WAWASAN NUSANTARA
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sejarah dan perjuangan yang
tidak boleh dilupakan. Mulai dari sejarah nusantara, hingga zaman reformasi
seperti sekarang ini. Semuanya telah melalui waktu yang cukup panjang.
Sejarah yang telah dialami oleh negara ini, tentunya menjadi saksi bisu
perjuangan para pahlawan yang telah membawa Indonesia menuju kebebasan
dari penjajahan.
Sebelum adanya Republik Indonesia, Nusantara telah dijajah oleh beberapa
negara. Berkat persatuan dan kesatuan yang dijunjung tinggi, Indonesia
menjadi negara merdeka yang independen.
Untuk membahas lebih lanjut tentang asal mula Nusantara dan sejarah
Nusantara, tim Qubisa akan berbagi informasi mengenai kerajaan yang pernah
ada di Indonesia. Yuk simak informasinya di bawah ini.
Kerajaan Hebat yang Menjadi Cikal Bakal Sejarah
Nusantara
Jauh sebelum tahun masehi, Nusantara menjadi nama yang dikenal oleh
masyarakat masa itu, mulai dari wilayah ujung Sumatera hingga Papua. Sejarah
Nusantara menyebutkan bahwa Nusantara memiliki wilayah dengan berbagai
kerajaan yang mendiaminya. Lalu apa saja kerajaan tersebut?
Kerajaan Majapahit
Tidak lengkap rasanya jika membahas asal muasal terbentuknya
Nusantara tanpa menyebut kerajaan besar yang satu ini. Majapahit adalah
salah satu kerajaan besar dan berpengaruh karena berhasil menaklukan semua
wilayah yang ada di Nusantara.
Kerajaan ini dibentuk tahun 1293 dan terus mengembangkan perluasan
wilayah kepulauan di Indonesia yang strategi hingga ke berbagai daerah,
seperti Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan tentunya Jawa.
Kerajaan Mataram
Tidak kalah dari kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram juga hampir menjadi
poros maritim dunia karena memiliki pengaruh yang besar di Nusantara
terutama di Jawa. Kesultanan Mataram berdiri pada akhir abad ke-16 dan hanya
bertahan sekitar 100 tahun. Pada masa kerajaan Mataram, Belanda mulai berani
memasuki Nusantara dan menyebabkan banyak kekacauan, kerajaan inilah
yang banyak melakukan perlawanan kepada Belanda pada saat itu.
Kerajaan Singasari
Sejarah Nusantara tidak lengkap jika tanpa Kerajaan Singasari. Sama halnya
dengan Kesultanan Mataram, Kerajaan Singasari juga hanya bisa berdiri sekitar
100 tahun bahkan kurang. Singasari berdiri sejak tahun 1222 dan dianggap
sebagai cikal bakal hebatnya kerajaan Majapahit. Di kerajaan ini, Ken Arok
terkenal sebagai raja pertama yang berhasil membangun Singasari menjadi kuat
dengan tersebarnya wilayah kekuasaan hingga Pulau Sumatera.
Kerajaan Kutai
Kerajaan yang menjadi contoh letak geografis dan riwayat geologi
Nusantara ini hanya memiliki sedikit bukti sejarah. Hal ini tentunya berbeda
dengan Kerajaan Majapahit yang memiliki banyak bukti sejarah. Kerajaan
Kutai dianggap sebagai kerajaan yang paling lama berdiri di Indonesia. Para
ilmuwan menemukan beberapa prasasti yang terdapat cerita tentang sejarah
Kerajaan Kutai yang mampu berdiri hingga tahun 1200.
Kerajaan Sriwijaya
Dalam sejarah Nusantara menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjadi
kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya ini telah
berdiri sekitar abad ke-7 masehi, hal ini berdasarkan bukti yang terdapat pada
prasasti dan catatan perjalanan yang berada di Tiongkok. Sama halnya dengan
kerajaan lain, Sriwijaya juga telah berpengaruh bagi seluruh Nusantara pada
saat itu.
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Hindu yang ada di Indonesia ini telah berdiri pada tahun 450 masehi.
Konon nama Tarumanegara berasal dari kata “taruma” yang artinya adalah
sungai yang membelah Jawa Barat atau Sungai Citarum, dan kata “negara”
yang berarti negara atau kerajaan.
Bukti dari peninggalan sejarah Nusantara ini adalah ditemukannya candi yang
sangat luas bernama candi Batujaya di Muara Citarum yang dianggap sebagai
peninggalan Kerajaan Tarumanegara.
Masih banyak kerajaan yang menjadi sejarah Nusantara dan tentunya tidak
boleh kita lupakan. Kalau ingin mempelajari lebih banyak mengenai sejarah
Nusantara, Anda bisa mempelajarinya di Qubisa platform
belajar online Indonesia dan masuk kategori Geografi Nusantara.
B. IDIOLOGI PANCASILA
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan Negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak dan bukan hanya diciptakan oleh seorang sebagai mana
yang terjadi pada ideologi lain di dunia.
Namun terbentuknya pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah
bangsa Indonesia. Ideologi merupakan sebuah istilah yang sangat kental dengan
kehidupan bernegara, berbangsa sehingga warna dari suatu bangsa sangat ditentukan
oleh ideologi yang dianutnya.
Ideologi dalam arti sempit dapat dipahami sebagai seperangkat gagasan yang memuat
penjelasan terhadap realistis, cita-cita, nilai yang ingin dicapai, dan cara mencapai
cita-cita tersebut yang menjadi pedoman bagi suatu komunitas untuk bertindak, yang
diakui dan dinyatakan secara tersurat oleh komunitas tersebut.
Ideologi dalam arti luas mengandung pengertian sama, hanya tidak dinyatakan secara
tersurat sebagai “ideologi” (sastrapradetdja, 2001:45).
Secara bahasa Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yaitu panca yang artinya lima.
Sedangkan sila artinya dasar. Jadi Pancasila adalah lima dasar.
Adapun menurut istilah atau terminologi, Pancasila adalah konsep lima dasar yang
menjadi ideologi negara Indonesia yang dikemukakan oleh Ir Soekarno.
Pancasila menjadi panduan dan pedoman bangsa Indonesia dalam kehidupan
bernegara. Untuk memahami apa itu ideologi Pancasila kita uraikan satu persatu
secara bahasa.
