Anda di halaman 1dari 43

A.

WAWASAN NUSANTARA
 Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sejarah dan perjuangan yang
tidak boleh dilupakan. Mulai dari sejarah nusantara, hingga zaman reformasi
seperti sekarang ini. Semuanya telah melalui waktu yang cukup panjang. 
Sejarah yang telah dialami oleh negara ini, tentunya menjadi saksi bisu
perjuangan para pahlawan yang telah membawa Indonesia menuju kebebasan
dari penjajahan.
Sebelum adanya Republik Indonesia, Nusantara telah dijajah oleh beberapa
negara. Berkat persatuan dan kesatuan yang dijunjung tinggi, Indonesia
menjadi negara merdeka yang independen. 
Untuk membahas lebih lanjut tentang asal mula Nusantara dan sejarah
Nusantara, tim Qubisa akan berbagi informasi mengenai kerajaan yang pernah
ada di Indonesia. Yuk simak informasinya di bawah ini.
 Kerajaan Hebat yang Menjadi Cikal Bakal Sejarah
Nusantara
Jauh sebelum tahun masehi, Nusantara menjadi nama yang dikenal oleh
masyarakat masa itu, mulai dari wilayah ujung Sumatera hingga Papua. Sejarah
Nusantara menyebutkan bahwa Nusantara memiliki wilayah dengan berbagai
kerajaan yang mendiaminya. Lalu apa saja kerajaan tersebut?
 Kerajaan Majapahit
Tidak lengkap rasanya jika membahas asal muasal terbentuknya
Nusantara tanpa menyebut kerajaan besar yang satu ini. Majapahit adalah
salah satu kerajaan besar dan berpengaruh karena berhasil menaklukan semua
wilayah yang ada di Nusantara. 
Kerajaan ini dibentuk tahun 1293 dan terus mengembangkan perluasan
wilayah kepulauan di Indonesia yang strategi hingga ke berbagai daerah,
seperti Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan tentunya Jawa.

 Kerajaan Mataram
 Tidak kalah dari kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram juga hampir menjadi
poros maritim dunia karena memiliki pengaruh yang besar di Nusantara
terutama di Jawa. Kesultanan Mataram berdiri pada akhir abad ke-16 dan hanya
bertahan sekitar 100 tahun. Pada masa kerajaan Mataram, Belanda mulai berani
memasuki Nusantara dan menyebabkan banyak kekacauan, kerajaan inilah
yang banyak melakukan perlawanan kepada Belanda pada saat itu.
 Kerajaan Singasari
Sejarah Nusantara tidak lengkap jika tanpa Kerajaan Singasari. Sama halnya
dengan Kesultanan Mataram, Kerajaan Singasari juga hanya bisa berdiri sekitar
100 tahun bahkan kurang. Singasari berdiri sejak tahun 1222 dan dianggap
sebagai cikal bakal hebatnya kerajaan Majapahit. Di kerajaan ini, Ken Arok
terkenal sebagai raja pertama yang berhasil membangun Singasari menjadi kuat
dengan tersebarnya wilayah kekuasaan hingga Pulau Sumatera.
 Kerajaan Kutai
Kerajaan yang menjadi contoh letak geografis dan riwayat geologi
Nusantara ini hanya memiliki sedikit bukti sejarah. Hal ini tentunya berbeda
dengan Kerajaan Majapahit yang memiliki banyak bukti sejarah. Kerajaan
Kutai dianggap sebagai kerajaan yang paling lama berdiri di Indonesia. Para
ilmuwan menemukan beberapa prasasti yang terdapat cerita tentang sejarah
Kerajaan Kutai yang mampu berdiri hingga tahun 1200.
 Kerajaan Sriwijaya
Dalam sejarah Nusantara menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjadi
kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya ini telah
berdiri sekitar abad ke-7 masehi, hal ini berdasarkan bukti yang terdapat pada
prasasti dan catatan perjalanan yang berada di Tiongkok. Sama halnya dengan
kerajaan lain, Sriwijaya juga telah berpengaruh bagi seluruh Nusantara pada
saat itu.
 Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Hindu yang ada di Indonesia ini telah berdiri pada tahun 450 masehi.
Konon nama Tarumanegara berasal dari kata “taruma” yang artinya adalah
sungai yang membelah Jawa Barat atau Sungai Citarum, dan kata “negara”
yang berarti negara atau kerajaan. 
Bukti dari peninggalan sejarah Nusantara ini adalah ditemukannya candi yang
sangat luas bernama candi Batujaya di Muara Citarum yang dianggap sebagai
peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Masih banyak kerajaan yang menjadi sejarah Nusantara dan tentunya tidak
boleh kita lupakan. Kalau ingin mempelajari lebih banyak mengenai sejarah
Nusantara, Anda bisa mempelajarinya di Qubisa platform
belajar online Indonesia dan masuk kategori Geografi Nusantara.
B. IDIOLOGI PANCASILA
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan Negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak dan bukan hanya diciptakan oleh seorang sebagai mana
yang terjadi pada ideologi lain di dunia.
 
Namun terbentuknya pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah
bangsa Indonesia. Ideologi merupakan sebuah istilah yang sangat kental dengan
kehidupan bernegara, berbangsa sehingga warna dari suatu bangsa sangat ditentukan
oleh ideologi yang dianutnya.
 
Ideologi dalam arti sempit dapat dipahami sebagai seperangkat gagasan yang memuat
penjelasan terhadap realistis, cita-cita, nilai yang ingin dicapai, dan cara mencapai
cita-cita tersebut yang menjadi pedoman bagi suatu komunitas untuk bertindak, yang
diakui dan dinyatakan secara tersurat oleh komunitas tersebut.
 
Ideologi dalam arti luas mengandung pengertian sama, hanya tidak dinyatakan secara
tersurat sebagai “ideologi” (sastrapradetdja, 2001:45).
 
Secara bahasa Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu panca yang artinya lima.
Sedangkan sila artinya dasar. Jadi Pancasila adalah lima dasar.
 
Adapun menurut istilah atau terminologi, Pancasila adalah konsep lima dasar yang
menjadi ideologi negara Indonesia yang dikemukakan oleh Ir Soekarno.
 
Pancasila menjadi panduan dan pedoman bangsa Indonesia dalam kehidupan
bernegara. Untuk memahami apa itu ideologi Pancasila kita uraikan satu persatu
secara bahasa.
 
Istilah ideologi terdiri-dari dua akar kata diambil dari bahasa Yunani yakni logos dan
idea. Logos adalah buah pemikiran. Adapun idea adalah sebuah konsep atau ide.
 
Dengan demikian, ideologi adalah konsep buah pemikiran. Jika ditambahkan
dengan Pancasila berarti konsep buah pemikiran yang berlandaskan pada nilai
Pancasila.
 
Pancasila bukan hanya dijadikan ideologi bagi setiap bangsa Indonesia. Bahkan
dijadikan ideologi negara. Setiap perilaku pejabat dan jajaran pemerintahan mesti
mengacu pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila merupakan jati
diri dan identitas bangsa.
 
Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia sudah menempuh beberapa periode. Yang
dimulai dari periode zaman Orde Lama. Pada masa ini merupakan masa awal
membangun negara Indonesia. Pancasila dijadikan pedoman dan ideologi negara.
Namun pada kenyataannya masih banyak penyelewengan dari ideologi negara ini.
 
Pada masa orde lama, para pemimpin masih mencari model yang tepat dari bentuk
Pancasila sebagai ideologi negara. Apalagi situasi di dalam negeri yang sebagian
masih terdapat pemberontakan dan situasi dunia yang mengalami ketidakpastian.
 
Pada Orde Baru, pemerintah berkomitmen untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan kehidupan setiap bangsa Indonesia sehari-
hari. Hingga lahirlah beberapa butir pancasila dan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4).
 
Pada mulanya, pemerintah dan rakyat berkomitmen menjalankan nilai Pancasila
secara utuh. Pada jaman orde baru, nilai-nilai Pancasila hanya berupa tulisan. Tapi
pada kenyataannya tidak dilaksanakan.
 
Seperti kekuasaan Presiden yang terus diperpanjang sampai 32 tahun. Kemudian
timbulnya tafsir Pancasila melalui Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
sesuai kehendak pemerintah, kebebasan mengemukakan pendapat di khalayak umum
mulai diberangus, dan penyelewengan lain dari nilai Pancasila.
 
Setelah masa orde baru tumbang diakibatkan oleh penyelewengan dari nilai-nilai
Pancasila, kemudian berganti dengan masa reformasi. Pada masa reformasi, semua
pihak berjanji untuk menjalankan nilai-nilai Pancasila secara menyeluruh dan
konsekuen.
 
Beberapa pasal, kebijakan, dan peraturan negara yang dianggap bertentangan dengan
nilai Pancasila dihapuskan atau diganti dengan peraturan yang sesuai dan senafas
dengan nilai Pancasila.
 
Bunyi 5 Sila dalam Pancasila
Setiap gerak dan langkah bersosialisasi mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Pancasila
itu terdapat beberapa nilai di dalamnya yang terangkum dalam lima asas yakni :
1.Ketuhanan Yang Maha Esa
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Di masa reformasi saat ini, kebebasan yang terbuka luas bagi bangsa Indonesia mesti
sesuai dengan nilai Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara mendapatkan
tantangan yang cukup berat.
 
Hal ini seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi yang kian berubah sangat
cepat. Walaupun begitu, nilai-nilai Pancasila saat ini masih sesuai dengan
perkembangan jaman terkini.
 
Dalam tatanan negara maka Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara Indonesia.
Dalam arti setiap peraturan dan perundang-undangan negara mesti berpedoman pada
nilai-nilai Pancasila yang  terkandung di dalamnya. Peraturan dan kebijakan
pemerintah tidak diperbolehkan bertentangan dengan Pancasila.
 
Pancasila sebagai ideologi negara sekaligus sebagai sumber hukum di atas sumber
hukum negara. Pancasila sebagai ideologi negara sangat luas penerapannya bagi
individu. Para aparat pemerintah dan negara mesti bersikap sesuai dengan nilai dan
asas Pancasila. Walaupun demikian, sebagian aparat pemerintah mulai meninggalkan
nilai-nilai Pancasila.
 
Seperti korupsi dan hidup bermewah-mewahan serta mementingkan kepentingan diri
dan kelompoknya. Mereka hanyalah oknum yang mengatasnamakan Pancasila untuk
kepentingan diri dan kelompoknya.
 
Sila-sila yang terdapat dalam Pancasila merupakan pandangan dan keseharian hidup
serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu
dirangkum dalam konsep Pancasila.
 
Berikut ini beberapa contoh sumber ideologi Pancasila yang berasal dari kearifan
lokal dalam masyarakat kita.
1.Silaturahmi
2.Adat istiadat
3.Gotong royong
4.Beragama
5.Musyawarah
6.Saling menghargai dan beradab
 
Pancasila menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Bangsa lain tidak pernah
mempunyai semboyan yang sakti dan kuat seperti Pancasila. Kesaktian Pancasila
terbukti dalam dua peristiwa penting, antara lain:

1. Pemberontakan G30S PKI

 
Pada saat PKI hendak melakukan kudeta dengan membunuh para Jenderal maka
tujuan utama PKI adalah merubah dasar negara Indonesia yakni Pancasila dengan
dasar negara Komunis. Ternyata upaya tersebut gagal dan Pancasila tetap sebagai
dasar negara dan ideologi Indonesia yang tak tergantikan oleh paham apapun.

1. Kemajemukan Dapat Bersatu

 
Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas. Setiap wilayah terdiri-dari
berbagai suku, bahasa, agama, etnis, kelompok dan budaya. Seperti penganut agama
Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lain-lain. Kemudian jenis etnis seperti Sunda,
Batak, Dayak, Madura, Jawa, Bugis, Minang, dan etnis lain sebagainya.
 
Perbedaan itu tidak bisa disatukan dengan apapun kecuali dengan Pancasila sehingga
menjadi sumber ideologi Pancasila yang penting.
 
Dalam kehidupan kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan hidup
bangsa Indonesia sudah dijelaskan dalam UUD 1945. Penjelasan dan butirnya sudah
dijelaskan lebih lengkap. Tinggal ke penerapannya saja dalam sehari-hari.
 
