Anda di halaman 1dari 6

Tugas Teori Komunikasi

Penerapan dan Contoh Studi Kasus Model Lasswell, Model SMCR, dan
Model Sirkuler Osgood dan Schramm

Disusun Oleh:
Melyssa Rikayaq (2003110102)
Nabila Salwa Marpaung (2003110119)
Yoga Rizaldy (2003110103)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN 2021
Model Lasswel
Model komunikasi Lasswel berupa ungkapan verbal, yakni,

 Who
 Says What
 In Which Channel
 To Whom
 With What Effect
Model ini dikemukakan Harold Lasswell tahun 1948 yang menggambarkan
proses komunikasi dan fungsi-fungsi yang diembannya dalam masyarakat. Lasswell
mengemukakan tiga funggsi komunikasi, yaitu :pertama, pengawasan lingkungan yang
mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam
lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang
merespons lingkungan ; ketiga, transmisi warisan sosial dari sesuatu generasi ke
generasi lainnya.
Model komunikasi Lasswell dikelompokkan ke dalam bentuk model komunikasi
linear. Dalam model komunikasi linear, komunikasi dipandang sebagai proses yang
berjalan secara satu arah atau one way communication dimana pengirim pesan atau
sender adalah satu-satunya elemen komunikasi yang mengirimkan pesan kepada
penerima pesan. Penerima pesan digambarkan tidak memberikan umpan balik atau
tanggapan terhadap pesan yang dikirimkan. Sinyal pesan di-encode dan dikirimkan
melalui media. Umumnya, model komunikasi linear diterapkan dalam konteks
komunikasi massa seperti televisi, radio, dan lain-lain.
Studi Kasus
Model Lasswell sering diterapkan dala komunikasi massa. Model tersebut
mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber
(who) merangsang pertanyaan mengenai pengendalian pesan (misalnya oleh ”penjaga
gerbang”), sedangkan unsur pesan (says what) meruupakan bahan untuk analisis isi.
Saluran komunikasi (in which channel) dikaji dalam analisis media. Unsur penerima (to
whom) dikaitan dengan analisis khalayak, sementara unsure pengaruh (with what
effect), jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang ditimbulkan pesan
komunkasi massa pada khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa.
Teori Komunikasi Model SMCR

S-M-C-R model (Model S-M-C-R)


Rumus S-M-C-R adalah singkatan dari istilah-istilah:

 S singkatan dari Source yang berarti sumber atau komunikator,


 M singkatan dari Message yang berarti pesan,
 C singkatan dari Channel yang berarti saluran atau media,
 R singkatan dari Receiver yang berarti penerima atau komunikan.
Khusus mengenai istilah Channel yang disingkat C pada rumus S-M-C-R itu yang
berarti saluran atau media, komponen tersebut menurut Edward Sappir mengandung
dua pengertian, yakni primer dan sekunder. Media sebagai saluran primer adalah
lambang, misalnya bahasa, kial (gesture), gambar atau warna, yaitu lambang-lambang
yang dieprgunakan khusus dalam komunikasi tatap muka face-to-face
communication), sedangkan media sekunder adalah media yang berwujud, baik media
massa, misalnya surat kabar, televisi atau radio, maupun media nir-massa, misalnya,
surat, telepon atau poster. Jadi, komunikator pada komunikasi tatap muka hanya
menggunakan satu media saja, misalnya bahasa, sedangkan pada komunikasi bemedia
seorang komunikator, misalnya wartawan, penyiar atau reporter menggunakan dua
media, yakni media primer dan media sekunder, jelasnya bahasa dan sarana yang ia
operasikan.