Istilah ideologi terdiri-dari dua akar kata diambil dari bahasa Yunani yakni logos dan
idea. Logos adalah buah pemikiran. Adapun idea adalah sebuah konsep atau ide.
Dengan demikian, ideologi adalah konsep buah pemikiran. Jika ditambahkan
dengan Pancasila berarti konsep buah pemikiran yang berlandaskan pada nilai
Pancasila.
Pancasila bukan hanya dijadikan ideologi bagi setiap bangsa Indonesia. Bahkan
dijadikan ideologi negara. Setiap perilaku pejabat dan jajaran pemerintahan mesti
mengacu pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila merupakan jati
diri dan identitas bangsa.
Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia sudah menempuh beberapa periode. Yang
dimulai dari periode zaman Orde Lama. Pada masa ini merupakan masa awal
membangun negara Indonesia. Pancasila dijadikan pedoman dan ideologi negara.
Namun pada kenyataannya masih banyak penyelewengan dari ideologi negara ini.
Pada masa orde lama, para pemimpin masih mencari model yang tepat dari bentuk
Pancasila sebagai ideologi negara. Apalagi situasi di dalam negeri yang sebagian
masih terdapat pemberontakan dan situasi dunia yang mengalami ketidakpastian.
Pada Orde Baru, pemerintah berkomitmen untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan kehidupan setiap bangsa Indonesia sehari-
hari. Hingga lahirlah beberapa butir pancasila dan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4).
Pada mulanya, pemerintah dan rakyat berkomitmen menjalankan nilai Pancasila
secara utuh. Pada jaman orde baru, nilai-nilai Pancasila hanya berupa tulisan. Tapi
pada kenyataannya tidak dilaksanakan.
Seperti kekuasaan Presiden yang terus diperpanjang sampai 32 tahun. Kemudian
timbulnya tafsir Pancasila melalui Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
sesuai kehendak pemerintah, kebebasan mengemukakan pendapat di khalayak umum
mulai diberangus, dan penyelewengan lain dari nilai Pancasila.
Setelah masa orde baru tumbang diakibatkan oleh penyelewengan dari nilai-nilai
Pancasila, kemudian berganti dengan masa reformasi. Pada masa reformasi, semua
pihak berjanji untuk menjalankan nilai-nilai Pancasila secara menyeluruh dan
konsekuen.
Beberapa pasal, kebijakan, dan peraturan negara yang dianggap bertentangan dengan
nilai Pancasila dihapuskan atau diganti dengan peraturan yang sesuai dan senafas
dengan nilai Pancasila.
Bunyi 5 Sila dalam Pancasila
Setiap gerak dan langkah bersosialisasi mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Pancasila
itu terdapat beberapa nilai di dalamnya yang terangkum dalam lima asas yakni :
1.Ketuhanan Yang Maha Esa
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Di masa reformasi saat ini, kebebasan yang terbuka luas bagi bangsa Indonesia mesti
sesuai dengan nilai Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara mendapatkan
tantangan yang cukup berat.
Hal ini seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi yang kian berubah sangat
cepat. Walaupun begitu, nilai-nilai Pancasila saat ini masih sesuai dengan
perkembangan jaman terkini.
Dalam tatanan negara maka Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara Indonesia.
Dalam arti setiap peraturan dan perundang-undangan negara mesti berpedoman pada
nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya. Peraturan dan kebijakan
pemerintah tidak diperbolehkan bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi negara sekaligus sebagai sumber hukum di atas sumber
hukum negara. Pancasila sebagai ideologi negara sangat luas penerapannya bagi
individu. Para aparat pemerintah dan negara mesti bersikap sesuai dengan nilai dan
asas Pancasila. Walaupun demikian, sebagian aparat pemerintah mulai meninggalkan
nilai-nilai Pancasila.
Seperti korupsi dan hidup bermewah-mewahan serta mementingkan kepentingan diri
dan kelompoknya. Mereka hanyalah oknum yang mengatasnamakan Pancasila untuk
kepentingan diri dan kelompoknya.
Sila-sila yang terdapat dalam Pancasila merupakan pandangan dan keseharian hidup
serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu
dirangkum dalam konsep Pancasila.
Berikut ini beberapa contoh sumber ideologi Pancasila yang berasal dari kearifan
lokal dalam masyarakat kita.
1.Silaturahmi
2.Adat istiadat
3.Gotong royong
4.Beragama
5.Musyawarah
6.Saling menghargai dan beradab
Pancasila menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Bangsa lain tidak pernah
mempunyai semboyan yang sakti dan kuat seperti Pancasila. Kesaktian Pancasila
terbukti dalam dua peristiwa penting, antara lain:
Pada saat PKI hendak melakukan kudeta dengan membunuh para Jenderal maka
tujuan utama PKI adalah merubah dasar negara Indonesia yakni Pancasila dengan
dasar negara Komunis. Ternyata upaya tersebut gagal dan Pancasila tetap sebagai
dasar negara dan ideologi Indonesia yang tak tergantikan oleh paham apapun.
Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas. Setiap wilayah terdiri-dari
berbagai suku, bahasa, agama, etnis, kelompok dan budaya. Seperti penganut agama
Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lain-lain. Kemudian jenis etnis seperti Sunda,
Batak, Dayak, Madura, Jawa, Bugis, Minang, dan etnis lain sebagainya.
Perbedaan itu tidak bisa disatukan dengan apapun kecuali dengan Pancasila sehingga
menjadi sumber ideologi Pancasila yang penting.
Dalam kehidupan kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan hidup
bangsa Indonesia sudah dijelaskan dalam UUD 1945. Penjelasan dan butirnya sudah
dijelaskan lebih lengkap. Tinggal ke penerapannya saja dalam sehari-hari.
Dasar negara Pancasila sudah bagus dalam isi dan kandungan nilai di dalamnya.
Penerapan Pancasila harus dilakukan oleh setiap pribadi bangsa Indonesia. Karena ini
menjadi landasan dan pijakan bagi negara dan bangsa Indonesia.
Dalam penerapan Pancasila dalam keseharian hidup tidaklah susah. Karena nilai-nilai
dalam Pancasila sudah menjadi kebiasaan dan kearifan lokal orang Indonesia sejak
dulu.