Dasar negara Pancasila sudah bagus dalam isi dan kandungan nilai di dalamnya.
Penerapan Pancasila harus dilakukan oleh setiap pribadi bangsa Indonesia. Karena ini
menjadi landasan dan pijakan bagi negara dan bangsa Indonesia.
 
Dalam penerapan Pancasila dalam keseharian hidup tidaklah susah. Karena nilai-nilai
dalam Pancasila sudah menjadi kebiasaan dan kearifan lokal orang Indonesia sejak
dulu.
 
Untuk mengamalkan ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan
dengan melakukan hal-hal berikut ini, antara lain:
1. Membiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baik
2. Mencintai barang-barang produksi Indonesia supaya ekonomi rakyat Indonesia bisa
terangkat
3. Menjaga toleransi antara umat beragama
4. Menjaga persatuan Indonesia di tengah kemajemukan dalam budaya, bahasa, etnis,
dan adat istiadat
5. Musyawarah dan menciptakan keadilan sosial secara merata
6. Partisipasi dalam Pemilihan Umum sesuai dengan sila ke-4 Pancasila.
 
Bagi bangsa Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam pastinya tidak sulit
untuk mempraktekkan nilai, fungsi dan kaidah Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Karena semua yang terkandung dalam Pancasila selaras dengan agama Islam.
 
Islam memberikan kebebasan kepada para penduduknya untuk memeluk agama sesuai
keyakinan dan kepercayaan.
 
Pancasila tidak lahir begitu saja. Ada orang yang merumuskannya. Lahirnya Pancasila
bermula dari para pemimpin Indonesia yang berkumpul tanggal 1 Juni 1945 dalam
merumuskan dasar negara. Beberapa tokoh Indonesia mengemukakan pendapatnya
masing-masing mengenai dasar negara Indonesia, antara lain : Muhammad Yamin dan
Ir Soekarno. Sehingga hari lahirnya Pancasila selalu diperingati pada tanggal 1 Juni.
 
Adapun yang menjadi kedudukan Pancasila, antara lain:
1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
2. Falsafah hidup bangsa dan negara
3. Pedoman tindakan dan perbuatan bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
4. Dasar negara Indonesia
5. Ideologi negara dan bangsa Indonesia
6. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia
Pancasila adalah sebuah ideologi negara dan bangsa Indonesia yang bersifat terbuka.
Dalam arti, isi dari Pancasila tidak bisa berubah-ubah sesuai kondisi perkembangan
tertentu. Pancasila adalah hasil dari kontrak sosial. Pancasila akan terus berlaku jika
bangsa Indonesia masih menyepakatinya secara bersama-sama.
 
Penyelewengan Pancasila lainnya dari era Orde Lama adalah terjadinya
pemberontakan G30S PKI, presiden membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil
Pemilihan Umum 1955 dan diangkatnya Ir Soekarno jadi Presiden seumur hidup.
 
Pada masa orde baru juga terjadi penyelewengan ideologi Pancasila berupa kebebasan
berpendapat dan kebebasan pers yang sangat terbatas. Kemudian dilanjutkan pada era
reformasi sekarang ini yang marak peredaran miras, narkoba, vandalisme, pertikaian
antar suku, anarkisme dan kebejatan moral, dan konflik di tengah masyarakat. Untuk
saat sekarang ini, Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia harus benar-benar
diterapkan sepenuhnya.
 
Tidak boleh ada lagi korupsi, nepotisme, mementingkan kepentingan sendiri dan
kelompok dan lain-lain. Membumikan ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
harus kita laksanakan dengan benar. Hal ini sesuai cita-cita Bapak Pendiri Bangsa.
Nilai Pancasila yang luhur akan mampu membawa bangsa dan negara Indonesia
menuju kepada kesejahteraan lahir dan batin
C. POLITIK INDONESIA
Politik Indonesia adalah berlangsung dalam rangka republik demokrasi perwakilan presidensial di
mana Presiden Indonesia ialah kepala negara dan kepala pemerintahan dan sistem multi partai. Kekuasaan
eksekutif di jalankan oleh pemerintahan. Kekuasaan legislatif dipegang oleh pemerintah Permusyawaratan
Rakyat bikameral. Lembaga Yudikatif yaitu independen dari eksekutif dan legislatif. UUD 1945 mengatur
pemisahan kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif secara terbatas. Sistem pemerintahan telah
digambarkan sebagai presidensial dengan karakteristik parlementer[1].
UUD 1945 mengatur pemisahan kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif secara terbatas. Sistem
pemerintahan telah digambarkan sebagai presidensial dengan karakteristik parlementer. Menyusul kerusuhan
Mei 1998 di Indonesia dan pengunduran diri Presiden Suharto, beberapa informasi politik dilakukan melalui
amandemen Undang-Undand Dasar Indonesia, yang mengakibatkan perubahan pada semua cabang
pemerintahan. The Economist Intelligence Unit menilai Indonesia sebagai Demokrasi yang Cacat pada tahun
2019. Partai politik Indonesia telah dicirikan sebagai partai kartel dengan pembagian kekuasaan yang luas di
antara partai-partai dan akuntabilitas yang terbatas kepada pemilih [2] .
Kekuasaan eksekutif dipimpin oleh seorang Presiden Indonesia yang merupakan kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan. Dalam menjalankan tugasnya, presiden dibantu oleh seorang Wakil
Presiden Indonesia. Kekuasaan legislatif terletak pada Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia (MPR) yang dibagi menjadi Sistem dua kamar, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD). Cabang yudikatif terdiri
dari Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA) dan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MK) yang
secara bersama-sama memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan inspektif dipegang oleh Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia yang memiliki perwakilan di setiap provinsi dan kabupaten/kota di seluruh
wilayah Republik Indonesia.
Pemilihan umum di Indonesia diselenggarakan setiap lima tahun serentak. Pemilihan yang dilakukan untuk
memilih anggota DPR, anggota DPD, dan anggota DPRD disebut pemilihan umum legislatif (Pileg); untuk
memilih presiden dan wakil presiden disebut pemilihan umum presiden (Pilpres); sementara untuk memilih
kepala daerah disebut pemilihan umum kepala daerah (Pilkada). Pemilihan umum di Indonesia menganut
sistem multipartai.
Ada perbedaan antara sistem politik Indonesia dan negara demokratis lainnya, di antaranya adalah adanya
MPR yang merupakan ciri khas dari kearifan lokal Indonesia, MK yang juga berwenang mengadili sengketa
hasil pemilihan umum, bentuk negara kesatuan yang menerapkan prinsip-prinsip federalisme seperti adanya
DPD, dan sistem multipartai berbatas dengan setiap partai yang mengikuti pemilihan umum harus
memenuhi ambang batas 4% untuk dapat menempatkan anggotanya di DPR.

Sejarah Demokrasi Liberal[sunting | sunting sumber]


Politik Indonesia adalah merupakan kedaulatan rakyat/masyarakat termanifestasi dalam pemilihan parlemen
dan presiden setiap lima tahun. Negara Indonesia menganut demokrasi konstitusional. [3][4]
Era Semokrasi Liberal (Bahasa Indonesia: Demokrasi Liberal) di Indonesia dimulai pada tanggal 17 Agustus
1950 dan juga pada tahun ini pulau Sumatramenjadi bagian dari Republik Indonesia setelah pembubaran
federal Republik Indonesia Serikat kurang dari setahun setelah pembentukannya, dan berahir dengan
pemberlakuan darurat militer dan keputusan Presiden Sukarno tahun 1959 tentang pengenalan Demokrasi
terpimpin pada tanggal 5 Juli. Itu menyaksikan sejumlah peristiwa penting, termasuk konferensi Bandung
1955, pemilihan umum dan pemilihan Majelis Konstitusi pertama di Indonesia, dan priode ketidakstabilan
politik yang diperpanjang, tanpa kabinet yang berlangsung selama dua tahun.
Sejak tahun 1957, Demokrasi Terpimpin adalah sistem politik yang berlaku sampai orde baru dimulai pada
tahun 1966. Itu adalah gagasan Presiden Sukarno, dan merupakan upaya untuk mewujutkan stabilitas politik.
Ia menilai demokrasi dengan cara Barat tidak sesuai dengan situasi Indonesia. Sebaliknya, ia mencari sistem
yang didasarkan pada sistem Musyawarah dan mufakat desa tradisional masyarakat Adat, yang terjadi dibawah
bimbingan dudungan tradisional.

Masa awal dan Orde Lama[sunting | sunting sumber]

Edisi cetak UUD 1945

Peralihan ke Orde Baru pada pertengahan 1960-an, menggulingkan Sukarno setelah 22 tahun menjabat. Salah
satu periode paling bergejolak dalam sejarah modern negara ini, adalah dimulainya masa kepresidenan Suharto
selama tiga dekade. Digambarkan sebagai dhalang besar (master boneka), Sukarno menarik kekuasaan dari
menyrimbangan kekuatan yang berlawanan dan semakin antagonis dari tentara dan Partai Komunis Indonesia
(PKI).
Pada tahun 1965, PKI secara ekstensif merambah semua tingkatan pemerintahan dan memperoleh pengaruh
dengan mengorbankan tentara. Pada tanggal 30 September 1965, enam perwira militer paling senior tewas
dalam suatu aksi (umumnya disebut percobaan kudeta) oleh apa yang disebut Gerakan 30 September, sebuah
kelompok dari dalam angkatan bersenjata. Dalam beberapa jam, Mayor Jendral Suharto mengerahkan pasukan
dibawah komandonya dan menguasai Jakarta. Anti-komunis, awalnya mengikuti pimpinan tentara, melakukan
pembersihan komunis dengan kekerasan diseluruh negeri, menewaskan sekitar setengah juta orang dan
menghancurkan PKI, yang secara resmi disalahkan atas krisis tersebut [5][6].
Sukarno yang lemah secara politik terpaksa menyerahkan kekuatan politik dan militer utama kepada Jendral
Suharto, yang telah menjadi kepala angkatan bersenjata. Pada Maret 1967, Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) mengangkat Jendral Suharto sebagai pejabat Presiden. Dia secara resmi diangkat sebagai
presiden satu tahun kemudian. Sukarno hidup dibawah tahanan rumah virtual sampai kematiannya pada tahun
1970. Berbeda dengan badai nasionalisme, retorika revolusioner, dan kegagalan ekonomi yang menjadi ciri
awal 1960-an di bawah Sukarno yang berhaluan kiri, Orde Baru Suharto yang pro-Barat menstabilkan
ekonomi tetapi terus berlanjut. dengan falsafah negara Pancasila[7].
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) memilih dan mengangkat Soekarno sebagai presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakil
presiden. Sehari setelahnya, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disahkan sebagai
konstitusi, meskipun pemberlakuannya sempat ditangguhkan seiring disahkannya kesepakatan Konferensi
Meja Bundar yang memasukkan RI sebagai bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS) yang
memiliki Konstitusi Republik Indonesia Serikat. Indonesia juga memiliki Daftar Perdana Menteri
Indonesia yang pertama kali dijabat oleh Sutan Syahrir hingga terakhir Soekarno yang menjabat sebagai
presiden sekaligus perdana menteri. Walaupun Volksraad atau "Dewan Rakyat" telah ada sejak zaman Hindia
Belanda, tetapi lembaga legislatif Indonesia baru dirintis melalui pembentukan Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) yang diketuai Kasman Singodimedjo. Pada masa RIS, dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia Serikat dan Daftar anggota senat Republik Indonesia Serikat. Lembaga yudikatif telah
berdiri sejak Kusumah Atmaja menjabat sebagai Daftar Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia pada 19 Agustus 1945.
Pasca-RIS, Indonesia memasuki Sejarah Indonesia (1950–1959). Pada masa ini, presiden berperan sebagai
kepala negara sedangkan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Sementara itu, Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia digunakan sebagai konstitusi sampai Konstituanteberhasil menghasilkan UUD
yang baru. Pada periode ini, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara dibentuk hingga anggota DPR
hasil Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955 terpilih.
Dekret Presiden 5 Juli 1959 menginisiasi Sejarah Indonesia (1959–1965). UUD 1945 kembali dijadikan
konstitusi. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dibentuk yang menjadi cikal bakal MPR.
Selain lembaga-lembaga di atas, Indonesia pernah memiliki lembaga pertimbangan sebagai salah
satu Lembaga Tinggi Negara. Awalnya, organisasi ini diberi nama Majelis Pertimbangan (MP), kemudian
Badan Pertimbangan Agung (BPA), Dewan Nasional, Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS), dan
terakhir Dewan Pertimbangan Agung (DPA).

