jam saat
bekerja memiliki resiko lebih tinggi terkena dermatitis kontak
dibandingkan dengan pekerja yang mengalami lama kontak
dengan bahan kimia ≤ 6 jam.
• Adanya bubungan yang signifikan antara masa kerja dengan risiko
Dermatitis kontak pada pekerja yang mengalami masa kerja
dengan ≤ 3 tahun saat bekerja memiliki resiko lebih tinggi
terkena dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja yang
mengalami masa kerja dengan > 3 tahun
11
Universitas Indonesia
• Penelitian wisnu,dkk 2018 Lama kontak responden dengan bahan
kimia sebanyak 8 jam/hari terjadi pada 45 pekerja (83%), rata-
rata 6 jam/hari 1 orang (2%), rata-rata 3 jam/hari 1 orang (2%),
dan ratarata 2 jam/hari 7 orang (13%).
Langkah 4 Lama Kerja: +-1 Tahun
Analisis Durasi Kerja: Hari kerja 7 hari kerja/minggu, Waktu kerja Pkl 07.00 - Pkl
kecukupan dosis 17.00
pajanan dengan Dosis Pajanan: 8 jam perhari
efek yang terjadi Pemakaian APD: -
Kesimpulan: Dosis pajanan cukup untuk menyebabkan diagnosis klinis
Langkah 5 • Pengalaman kerja yang minim
Identifikasi faktor • Kurangnya pengetahuan tentang penggunaan APD yang baik
pribadi yang • Higiene yang kurang
dapat
berkontribusi
terhadap
terjadinya
Diagnosis Klinis
Langkah 6 -
Identifikasi faktor
di luar pekerjaan
yang dapat
berkontribusi
terhadap
terjadinya
Diagnosis Klinis
Langkah 7 Penyakit Akibat Kerja
Penentuan
Diagnosis
Okupasi
1. PAK,
2. Bukan
PAK,
12
Universitas Indonesia
3. Penyakit
Diperberat Kerja,
2.8 Prognosis
a. Klinis:
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanactionam: bonam
Rencana Tindakan
(materi & metoda)
Jenis permasalahan
Tatalaksana medikamentosa, Hasil yang
No. Medis & non medis Target waktu Keterangan
non medika mentosa(nutrisi, diharapkan
(okupasi, dll)
olahraga, konseling dan
OKUPASI)
1. Dermatitis Kontak Rawat luka setiap hari dengan 1- Sembuh
Iritan kompres nacl 0,9% + cairan 2 bulan
antiseptis, kemudian di berikan
salep gentamicin dan
pemberian obat-obatan
antinyeri, antiinflamasi dan
antibiotic
13
Universitas Indonesia
TATALAKSANA OKUPASI
Untuk Pasien:
• Mengurangi pajanan dengan bahan iritan dengan cara penggunaan APD yang benar
• Meningkatkan hygiene setelah selesai bekerja
Untuk Rekan Kerja:
• Promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya DKA dengan menggunaakan APD yang benar
Untuk Perusahaan:
• Mengurangi jam kerja sehingga tidak terlalu lama terkena pajanan
• Menyediakan APD dan memastikan para pekerja menggunakan APD yang benar
14
Universitas Indonesia
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
abnormal dari kondisi kulit karena adanya kontak dengan substansi atau
berhubungan dengan proses yang ada di lingkungan kerja. Penyakit kulit okupasi
sering kronik dan memiliki pengaruh yang besar terhadap keadaan ekonomi
masyarakat dan para karyawan.5 Dermatitis kontak sendiri adalah suatu inflamasi
pada kulit yang dapat disertai dengan adanya edema interseluler pada epidermis
karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak dengan kulit.