Untuk mengamalkan ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan
dengan melakukan hal-hal berikut ini, antara lain:
1. Membiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baik
2. Mencintai barang-barang produksi Indonesia supaya ekonomi rakyat Indonesia bisa
terangkat
3. Menjaga toleransi antara umat beragama
4. Menjaga persatuan Indonesia di tengah kemajemukan dalam budaya, bahasa, etnis,
dan adat istiadat
5. Musyawarah dan menciptakan keadilan sosial secara merata
6. Partisipasi dalam Pemilihan Umum sesuai dengan sila ke-4 Pancasila.
Bagi bangsa Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam pastinya tidak sulit
untuk mempraktekkan nilai, fungsi dan kaidah Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Karena semua yang terkandung dalam Pancasila selaras dengan agama Islam.
Islam memberikan kebebasan kepada para penduduknya untuk memeluk agama sesuai
keyakinan dan kepercayaan.
Pancasila tidak lahir begitu saja. Ada orang yang merumuskannya. Lahirnya Pancasila
bermula dari para pemimpin Indonesia yang berkumpul tanggal 1 Juni 1945 dalam
merumuskan dasar negara. Beberapa tokoh Indonesia mengemukakan pendapatnya
masing-masing mengenai dasar negara Indonesia, antara lain : Muhammad Yamin dan
Ir Soekarno. Sehingga hari lahirnya Pancasila selalu diperingati pada tanggal 1 Juni.
Adapun yang menjadi kedudukan Pancasila, antara lain:
1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
2. Falsafah hidup bangsa dan negara
3. Pedoman tindakan dan perbuatan bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
4. Dasar negara Indonesia
5. Ideologi negara dan bangsa Indonesia
6. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia
Pancasila adalah sebuah ideologi negara dan bangsa Indonesia yang bersifat terbuka.
Dalam arti, isi dari Pancasila tidak bisa berubah-ubah sesuai kondisi perkembangan
tertentu. Pancasila adalah hasil dari kontrak sosial. Pancasila akan terus berlaku jika
bangsa Indonesia masih menyepakatinya secara bersama-sama.
Penyelewengan Pancasila lainnya dari era Orde Lama adalah terjadinya
pemberontakan G30S PKI, presiden membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil
Pemilihan Umum 1955 dan diangkatnya Ir Soekarno jadi Presiden seumur hidup.
Pada masa orde baru juga terjadi penyelewengan ideologi Pancasila berupa kebebasan
berpendapat dan kebebasan pers yang sangat terbatas. Kemudian dilanjutkan pada era
reformasi sekarang ini yang marak peredaran miras, narkoba, vandalisme, pertikaian
antar suku, anarkisme dan kebejatan moral, dan konflik di tengah masyarakat. Untuk
saat sekarang ini, Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia harus benar-benar
diterapkan sepenuhnya.
Tidak boleh ada lagi korupsi, nepotisme, mementingkan kepentingan sendiri dan
kelompok dan lain-lain. Membumikan ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
harus kita laksanakan dengan benar. Hal ini sesuai cita-cita Bapak Pendiri Bangsa.
Nilai Pancasila yang luhur akan mampu membawa bangsa dan negara Indonesia
menuju kepada kesejahteraan lahir dan batin
C. POLITIK INDONESIA
Politik Indonesia adalah berlangsung dalam rangka republik demokrasi perwakilan presidensial di
mana Presiden Indonesia ialah kepala negara dan kepala pemerintahan dan sistem multi partai. Kekuasaan
eksekutif di jalankan oleh pemerintahan. Kekuasaan legislatif dipegang oleh pemerintah Permusyawaratan
Rakyat bikameral. Lembaga Yudikatif yaitu independen dari eksekutif dan legislatif. UUD 1945 mengatur
pemisahan kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif secara terbatas. Sistem pemerintahan telah
digambarkan sebagai presidensial dengan karakteristik parlementer[1].
UUD 1945 mengatur pemisahan kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif secara terbatas. Sistem
pemerintahan telah digambarkan sebagai presidensial dengan karakteristik parlementer. Menyusul kerusuhan
Mei 1998 di Indonesia dan pengunduran diri Presiden Suharto, beberapa informasi politik dilakukan melalui
amandemen Undang-Undand Dasar Indonesia, yang mengakibatkan perubahan pada semua cabang
pemerintahan. The Economist Intelligence Unit menilai Indonesia sebagai Demokrasi yang Cacat pada tahun
2019. Partai politik Indonesia telah dicirikan sebagai partai kartel dengan pembagian kekuasaan yang luas di
antara partai-partai dan akuntabilitas yang terbatas kepada pemilih [2] .
Kekuasaan eksekutif dipimpin oleh seorang Presiden Indonesia yang merupakan kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan. Dalam menjalankan tugasnya, presiden dibantu oleh seorang Wakil
Presiden Indonesia. Kekuasaan legislatif terletak pada Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia (MPR) yang dibagi menjadi Sistem dua kamar, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD). Cabang yudikatif terdiri
dari Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA) dan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MK) yang
secara bersama-sama memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan inspektif dipegang oleh Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia yang memiliki perwakilan di setiap provinsi dan kabupaten/kota di seluruh
wilayah Republik Indonesia.
Pemilihan umum di Indonesia diselenggarakan setiap lima tahun serentak. Pemilihan yang dilakukan untuk
memilih anggota DPR, anggota DPD, dan anggota DPRD disebut pemilihan umum legislatif (Pileg); untuk
memilih presiden dan wakil presiden disebut pemilihan umum presiden (Pilpres); sementara untuk memilih
kepala daerah disebut pemilihan umum kepala daerah (Pilkada). Pemilihan umum di Indonesia menganut
sistem multipartai.
Ada perbedaan antara sistem politik Indonesia dan negara demokratis lainnya, di antaranya adalah adanya
MPR yang merupakan ciri khas dari kearifan lokal Indonesia, MK yang juga berwenang mengadili sengketa
hasil pemilihan umum, bentuk negara kesatuan yang menerapkan prinsip-prinsip federalisme seperti adanya
DPD, dan sistem multipartai berbatas dengan setiap partai yang mengikuti pemilihan umum harus
memenuhi ambang batas 4% untuk dapat menempatkan anggotanya di DPR.