Orde Baru[sunting | sunting sumber]

Peta yang menggambarkan partai politik dengan raihan suara terbanyak per provinsi pada pemilu 1971 hingga 2019

Sejak MPRS menunjuk Soeharto sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia pada 1967 dan kemudian


sebagai presiden pada tahun berikutnya, Indonesia memasuki masa Orde Baru. Pada periode ini,
gagasan antikomunisme berkembang sehingga Partai Komunis Indonesia dibubarkan dan dilarang. Partai-
partai politik disederhanakan — dari 10 partai politik yang berpartisipasi pada Pemilihan umum legislatif
Indonesia 1971 menjadi tiga partai politik yang mengikuti lima pemilu setelahnya. Partai Golongan
Karya menjadi pemenang dalam setiap pemilu, sementara Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)
menjalani dwifungsi sehingga ikut berpartisipasi dalam perpolitikan[8].
Segera setelah percobaan kudeta pada tahun 1965, situasi pilitik tidak menentu, tetapi orde baru mendapat
dukungan dari masyarakat yang mengingikan pemisahan dari masalah- masalah Indonesia sejak
kemerdekaannya. Generasi 66 (Angkatan 66) melambangkan pembicaraan sekelompok pemimpin muda baru
dan pemikir intlektual baru. Menyusul konflik komunal dan politik, dan keruntuhan ekonomi dan kehancuran
sosial pada akhir 1950-an hingga pertengahan 1960-an, Orde Baru berkomitmen untuk mencapai dan
mempertahankan tatanan politik, pembangunan ekonomi, dan penghapusan partisipasi massa dalam proses
politik. Ciri-ciri Orde Baru yang berdiri sejak akhir 1960-an adalah peran politik yang kuat bagi militer,
birokratisasi dan korporatisasi organisasi politik dan rakyat, dan represi lawan selektif namun efektif. Anti-
komunisme yang keras tetap menjadi ciri khas rezim selama 32 tahun berikutnya [7].
Namun, dalam beberapa tahun, banyak dari sekutu aslinya menjadi acuh tak acuh atau menolak Orde Baru,
yang terdiri dari militer yang didukung oleh kelompok sipil yang sempit. Di antara banyak gerakan pro-
demokrasi yang memaksa Suharto untuk mengundurkan diri pada tahun 1998 dan kemudian memperoleh
kekuasaan, istilah Orde Baru telah digunakan secara merendahkan. Ini sering digunakan untuk
menggambarkan tokoh-tokoh yang terkait dengan Orde Baru, atau yang menjunjung tinggi praktek rezim
otoriternya, Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Dikenal dengan singkatan KKN: Korupsi, Kolusi, Nepotisme) [9].

Reformasi[sunting | sunting sumber]
Sejarah Indonesia (1998–sekarang) dalam kancah politik Indonesia yang dimulai sejak 1998 telah
menghasilkan banyak perubahan penting dalam bidang politik di Indonesia, di antaranya adalah empat kali
amendemen terhadap UUD 1945 pada Sidang Umum MPR 1999, 2000, 2001 dan 2002. Hasilnya, pasal-pasal
dalam konstitusi berubah dari 37 pasal menjadi 73 pasal dan hanya 11% yang tidak berubah dari versi
awalnya.[10] Perubahan-perubahan paling penting di antaranya:[11][12]

 membatasi masa jabatan presiden dan wakil presiden menjadi dua periode,
 membentuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang bersama-sama dengan DPR menjadi anggota
MPR,
 memurnikan dan memberdayakan sistem pemerintahan presidensial alih-alih semipresidensial,
 melangsungkan pemilihan presiden secara demokratis dan tidak dipilih oleh MPR,
 menata kembali mekanisme hubungan antarlembaga negara dan tidak memberikan kedudukan
konstitusional tertinggi kepada MPR,
 menghapus Dewan Pertimbangan Agung.
 mengamanatkan pemilihan dengan prinsip langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil,
 membentuk Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk mengawal dan mempertahankan
sistem ketatanegaraan sebagaimana diatur dalam konstitusi,
 membentuk Komisi Yudisial Republik Indonesia, dan
 menambah sepuluh pasal baru tentang hak asasi manusia.
Pasangan presiden dan wakil presiden mulai dipilih secara langsung oleh rakyat sejak Pemilihan umum
Presiden Indonesia 2004. Di sisi lain, kepala daerah (gubernur, bupati, dan wali kota) yang mulanya dipilih
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sejak tahun 2005 juga dipilih oleh rakyat melalui Pemilihan
kepala daerah di Indonesia. Pada cabang legislatif, anggota MPR terdiri atas anggota DPR ditambah anggota
DPD yang semuanya dipilih melalui pemilu legislatif.

Cabang Legislatif[sunting | sunting sumber]

MPR adalah cabang legislatif dari sistem politik Indonesia. MPR terdiri dari dua majelis: DPR, yang biasa
disebut Dewan Perwakilan Rakyat, dan DPD, yang disebut Dewan Perwakilan Daerah. 575 anggota DPR
dipilih melalui daerah pemilihan dengan banyak anggota, sedangkan 4 anggota DPD dipilih dari masing-
masing dari 34 provinsi pelengkap DPR; ia dapat mengusulkan RUU, menawarkan pendapatnya dan
berpartisipasi dalam diskusi, tetapi ia tidak memiliki kekuatan hukum. DPR sendiri memiliki kekuasaan di luar
kekuasaan yang diberikan kepada rumah masing-masing. Itu dapat mengubah konstitusi, melantik presiden dan
melakukan prosedur impeachment. Ketika MPR bertindak dalam fungsi ini, ia melakukannya hanya dengan
menggabungkan anggota kedua majelis[13][14]

Hubungan Luar Negeri[sunting | sunting sumber]


Sejak tahun 1980-an, Indonesia telah bekerja untuk mengembangkan hubungan politik dan ekonomi yang erat
antara negara-negara Asia Tenggara, dan juga dan juga berpengaruh dalam Organisasi Kerjasama Islam.
Indonesia dikritik habis-habisan antara tahun 1975 dan 1999 karena diduga menindas hak asasi manusia di
Timor Timur, dan karena mendukung kekerasan terhadap orang timor setelah pemisahan diri dan
kemerdekaannya pada tahun 1999. Sejak tahun 2001, pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan AS
dalam memecahkan turun pada fundamentalisme Islam dan kelompok teroris.
Selama masa presiden Suharto, Indonesia membangun hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat dan
memiliki hubungan yang sulit dengan Republik Rakyat Tiongkok karena kebijakan anti-komunis Indonesia
dan ketegangan domestik dengan komunitas Tionghoa. Ia menerima kecaman internasional atas
pencaplokannya atas Timor Timur dan negosida terkait terhadap orang timor pada tahun 1978. Indonesia
adalah anggota pendiri perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, dan dengan demikian menjadi anggota
ASEAN+3 dan KTT Asia Timur.

Pemerintahan daerah[sunting | sunting sumber]


Indonesia dibagi-bagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan/atau kota
yang diatur dengan undang-undang tersendiri mengenai pembentukan daerah tersebut. Setiap kabupaten dan
kota tersebut juga dibagi ke dalam satuan-satuan pemerintahan yang disebut kecamatan/distrik. Setiap
kecamatan/distrik tersebut dibagi ke dalam satuan-satuan yang lebih kecil yaitu kelurahan, desa, nagari,
kampung, gampong, pekon, dan sub-distrik serta satuan-satuan setingkat yang diakui keberadaannya oleh
UUD NKRI 1945.
Pemerintahan daerah pada tingkat provinsi, kabupaten, dan kota terdiri atas Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah/DPRD yang merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang keduanya
merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintah daerah memiliki kekuasaan untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, pemerintah
daerah juga berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan. Pemerintah daerah berhak menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali mengenai urusan politik
luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter & fiskal nasional dan agama.
D. SOSIAL BUDAYA INDONESIA
istem sosial budaya Indonesia adalah sebagai totalitas nilai, tata sosial, dan tata
laku manusiaIndonesia harus mampu mewujudkan pandangan hidup
dan falsafah negara Pancasila ke dalam segala segi kehidupan berbangsa dan bernegara.[1] Asas
yang melandasi pola pikir, pola tindak, fungsi, struktur, dan proses sistem sosial budaya Indonesia
yang diimplementasikan haruslah merupakan perwujudan nilai- nilai Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, transformasi serta pembinaan sistem social budaya harus tetap berkepribadian
Indonesia.[1]

Asas Sistem Sosial Budaya Indonesia


Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh sebelum lahirnya
(secara formal) masyarakat Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda antara lain merupakan bukti yang
jelas. Peristiwa ini merupakan suatu konsensus nasional yang mampu membuat masyarakat
Indonesia terintegrasi di atas gagasan Bineka Tunggal Ika. Konsensus adalah persetujuan atau
kesepakatan yang bersifat umum tentang nilai-nilai, aturan, dan norma dalam menentukan sejumlah
tujuan dan upaya mencapai peranan yang harus dilakukan serta imbalan tertentu dalam suatu
sistem sosial.Model konsensus atau model integrasi yang menekankan akan unsur norma dan
legitimasi memiliki landasan tentang masyarakat, yaitu sbb:

 Setiap masyarakat memiliki suatu struktur yang abadi dan mapan


 Setiap unsur masyarakat memiliki fungsinya masing-masing dalam kelangsungan
masyarakat tersebut sebagai suatu sistem keseluruhan
 Unsur dalam masyarakat itu terintegrasi dan seimbang
 Kelanjutan masyarakat itu berasaskan pada kerja sama dan mufakat akan nilai-nilai
Kehidupan sosial tergantung pada persatuan dan kesatuan[
Apabila menelaah pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peristiwa Sumpah Pemuda
merupakan konsensus nasional yang mendapat perwujudannya di dalam sistem budaya Indonesia
yang didasarkan pada asas penting, yaitu sebagai berikut ini.[1]
1. Asas kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Kesempurnaan hanya dapat dicapai oleh manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara melalui semangat dan takwa, sebab pada akhirnya apa yang diperoleh manusia,
masyarakat, bangsa, dan Negara, bahkan kemerdekaan itu adalah rahmat Tuhan Yang
Maha Esa.[1]
2. Asas merdeka
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, karena itu kehidupan pribadi/ keluarga,
masyarakat, dan bangsa yang bebas itu mempunyai tanggung jawab
dan kewajiban bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi kemerdekaanitu.[1]
3. Asas persatuan dan kesatuan
Bangsa Indonesia terdiri atas aneka ragam suku, budaya, bahasa, adat istiadat daerah dan
sebagainya telah membentuk Negara Republik Indonesia yang
meletakkan persatuan dan kesatuan sebagai asas sosial budayanya.[1]
4. Asas kedaulatan rakyat
Kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara selalu
mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam rangka mengutamakan kepentingan
umum di atas kepentingan golongan/pribadi.[1]
5. Asas adil dan makmur
Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan harus mempunyai kehidupan yang layak dan
adil sehingga pekerjaan, pendidikan, profesi, kesehatan, pangan, pakaian, perumahan,
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi hak yang
dipertanggungjawabkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.[1]

Pola Pikir, Pola Tindak, dan Fungsi Sistem Sosial Budaya


Indonesia[
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, yang hidup tersebar diseluruh tanah air, yang
memiliki berbagai macam ragam budaya.[1] Sehingga menimbulkan keanekaragaman institusi dalam
masyarakat.[1] Institusi adalah suatu konsep sosiologi yang paling luas digunakan, walau memiliki
pengertian yang berlainan:

1. Digunakan untuk merujuk suatu badan, seperti universitas dan perkumpulan


2. Organisasi yang khusus atau disebut pula institusi total, seperti penjara atau rumah
sakit
3. Suatu pola tingkah laku yang telah menjadi biasa atau suatu pola relasi sosial yang
memiliki tujuan sosial tertentu
Bronislaw menganggap institusi sosial merupakan konsep utama untuk memahami masyarakat,
yang setiap institusi saling berkaitan dan masing-masing memiliki fungsinya.[1] Koentjaraningrat
mengemukakan bahwa institusi itu mengenai kelakuan berpola dari manusia dalam kebudayaan
yang terdiri atas tiga wujud, yaitu:

 Wujud idiil
 Wujud kelakuan
 Wujud fisik dari kebudayaan
Koentjaraningrat mengatakan, bahwa seluruh total dari kelakuan manusia yang berpola tertentu bisa
diperinci menurut fungsi-fungsi khasnya dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
bermasyarakat.[1] Maka pola pikir, pola tindak dan fungsi sistem sosial budaya Indonesia merupakan
institusi sosial, yaitu suatu sistem yang menunjukkan bahwa peranan sosial dan norma-norma saling
berkait, yang telah disusun guna memuaskan suatu kehendak atau fungsi sosial. Komponen-
komponen dari pranata social adalah: Sistem Norma, Manusia, dan Peralatan fisik.[1]

Pola Pikir Sistem Sosial Budaya Indonesia[


Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
Kehidupan Beragama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus dapat
mewujudkan kepribadian bangsa Indonesia yang percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.[1]
1. Negara Persatuan
Negara Republik Indonesia adalah negara persatuan yang mendasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan kehidupan negara
harus berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen. Maka, pembangunan nasional adalah pengamalan Pancasila dan hakikatnya
pembangunan nasional itu adalah pembangunan seluruh manusia Indonesia dalam
kehidupan manusia yang serba cepat dan canggih.[1]
2. Demokrasi Pancasila
Dalam negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan
dan permusyawaratan perwakilan, kehidupan pribadi atau keluarga dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara harus mampu memilih perwakilannya dan pemimpinnya yang
dapat bermusyawarah untuk mufakat dalam mengutamakan kepentingan umum diatas
kepentingan golongan dan perseorangan demi terselenggaranya kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat. Karena itu, sistem menejemen sosial perlu ditegakkan, baik melalui
peraturan perundang- undangan maupun moral.[1]
3. Keadilan Sosial bagi Semua Rakyat
Letak geografis Indonesia, sumberdaya alam, dan penduduk Indonesia dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus mempunyai politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, dan keamanan yang berkeadilan bagi semua rakyat.[1]

4. Budi Pekerti
5. Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara harus memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.[1] Berarti bahwa kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama
dan kepercayaannya itu harus dijamin, dimana pendidikan dan pengajaran menjadi
hak warga negara yang membutuhkan suatu sistem pendidikan nasional.
[1]
 Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi
daya rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang
terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan didaerah-daerahseluruh Indonesia.
[1]
 Kebudayaan harus menuju kearah kemajuan serta tidak menolak bahan- bahan
baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya
kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Indonesia.[1]
Pola Tindak Sistem Sosial Budaya Indonesia[
1. Gotong Royong
Persatuan dan kesatuan hanya terwujud melalui gotong royong, suatu sikap kebersamaan
dan tenggang rasa, baik dalam duka maupun suka, kehidupan keluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.[1]
2. Prasaja
Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat tidak akan terwujud apabila kehidupan
yang sederhana, hemat, cermat, disiplin, professional, dan tertib tidak dilaksanakan.[1]
3. Musyarawah untuk Mufakat
Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan golongan atau perorangan dapat
menemui perbedaan yang tidak yang tidak diakhiri dengan perpecahan atau perpisahan,
maupun pertentangan.[1]
4. Kesatria
Persatuan dan kesatuan, maupun keadilan sosial tidak dapat terwujud tanpa keberanian,
kejujuran, kesetiaan, pengabdian, dan perjuangan yang tidak mengenal menyerah demi
kehidupan bersama.[1]
5. Dinamis
Kehidupan pribadi/keluarga, bangsa dan negara juga bersifat dinamis sesuai dengan
zaman, sehingga waktu sangat penting dalam rangka persatuan dan kesatuan, maupun
keadilan sosial bagi seluruh rakyat.[1]

Fungsi Sistem Sosial Budaya Indonesia[


1. Dalam Keluarga
Keluarga adalah lahan pembibitan manusia seutuhnya. Keluarga adalah organisasi alami
yang penuh kasih sayang.[2]
2. Dalam Masyarakat
Organisassi sosial kemasyrakatan ini adalah lahan pengkaderan, sebagai keluarga buatan,
gotong royong buatan, yang penuh perbedaan kepentingan.[2]
3. Dalam Berbangsa dan Bernegara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, penyelenggaraan negara
dan pemerintah harus mengutamakan kepentingan umum.[2]

Struktur Sistem Sosial Budaya Indonesia[


Raymond firth mengemukakan bahwa konsep struktur sosial merupakan alat analisis yang
diwujudkan untuk membantu pemahaman tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial.
[3]
 Dasar yang penting dalam struktur sosial ialah relasi-relasi sosial yang jelas penting dalam
menentukan tingkah laku manusia, yang apabila relasi sosial itu tidak dilakukan, maka masyarakat
itu tak terwujud lagi. Struktur sosial juga dapat ditinjau dari segi status, peranan, nilai-nilai, norma,
dan institusi sosial dalam suatu relasi.[3] Nilai adalah pembentukan mentaliatas yang dirumuskan dari
tingkah laku manusia sehingga menjadi sejumlah anggapan yang hakiki, baik, dan perlu dihargai.
[3]
 Dari pendapat Raymond Firth dan Max Weber, sistem nilai yang harus diwujudkan atau
diselenggarakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ditemukan dalam
proses pertumbuhan pancasila sebagai dasar falsafah atau ideologi Negara.[3]
Jadi, struktur system sosial budaya indonesia dapat merujuk pada nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila yang terdiri atas:

 Tata nilai
Tata nilai ini meliputi:

 Nilai agama; * Nilai kebenaran; * Nilai moral; * Nilai vital; * Nilai material.[4]
 Tata sosial
NKRI adalah Negara hukum, semua orang adalah sama di mata hukum. Tata hukum di Indonesia
adalah sistem pengayoman yang mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruhu
rakyat Indonesia.[4]

 Tata laku
Dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, maka tata laku harus berpedoman pada
norma-norma yang berlaku, yaitu: norma agama, norma kesusilaan/kesopanan, norma adat istiadat,
norma hukum setempat, norma hukum Negara.[4]

Proses Sistem Sosial Budaya Indonesia[


Masyarakat mempunyai bentuk – bentuk struktural, yang dinamakan struktur sosial.[5] Struktur sosial
ini bersifat statis dan bentuk dinamika masyarakat disebut proses sosial dan perubahan sosial.
Masyarakat yang mempunyai bentuk – bentuk strukturalnya tentu mengalami pola – pola perilaku
yang berbeda – beda juga tergantung dengan situasi yang dihadapi masyarakat tersebut.
[5]
 Perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengarah pada suatu dinamika sosial bermula
dari masyarakat tersebut melakukan suatu komunikasi dengan masyarakat lain, mereka membina
hubungan baik itu berupa perorangan atau kelompok sosial.[5] Tetapi sebelum suatu hubungan dapat
terjadi perlu adanya suatu proses berkaitan dengan nilai – nilai sosialdan budaya dalam masyarakat.
[5]
 Dengan suatu masyarakat yang mengetahui nilai sosial dan budaya masyarakat lain maka
hubungan dapat terbentuk.[5]Maka dapat diartikan bahwa proses sosial adalah sebagai pengaruh
timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.[5]

Proses sistem sosial budaya Indonesia sebagai bagian yang tidak


dapat terpisahkan dari proses pembangunan
nasional[sunting | sunting sumber]
Pengamalan Pancasila, yang pada hakikatnya pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Maka pada
dasarnya proses sistem sosial budaya Indonesia selalu berkaitan dengan pembangunan nasional di
mana ia berlangsung beriringan dengan pebangunan nasional, bahkan kadang bisa mendahului
pembangunan nasional agar masyarakat dapat menerima pembaharuan sebagai hasil
pembangunan nasional.[1] Setelah menyiapkan masyarakat agar mampu menerima pembangunan,
maka kemudian menyiapakan agar manusia dan masyarakat dapat berperan serta dalam proses
pembangunan nasional tersebut dengan memiliki kualitas sebagai berikut:

 Beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa


 Berbudi pekerti luhur
 Berkepribadian
 Bekerja keras
 Berdisiplin
 Tangguh
 Bertanggung jawab
 Mandiri
 Cerdas dan terampil
 Sehat jasmani dan rohani
 Cinta tanah air
 Memiliki sifat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial
 Percaya pada diri sendiri dan memiliki harga diri
 Inovatif dan kreatif
 Produktif dan berorientasi ke masa depan
Karena pembangunan nasional yang selalu beriringan dengan proses sistem sosial budaya
Indonesia maka jika manusia atau masyarakat ikut serta dalam pembangunan nasional mereka juga
ikut berperan serta dalam proses sistem sosial budaya Indonesia sehingga komunikasi akan terjadi
di antara mereka yang kemudian suatu hubungan dapat terjalin.[1] Hal ini dapat menyebabkan
dinamika sosial terjadi yang akan menuju pada perubahan dan perkembangan pada masyarakat
tersebut yang ke arah lebih baik.[1]

Transformasi Sistem Sosial Budaya


Indonesia[sunting | sunting sumber]
Pembangunan nasional merupakan suatu upaya melakukan transformasi atau perubahan dalam
masyarakat, yaitu transformasi budaya masyarakat agraris tradisional menuju budaya
masyarakat industri modern dan masyarakat informasi yang tetap berkepribadian Indonesia.
Namun sistem feodalismeyang masih bercokol dalam kehidupan masyarakat Indonesia membawa
dampak negatif yakni berupa kelemahan mentalitas. Kelemahan mentalitas ini dapat menghambat
pembangunan nasional.[1]

Menurut Koentjaraningrat terdapat 2 jenis mentalitas dalam


masyarakat Indonesia[sunting | sunting sumber]
Mentalitas yang cocok dengan jiwa pembangunan[sunting | sunting sumber]

1. Tidak berspekulasi tentang hakikat kehidupan, karya, dan hasil karya manusia,


tetapi manusia itu bekerja keras untuk dapat makan.[1]
2. Menghargai waktu, artinya selalu memperhitungkan tahapan-tahapan aktivitas
dalam lingkaran waktu.[1]
3. Tidak merasa tunduk pada alam, sebaliknya juga tidak merasa mampu
menguasainya. Hidup harus selaras dengan alam sekelilingnya.[1]
4. Memiliki rasa kehidupan bersama.[1]
5. Pada hakikatnya manusia tidak berdiri sendiri melainkan selalu membutuhkan
bantuan dari sesamanya. Hanya saja sisi negatifnya adalah jangan dengan sengaja
berusaha menonjolkan diri di atas orang lain.[1]
Mentalitas yang tidak cocok dengan jiwa pembangunan[
1. Tidak bersumber kepada suatu nilai yang berorientasi terhadap hasil karya manusia
itu sendiri, tetapi hanya terhadap amal dari karya ibarat orang sekolah, tidak
mengejar pengetahuan dan ketrampilan, melainkan mengejar ijazahnya saja.[1]
2. Masih terdapat rasa sentimen yang agak berlebihan terhadap benda-benda pusaka
nenek moyang, mitologi dan banyak hal mengenai masa lampau.[1] Hal ini bukannya
melemahkan mentalitas, hanya saja suatu orientasi yang terlampau banyak terarah
ke zaman dulu akan melemahkan kemampuan seseorang untuk melihat masa
depan.[1]
3. Berspekulasi tentang masalah hubungan antarmanusia dengan alam, serta terlalu
menggantungkan diri pada nasib. Dalam menghadapi kesulitan hidup cenderung
berlari ke alam kebatinan (klenik).[1]
4. Mentalitas yang orientasinya mengarah pada orang yang berpangkat tinggi, senior,
dan orang-orang tua, sehingga hasrat untuk berdiri sendiri dan berusaha sendiri
masih lemah.[1] Seperti rendahnya disiplin pribadi yang murni, orang cenderung taat
jika ada pengawasan dari atas. Juga mentalitas yang selalu menunggu restu dari
atasan.[1]
5. Sifat -sifat kelemahan yang bersumber pada kehidupan keragu-raguan dan hidup
tanpa orientasi yang tegas antara lain:

 Sifat mentalitas yang meremehkan mutu


 Sifat mentalitas yang suka mengambil jalan pintas
 Sifat kurang percaya diri
 Sifat tidak berdisiplin murni
 Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh
Agar perubahan tata laku, tata sosial dan tata nilai dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tetap
mendukung keberhasilan pembangunan nasional, perlu diciptakan
pranata-pranata sosial yang dapat mendukung proses transformasi
system sosial budaya Indonesia[sunting | sunting sumber]
1. Mewajibkan sebagai syarat suatu nilai budaya yang berorientasi ke masa depan
2. Sifat hemat dan hasrat untuk bereksplorasi dan berinovasi
3. Pandangan hidup yang menilai tinggi hasil karya
4. Sikap lebih percaya kepada kemempuan sendiri
5. Berdisiplin murni dan berani bertanggung jawab sendiri
6. Menghilangkan rasa, kepekaan terhadap mutu dan mentalitas mencari jalan pintas
7. Mengatasi penyakit-penyakit sosial budaya yang parah, seperti krisis otoritas, krisis
ekonomi yang berkepanjangan, kemacetan administrasi, dan korupsi secara
menyeluruh yang sekarang masih mengganas dalam masyarakat
Cara mengubah mentalitas yang lemah[sunting | sunting sumber]
1. Memberi contoh yang baik.[1] Asumsinya ialah karena banyak orang Indonesia
mempunyai mentalitas beorientasi kearah pembesar-pembesar, maka asal saja
orang-orang pembesar itu memberi contoh yang benar dari atas, itu dapat
dikembangkan, misalnya sifat hemat dll.[1]
2. Memberi perangsang yang cocok sebagai motivasi. Motivasi dapat untuk
menggerakkan orang untuk bersikap.[1] Contoh, yaitu perangsang yang bisa
mendorong orang menjadi lebih berhasrat untuk menabung uangnya di bank adalah
tentu tidak hanya bunganya yang menarik misalnya, namun perlu ada perangsang
lain, yaitu pelayanan yang baik.[1]
3. Melaksanakan persuasif dan penerangan merupakan jalan lain yang sebenarnya
harus di intensifkan oleh para ahali penerangan dan ahli media masa, karena
meraka mempunyai imajinasia yang besar.[1]
4. Menanamkan suatu mentalitas pembangunan yang baru.[1]
5. Hal itu tentunya hanya mungkin pada generasi yang baru,yaitu anak-anak yang
harus diasuh dan dibina dengan kesadaran yang tinggi agar 15 tahun lagi mereka
akan menjadi manusia Indonesia baru yang bangga akan usaha dan
kemampuannya sendiri, mempunyai hasil karya yang tinggi, mempunyai rasa
disiplin, berani bertanggung jawab sendiri dan mempunyai perasaan yang peka
terhadap mutu.[1
E. SEJARAH INDONESIA
Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak
zaman prasejarahberdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu.
Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-
kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan yang terutama mengandalkan
perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda, Portugis,
dan Spanyol) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama
sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal,
pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno(1966); Era Orde Baru,
32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Orde Reformasi yang berlangsung
sampai sekarang.

Prasejarah
Artikel utama: Nusantara pada periode prasejarah

Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali ditemukan di Sangiran

Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara)


merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-
Australia, dan Lempeng Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang
ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, sekitar 10.000 tahun
yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim pertama.
Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari
masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)
[1]
 di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masa Zaman
Es terakhir.[2]
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati
jalur pantai Asiadari Asia Barat, dan pada sekitar 60.000 sampai 70.000 tahun yang lalu telah
mencapai Pulau Papua dan Australia.[3] Mereka, yang berfenotipe kulit gelap dan rambut ikal rapat,
menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur
kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan
kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan
melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson). Proses
migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. Kedatangan gelombang penduduk
berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau
berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa
Tenggara. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok
tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau,
pengolahan perunggudan besi, teknik tenun ikat, praktik-praktik megalitikum, serta pemujaan roh-
roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah terbentuk
permukiman-permukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk
pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perniagaan.

Era Kerajaan-Kerajaan di Nusantara


Sejarah awal
Lihat pula: Sejarah Nusantara
Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di
Pulau Jawa dan Sumatra atau Swarna Dwipa sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan
mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-5, yaitu
Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai
Mahakam, Kalimantan. Pada tahun 425 ajaran Buddhisme telah mencapai wilayah tersebut.
Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ratusan tahun dengan dua imperium besar,
yaitu Sriwijaya di Sumatra pada abad ke-7 hingga ke-14 dan Majapahit di Jawa pada abad ke-
13 sampai ke-16, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang acap kali menjadi vasal
tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perkawinan dan
perdagangan (seperti di Maluku). Hal tersebut telah terjadi sebelum Eropa Baratmengalami
masa Renaisans pada abad ke-16.

Kerajaan Hindu-Buddha
Artikel utama: Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha

Prasasti Tugu peninggalan Raja Purnawarman dari Taruma

Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Buddha,


yaitu Kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.
Pada abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.
Penjelajah Tiongkok, I Ching, mengunjungi ibu kota Sriwijaya, Palembang, sekitar tahun 670. Pada
puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Baratdan Semenanjung
Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa
Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil
memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir
seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan
dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracaritaRamayana.

Kerajaan & Kesultanan Islam


Artikel utama: Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam
Kesultanan sebagai sebuah pemerintahan oleh penguasa Muslim hadir di Indonesia sekitar abad
ke-12 dan membangun tamadun. Namun, sebenarnya Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad
ke-7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat
Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Tiongkok, Sriwijaya di Asia Tenggara, dan Bani
Umayyah di Asia Barat sejak abad ke-7.[4]
Menurut sumber-sumber Cina zaman Dinasti Tang, menjelang akhir perempatan ketiga abad 7,
seorang pedagang Arab menjadi pemimpin permukiman Arab Muslim di pesisir
pantai Sumatra. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini tampak
pada tahun 100 H (718 M) RajaSriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat
kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan dai yang
bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan
seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu
gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu
wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil,
kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan
kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang takbegitu banyak, tetapi sekadar
tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat
mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua
tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula beragama Hindu,
menjadi masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada
tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Buddha.[5]
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan
Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M.
Contoh lain adalah Kesultanan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di Kepulauan Maluku ini
tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semakin menyebarkan pelbagai ajarannya ke penduduk dan melalui
pembauran, menggantikan Hindu dan Buddha sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-
16 di Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-
kepulauan di Timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-
16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agamadi kepulauan-kepulauan
tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para
penyebar dakwah atau mubalig merupakan utusan dari negara-negara Muslim yang datang dari
luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubalig ini bekerja melalui
cara berdagang, para mubalig inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk
indigenos, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya,
karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut.
Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kesultanan Demak Kerajaan Djipang Kerajaan
Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-
negara Eropa, Kesultanan Mataram, Kesultanan Iha, Kesultanan Gowa, Kesultanan
Gorontalo, Kesultanan Ternate, dan Kesultanan Tidoredi Maluku.

Era kolonial
Kolonisasi Portugis dan Spanyol
Artikel utama: Sejarah Nusantara Zaman Portugis dan Spanyol

Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber


tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Tolong
bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang
layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat
kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya kolonisasi berabad-abad
oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Britania dan Belanda—juga Spanyol dalam
waktu yang singkat.
Dari Sungai Tajo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra
Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung
Harapan di Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan
Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad ke-16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati
oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus atau
Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada tahun 1502 di
tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.
Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja
Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah
lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang
berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral
kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan
gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan
arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of
Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya
ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam
tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah emas,
kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di
Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung
ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600
tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai
perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis
yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.

Periode kolonisasai Portugis di Nusantara


Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan
Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatra, Jawa, Banda, dan
Maluku.
Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.[6]
Pada tahun 1522, Portugis sudah sampai di Pelabuhan Sunda untuk menandatangani perjanjian
dagang dengan Raja Sunda. Perjanjian dagang tersebut dilakukan pada tanggal 21 Agustus 1522.
[7]
 Pada hari yang sama dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-
Portugal di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkih dan Jalan Kali Besar Timur I,
Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang atau benteng
di Sunda Kelapa.[8]
Pada 1512, Afonso de Albuquerque mengirim sebuah ekspedisi yang terdiri dari dua kapal dan
sebuah karavel di bawah pimpinan Antonio de Abreu untuk mencari kepulauan rempah-rempah.[9]
Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak sejarah
yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya flores,
Solor dan Maluku. Di Jakarta, terdapat Kampong Tugu yang terletak di antara Kali Cakung, pantai
Cilincing, dan tanah Marunda. Penduduk kampung tersebut menamakan diri "orang Portugis" dan
percaya bahwa mereka adalah turunan bangsa Portugis.[10]
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu
2 armada Portugis, masing-masing di bawah pimpinan Anthoni d'Abreu dan Fransisco Serau,
mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu.[11] Setelah mereka menjalin persahabatan
dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate,
Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, yang terletak di antara Negeri Hitu Lama
dan Mamala di Pulau Ambon sekarang.[12] Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak
berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran
agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Fransiskus Xaverius. Tiba di Ambon pada tahun 1546,
[13]
 kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate.[14]Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada
tahun 1570. Pada akhir tahun 1575, bangsa Portugis menyerah kepada Sultan Babullah.[15]
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di
Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya
di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz.[16] Demikian
pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda.[17] Sejak saat itu Belanda
berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak
saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku.[18] Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon
Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC
selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya;
Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
Kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512 membangun
Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka daerah Sulawesi
Utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan Portugis kemudian
dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca buku:Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh
David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil
mengusir Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor timur
(sejak 1515).
Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan
pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornellis de Houtman
pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.

Perlawanan Rakyat terhadap Portugis


Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke Kepulauan Maluku merupakan
perintah dari negaranya untuk berdagang.
Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis
Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah berlangsung dari
tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka dapat
mengusir Portugis. Portugis membangun beberapa Benteng pertahanan di Minahasa di antaranya di
Amurang dan Kema.[19]
Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka.
Usaha perlawanan kolonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami kegagalan
karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada Demak di bawah
pimpinan Fatahillah/Falatehan dapat menguasai Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada
Portugis dapat dihancurkan oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda
Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta.[20][21]
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis
Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat
perlawanan keras dari rakyat Aceh.[22] Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan
Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan 1629.[23][24]
Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis
Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis
berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena
keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-
rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir
Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat
kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis
hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede.[25] Selanjutnya dipimpin oleh Sultan
Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.

Garis waktu kolonialisasi Eropa di Indonesia


Kolonialisasi Spanyol
 1521 Spanyol mendarat di Sulawesi Utara
o 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.
o 1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk
mengusir kolonial Spanyol.
o 1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya
Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut
kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang
Mongondow yang berakhir tahun 1692.
Kolonialisasi Portugis
1509 - 1520

 1509 Portugis tiba pertama kali di Melaka.


 1511 April, Admiral Portugis Alfonso de Albuquerque memutuskan berlayar dari Goa ke
Melaka.
o 10 Agustus, Pasukan Albuquerque menguasai Melaka.
o Sultan Melaka, Mahmud Syah melarikan diri ke Riau.
o Portugis di Melaka menghancurkan armada dari kesultanan Demak di Jawa.
o Pati Unus berkuasa di Jepara.
o Desember, Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah Antonio de Abreu dari
Melaka untuk menjelajah ke arah Timur.
 1512 Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka
menuju Madura, Bali, Lombok, Aru dan Banda.
o Dua kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; Francisco
Serrão memperbaiki kapal dan melanjutkan menuju ke Ambon, Ternate,
dan Tidore. Serrão menawarkan dukungan bagi Ternate dalam
perselisihannya dengan Tidore, pasukannya mendirikan sebuah pos
Portugis di Ternate.
 1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang menyerang Portugis di Melaka, tetapi
berhasil dipukul mundur. Maret, Portugis mengirim seorang duta menemui
Raja Sunda di Pajajaran. Portugis diizinkan untuk membangun sebuah benteng
di Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).
o Portugis menghubungi Raja Udara, anak dari Girindrawardhana dan
penguasa bekas kerajaan Majapahit
o Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan Bacan.
o Udara menyerang Demak dengan bantuan dari Raja Klungkung dari Bali.
Pasukan Majapahit dipukul mundur, tapi Sunan Ngudung tewas dalam
pertempuran. Banyak pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali.
 1514
o Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh, dan menjadi Sultan
Aceh pertama.
 1515
o Portugis pertama kali tiba di Timor.
 1518
o Sultan Mahmud dari Melaka mengambil alih kekuasaan di Johor.
o Raden Patah meninggal dunia; Pati Unus menjadi Sultan Demak.
 1520
o Aceh mulai menguasai pantai timur laut Sumatra.
o Rakyat Bali menyerang Lombok.
o Para pedagang Portugis mulai mengunjungi Flores dan Solor.
o Banjar di Kalimantan menjadi Kesultanan Islam.
1521–1530