3.1.2 Epidemiologi
Menurut American Academy Dermatology (1994), dari semua penyakit kulit
akibat kerja, lebih dari 90% berupa dermatitis kontak. 1 Pada tahun 2003, dari 4,4
juta kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dilaporkan, 6,2% (269.500 kasus)
adalah penyakit akibat kerja. Menurut Belsito (2005) dermatitis kontak okupasi
adalah penyakit kulit okupasi yang paling sering dilaporkan pada banyak negara
15
Universitas Indonesia
9
16
Universitas Indonesia
menurut Emmett (2002), angka kejadian penyakit kulit akibat kerja mengalami
pencegahan yang lebih baik, adanya kompensasi, dan adanya perubahan dalam
pelaporan.11
Pada tahun 2001 oleh grup dermatitis kontak Amerika utara, dengan studi
dermatitis kontak iritan, dan 14% merupakan keadaan selain dermatitis kontak
yang diperburuk oleh pekerjaan. Sedangkan berdasarkan hasil survey dari biro
statistik tenaga kerja Amerika Serikat, 90-95% dari semua penyakit kulit okupasi
berupa dermatitis kontak, dan 80% dari dermatitis kontak okupasi ini merupakan
ditentukan dengan akurat, hal ini dikarenakan data epidemiologi yang terbatas,
selain itu banyak pula pasien dengan dermatitis kontak iritan yang tidak datang ke
terhadap agen.11-13
10
Universitas Indonesia
1) Pengertian
Dermatitis kontak iritan merupakan respon inflamasi yang tidak berkaitan
dengan reaksi imun dikarenakan paparan langsung dari agen bahan iritan dengan
kulit.4
pada kebanyakan orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila dioleskan pada
kulit pada waktu tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. Bahan iritan dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Iritan kuat
imunologi, yaitu adanya partikel sitokin, yang dihasilkan oleh sel kutan non-imun
yaitu keratinosit akibat respon dari stimuli kimia. Proses ini tidak didahului oleh
11
Universitas Indonesia
proses sensitisasi. Kerusakan dari barier kulit memacu pelepasan sitokin, yaitu
).
interleukin 1 (IL1), IL 1 dan tumor nekrosis faktor- (TNF- Pada
dermatitis kontak iritan dapat ditemukan peningkatan TNF- dan IL-6 sepuluh
kali lipat, serta peningkatan macrophage colony-stimulating factor dan IL-2 tiga
kali lipat. TNF- adalah kunci utama dari dermatitis kontak, yang memacu
3) Gejala Klinis
Dermatitis kontak iritan memiliki manifestasi klinis yang dapat dibagi dalam
beberapa kategori, berdasarkan bahan iritan dan pola paparan. Setidaknya ada 10
a. Reaksi iritasi: muncul sebagai reaksi monomorfik akut yang meliputi bersisik,
eritema derajat rendah, vesikel, atau erosi and selalu berlokasi di punggung
tangan dan jari. Hal ini sering terjadi pada individu yang bekerja di lingkungan
yang lembap. Reaksi iritasi ini berakhir atau berkembang menjadi dermatitis
iritan kumulatif.
b. Dermatitis kontak iritan akut: biasanya timbul akibat paparan bahan kimia
asam atau basa kuat, atau paparan singkat serial bahan kimia, atau kontak
kecelakaan kerja. Kelainan kulit yang timbul dapat berupa eritema, edema,
vesikel, dapat disertai eksudasi, pembentuka bula dan nekrosis jaringan pada
Universitas Indonesia
c. Iritasi akut tertunda: merupakan reaksi akut tanpa tanda yang terlihat akibat
reaksi inflamasi hingga 8 sampai 24 jam. Setelah gejala klinis timbul, maka
yang paling sering ditemukan. Jenis ini akibat adanya paparan berulang pada
kulit, dimana bahan kimia yang terpapar sering lebih dari satu jenis dan
bersifat lemah karena dengan paparan tunggal tidak akan mampu timbulkan
dermatitis iritan. Bahan iritan ini biasanya berupa sabun, deterjen, surfaktan,
muncul rasa gatal, nyeri, dan terdapat kulit kering pada beberapa tempat,
kemudian eritema, hiperkeratosis, dan fisur dapat timbul. Gejala tidak segera
timbul setelah paparan, tetapi muncul setelah beberapa hari, bulan atau bahkan
tahun.
e. Iritasi subyektif: pasien biasanya mengeluh gatal, pedih, seperti terbakar, atau
perih pada hitungan menit setelah kontak dengan bahan iritan, tetapi tanpa
terlihat, tetapi secara histopatologi terlihat. Gejala yang sering timbul meliputi
hiperkeratotik pada kulit yang terabrasi, dan membuat kulit lebih rentan
13
Universitas Indonesia
terhadap terjadinya iritasi.
14
Universitas Indonesia
h. Reaksi traumatik: dapat timbul setelah trauma akut kulit
Universitas Indonesia
Gambar 1. Dermatitis kontak iritan akibat mencuci pakaian14
1) Pengertian
(sel hidup).9 Ada lebih dari 3.700 jenis bahan kimia eksogen
kobalt.15
tipe IV ini melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase
2
Universitas Indonesia
elisitasi. Hanya individu yang telah mengalami sensitisasi yang
2-3 minggu.