Peralihan ke Orde Baru pada pertengahan 1960-an, menggulingkan Sukarno setelah 22 tahun menjabat. Salah
satu periode paling bergejolak dalam sejarah modern negara ini, adalah dimulainya masa kepresidenan Suharto
selama tiga dekade. Digambarkan sebagai dhalang besar (master boneka), Sukarno menarik kekuasaan dari
menyrimbangan kekuatan yang berlawanan dan semakin antagonis dari tentara dan Partai Komunis Indonesia
(PKI).
Pada tahun 1965, PKI secara ekstensif merambah semua tingkatan pemerintahan dan memperoleh pengaruh
dengan mengorbankan tentara. Pada tanggal 30 September 1965, enam perwira militer paling senior tewas
dalam suatu aksi (umumnya disebut percobaan kudeta) oleh apa yang disebut Gerakan 30 September, sebuah
kelompok dari dalam angkatan bersenjata. Dalam beberapa jam, Mayor Jendral Suharto mengerahkan pasukan
dibawah komandonya dan menguasai Jakarta. Anti-komunis, awalnya mengikuti pimpinan tentara, melakukan
pembersihan komunis dengan kekerasan diseluruh negeri, menewaskan sekitar setengah juta orang dan
menghancurkan PKI, yang secara resmi disalahkan atas krisis tersebut [5][6].
Sukarno yang lemah secara politik terpaksa menyerahkan kekuatan politik dan militer utama kepada Jendral
Suharto, yang telah menjadi kepala angkatan bersenjata. Pada Maret 1967, Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) mengangkat Jendral Suharto sebagai pejabat Presiden. Dia secara resmi diangkat sebagai
presiden satu tahun kemudian. Sukarno hidup dibawah tahanan rumah virtual sampai kematiannya pada tahun
1970. Berbeda dengan badai nasionalisme, retorika revolusioner, dan kegagalan ekonomi yang menjadi ciri
awal 1960-an di bawah Sukarno yang berhaluan kiri, Orde Baru Suharto yang pro-Barat menstabilkan
ekonomi tetapi terus berlanjut. dengan falsafah negara Pancasila[7].
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) memilih dan mengangkat Soekarno sebagai presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakil
presiden. Sehari setelahnya, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disahkan sebagai
konstitusi, meskipun pemberlakuannya sempat ditangguhkan seiring disahkannya kesepakatan Konferensi
Meja Bundar yang memasukkan RI sebagai bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS) yang
memiliki Konstitusi Republik Indonesia Serikat. Indonesia juga memiliki Daftar Perdana Menteri
Indonesia yang pertama kali dijabat oleh Sutan Syahrir hingga terakhir Soekarno yang menjabat sebagai
presiden sekaligus perdana menteri. Walaupun Volksraad atau "Dewan Rakyat" telah ada sejak zaman Hindia
Belanda, tetapi lembaga legislatif Indonesia baru dirintis melalui pembentukan Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) yang diketuai Kasman Singodimedjo. Pada masa RIS, dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia Serikat dan Daftar anggota senat Republik Indonesia Serikat. Lembaga yudikatif telah
berdiri sejak Kusumah Atmaja menjabat sebagai Daftar Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia pada 19 Agustus 1945.
Pasca-RIS, Indonesia memasuki Sejarah Indonesia (1950–1959). Pada masa ini, presiden berperan sebagai
kepala negara sedangkan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Sementara itu, Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia digunakan sebagai konstitusi sampai Konstituanteberhasil menghasilkan UUD
yang baru. Pada periode ini, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara dibentuk hingga anggota DPR
hasil Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955 terpilih.
Dekret Presiden 5 Juli 1959 menginisiasi Sejarah Indonesia (1959–1965). UUD 1945 kembali dijadikan
konstitusi. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dibentuk yang menjadi cikal bakal MPR.
Selain lembaga-lembaga di atas, Indonesia pernah memiliki lembaga pertimbangan sebagai salah
satu Lembaga Tinggi Negara. Awalnya, organisasi ini diberi nama Majelis Pertimbangan (MP), kemudian
Badan Pertimbangan Agung (BPA), Dewan Nasional, Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS), dan
terakhir Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Peta yang menggambarkan partai politik dengan raihan suara terbanyak per provinsi pada pemilu 1971 hingga 2019
Reformasi[sunting | sunting sumber]
Sejarah Indonesia (1998–sekarang) dalam kancah politik Indonesia yang dimulai sejak 1998 telah
menghasilkan banyak perubahan penting dalam bidang politik di Indonesia, di antaranya adalah empat kali
amendemen terhadap UUD 1945 pada Sidang Umum MPR 1999, 2000, 2001 dan 2002. Hasilnya, pasal-pasal
dalam konstitusi berubah dari 37 pasal menjadi 73 pasal dan hanya 11% yang tidak berubah dari versi
awalnya.[10] Perubahan-perubahan paling penting di antaranya:[11][12]
membatasi masa jabatan presiden dan wakil presiden menjadi dua periode,
membentuk Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang bersama-sama dengan DPR menjadi anggota
MPR,
memurnikan dan memberdayakan sistem pemerintahan presidensial alih-alih semipresidensial,
melangsungkan pemilihan presiden secara demokratis dan tidak dipilih oleh MPR,
menata kembali mekanisme hubungan antarlembaga negara dan tidak memberikan kedudukan
konstitusional tertinggi kepada MPR,
menghapus Dewan Pertimbangan Agung.
mengamanatkan pemilihan dengan prinsip langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil,
membentuk Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk mengawal dan mempertahankan
sistem ketatanegaraan sebagaimana diatur dalam konstitusi,
membentuk Komisi Yudisial Republik Indonesia, dan
menambah sepuluh pasal baru tentang hak asasi manusia.
Pasangan presiden dan wakil presiden mulai dipilih secara langsung oleh rakyat sejak Pemilihan umum
Presiden Indonesia 2004. Di sisi lain, kepala daerah (gubernur, bupati, dan wali kota) yang mulanya dipilih
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sejak tahun 2005 juga dipilih oleh rakyat melalui Pemilihan
kepala daerah di Indonesia. Pada cabang legislatif, anggota MPR terdiri atas anggota DPR ditambah anggota
DPD yang semuanya dipilih melalui pemilu legislatif.