 1521
o Unus memimpin armada dari Demak dan Cirebon melawan orang-orang
Portugis di Melaka. Unus terbunuh dalam
pertempuran. Trenggonomenjadi Sultan Demak.
o Portugis merebut Pasai di Sumatra;
o Gunung Jati (dari Cirebon) meninggalkan Pasai berangkat ke Mekkah.
o Kapal terakhir dari ekspedisi Magelhaens mengeliling dunia berlayar antara
pulau Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara.
 1522
o Februari ekspedisi Portugis di bawah De Brito tiba di Banda.
o Mei, ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah benteng
Portugis.
o Kerajaan Sunda, yang masih beragama Hindu, meminta bantuan Portugis
untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang Muslim. Kontrak
kerja sama ditandatangani dan sebuah padrao didirikan di Sunda Kalapa
o Sisa-sisa ekspedisi Magelhaens berkeliling dunia mengunjungi Timor.
o Portugis membangun benteng di Hitu, Ambon.
 1523
o Gunungjati kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di
Demak, menikahi saudara perempuan Sultan Trenggono.
 1524
o Gunungjati dari Cirebon dan anaknya Hasanuddin (di Banten) melakukan
dakwah secara terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk
memperlemah Kerajaan Sunda yang beribu kota di Pajajaran dan
persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang tadinya
tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan pihak
Cirebon dan Demak.
o Aceh merebut Pasai dan Pedir di Sumatra Utara.
 1525
o Hasanuddin (dari Banten), anak dari Gunungjati (dari Cirebon), melakukan
dakwah di Lampung.
 1526
o Portugis membangun benteng pertama di Timor.
 1527
o Demak menaklukkan Kediri, sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-
sultan Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; Sunan Kudusikut
serta.
o Demak merebut Tuban.
o Cirebon, dibantu Demak, menduduki Sunda Kelapa, pelabuhan Kerajaan
Sunda. Fatahillah mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Sukses ini
dikatakan berkat pimpinan "Fatahillah"—atau, sesuai dengan kekeliruan
ucapan Portugis, "Falatehan"—namun mungkin ini adalah nama yang
diberikan kepada Sunan Gunungjati dari Cirebon) Para penjaga keamanan
pelabuhan Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah pesisir.
Dengan demikian pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian
dagang antara Portugis dengan Kerajaan Sunda batal terwujud.
o Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini Bangkalan),
menjadi Islam di bawah Kyai Pratanu.
o Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko berusaha mengusir Portugis dari
Maluku.
 1529
o Demak menaklukkan Madiun.
o Raja-raja Spanyol dan Portugal sepakat bahwa Maluku harus menjadi milik
Portugal, dan Filipina menjadi milik Spanyol.
 1530
o Salahuddin menjadi Sultan Aceh.
o Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak
merebut Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
o Gowa mulai meluas dari Makassar.
o Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung.
1531–1540

 1536
o Serangan besar Portugis terhadap Johor.
o Antonio da Galvão menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan
pos Portugis di Ambon.
o Portugis membawa Sultan Tabariji dari Ternate ke Goa karena
mencurigainya melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis,
menggantikannya dengan saudara-saudaranya.
 1537
o Serangan Aceh atas Melaka gagal. Salahuddin dari Aceh digantikan
oleh Alaudin Riayat Syah I.
 1539
o Aceh menyerang suku Batak di selatan mereka.
 1540
o Portugis berhubungan dengan Gowa.
o Kesultanan Butung didirikan.
1541–1550

 1545
o Demak menaklukkan Malang. Gowa membangun benteng di Ujung
Pandang.
 1546
o Demak menyerang Blambangan namun gagal.
o Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh Prawata.
Menantunya, Joko Tingkir memperluas pengaruhnya
dari Pajang (dekat Sukoharjosekarang).
o St. Fransiskus Xaverius berkunjung ke Manado dan Kema.[26]
 1547
o Aceh menyerang Melaka.
 1549
o Sunan Prawata meninggal
o Arya Penangsang menggantikan Prawata sebagai Sultan Demak V
 1550
o Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores.
 1554
o Arya Penangsang meninggal, Kesultanan Demak runtuh.
1551–1560

 1551
o Johor menyerang Portugis Melaka dengan bantuan armada Ratu
Kalinyamat dari Jepara.
o Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai Kesultanan
Jailolo di Halmahera dengan bantuan Portugis.
 1552
o Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan Kesultanan
Banten, lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.
o Aceh mengirim duta ke Suleiman I, Sultan Utsmaniyah di Istanbul.
 1558
o Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di
Hitu.
o Portugis membangun benteng di Bacan.
o Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko Tinggir,
memerintah di Pajang.
o Wabah cacar di Ternate.
 1559
o Para misionaris Portugis mendarat di Timor. Khairun menjadi Sultan
Ternate.
 1560
o Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di Panarukan, di ujung timur
Jawa.
o Spanyol mendirikan pos di Manado.
1561–1570

 1561
o Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor.
 1564
o Wabah cacar di Ambon.
 1565
o Aceh menyerang Johor.
o Kutai di Kalimantan menjadi Kesultanan.
 1566
o Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu.
 1568
o Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis.
 1569
o Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon.
 1570
o Aceh menyerang Johor lagi, namun gagal.
o Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai
dengan Gubernur Lopez de Mezquita,[27] tetapi agen Portugis membunuh
Sultan Hairun.[28] Baabullah menjadi Sultan Ternate (hingga * 1583), dan
bersumpah untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka.
o Maulana Yusuf menjadi Sultan Banten.
1571–1590

 1571
o Alaudin Riyat Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga 1607.
 1574
o Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka.
 1575
o Sultan Babullah berhasil mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis
membangun sebuah benteng di Tidore.
 1576
o Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang.
 1577
o Ki Ageng Pemanahan mendirikan Kota Gede (dekat Yogyakarta sekarang).
 1579
o Banten menyerang dan meluluhlantakkan Pajajaran merebut sisa-sisa
Kerajaan Sunda, dan melakukan Islamisasi. Raja Sunda terakhir yang
enggan memeluk Islam, yaitu Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana,
meninggalkan ibu kota Kerajaan Sunda tersebut dan meninggal dalam
pelarian di daerah Banten.
o November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah menyerang kapal dan
pelabuhan Spanyol di Amerika, tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga
membenci orang-orang Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan
dengan Britania.
 1580
o Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten.
o Kerajaan Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol dibawah Raja Philip II;
usaha-usaha kolonial Portugis tidak dipedulikan.
o Drake mengunjungi Sulawesi dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke
Britania.
o Ternate menguasai Butung.
 1581
o Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram
(yang telah dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya
hingga Sunan Kalijaga dari Wali Songo mendesaknya), mengubah namanya
menjadi Kyai Gedhe Mataram.
 1584
o Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai
pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede.
 1585
o Sultan Aceh mengirim surat kepada Elizabeth I dari Britania.
o Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di
Bali karam tepat di lepas pantai.
 1587
o Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis
keturunan beralih kepada Sutawijaya. Gunung Merapi meletus.
o Portugis di Melaka menyerang Johor.
o Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh.
o Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa.
 1588
o Sutawijaya mengganti namanya menjadi Panembahan Senopati; merebut
Pajang dan Demak.
 1590
o Desa asli Medan didirikan.
1591–1659

 1591
o Senopati merebut Madiun, lalu Kediri.
o Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan Penang, tetapi misinya
gagal.
o Ternate menyerang Portugis di Ambon.
 1593
o Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali.
 1595
o 2 April, ekspedisi Belanda di bawah De Houtman berangkat ke Hindia
Belanda.
o Suriansyah menjadikan Banjar di Kalimantan sebuah Kesultanan
(belakangan Banjarmasin).
o Portugis membangun benteng di Ende, Flores
 1654
o Orang Minahasa mengizinkan Belanda membangun loji di Manado.[29]
Kolonisasi VOC
Mulai tahun 1602 Kongsi dagang VOC yang didirikan di Republik Persekutuan Tujuh
Provinsi bersaing dengan kerajaan Portugal dan Kerajaan Spanyoldalam dominasi perdagangan
rempah di Hindia Timur (Nusantara), secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini
adalah Indonesia, dengan memanfaatkan Perselisihan dan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan
kecil yang telah menggantikan Majapahit. VOC berhasil mengeliminasi Kongsi dagang EIC yang
didirikan oleh kerajaan Inggris yang bertahan di bengkulu hingga 1824, satu-satunya koloni Portugal
yang masih bertahan hingga abad 20 adalah Timor Portugis, yang tetap
dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda
namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa
Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli
terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada
tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Kongsi Dagang VOC dan dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda mendominasi Indonesia
selama hampir 350 tahun (antara 1602 dan 1945), kecuali untuk suatu masa pendek di mana
sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda (perpanjangan
dari perang Napoleonik di Eropa) dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Pada
masa penguaasaan VOC terhadap nusantara banyak penduduk di nusantara menderita akibat
monopoli, peperangan dan pajak dari VOC, salah satu perusahaan terbuka yang terbesar dalam
sejarah, Setelah VOC bangkrut pada 1799 dan aset-asetnya di nusantara diambil alih oleh
kerajaan Belanda dalam bentuk pemerintahan kolonial, Belanda mulai mengembangkan Hindia
Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda
bagi sebagian orang adalah berlebihan karena banyak wilayah di Indonesia seperti Aceh dan Papua
baru ditaklukkan secara penuh oleh Belanda mendekati abad ke 20.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-
rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap
penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-
Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika
penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda
membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau
tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa
peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

Kolonisasi pemerintah Belanda


Artikel utama: Indonesia: Era Belanda
Era Napoleon (1800-1811)
Setelah VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) jatuh bangkrut dan dibubarkan pada
akhir abad ke-18, tepatnya adalah pada tahun 1 Januari 1800dan setelah Belanda kalah Perang
Eropa dan dikuasai Prancis, maka Hindia Belanda jatuh ke tangan Prancis, walaupun secara
pemerintahan masih di bawah negara kesatuan Republik Belanda (hingga 1806), kemudian
dilanjutkan Kerajaan Hollandia (hingga 1810). Sejak saat itu dimulailah perang perebutan
kekuasaan antara Prancis (Belanda) dan Britania Raya, yang ditandai dengan peralihan kekuasaan
beberapa wilayah Hindia Belanda dan perjanjian, antara lain Persetujuan Amiens hingga Kapitulasi
Tuntang.
Dalam masa ini Hindia Belanda berturut-turut diperintah oleh Gubernur
Jenderal Overstraten, Wiese, Daendels, dan yang terakhir adalah Janssens. Pada masa Daendels
dibangunlah Jalan Raya Pos (jalur Pantura sekarang), kemudian meluaskan daerah jajahan hingga
ke Lampung, namun kehilangan Ambon, Ternate dan Tidore yang direbut Britania. Tahun 1810
ketika Prancis menganeksasi Belanda, maka bendera Prancis dikibarkan di Batavia, dan Daendels
kembali ke Eropa untuk berperang di bawah Napoleon. Janssens, penggantinya, tidak memerintah
lama, karena Britania di bawah Lord Mintodatang dan merebut Jawa dari Belanda-Prancis.
Interregnum Britania (1811-1816)
Setelah Britania menguasai Jawa, pemerintahan beralih sementara dari Belanda ke Britania, hingga
akhir perang Napoleon pada 1816 ketika Britania harus mengembalikan Hindia Belanda kepada
Kerajaan Belanda. Lord Minto menjadi Gubernur Jenderal pertama yang bermarkas di India,
sedangkan Raffles diangkat menjadi Wakil Gubernur yang memimpin Jawa. Raffles kemudian
membenahi pemerintahan di Jawa sesuai sistem pemerintahan Britania.
Salah satu penemuan penting pada pemerintahan Raffles adalah penemuan kembali Candi
Borobudur, salah satu candi Buddha terbesar di dunia, dan Gunung Tambora di Sumbawa meletus,
dengan korban langsung dan tidak langsung mencapai puluhan ribu jiwa
Pemerintahan Kerajaan Belanda (sejak 1816)
Setelah Kongres Wina mengakhiri Perang Napoleon dan mengembalikan Jawa ke Belanda, sejak
16 Agustus 1816 pemerintah Kerajaan Belandaberkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah Hindia
Belanda yang tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun 1814 dan diamendemen
tahun 1848, 1872, dan 1922 menurut perkembangan wilayah Hindia Belanda, hingga 1942 ketika
Jepang datang menyerbu dalam Perang Dunia II.
Dalam masa ini, terjadi pemberontakan besar di Jawa dan Sumatra, yang terkenal dengan Perang
Diponegoro atau Perang Jawa, pada tahun 1825-1830, dan Perang Padri (1821-1837), dan perang-
perang lainnya. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal
sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk
dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu,
seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa
kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia.
Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas
setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Politik Etis (bahasa
Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-
orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jenderal J.B. van
Heutsz pemerintah Hindia Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di
sepanjang Hindia Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.