3) Gejala Klinis
Universitas Indonesia
Pada umumnya penderita mengeluh gatal. Kelainan kulit
Universitas Indonesia
Faktor yang memperparah terjadinya dermatitis kontak
2) Karakteristik paparan:
Universitas Indonesia
kulit), paparan dengan lebih dari satu jenis bahan kimia (adanya
dengan agen (bahan kimia asam atau basa kuat dalam sekali
3) Faktor lingkungan:
Universitas Indonesia
dari trauma panas, semuanya diatur oleh genetik. Dan
pada kulit.
tetapi hal ini bisa jadi salah, karena eritema pada kulit hitam
sulit terlihat.
Universitas Indonesia
adanya penurunan ambang batas terjadinya dermatitis,
penyembuhan.
pada:
kulit).
Universitas Indonesia
d. Teknik-teknik pemeriksaan khusus, dengan patch test.9,16
oleh
Universitas Indonesia
penyebab yang mungkin?
Obyektif
Mayor Minor
1. Makula eritem, hiperkeratosis, 1. Dermatitis berbatas tegas
atau fisura lebih mendominasi 2. Terdapat bukti pengaruh
daripada vesikulasi gravitasi, seperti efek menetes
2. Epidermis tampak mengkilap, 3. Tidak terdapat kecenderungan
merekah, atau terkelupas menyebar
3. Proses penyembuhan dimulai 4. Perubahan morfologik
segera setelah paparan terhadap menunjukkan perbedaan
bahan kausal dihentikan konsentrasi yang kecil mampu
4. Hasil uji tempel negative timbulkan perbedaan kerusakan
kulit yang besar
10
Universitas Indonesia
3.1.6 Diagnosis Banding
11
Universitas Indonesia
BAB IV
PEMBAHASAN
12
Universitas Indonesia
kerja dengan risiko Dermatitis kontak pada pekerja yang mengalami masa kerja dengan
≤ 3 tahun saat bekerja memiliki resiko lebih tinggi terkena dermatitis kontak
dibandingkan dengan pekerja yang mengalami masa kerja dengan > 3 tahun. Kemudian
pada penelitian wisnu,dkk 2018 disimpulkan bahwa lama kontak responden dengan
bahan kimia sebanyak 8 jam/hari terjadi pada 45 pekerja (83%), rata-rata 6 jam/hari 1
orang (2%), rata-rata 3 jam/hari 1 orang (2%), dan ratarata 2 jam/hari 7 orang (13%).
Pada langkah ke lima mengidentifikasi factor pribadi yang dapat berkonstribusi
terhadap terjadinya diagnosis klinis. Pada pasien di temukan Pengalaman kerja yang
minim, kurangnya pengetahuan tentang penggunaan APD yang baik, higiene yang
kurang Sedangkan pada langkah ke enam tidak didapatkan faktor lain di luar pekerjaan.
Pada langkah ke tujuh, penulis menyimpulkan bahwa terbukti terdapat penyakit
akibat kerja pada pasien Tn.M.
Tatalaksana medis yang di berikan pada pasien adalah rawat luka setiap hari
dengan kompres nacl 0,9% + cairan antiseptis, kemudian di berikan salep gentamicin
dan pemberian obat-obatan antinyeri, antiinflamasi dan antibiotik. Dan tatalaksana
okupasi untuk pasien: mengurangi pajanan dengan bahan iritan dengan cara penggunaan
APD yang benar, meningkatkan hygiene setelah selesai bekerja
13
Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Bahaya potensial kesehatan dan keselamatan kerja juga dapat ditemukan pada
pekerja cor jalan. Bahaya potensial tersebut berupa bahaya dari segi kimia. Pekerja cor
jalan yang terpapar dengan bahan kimia seperti silika dan nikel memiliki bahaya
potensial seperti silicosis, kanker paru, granuloma dan dermatitis kontak iritan seperti
yang ada di pasien Tn.M. Untuk itu perlunya intervensi dengan penggunaan APD yang
baik dan benar pada pekerja cor jalan.
5.2 Saran
Di harapkan pasien dan rekan kerja lebih sadar untuk menggunakan APD yang baik
dan benar, serta meningkatkan hygiene guna menurunkan resiko dari bahaya potensial
bahan kimia. Untuk perusahan, diharapkan mengurangi jam kerja sehingga tidak terlalu
lama terkena pajanan dan menyediakan APD dan memastikan para pekerja
menggunakan APD yang benar
14
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Rice RH, Cohen DE. Toxic responses of the skin. In: Klassen CD, editors.
Toxicology the basic science of poisons 5th ed. USA: Donnelly and Sons
Company; 1996.p.532-537.
2. Kabulrachman. Penyakit kulit alergik: Beberapa masalah dan
penanggulangannya. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2001
3. Partogi D. Dermatitis kontak iritan. Medan: Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin FK USU. 2008.
4. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. In: Djuanda A, kepala editor. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin edisi ke-4. Jakarta: FKUI;2005.h.129-140.