MPR adalah cabang legislatif dari sistem politik Indonesia. MPR terdiri dari dua majelis: DPR, yang biasa
disebut Dewan Perwakilan Rakyat, dan DPD, yang disebut Dewan Perwakilan Daerah. 575 anggota DPR
dipilih melalui daerah pemilihan dengan banyak anggota, sedangkan 4 anggota DPD dipilih dari masing-
masing dari 34 provinsi pelengkap DPR; ia dapat mengusulkan RUU, menawarkan pendapatnya dan
berpartisipasi dalam diskusi, tetapi ia tidak memiliki kekuatan hukum. DPR sendiri memiliki kekuasaan di luar
kekuasaan yang diberikan kepada rumah masing-masing. Itu dapat mengubah konstitusi, melantik presiden dan
melakukan prosedur impeachment. Ketika MPR bertindak dalam fungsi ini, ia melakukannya hanya dengan
menggabungkan anggota kedua majelis[13][14]
Wujud idiil
Wujud kelakuan
Wujud fisik dari kebudayaan
Koentjaraningrat mengatakan, bahwa seluruh total dari kelakuan manusia yang berpola tertentu bisa
diperinci menurut fungsi-fungsi khasnya dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
bermasyarakat.[1] Maka pola pikir, pola tindak dan fungsi sistem sosial budaya Indonesia merupakan
institusi sosial, yaitu suatu sistem yang menunjukkan bahwa peranan sosial dan norma-norma saling
berkait, yang telah disusun guna memuaskan suatu kehendak atau fungsi sosial. Komponen-
komponen dari pranata social adalah: Sistem Norma, Manusia, dan Peralatan fisik.[1]
4. Budi Pekerti
5. Setiap pribadi atau keluarga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara harus memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.[1] Berarti bahwa kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama
dan kepercayaannya itu harus dijamin, dimana pendidikan dan pengajaran menjadi
hak warga negara yang membutuhkan suatu sistem pendidikan nasional.
[1]
Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi
daya rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang
terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan didaerah-daerahseluruh Indonesia.
[1]
Kebudayaan harus menuju kearah kemajuan serta tidak menolak bahan- bahan
baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya
kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Indonesia.[1]
Pola Tindak Sistem Sosial Budaya Indonesia[
1. Gotong Royong
Persatuan dan kesatuan hanya terwujud melalui gotong royong, suatu sikap kebersamaan
dan tenggang rasa, baik dalam duka maupun suka, kehidupan keluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.[1]
2. Prasaja
Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat tidak akan terwujud apabila kehidupan
yang sederhana, hemat, cermat, disiplin, professional, dan tertib tidak dilaksanakan.[1]
3. Musyarawah untuk Mufakat
Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan golongan atau perorangan dapat
menemui perbedaan yang tidak yang tidak diakhiri dengan perpecahan atau perpisahan,
maupun pertentangan.[1]
4. Kesatria
Persatuan dan kesatuan, maupun keadilan sosial tidak dapat terwujud tanpa keberanian,
kejujuran, kesetiaan, pengabdian, dan perjuangan yang tidak mengenal menyerah demi
kehidupan bersama.[1]
5. Dinamis
Kehidupan pribadi/keluarga, bangsa dan negara juga bersifat dinamis sesuai dengan
zaman, sehingga waktu sangat penting dalam rangka persatuan dan kesatuan, maupun
keadilan sosial bagi seluruh rakyat.[1]
Tata nilai
Tata nilai ini meliputi:
Nilai agama; * Nilai kebenaran; * Nilai moral; * Nilai vital; * Nilai material.[4]
Tata sosial
NKRI adalah Negara hukum, semua orang adalah sama di mata hukum. Tata hukum di Indonesia
adalah sistem pengayoman yang mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruhu
rakyat Indonesia.[4]
Tata laku
Dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, maka tata laku harus berpedoman pada
norma-norma yang berlaku, yaitu: norma agama, norma kesusilaan/kesopanan, norma adat istiadat,
norma hukum setempat, norma hukum Negara.[4]
Prasejarah
Artikel utama: Nusantara pada periode prasejarah
Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali ditemukan di Sangiran
Kerajaan Hindu-Buddha
Artikel utama: Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha
Era kolonial
Kolonisasi Portugis dan Spanyol
Artikel utama: Sejarah Nusantara Zaman Portugis dan Spanyol
Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat
kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya kolonisasi berabad-abad
oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Britania dan Belanda—juga Spanyol dalam
waktu yang singkat.
Dari Sungai Tajo yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra
Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung
Harapan di Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan
Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada abad ke-16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu diberkati
oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa. Biara St Jeronimus atau
Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja Manuel pada tahun 1502 di
tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.
Museum Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja
Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu. Di bawah
lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar Kerajaan Portugis di India yang
berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral
kerajaan”. Berbagai barang perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan
gundukan lada atau merica.
Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah dan
arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of
Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya
ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam
tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah emas,
kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di
Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung
ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600
tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai
perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis
yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.
1521
o Unus memimpin armada dari Demak dan Cirebon melawan orang-orang
Portugis di Melaka. Unus terbunuh dalam
pertempuran. Trenggonomenjadi Sultan Demak.
o Portugis merebut Pasai di Sumatra;
o Gunung Jati (dari Cirebon) meninggalkan Pasai berangkat ke Mekkah.
o Kapal terakhir dari ekspedisi Magelhaens mengeliling dunia berlayar antara
pulau Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara.
1522
o Februari ekspedisi Portugis di bawah De Brito tiba di Banda.
o Mei, ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah benteng
Portugis.
o Kerajaan Sunda, yang masih beragama Hindu, meminta bantuan Portugis
untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang Muslim. Kontrak
kerja sama ditandatangani dan sebuah padrao didirikan di Sunda Kalapa
o Sisa-sisa ekspedisi Magelhaens berkeliling dunia mengunjungi Timor.
o Portugis membangun benteng di Hitu, Ambon.
1523
o Gunungjati kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di
Demak, menikahi saudara perempuan Sultan Trenggono.