Studi Kasus
Pengunjung atau konsumen yang berada dalam lingkungan interior café dapat
memaknai segala sesuatu dari lingkungan interior tersebut dan membentuk sebuah
citra atau persepsi. Proses pembentukan citra melalui interio store di benak konsumen
dimulai dari pengunjung memperhatikan elemen interior House of Raminten. Elemen
interior tersebut memberikan pengalaman indrawi, perasaan, berpikir, bertindak, dan
berhubungan kepada pengunjung. Pengalaman yang didapat pengunjungn
membentuk sebuah citra yang merupakan kesatuan aspek dari tingkat perhatian, kesan,
dan keyakinan pengunjung terhadap House of Raminten. Berdasarkan proses tersebut
ditemukan bahwa interior House of raminten membentuk citra House of Raminten
sebagai sebuah café yang unik, klasik dengan konsep tradisional Jawa. Citra tersebut
sesuai dengan apa yang diharapkan House of Raminten.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana metode
ini menitik beratkan pada proses observasi dan suasana yang alamiah. Subyek
penelitian dalam penelitian ini adalah konsumen pria dan wanita House of Raminten
yang sudah dan belum mengetahui tentang House of Raminten sebelumnya. Pihak
House of Raminten juga menjadi subyek penelitian, untuk membandingkan citra
yang diharapkan dengan citra yang terbentuk pada konsumen. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu;
wawancara, observasi langsung, dan daftar pustaka. Data tersebut dibutuhkan
untuk melakukan analisis data yang dilakukan dengan cara triangulasi sumber
data.
Proses pembentukkan citra di benak konsumen melalui interior store House of
Raminten diawali dari konsumen memperhatikan elemen-elemen yang terdapat pada
interior store House of Raminten. Perhatian pengunjung tersebut memberikan
pengalaman indrawi penglihatan, pendengaran, dan penciuman terhadap pengunjung.
Perhatian terhadap elemen interior House of Raminten juga memberikan pengalaman
perasaan, pengalaman berpikir, pengalaman bertindak, dan pengalaman berhubungan.
Pengalaman-pengalaman yang didapat oleh pengunjung dari perhatian interior store
tersebut membentuk kesan dan keyakinan tentang House of Raminten di benak
pengunjung. Citra House of Raminten sebagai sebuah café unik, klasik, dan berkonsep
tradisional Jawa, kurang lebih sesuai dengan apa yang diharapkan oleh House of
Raminten sebagai sebuah café. Proses pembentukan citra tersebut sesuai dengan apa
yang telah dikonsepkan pada kerangka konsep.
Model Komunikasi SMCR (David K. Berlo dalam Mulyana 2007:12) dapat
diterapkan pemilik café pada interior storenya. Pemilik brand dapat memanfaatkan
Design interior store untuk melakukan komunikasi dengan tujuan membentuk citra di
benak konsumen. Citra unik terbentuk pada House of Raminten bukan berdasarkan
perpaduan elemen interior store yang mewakili moderen dan tradisional melainkan
lebih pada karena interior seperti House of Raminten jarang ditemui pengunjung.

Teori Komunikasi Sirkular (Circular Theory)