5. Taylor JS, Sood A, Amado A. Occupational skin diseases due to irritans
and allergens. Dalam : Fitzpatricks et al, editors. Dermatology in general
medicine vol.2 7th ed. New York: Mc Graw Hill Medical;2008.p.2067-
2073.
6. Taylor JS, Sood A, Amado A. Irritant contact dermatitis. Dalam:
Fitzpatricks et al, editors. Dermatology in general medicine vol.1 7th ed.
New York: Mc Graw Hill Medical;2008.p.395-401.
7. Mulyaningsih R. Faktor risiko terjadinya dermatitis kontak pada karyawan
salon. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2005
8. Lestari F, Utomo HS. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis
kontak pada pekerja di PT Inti Pantja Press Industri. Jakarta: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2007
9. Harahap M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates;2000.p.22-26.
10. Belsito DV. Occupational contact dermatitis: etiology, prevalence and
resultant impairment/disability. J Am Acad Dermatol ;2005.p.53:303.
Dalam: Fitzpatricks et al, editors. Dermatology in general medicine vol.2
7th ed. New York: Mc Graw Hill Medical;2008.p.2067-2073.
11. Emmett EA. Occupational contact dermatitis. Dalam: Incidence and
returnto work pressure. Am J Contact Dermat ; 2002.p.13-30
15
Universitas Indonesia
12. Rietschel RL, et al. A preliminary report of the occupation of patiens
evaluated in patch test clinics. Am J Contact Dermat; 2001.p.12:72
13. US Department of Labor, Bureau of Labor Statistic. Occupational
injuries and illnesses: Industry Data; 2004.
14. Continuing Profesional Development Dokter Indonesia. Dermatitis Kontak
[internet].c2010 [cited 2011 Nov 28]. Available from:
http://cpddokter.com/home/index.php?
option=com_content&task=view&id=1 677&Itemid=38
15. Cohen DE, Jacob SE. Allergic contact dermatitis. In: Fitzpatricks et al,
editors. Dermatology in general medicine vol.1 7th ed. New York: Mc
Graw Hill Medical;2008.p.135-140.
16. Graham R, Brown. Lecture notes dermatology 8th ed. Jakarta:EMS;
2005.p.10-13.
17. World Health Organization. Deteksi dini penyakit akibat kerja . Jakarta:
EGC; 1995.h.193-198.
18. Aditama T. Kesehatan dan keselamatan kerja. Jakarta: UI;2002.h. 65-71.
19. Rietschel RL. Diagnosing irritant contact dermatitis. Dalam: Jackson
EM, Goldner R, eds. Irritant Contact Dermatitis. New York, NY: Marcel
Dekker Inc.; 1990:167–171.
20. Anonymous. Bisnis cuci kiloan [internet].c2011 [cited 2011 Nov 24].
Available from: http://listbisnis.blogspot.com/2011/02/bisnis-rumahan-
untuk-ibu-rumah-tangga.html
21. Dunia Usaha. Bisnis laundry kiloan, bisnis yang makin berkilau
[internet].c2011 [cited 2011 Nov 24]. Available from:
http://listbisnis.blogspot.com/2011/02/bisnis-rumahan-untuk-ibu-rumah-
tangga.html
22. Deterjen Indonesia. Kimia laundry kiloan [internet]. c2011 [cited 2011
Nov 16]. Available
from:http://www.deterjenindonesia.com/laundrybusiness/kiloan/kimia/
23. Diepgen TL, Coenraads PJ. The epidemiology of occupational contact
dermatitis. Springer-Verlag;1999.p.500.
61
Universitas Indonesia
24. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis edisi
ke-3. Jakarta: Sagung Seto;2008.
25. HSE. The Prevalence of Occupational Dermatitis Amongst Printers in The
Midlands. Dalam: hsebooks.co.uk.2000.
26. Oktaviani A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak
Iritan pada Karyawan Pabrik Pengolahan Aki Bekas di Lingkungan
Industri Kecil (Lik) Semarang. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro; 2009
27. Florence SM. Analisa Dermatitis Kontak pada Karyawan Pencuci Botol di
PT X Medan Tahun 2008. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara; 2008
28. Nugraha W. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis
Kontak pada Karyawan yang Terpajan dengan Bahan Kimia di Perusahaan
Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Jakarta: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2008
29. Ginting K. Prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan terjadinya
dermatitis kontak iritan kumulatif tangan pada pekerja kebersihan lantai di
Rumah Sakit X Jakarta. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2004
62
Universitas Indonesia