1524
o Gunungjati dari Cirebon dan anaknya Hasanuddin (di Banten) melakukan
dakwah secara terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk
memperlemah Kerajaan Sunda yang beribu kota di Pajajaran dan
persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang tadinya
tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan pihak
Cirebon dan Demak.
o Aceh merebut Pasai dan Pedir di Sumatra Utara.
1525
o Hasanuddin (dari Banten), anak dari Gunungjati (dari Cirebon), melakukan
dakwah di Lampung.
1526
o Portugis membangun benteng pertama di Timor.
1527
o Demak menaklukkan Kediri, sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-
sultan Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; Sunan Kudusikut
serta.
o Demak merebut Tuban.
o Cirebon, dibantu Demak, menduduki Sunda Kelapa, pelabuhan Kerajaan
Sunda. Fatahillah mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Sukses ini
dikatakan berkat pimpinan "Fatahillah"—atau, sesuai dengan kekeliruan
ucapan Portugis, "Falatehan"—namun mungkin ini adalah nama yang
diberikan kepada Sunan Gunungjati dari Cirebon) Para penjaga keamanan
pelabuhan Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah pesisir.
Dengan demikian pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian
dagang antara Portugis dengan Kerajaan Sunda batal terwujud.
o Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini Bangkalan),
menjadi Islam di bawah Kyai Pratanu.
o Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko berusaha mengusir Portugis dari
Maluku.
1529
o Demak menaklukkan Madiun.
o Raja-raja Spanyol dan Portugal sepakat bahwa Maluku harus menjadi milik
Portugal, dan Filipina menjadi milik Spanyol.
1530
o Salahuddin menjadi Sultan Aceh.
o Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak
merebut Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
o Gowa mulai meluas dari Makassar.
o Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung.
1531–1540
1536
o Serangan besar Portugis terhadap Johor.
o Antonio da Galvão menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan
pos Portugis di Ambon.
o Portugis membawa Sultan Tabariji dari Ternate ke Goa karena
mencurigainya melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis,
menggantikannya dengan saudara-saudaranya.
1537
o Serangan Aceh atas Melaka gagal. Salahuddin dari Aceh digantikan
oleh Alaudin Riayat Syah I.
1539
o Aceh menyerang suku Batak di selatan mereka.
1540
o Portugis berhubungan dengan Gowa.
o Kesultanan Butung didirikan.
1541–1550
1545
o Demak menaklukkan Malang. Gowa membangun benteng di Ujung
Pandang.
1546
o Demak menyerang Blambangan namun gagal.
o Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh Prawata.
Menantunya, Joko Tingkir memperluas pengaruhnya
dari Pajang (dekat Sukoharjosekarang).
o St. Fransiskus Xaverius berkunjung ke Manado dan Kema.[26]
1547
o Aceh menyerang Melaka.
1549
o Sunan Prawata meninggal
o Arya Penangsang menggantikan Prawata sebagai Sultan Demak V
1550
o Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores.
1554
o Arya Penangsang meninggal, Kesultanan Demak runtuh.
1551–1560
1551
o Johor menyerang Portugis Melaka dengan bantuan armada Ratu
Kalinyamat dari Jepara.
o Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai Kesultanan
Jailolo di Halmahera dengan bantuan Portugis.
1552
o Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan Kesultanan
Banten, lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.
o Aceh mengirim duta ke Suleiman I, Sultan Utsmaniyah di Istanbul.
1558
o Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di
Hitu.
o Portugis membangun benteng di Bacan.
o Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko Tinggir,
memerintah di Pajang.
o Wabah cacar di Ternate.
1559
o Para misionaris Portugis mendarat di Timor. Khairun menjadi Sultan
Ternate.
1560
o Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di Panarukan, di ujung timur
Jawa.
o Spanyol mendirikan pos di Manado.
1561–1570
1561
o Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor.
1564
o Wabah cacar di Ambon.
1565
o Aceh menyerang Johor.
o Kutai di Kalimantan menjadi Kesultanan.
1566
o Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu.
1568
o Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis.
1569
o Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon.
1570
o Aceh menyerang Johor lagi, namun gagal.
o Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai
dengan Gubernur Lopez de Mezquita,[27] tetapi agen Portugis membunuh
Sultan Hairun.[28] Baabullah menjadi Sultan Ternate (hingga * 1583), dan
bersumpah untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka.
o Maulana Yusuf menjadi Sultan Banten.
1571–1590
1571
o Alaudin Riyat Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga 1607.
1574
o Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka.
1575
o Sultan Babullah berhasil mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis
membangun sebuah benteng di Tidore.
1576
o Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang.
1577
o Ki Ageng Pemanahan mendirikan Kota Gede (dekat Yogyakarta sekarang).
1579
o Banten menyerang dan meluluhlantakkan Pajajaran merebut sisa-sisa
Kerajaan Sunda, dan melakukan Islamisasi. Raja Sunda terakhir yang
enggan memeluk Islam, yaitu Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana,
meninggalkan ibu kota Kerajaan Sunda tersebut dan meninggal dalam
pelarian di daerah Banten.
o November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah menyerang kapal dan
pelabuhan Spanyol di Amerika, tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga
membenci orang-orang Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan
dengan Britania.
1580
o Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten.
o Kerajaan Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol dibawah Raja Philip II;
usaha-usaha kolonial Portugis tidak dipedulikan.
o Drake mengunjungi Sulawesi dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke
Britania.
o Ternate menguasai Butung.
1581
o Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram
(yang telah dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya
hingga Sunan Kalijaga dari Wali Songo mendesaknya), mengubah namanya
menjadi Kyai Gedhe Mataram.
1584
o Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai
pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede.
1585
o Sultan Aceh mengirim surat kepada Elizabeth I dari Britania.
o Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di
Bali karam tepat di lepas pantai.
1587
o Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis
keturunan beralih kepada Sutawijaya. Gunung Merapi meletus.
o Portugis di Melaka menyerang Johor.
o Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh.
o Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa.
1588
o Sutawijaya mengganti namanya menjadi Panembahan Senopati; merebut
Pajang dan Demak.
1590
o Desa asli Medan didirikan.
1591–1659
1591
o Senopati merebut Madiun, lalu Kediri.
o Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan Penang, tetapi misinya
gagal.
o Ternate menyerang Portugis di Ambon.
1593
o Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali.