Gerakan nasionalisme
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti
pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon hal tersebut
setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari
kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah
dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden
Indonesia yang pertama, Soekarno.

Perang Dunia II
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia Belanda
mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika
Serikat dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan
bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan
Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk
mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan
Jepang pada Maret 1942.
Pendudukan Jepang
Artikel utama: Sejarah Nusantara (1942–1945)

Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:


Sukarno dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan
membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer
Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang
pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi,
tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah
yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks,
penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan
campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional
dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa
negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan
seluruh wilayah Hindia Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk
bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju
kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.

Era kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan
Artikel utama: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti
itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai
proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa
perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat
mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno
sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi
yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini
mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang
terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan
Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa
Tenggara.

Perang kemerdekaan
Artikel utama: Sejarah Indonesia (1945–1949) dan Revolusi Nasional Indonesia

Teks Proklamasi

Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan,


melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan
logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa,
pasukan Belanda segera merebut kembali ibu kota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis
menjadikan Yogyakartasebagai ibu kota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel
tentang Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda), setelah 4 tahun peperangan
dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belandamemindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal
Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.

Demokrasi parlementer
Artikel utama: Sejarah Indonesia (1950–1959)
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem
parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen
atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada
tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang
berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam
atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk
kepada hukum Islam.Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan
kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin
oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan
diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala
negara.

Demokrasi terpimpin
Artikel utama: Sejarah Indonesia (1959–1965)
Pemberontakan yang gagal di Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai
sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem
parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral
membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan
presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label
"Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok,
kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi
resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul
di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang
kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara
komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. PKI merupakan partai
komunis terbesar setelah Uni Soviet dan Tiongkok.

Nasib Irian Barat


Artikel utama: Konflik Papua Barat
Pada saat perjuangan kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan
terhadap belahan barat pulau Nugini (Papua) . Pada perundingan Meja Bundar di Den Haag pada
1949, dicapai kesepakatan bahwa status Koloni belanda di belahan barat nugini (Papua) akan
dibicarakan setahun setelah pemindahan kedaulatan dari Kolonial Belanda ke Republik Indonesia
Serikat telah dilakukan (2 November 1949). Namun setelah perundingan Meja Bundar mencapai
kesepakatan, Kolonial Belanda di Nugini mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-
sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan penduduk Nugini Belanda pada 1 Desember 1961.
Negosiasi susulan antara pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda mengenai
penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal mencapai kata sepakat, dan pasukan
penerjun payung Indonesia mendarat di Irian dan terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan
Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan
perbincangan tertutup dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus
1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadap Irian Jaya pada 1 Mei 1963.

Konfrontasi Indonesia—Malaysia
Artikel utama: Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah
sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah tersebut.
Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas
pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara
Inggris dan Australia untuk memengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi
keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara
Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi
Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade.
Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia
dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).

Gerakan 30 September
Artikel utama: Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk
memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye
untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer
menentang hal ini.

Partai Komunis Indonesia

Pada 30 September 1965, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam
upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima
Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan
berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan.
Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa
pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.

Era Orde Baru


Artikel utama: Orde Baru
Lihat pula: Sejarah Indonesia (1965–1966)
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan
Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan
bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28
September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden,
dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993,
dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir
masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi (Pelita) sebagai tujuan
utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun
dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-
kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang
yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Irian Jaya
Artikel utama: Irian Jaya
Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice"
(Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih
dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya
memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan
perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia
menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah
perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-
pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.

Timor Timur
Artikel utama: Timor Timur dan Operasi Seroja
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal
sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian
politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam
pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang
membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya
membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur dalam sebuah operasi
militer yang disebut Operasi Seroja. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik,
dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan
memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta
lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor
Timur—melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang
terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam
sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut
serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa
pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di
daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekret 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah
Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah
Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara Timor Leste.

Krisis ekonomi
Artikel utama: Krisis finansial Asia 1997

Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie.

Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas
lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas
dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan
perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta
pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan
mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998,
tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang
Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.

Era reformasi
Artikel utama: Sejarah Indonesia (1998–sekarang)

Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali
mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk
program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol
pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.

Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri
Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan
mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi
pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan
Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden
dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet
pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan
melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di
bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut,
pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku,
dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai
tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia
mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin
memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan
politik yang meluap-luap.

Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan
pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta
Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah
tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia
mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil
presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian. Kabinet pada
masa pemerintahan Megawati disebut dengan Kabinet Gotong Royong.
Tahun 2002, Masa pemerintahan ini mendapat pukulan besar ketika Pulau Sipadan dan Ligitan
lepas dari NKRI berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional.

Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diselenggarakan, dengan Susilo Bambang
Yudhoyono terpilih sebagai presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat, kemudian
membentuk Kabinet Indonesia Bersatu. Pemerintah ini pada awal masa kerjanya telah menerima
berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember
2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang
mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia
dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun
di wilayah Aceh.

Pemerintahan Joko Widodo

F. SEJARAH DAN SISTEM PEMILU


G. Pemilihan Umum (pemilu) menjadi pilar utama Indonesia sebagai negara demokrasi
ketika memilih pemimpin. Dalam pelaksanaannya, pemilu merupakan proses memilih
seseorang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu.
Jabatan tersebut banyak macamnya, seperti presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat
pemerintahan, hingga kepala desa. Dalam buku Pengantar Hukum Pemilihan Umum
yang ditulis oleh Fajlurrahman Jurdi, pemilu menjadi sarana implementasi kedaulatan
rakyat.

Di Indonesia, ketentuan dan peraturan pemilu diatur dalam perundang-undangan.


Pemilu di Indonesia pertama kali diselenggarakan di tahun 1955.

Sejarah Pemilu di Indonesia

Dikutip dari laman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada 18 Agustus 1945, Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera menetapkan Soekarno dan
Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk pertama kalinya.

Mohammad Hatta mendorong pembentukan partai-partai politik untuk persiapan


rencana penyelenggaraan pemilu pada tahun 1946. Maklumat X melegitimasi partai-
partai politik yang telah terbentuk sebelumnya sejak masa pemerintahan Belanda dan
Jepang.

Amanat Maklumat X selain pembentukan partai-partai politik adalah menyelenggarakan


pemilu untuk memilih anggota DPR pada Januari 1946. Sayangnya, rencana tersebut
tidak dapat terlaksana karena tidak adanya perundang-undangan untuk mengatur
penyelenggaraan pemilu, rendahnya stabilitas keamanan negara serta pemerintah dan
rakyat yang fokus mempertahankan kemerdekaan.

Baca juga:
Periodisasi Sejarah di Indonesia, Mulai dari Prasejarah hingga Reformasi
1. Pemilu Tahun 1955

Pemilu nasional pertama di Indonesia dilaksanakan sebanyak dua kali untuk memilih
anggota DPR pada 29 September 1955 dan anggota Konstituante pada 25 Desember
1955.

Melansir laman Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Batam, pemilu
tahun 1955 menggunakan sistem proporsional. Artiya, kursi yang tersedia dibagikan
kepada partai politik sesuai dengan imbangan perolehan suara yang didapat oleh partai
politik tersebut.

Oleh karenanya, sistem itu disebut sebagai sistem berimbang. Sebab, wilayah negara
adalah daerah pemilihan, akan tetapi karena terlalu luas maka dibagikan berdasar
daerah pemilihan dengan membagi sejumlah kursi melalui perbandingan jumlah
penduduk.

Pada 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden di mana UUD 1945 dijadikan
sebagai Dasar Negara, serta penggantian Konstituante dan DPR hasil pemilu dengan
DPR-GR.

Selain itu, kabinet yang ada diganti dengan Kabinet Gotong Royong dan Ketua DPR,
MPR, BPK dan MA diangkat menjadi pembantu Soekarno dengan jabatan menteri.

2. Pemilu Tahun 1971

Setelah pemerintahan Presiden Soekarno, MPRS menetapkan Soeharto sebagai


Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967. Lalu, tanggal 27 Maret 1968 Soeharto ditetapkan
sebagai Presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS (TAP MPRS NO.
XLIV/MPRS/1968).

Adapun mengenai pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan pada pemilu 1971
berbeda dengan pemilu 1955. Pada periode itu, mereka menggunakan UU Nomor 15
Tahun 1969 sebagai dasar, maka semua kursi terbagi habis di setiap daerah pemilihan.

Pada laman Kemendikbud dijelaskan bahwa pemilu 1971 diikuti oleh 10 partai politik
dan 1 ormas, yaitu NU, Parmusi, PSII, PERTI, Partai Kristen Indonesia, Partai Ktolik,
Partai Murba, IPKI, PNI, serta Golkar.

Hasilnya, Golkar ditetapkan sebagai partai suara terbanyak diikuti NU, PNI, dan
Parmusi.

3. Pemilu Tahun 1982, 1989, 1992, dan 1997

Presiden Soeharto memerintah selama 32 tahun dengan enam kali penyelenggaraan


pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Tingkat I dan DPRD Tingkat II.

Sementara itu, Presiden dan Wakil Presiden ditentukan dari hasil Sidang Umum MPR.
Meski Soeharto menjadi Presiden selama 32 tahun, Wakil Presiden selalu berganti
setiap periode.

4. Pemilu Tahun 1999

Bergulingnya pemerintahan Presiden Soeharto lantas membuat pemilu dipercepat dan


dilaksanakan pada tahun 1999. Padahal, seharusnya pemilu baru diadakan lagi pada
tahun 2002.

Dengan persiapan yang tergolong singkat, pemilu 1999 diselenggarakan pada 7 Juni
1999. Pemilu pada tahun itu terlaksana secara damai tanpa ada kekacauan.

Cara pembagian kursi hasil pemilihan ini menggunakan sistem proporsional. Namun,
penetapan calon terpilih berbeda dengan pemilu sebelumnya, yaitu dengan menentukan
peringkat perolehan suara suatu partai di Dapil.

Para calon terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbesar atau terbanyak dari daerah
tempat seseorang dicalonkan.

Kemudian dari hasil Sidang Umum MPR, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Ketua
Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

Pasangan Abdurrahman Wahid - Megawati Soekarnoputri kemudian digantikan oleh


pasangan Megawati Soekarnoputri - Hamzah Haz dari Sidang Istimewa MPR RI, 23 Juli
2001.

5. Pemilu Tahun 2004

Dalam pemilu 2004 Presiden dan Wakil Presiden dapat dipilih langsung oleh rakyat
lantaran terjadi perubahan amandemen UUD 1945.

Terdapat dua macam pemilihan umum di periode 2004, yang pertama untuk memilih
anggota parlemen dan yang kedua melakukan pemilihan presiden.

Selain itu, pemilu periode 2004, dilaksanakan dua putaran. Putaran pertama pada 5 Juli
2004 dan putaran kedua pada 20 September 2004.

Hasilnya, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla terpilih sebagai
Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2004 - 2009.

6. Pemilu Tahun 2009

Pemilu tahun 2009 dilaksanakan pada 8 Juli untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden, sedangkan pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD dilaksanakan pada 9 April
2009.

SBY kembali terpilih sebagai Presiden dengan Wakil Presiden Boediono untuk periode
2009 - 2014.

