Anda di halaman 1dari 4

LK 3.

Identifikasi Masalah Nyata, Penyiapan Instrumen Asesmen dan Rancangan Program

Deskripsi Kondisi Faktual Instrumen yang Digunakan


(Kebutuhan Konseli &
Lingkungan)
Saya Valentina Christyastuti Instrumen yang saya gunakan adalah DCM (Daftar Cek
melakukan Need Asessement Masalah) untuk merangsang atau memancing pengutaraan
ketika mengikuti program masalah yang pernah atau sedang dialami oleh peserta didik
Magang Kuliah ke 3 di SMK mengenal individu, agar layanan bimbingan klasikal dan
Negeri 3 Salatiga yang /kelompok dapat sesuai sasaran yang diperlukan dalam masa
beralamat di Jl. Jafar Shodiq, perkembangan peserta didik. DCM digunakan
Kalibening, Kec. Tingkir, untuk mengungkap masalah-masalah yang dialami oleh
Kota Salatiga, Jawa Tengah individu, dengan merangsang atau memancing individu untuk
50744 memilik 7 konsentrasi pengutaraan masalah yang pernah atau sedang dialaminya.
belajar yaitu Teknik Terdapat kendala dalam pengisian DCM, karena terbatasnya
Mekatronika, Teknik waktu dan beberapa peserta didik kurang serius dalam
Pengelasan, Teknik mengisi DCM.
Ototronika, Agrobisnis
Setelah diperoleh hasilnya, didapati permasalahan mengenai
Tanaman Pangan dan
kepercayaan diri dan kurangnya motivasi dalam belajar.
Hortikultura, Teknik Sepeda
Kemudian saya merancang Action Plan:
Motor dan Teknik Geomatika
(Surveying). Pada saat itu 1. Layanan dasar: Bimbingan klasikal dengan tema

saya diberikan tugas salah (Meningkatkan kepercayaan diri) menggunakan media

satunya untuk magang di PPT, dan Poster.

kelas X Teknik Mekatronika, 2. Layanan Responsif: Konseling kelompok dengan tema

untuk menggali kebutuhan (Belajar yang Menyenangkan) dan Konseling individu

peserta didik saya melakukan dengan tema (Motivasi Belajar).

Need Asessement di kelas X 3. Peminatan Individu: Bimbingan kelompok dengan

Teknik Mekatronika, alasan tema “Belajarku” menggunakan permainan sedang

yang mendasarinya yaitu apa.

untuk mengetahui layanan 4. Dukungan system: Sudah memberikan saran kepada

yang dibutuhkan oleh peserta pemangku kebijakan terkait kecakapan guru Bk dan

didik. sarana prasarana.


Dalam pelaksanaan layanan juga mengalami beberapa kendala
siswa mengalami rasa bosan, namun dengan permasalahan
tersebut saya memberikan ice breaking untuk mencairkan
suasana dan membuka sesi tanya jawab dan diskusi agar
semua siswa semangat dan aktif dalam proses pembelajaran.

Saya fitratur rohmah Instrumen yang saya gunakan saat itu adalah  instrumen
memiliki pengalaman dengan pendekatan tujuan bidang layanan yaitu berupa
mengikuti bimbingan pra pedoman observasi dan pedoman wawancara. Setelah
nikah di KUA saat saya melaksanakan Program Asesmen, saya menganalisis dan
melaksanakan penelitian melakukan implementasi pembuatan progam bimbingan dan
skripsi tentang dinamika konseling dari hasil assesment yang dilakukan pada layanan
emosi pada pasangan kawin pribadi. Hasilnya, konseli dan pasangannya sama-sama
hamil. Dalam kesempatan merasakan penyesalan mendalam karena merasa karir dan
tersebut saya melakukan sekolahnya hancur. Dalam sosial merasa minder dan takut
assesment kepada tiga terhadap lingkungan merasa menjadi aib keluarga, minder
pasangan kawin hamil. Saya terhadap teman sebaya. Dalam ranah pribadi merasa paling
berkesempatan berdosa,dan merasa kehilangan kepercayaan diri. Dalam
mewawancarai ketiga komponen layanan individu saya memberikan bantuan dengan
pasangan tersebut untuk pengembangan teori client centered dimana memberikan
menggali perasaan-perasaan kebebasan klien mengambil keputusan agar konseli tersebut
yang masih berfungsi penuh dalam menghadapi masalahnya. Klien juga
membelenggunya.seperti meminta bantuan untuk mengatasi perasaan bersalah yang
perasaan bersalah, malu, tidak terus membelenggunya. Saya membantu melalui
diterima keluarga, hingga merefleksikan kembali hal hal positif yang muncul dari
belum mampu bertanggung perasaan bersalah tersebut. Seperti dalam segi keimanan ia
jawab penuh dengan semakin baik karena selalu takut jika kesalahannya tersebut
akibatnya. tidak terampuni, dari segi kehidupan ia lebih hati hati dalam
mengambil keputusan. Kemudian nilai-nilai positif yang
keluar ini dimaksimalkan sehingga konseli mampu mengatasi
permasalahannya tersebut.