1595
o 2 April, ekspedisi Belanda di bawah De Houtman berangkat ke Hindia
Belanda.
o Suriansyah menjadikan Banjar di Kalimantan sebuah Kesultanan
(belakangan Banjarmasin).
o Portugis membangun benteng di Ende, Flores
1654
o Orang Minahasa mengizinkan Belanda membangun loji di Manado.[29]
Kolonisasi VOC
Mulai tahun 1602 Kongsi dagang VOC yang didirikan di Republik Persekutuan Tujuh
Provinsi bersaing dengan kerajaan Portugal dan Kerajaan Spanyoldalam dominasi perdagangan
rempah di Hindia Timur (Nusantara), secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini
adalah Indonesia, dengan memanfaatkan Perselisihan dan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan
kecil yang telah menggantikan Majapahit. VOC berhasil mengeliminasi Kongsi dagang EIC yang
didirikan oleh kerajaan Inggris yang bertahan di bengkulu hingga 1824, satu-satunya koloni Portugal
yang masih bertahan hingga abad 20 adalah Timor Portugis, yang tetap
dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda
namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa
Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli
terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada
tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Kongsi Dagang VOC dan dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda mendominasi Indonesia
selama hampir 350 tahun (antara 1602 dan 1945), kecuali untuk suatu masa pendek di mana
sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda (perpanjangan
dari perang Napoleonik di Eropa) dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Pada
masa penguaasaan VOC terhadap nusantara banyak penduduk di nusantara menderita akibat
monopoli, peperangan dan pajak dari VOC, salah satu perusahaan terbuka yang terbesar dalam
sejarah, Setelah VOC bangkrut pada 1799 dan aset-asetnya di nusantara diambil alih oleh
kerajaan Belanda dalam bentuk pemerintahan kolonial, Belanda mulai mengembangkan Hindia
Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda
bagi sebagian orang adalah berlebihan karena banyak wilayah di Indonesia seperti Aceh dan Papua
baru ditaklukkan secara penuh oleh Belanda mendekati abad ke 20.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-
rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap
penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-
Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika
penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda
membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau
tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa
peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
Gerakan nasionalisme
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti
pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon hal tersebut
setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari
kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah
dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden
Indonesia yang pertama, Soekarno.
Perang Dunia II
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia Belanda
mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika
Serikat dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan
bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan
Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk
mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan
Jepang pada Maret 1942.
Pendudukan Jepang
Artikel utama: Sejarah Nusantara (1942–1945)
Era kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan
Artikel utama: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti
itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai
proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa
perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat
mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno
sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi
yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini
mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang
terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan
Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa
Tenggara.
Perang kemerdekaan
Artikel utama: Sejarah Indonesia (1945–1949) dan Revolusi Nasional Indonesia
Teks Proklamasi
Demokrasi parlementer
Artikel utama: Sejarah Indonesia (1950–1959)
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem
parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen
atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada
tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang
berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam
atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk
kepada hukum Islam.Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan
kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin
oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan
diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala
negara.
Demokrasi terpimpin
Artikel utama: Sejarah Indonesia (1959–1965)
Pemberontakan yang gagal di Sumatra, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai
sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem
parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral
membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan
presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label
"Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok,
kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi
resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul
di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang
kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara
komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. PKI merupakan partai
komunis terbesar setelah Uni Soviet dan Tiongkok.
Konfrontasi Indonesia—Malaysia
Artikel utama: Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah
sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah tersebut.
Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas
pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara
Inggris dan Australia untuk memengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi
keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara
Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi
Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade.
Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia
dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).
Gerakan 30 September
Artikel utama: Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk
memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye
untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer
menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam
upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima
Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan
berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan.
Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa
pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.
Irian Jaya
Artikel utama: Irian Jaya
Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice"
(Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih
dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya
memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan
perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia
menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah
perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-
pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
Timor Timur
Artikel utama: Timor Timur dan Operasi Seroja
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal
sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian
politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam
pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang
membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya
membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur dalam sebuah operasi
militer yang disebut Operasi Seroja. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik,
dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan
memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta
lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor
Timur—melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang
terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam
sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut
serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa
pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di
daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekret 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah
Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah
Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara Timor Leste.
Krisis ekonomi
Artikel utama: Krisis finansial Asia 1997
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas
lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas
dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan
perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta
pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan
mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998,
tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang
Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.
Era reformasi
Artikel utama: Sejarah Indonesia (1998–sekarang)
Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali
mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk
program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol
pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri
Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan
mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi
pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan
Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden
dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet
pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan
melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di
bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut,
pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku,
dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai
tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia
mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin
memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan
politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan
pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta
Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah
tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia
mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil
presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian. Kabinet pada
masa pemerintahan Megawati disebut dengan Kabinet Gotong Royong.
Tahun 2002, Masa pemerintahan ini mendapat pukulan besar ketika Pulau Sipadan dan Ligitan
lepas dari NKRI berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional.
Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diselenggarakan, dengan Susilo Bambang
Yudhoyono terpilih sebagai presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat, kemudian
membentuk Kabinet Indonesia Bersatu. Pemerintah ini pada awal masa kerjanya telah menerima
berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember
2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang
mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia
dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun
di wilayah Aceh.
Dikutip dari laman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada 18 Agustus 1945, Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera menetapkan Soekarno dan
Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI untuk pertama kalinya.
Baca juga:
Periodisasi Sejarah di Indonesia, Mulai dari Prasejarah hingga Reformasi
1. Pemilu Tahun 1955
Pemilu nasional pertama di Indonesia dilaksanakan sebanyak dua kali untuk memilih
anggota DPR pada 29 September 1955 dan anggota Konstituante pada 25 Desember
1955.
Melansir laman Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Batam, pemilu
tahun 1955 menggunakan sistem proporsional. Artiya, kursi yang tersedia dibagikan
kepada partai politik sesuai dengan imbangan perolehan suara yang didapat oleh partai
politik tersebut.
Oleh karenanya, sistem itu disebut sebagai sistem berimbang. Sebab, wilayah negara
adalah daerah pemilihan, akan tetapi karena terlalu luas maka dibagikan berdasar
daerah pemilihan dengan membagi sejumlah kursi melalui perbandingan jumlah
penduduk.