Circular Theory Teori sirkular ini dikembangkan oleh Charles E. Osgood dan
Wilbur Schramm, yang menitik beratkan pembahasan pada perilaku pelaku-pelaku
utama dalam proses komunikasi (Efenndy, 2000). Osgood berpendapat bahwa technical
communication model dari Shannon dan weaver dirancang untuk problem-problem.
Adapun model Osgood dikembangkan atas dasar Theory of Meaning dan
psychologuistic. Karena menurutnya setiap individu dalam komunikasi sekaligus
berfungsi sebagai source dan sebagai destination.
Sebagaimana halnya transmitter dan receiver mendecording pesan-pesan, dia
juga sekaligus mengkode melalui sejumlah feedback secara mekanis. Model sirkuler ini
ditandai dengan adanya unsur feedback, hal ini berarti proses komunikasi tidak
berawal dari satu titik dan berakhir pada titik yang lain. Pada dasarnya proses
komunikasi itu berbalik satu lingkaran penuh, dalam model Osgood, input diartikan
sebagai beberapa bentuk dari energi fisik dan stimuli yang diberi sandi dalam bentuk
yang dirobah oleh implus-implus sensoris.
Receiver bekerja atas stimuli atau input melalui proses-proses. Osgood
menyebutnya sebagai reception dan perception. Sedangkan transmitter dalam
teminologi Osgood, membentuk motor organisasi dan rangkaian kegiatan. Message
atau respons dengan demikian meliputi output sumber dan input destination, Output
dihasilkan melalui encoding sementara input diperoleh melalui decoding.
Dalam metode Osgood, destinatian memiliki kedudukan yang sama dengan
source. Dalam pemahaman Osgood, setiap individu dalam proses komunikasi dilihat
sebagai suatu sistem komunikasi lengkap yang cocok dengan model Shannon dan
Weaver. Osgood kemudian merekontruksi model Shannon sebagaimana yang
disebutnya dengan istilah communication unit yang terdiri atas pengirim dan penerima
pesan.
Dalam hal ini Osgood memberi penekanan pada situasi sosial komunikasi
dengan menerangkan pada beberapa model yang memadai dibutuhkan sekurang-
kurangnya dua unit komunikasi, yaitu source unit ( speaker) dan unit destination
( hearer). Kedua sistem tersebut dihubungkan oleh sistem tunggal yang disebut sebagai
message. Sehubungan dengan hal di atas, message sebagai bagian dari total input suatu
source unit, serta sekaligus juga menjadi bagian total input dari destination unit.
Schramm membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model
komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang
memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke
model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu. Model yang pertama mirip
dengan model Shannon dan Weaver.
Dalam modelnya yang kedua, Schramm memperkenalkan gagasan bahwa
kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaran-lah yang sebenarnya
dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan
sasaran. Model ketiga, Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan
kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyendi-balik, mentransmisikan dan
menerima sinyal. Di sini kita melihat umpan balik dan” lingkaran” yang berkelanjutan
untuk berbagi informasi. Pada model ketiga ini, Schramm bekerjasama dengan Osgood
sehingga dikenal sebagai model sirkular Osgood dan Schramm (The Osgood and
Schramm Circular Model).
Jika model Shannon dan Weaver merupakan proses yang linear, model ini
dinilai sebagai sirkular dalam derajat yang tinggi. Perbedaan lainnya ialah apabila
Shannon dan Weaver menitikberatkan perhatiannya langsung kepada saluran yang
menghubungkan pengirim (sender) dan penerima (receiver) atau dengan kata lain,
komunikator dan komunikan. Schramm dan Osgood menitikberatkan pembahasannya
pada perilaku pelaku-pelaku utama dalam proses komunikasi. Shannon dan Weaver
membedakan source dengan transmitter dan antara receiver dengan distination.
Dengan kata lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi pengiriman (transmitting) dan pada
sisi penerimaan (receiving) dari proses. Pada Schramm dan Osgood ditunjukkan
fungsinya yang hampir sama. Digambarkan dua pihak berperilaku sama, yaitu
encoding (menyandi), decoding (menyandi-balik) dan interpreting (menafsirkan).

Studi Kasus:
Teori ini menerangkan bahwa setiap pesan yang disampaikan akan langsung
dapat diterima oleh sikomunikan, teori ini sama dengan system pemasaran.
Mempergunakan dimensi komunikasi ini dipergunakan agar mengetahui langkah-
langkah dalam penggunaan teori ini, Menerangkan tentang jenis- jenis komunikasi
yaitu kerumunan, audience, massa dan publik. Menurut Schramm, komunikasi
senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsure, sumber (source), pesan (messege)
dan sasaran (destination).
Sumber boleh jadi seorang individu ( berbicara, menulis, menggambar, memberi
isyarat) atau suatu organisasi komunikasi ( seperti surat kabar, penerbit, stasiun
televisi, atau studio film). Pesan dapat berbentuk tinta pada kertas, gelombang swara di
udara, implus dalam arus listrik, lambaian tangan, bendera diudara, atau setiap tanda
yang dapat di tafsirkan. Sasarannya mungkin individu yang mendengarkan. Menonton
atau membaca, atau anggota suatu kelompok, seperti kelompok diskusi, khalayak
pendengar ceramah, kumpulan penonton sepak bola atau anggota khalayak media
massa.

Anda mungkin juga menyukai