Penerapan dan Contoh Studi Kasus Model Lasswell, Model SMCR, dan
Model Sirkuler Osgood dan Schramm
Disusun Oleh:
Melyssa Rikayaq (2003110102)
Nabila Salwa Marpaung (2003110119)
Yoga Rizaldy (2003110103)
Who
Says What
In Which Channel
To Whom
With What Effect
Model ini dikemukakan Harold Lasswell tahun 1948 yang menggambarkan
proses komunikasi dan fungsi-fungsi yang diembannya dalam masyarakat. Lasswell
mengemukakan tiga funggsi komunikasi, yaitu :pertama, pengawasan lingkungan yang
mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam
lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang
merespons lingkungan ; ketiga, transmisi warisan sosial dari sesuatu generasi ke
generasi lainnya.
Model komunikasi Lasswell dikelompokkan ke dalam bentuk model komunikasi
linear. Dalam model komunikasi linear, komunikasi dipandang sebagai proses yang
berjalan secara satu arah atau one way communication dimana pengirim pesan atau
sender adalah satu-satunya elemen komunikasi yang mengirimkan pesan kepada
penerima pesan. Penerima pesan digambarkan tidak memberikan umpan balik atau
tanggapan terhadap pesan yang dikirimkan. Sinyal pesan di-encode dan dikirimkan
melalui media. Umumnya, model komunikasi linear diterapkan dalam konteks
komunikasi massa seperti televisi, radio, dan lain-lain.
Studi Kasus
Model Lasswell sering diterapkan dala komunikasi massa. Model tersebut
mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber
(who) merangsang pertanyaan mengenai pengendalian pesan (misalnya oleh ”penjaga
gerbang”), sedangkan unsur pesan (says what) meruupakan bahan untuk analisis isi.
Saluran komunikasi (in which channel) dikaji dalam analisis media. Unsur penerima (to
whom) dikaitan dengan analisis khalayak, sementara unsure pengaruh (with what
effect), jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang ditimbulkan pesan
komunkasi massa pada khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa.
Teori Komunikasi Model SMCR
Studi Kasus
Pengunjung atau konsumen yang berada dalam lingkungan interior café dapat
memaknai segala sesuatu dari lingkungan interior tersebut dan membentuk sebuah
citra atau persepsi. Proses pembentukan citra melalui interio store di benak konsumen
dimulai dari pengunjung memperhatikan elemen interior House of Raminten. Elemen
interior tersebut memberikan pengalaman indrawi, perasaan, berpikir, bertindak, dan
berhubungan kepada pengunjung. Pengalaman yang didapat pengunjungn
membentuk sebuah citra yang merupakan kesatuan aspek dari tingkat perhatian, kesan,
dan keyakinan pengunjung terhadap House of Raminten. Berdasarkan proses tersebut
ditemukan bahwa interior House of raminten membentuk citra House of Raminten
sebagai sebuah café yang unik, klasik dengan konsep tradisional Jawa. Citra tersebut
sesuai dengan apa yang diharapkan House of Raminten.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana metode
ini menitik beratkan pada proses observasi dan suasana yang alamiah. Subyek
penelitian dalam penelitian ini adalah konsumen pria dan wanita House of Raminten
yang sudah dan belum mengetahui tentang House of Raminten sebelumnya. Pihak
House of Raminten juga menjadi subyek penelitian, untuk membandingkan citra
yang diharapkan dengan citra yang terbentuk pada konsumen. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu;
wawancara, observasi langsung, dan daftar pustaka. Data tersebut dibutuhkan
untuk melakukan analisis data yang dilakukan dengan cara triangulasi sumber
data.
Proses pembentukkan citra di benak konsumen melalui interior store House of
Raminten diawali dari konsumen memperhatikan elemen-elemen yang terdapat pada
interior store House of Raminten. Perhatian pengunjung tersebut memberikan
pengalaman indrawi penglihatan, pendengaran, dan penciuman terhadap pengunjung.
Perhatian terhadap elemen interior House of Raminten juga memberikan pengalaman
perasaan, pengalaman berpikir, pengalaman bertindak, dan pengalaman berhubungan.
Pengalaman-pengalaman yang didapat oleh pengunjung dari perhatian interior store
tersebut membentuk kesan dan keyakinan tentang House of Raminten di benak
pengunjung. Citra House of Raminten sebagai sebuah café unik, klasik, dan berkonsep
tradisional Jawa, kurang lebih sesuai dengan apa yang diharapkan oleh House of
Raminten sebagai sebuah café. Proses pembentukan citra tersebut sesuai dengan apa
yang telah dikonsepkan pada kerangka konsep.
Model Komunikasi SMCR (David K. Berlo dalam Mulyana 2007:12) dapat
diterapkan pemilik café pada interior storenya. Pemilik brand dapat memanfaatkan
Design interior store untuk melakukan komunikasi dengan tujuan membentuk citra di
benak konsumen. Citra unik terbentuk pada House of Raminten bukan berdasarkan
perpaduan elemen interior store yang mewakili moderen dan tradisional melainkan
lebih pada karena interior seperti House of Raminten jarang ditemui pengunjung.
Studi Kasus:
Teori ini menerangkan bahwa setiap pesan yang disampaikan akan langsung
dapat diterima oleh sikomunikan, teori ini sama dengan system pemasaran.
Mempergunakan dimensi komunikasi ini dipergunakan agar mengetahui langkah-
langkah dalam penggunaan teori ini, Menerangkan tentang jenis- jenis komunikasi
yaitu kerumunan, audience, massa dan publik. Menurut Schramm, komunikasi
senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsure, sumber (source), pesan (messege)
dan sasaran (destination).
Sumber boleh jadi seorang individu ( berbicara, menulis, menggambar, memberi
isyarat) atau suatu organisasi komunikasi ( seperti surat kabar, penerbit, stasiun
televisi, atau studio film). Pesan dapat berbentuk tinta pada kertas, gelombang swara di
udara, implus dalam arus listrik, lambaian tangan, bendera diudara, atau setiap tanda
yang dapat di tafsirkan. Sasarannya mungkin individu yang mendengarkan. Menonton
atau membaca, atau anggota suatu kelompok, seperti kelompok diskusi, khalayak
pendengar ceramah, kumpulan penonton sepak bola atau anggota khalayak media
massa.