7. Pemilu Tahun 2014

Pada pemilihan umum tahun 2014, pelaksanaannya tidak berbeda jauh dari tahun
sebelumnya. Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2014 diselenggarakan pada 9
April (dalam negeri) dan 30 Maret sampai 6 April 2014 (luar negeri).
Sementara itu, pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan pada 9 Juli 2014.
Hasilnya, pasangan Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla ditetapkan sebagai
Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014 - 2019.

8. Pemilu Tahun 2019

Dilaksanakan pada 17 April 2019, pemilu periode ini diikuti oleh 14 partai politik nasional
dan 4 partai politik lokal Aceh.

Pemilu tahun 2019 dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin sebagai
Presiden dan Wakil Presiden untuk tahun 2019 - 2024.
G. ASAS DAN PRINSIP PEMILU

Asas Pemilihan Umum (Pemilu)


Asas pemilihan umum berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2017 tentang
pemilihan umum Bab 2 Pasal 2 yaitu Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas Langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil.

Prinsip Pemilihan Umum (Pemilu)


Prinsip pemilihan umum berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2017 tentang
pemilihan umum Bab 2 Pasal 3 yaitu Dalam menyelenggarakan pemilu, penyelenggara pemilu harus
melaksanakan Pemilu berdasarkan pada asas-asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
penyelenggaraannya harus memenuhi prinsip:
mandiri;

1. jujur;
2. adil;
3. berkepastian hukum;
4. tertib;
5. terbuka;
6. proporsional;
7. profesional;
8. akuntabel;
9. efektif; dan
10. efisien.

Tujuan Pemilihan Umum (Pemilu)


Tujuan pemilihan umum berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2017 tentang
pemilihan umum Bab 2 Pasal 4 yaitu Pengaturan Penyelenggaraan pemilu bertujuan untuk:
memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis;

 mewujudkan pemilu yang adil dan berintegritas;


 menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu;
 memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam pengahrran pemilu; dan
 meurujudkan pemilu yang efektif dan efisien.

H. KODE ETIK DAN DASAR HUKUM PENYELENGGARA PEMILU


Kode Etik Penyelenggara Pemilu adalah suatu kesatuan asas moral, etika, dan filosofi
yang menjadi pedoman perilaku bagi Penyelenggara Pemilu berupa kewajiban atau
larangan, tindakan dan/atau ucapan yang patut atau tidak patut dilakukan oleh
Penyelenggara Pemilu.

Dasar hukum kode etik : PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS
PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13
TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA
PEMILIHAN UMUM.

 Dasar hukum penyelnggara pemilu : Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang


Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum atas perubahan undang-undang no 22 tahun 2007 dan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Ralryat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

I. PARTAI POLITIK DAN PEMILIH


Menurut Budiardjo partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisasir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan citacita yang sama. Tujuan kelompok ini
ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya)
dengan cara konstitusional untuk melkasnakan programnya. Sedangkan menurut Giovani
Sartori partai politik adalah suatu kelompok poloitik yang mengikuti pemilihan umum dan,
melalui pemilihan umum itu mampu menempatkan calon-calonya untuk menduduki jabatn-
jabatan politik.
UU Partai politik no 2 tahun 2011
Menurut Indria Samego pemeilihan umum adalah pasar politik tempat individu atau
masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial antara peserta pemilihan umum
(partai poltik), dan calon kepala daerah dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih
setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye,
propaganda, iklan politik melalui media massa cetak,audio (radio) maupun audio visual
(televisi) serta media lainnya seperti, spanduk, selebaran, bahkan komunikasi antar pribadi
yang berbetuk face to face (tatap muka) atau loby yang berisi penyampaian pesan menegnai
program, platfrorm, asas, idiologi, serta janji –janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih
sehingga pada pencoblosan dapat menentukan pilihannya terhadap saah satu partai poltik
yang menjadi pserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan legeslatif maupun
eksekutif. Menurut Huntington (1991:9) dalam (Arifin,2014:85) pemelihan umum yang bebas
merupakan definisi minimal dmokrasi, yang mengharapkan lahirnya tindakan politik atau
prilaku politik pemilih sebagai bagian dari partisipasi politik warga negara. Keikutsertaan
warga negara memberian suaranya dalam pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi
minimal. Namun selalu saja ada orangorang yang tidak menggunakan hak politiknya dengan
tidak memberikan suaranya dalam pemilu. 8 Menurut Betham (1994) dalam Anwar
Arifin1Pemilihan umum merupakan persyaratan minimum negara demokrasi. Suatu sitem
demokrasi dapat dikatakan sudah berjalan ketika sudah terpenuhi beberapa karakteristik,
seperti pemilihan umum yang fair dan priodik, adanya akuntabilitas publik
(pertanggungjawaban) negara di depan rakyat, dan adanya jaminan kebebasan berekspresi
dan berorganiassi. Diamond (2003) dalam Anwar Arifin, (2014:78-79), menulis bahwa
demokrasi semakin terkait denagn kebebasan individu dan kelompok untuk bersikap dan
mengekspresikan diri. Pemilihan umum menurut Cole adalah sarana kompetisi untuk meraih
tampik kekuasaan di pemerintahan. Pemilihan umum kepala daerah adalah sebuah konrak
sosial antara masyarakat dan negara atau pemerintah. Dalam teorinya Thomas Hobes
tentang kontrak sosial, bahwa proses pembentukan negara di dasarkan pada kontrak sosial
antara masaakat dan negara. Karena manusia adalah makluk sosial secara alamiah cendrung
menciptakan kekacauan sehingga perlu adanya negara atau pemerintah untuk mengatur
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Dalam pandangan Hobes bahwa masarakat
dalam konteks ini individu-individu, dan kelompok memberikan kekuasaan poltik kepada
negara atau pemerintah untuk mengatur hidup masyarakatnya agar tercipta keadilan,
ketenraman, dan kesejahteraan. Bagi Hobes , hanya terdapat satu macam kotrak politik yaitu
pemerintahan dengan jalan mana segenap individu menyerahkan semua hak-hak kodrat
mereka yang dimiliki ketika hidup dalam keadaan alamiah, kepada seorang atau sekelompok
orang yang di tunjuk untuk mengatur kehidupan mereka. Negara atau pemerintah harus di
berikan kekuasaan yang mutlak sehingga kekuasaan negara tidak dapat ditandingi atau di
saingi oleh kekuatan apapun. 9 Dari pemikiran tentang konrak poltik yang di kemukakan oleh
Thomas Hobe, tentang teori konrak politik, dapat di pahami bahwa kontrak politik antara
masyarakat dengan negara atau pemerintah, dalam rangka pemebntukan negara dan
pelaksanaan kekuasaan politik, berdasarkan pada suara mayoritas dalam proses yang
demokrasi. Bentuk kontrak politik terlihat pada penyelenggaraan pemilihan umum scara
deomkrasi. Yaitu setiap invidu memiliki kebebasan dan keseteraan untuk memberikan
kedaulatannya para kandidat yang mencalonkan diri baik sebagai Presiden dan Wakil
Presiden, Anggota Parlemen maupun sebagi kepala daerah dan wakil Kepala daerah.
J. TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN PPK
Tugas PPK Sesuai PKPU Nomor 8 Tahun 2022 Pasal 7 ayat 1 dan 2, maka
tugas PPK dalam Pemilu adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan semua
tahapan penyelenggaraan Pemilu di tingkat kecamatan yang telah ditetapkan
oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. 2. Menerima dan
menyampaikan daftar Pemilih kepada KPU Kabupaten/Kota. 3. Melakukan
dan mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan
Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, serta
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota di kecamatan
yang bersangkutan berdasarkan berita acara hasil penghitungan suara di TPS
dan dihadiri oleh saksi Peserta Pemilu. 4. Melakukan evaluasi dan membuat
laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kerjanya. 5.
Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan
dengan tugas dan wewenang PPK kepada masyarakat. 6. Melaksanakan
tugas lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 7. Melaksanakan
tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tugas-
tugas dalam tahapan penyelenggaraan Pemilu di tingkat kecamatan tersebut
dilaksanakan dengan: 1. Menerima daftar Pemilih tambahan dari PPS dan
menyampaikan daftar Pemilih tambahan kepada KPU Kabupaten/Kota. 2.
Menerima dan menyerahkan laporan daftar nama Pantarlih. 3. Melakukan
verifikasi dan rekapitulasi dukungan calon perseorangan anggota Dewan
Perwakilan Daerah. 4. Menyampaikan rekapitulasi pengembalian surat
pemberitahuan pemungutan suara dari PPS kepada KPU Kabupaten/Kota 5.
Membuat berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara;
menyerahkan berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara
kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kecamatan, dan KPU
Kabupaten/Kota. 6. menyusun dan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran kepada KPU Kabupaten/Kota
paling lama 2 (dua) bulansetelah pemungutan suara. Kewenangan PPK Sesuai
PKPU Nomor 8 Tahun 2022 Pasal 7 ayat 3 maka kewenangan PPK dalam
Pemilu adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan hasil penghitungan suara
dari seluruh TPS di wilayah kerjanya. 2. Melaksanakan wewenang lain yang
diberikan oleh KPU, KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 3. Melaksanakan
wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Syarat Mendaftar PPK Sesuai PKPU Nomor 8 Tahun 2022 Pasal 35, berikut
adalah syarat untuk mendaftar anggota PPK: 1. Warga negara Indonesia. 2.
Berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun. 3. Setia kepada Pancasila
sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945. 4. Mempunyai
integritas, pribadi yang kuat, jujur dan adil. 5. Tidak menjadi anggota partai
politik yang dinyatakan dengan surat pernyataan yang syah atau paling kurang
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun tidak lagi menjadi anggota Partai Politik
yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus Partai Politik yang
bersangkutan. 6. Berdomisili dalam wilayah kerja PPK. 7. Mampu secara
jasmani dan rohani. 8. Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat
atas atau sederajat. 9. Tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

K. PEMUNGUTAN SUARA
Formulir di TPS:
1. Formulir C1 (Form Model C1-KWK) Catatan pelaksanaan pemungutan
dan penghitungan suara di TPS Formulir
2. C2 (Form Model C2-KWK) Catatan hasil perolehan suara di TPS
Formulir
3. C3 (Form Model C3-KWK) Pernyataan keberatan sanksi dan kejadian
khusus di TPS Formulir
4. C4 (Form Model C4-KWK) Catatan pembukaan kotak suara
5. Formulir C5 (Form Model C5-KWK) Catatan penggunaan surat suara
cadangan
6. Formulir C6 (Form Model C6-KWK) Surat pemberitahuan waktu dan
tempat pemungutan suara Formulir C6 Istilah penyederhanaan Form
Model C6-KPU yang merupakan surat pemberitahuan pemungutan
suara kepada pemilih bagi warga berhak pilih yang namanya ada dalam
daftar pemilih tetap (DPT). Formulir
7. C7 (Form Mdoel C7-KWK) Surat pernyataan pendamping pemilih di
TPS.
8. Formulir C8 (Form Model C8-KWK) Daftar nama pemilih yang
memberikan suara dari TPS lain.

Menetapkan Daftar Pemilih yang terdapat dalam Formulir Model A-


KWK

K. LOGISTIK PEMILU
 Pengadaan Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan berdasarkan
prinsip sebagai berikut: a. tepat jumlah; b. tepat jenis; c. tepat sasaran; d.
tepat waktu; e. tepat kualitas; dan f. efisien.
 Perlengkapan Pemungutan Suara yang diadakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) huruf a, terdiri atas: a. kotak suara; b. surat suara; c. tinta; d.
bilik pemungutan suara; e. segel; f. alat untuk mencoblos pilihan; dan g. TPS.
 Dukungan Perlengkapan Lainnya yang diadakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) huruf b, terdiri atas: a. sampul kertas; b. tanda pengenal
KPPS/KPPSLN, petugas ketertiban, dan saksi; c. karet pengikat surat suara; d.
lem/perekat; e. kantong plastik; - 8 - f. pena bolpoin (ballpoint); g. gembok
atau alat pengaman lainnya; h. spidol; i. formulir untuk berita acara dan
sertifikat serta formulir lainnya; j. stiker kotak suara; k. tali pengikat alat
pemberi tanda pilihan; l. alat bantu tunanetra; m. daftar Pasangan Calon dan
daftar calon tetap; dan n. salinan daftar pemilih tetap

Anda mungkin juga menyukai