Saya Emy Dian Wulandari, Instrumen yang saya gunakan yaitu IKMS.
memiliki pengalaman dalam
IKMS merupakan salah satu angket yang dapat digunakan
melakukan asesmen dan
pengembangan program sebagai metode untuk melakukan identifikasi terhadap
bimbingan dan konseling permasalahan yang dialami siswa.
ketika melakukan magang odi
Setelah semua siswa mengisi angket tersebut, maka di
SMPN 2 Pedan Pada saat
akumulasikan lah lewat IKMS. Disitu akan terlihat siswa
saya melakukan kegiatan
mana saja yang membutuhkan bantuan. Sehingga saya bisa
Magang saya membantu Guru
langsung membuat RPL untuk dilaksanakan pelayanan untuk
Bimbingan Konseling
membantu siswa yang kesulitan.
menyebarkan angket. Guru
Bimbingan Konseling pada Kemudian saya menyusun berbagai bidang layanan antara lain
saat itu hanya mengampu :
sebagian kelas 1 saja. Karena Layanan dasar: Bimbingan Klasikal dengan tema
keterbatasan waktu, jam menumbuhkan motivasi belajar
Bimbingan Konseling hanya
Layanan Responsif: Mencakup agar konseli menumbuhkan
mendapatkan waktu sedikit.
rasa akan kepercayaan diri
Sehingga kurang maksimal.
Setelah angket asemen Peminatan Individu : Bimbingan Kelompok dengan RPL
kebutuhan tersebut selesai. “motivasi belajar”
Kemudian saya melanjutkan
Dukungan Sistem : memberikan saran kepada pihak terkait
kegiatan saya membuat
terhadap Guru BK, manajemen waktu terhadap siswa. Serta
program BK. Nanti dari hasil
sarana dan prasarana yang memadai disekolah.
AKPD bisa terlihat mana
Dalam menjalankan program tentu mengalami berbagai
siswa yang membutuhkan
kendala misalnya kurangnya manajemen waktu ataipun siswa
bantuan dan layanan apa yang
yang kurang bisa diajak kerjasama dan hanya mengisi angket
akan kita laksanakan.
secara asal-asalan.

Solusi : solusi yang dapat dilakukan terkait dengan kendala


tersebut yaitu siswa dan guru membuat perjanjian lebih awal
agar sesuai apa yang diharapkan. Waktu efisien dan siswa
mengisi angket dengan sungguh-sungguh.

Saya Tina Sugesti ketika PPL Instrumen yang saya gunakan saat itu adalah dengan
saya memiliki pengalaman pedoman observasi dan pedoman wawancara. Saya
melakukan konseling klasikal melakukan wawancara semi struktur, denga mengajukan
di RPS Bhakti Candrasa pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui
Surakarta. Saat itu, saya kesulitan apa yang dialami PM selama di Panti dan apa yang
mendapatkan kesempatan dibutuhkan PM. Dari assessmen tersebut ditemukan beberapa
untuk melakukan bimbingan PM masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan daily
klasikal di kelas. Saya activity. Kesulitan yang dialami PM tersebut antara lain,
dipercaya untuk melakukan terdapat beberapa PM yang masih kesulitan ketika melakukan
assessment awal untuk kegiatan sehari-hari seperti menyetrika. Selain itu masih ada
mengetahui kendala atau beberapa PM yang belum konsisten dalam merapikan tempat
masalah yang dialami oleh tidur dan piket kelas untuk menjaga kerapian dan kebersihan
PM selama di asrama. asrama. Dari masalah tersebut, saya memberikan layanan
bimbingan individu untuk PM karena masih tertinggal dari
PM lain. Untuk menangani PM tersebut saya menggunakan
pendekatan Behavior yaitu dengubahan tingkah laku dengan
menekankan pada pemberian penghargaan bagi PM ketika
melakukan suatu kegiatan yang baik dan memberi
konsekuensi untuk mencegah PM agar tidak melakukan
kegiatan yang buruk.

Catatan: Strategi implementasi mencakup 4 komponen, yakni: layanan dasar, perencanaan


individual, layanan responsif, dan dukungan sistem.

Anda mungkin juga menyukai