Pada 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden di mana UUD 1945 dijadikan
sebagai Dasar Negara, serta penggantian Konstituante dan DPR hasil pemilu dengan
DPR-GR.
Selain itu, kabinet yang ada diganti dengan Kabinet Gotong Royong dan Ketua DPR,
MPR, BPK dan MA diangkat menjadi pembantu Soekarno dengan jabatan menteri.
Adapun mengenai pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan pada pemilu 1971
berbeda dengan pemilu 1955. Pada periode itu, mereka menggunakan UU Nomor 15
Tahun 1969 sebagai dasar, maka semua kursi terbagi habis di setiap daerah pemilihan.
Pada laman Kemendikbud dijelaskan bahwa pemilu 1971 diikuti oleh 10 partai politik
dan 1 ormas, yaitu NU, Parmusi, PSII, PERTI, Partai Kristen Indonesia, Partai Ktolik,
Partai Murba, IPKI, PNI, serta Golkar.
Hasilnya, Golkar ditetapkan sebagai partai suara terbanyak diikuti NU, PNI, dan
Parmusi.
Sementara itu, Presiden dan Wakil Presiden ditentukan dari hasil Sidang Umum MPR.
Meski Soeharto menjadi Presiden selama 32 tahun, Wakil Presiden selalu berganti
setiap periode.
Dengan persiapan yang tergolong singkat, pemilu 1999 diselenggarakan pada 7 Juni
1999. Pemilu pada tahun itu terlaksana secara damai tanpa ada kekacauan.
Cara pembagian kursi hasil pemilihan ini menggunakan sistem proporsional. Namun,
penetapan calon terpilih berbeda dengan pemilu sebelumnya, yaitu dengan menentukan
peringkat perolehan suara suatu partai di Dapil.
Para calon terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbesar atau terbanyak dari daerah
tempat seseorang dicalonkan.
Kemudian dari hasil Sidang Umum MPR, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Ketua
Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Dalam pemilu 2004 Presiden dan Wakil Presiden dapat dipilih langsung oleh rakyat
lantaran terjadi perubahan amandemen UUD 1945.
Terdapat dua macam pemilihan umum di periode 2004, yang pertama untuk memilih
anggota parlemen dan yang kedua melakukan pemilihan presiden.
Selain itu, pemilu periode 2004, dilaksanakan dua putaran. Putaran pertama pada 5 Juli
2004 dan putaran kedua pada 20 September 2004.
Hasilnya, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla terpilih sebagai
Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2004 - 2009.
Pemilu tahun 2009 dilaksanakan pada 8 Juli untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden, sedangkan pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD dilaksanakan pada 9 April
2009.
SBY kembali terpilih sebagai Presiden dengan Wakil Presiden Boediono untuk periode
2009 - 2014.
Pada pemilihan umum tahun 2014, pelaksanaannya tidak berbeda jauh dari tahun
sebelumnya. Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2014 diselenggarakan pada 9
April (dalam negeri) dan 30 Maret sampai 6 April 2014 (luar negeri).
Sementara itu, pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan pada 9 Juli 2014.
Hasilnya, pasangan Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla ditetapkan sebagai
Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014 - 2019.
Dilaksanakan pada 17 April 2019, pemilu periode ini diikuti oleh 14 partai politik nasional
dan 4 partai politik lokal Aceh.
Pemilu tahun 2019 dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin sebagai
Presiden dan Wakil Presiden untuk tahun 2019 - 2024.
G. ASAS DAN PRINSIP PEMILU
1. jujur;
2. adil;
3. berkepastian hukum;
4. tertib;
5. terbuka;
6. proporsional;
7. profesional;
8. akuntabel;
9. efektif; dan
10. efisien.
Dasar hukum kode etik : PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS
PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13
TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA
PEMILIHAN UMUM.
K. PEMUNGUTAN SUARA
Formulir di TPS:
1. Formulir C1 (Form Model C1-KWK) Catatan pelaksanaan pemungutan
dan penghitungan suara di TPS Formulir
2. C2 (Form Model C2-KWK) Catatan hasil perolehan suara di TPS
Formulir
3. C3 (Form Model C3-KWK) Pernyataan keberatan sanksi dan kejadian
khusus di TPS Formulir
4. C4 (Form Model C4-KWK) Catatan pembukaan kotak suara
5. Formulir C5 (Form Model C5-KWK) Catatan penggunaan surat suara
cadangan
6. Formulir C6 (Form Model C6-KWK) Surat pemberitahuan waktu dan
tempat pemungutan suara Formulir C6 Istilah penyederhanaan Form
Model C6-KPU yang merupakan surat pemberitahuan pemungutan
suara kepada pemilih bagi warga berhak pilih yang namanya ada dalam
daftar pemilih tetap (DPT). Formulir
7. C7 (Form Mdoel C7-KWK) Surat pernyataan pendamping pemilih di
TPS.
8. Formulir C8 (Form Model C8-KWK) Daftar nama pemilih yang
memberikan suara dari TPS lain.
K. LOGISTIK PEMILU
Pengadaan Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan berdasarkan
prinsip sebagai berikut: a. tepat jumlah; b. tepat jenis; c. tepat sasaran; d.
tepat waktu; e. tepat kualitas; dan f. efisien.
Perlengkapan Pemungutan Suara yang diadakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) huruf a, terdiri atas: a. kotak suara; b. surat suara; c. tinta; d.
bilik pemungutan suara; e. segel; f. alat untuk mencoblos pilihan; dan g. TPS.
Dukungan Perlengkapan Lainnya yang diadakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) huruf b, terdiri atas: a. sampul kertas; b. tanda pengenal
KPPS/KPPSLN, petugas ketertiban, dan saksi; c. karet pengikat surat suara; d.
lem/perekat; e. kantong plastik; - 8 - f. pena bolpoin (ballpoint); g. gembok
atau alat pengaman lainnya; h. spidol; i. formulir untuk berita acara dan
sertifikat serta formulir lainnya; j. stiker kotak suara; k. tali pengikat alat
pemberi tanda pilihan; l. alat bantu tunanetra; m. daftar Pasangan Calon dan
daftar calon tetap; dan n. salinan daftar pemilih tetap