Oleh
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana saya diberikan
mampu dan diberikan mau untuk menyelesaikan makalah yang berjudul Model
Pengembangan Media Pembelajaran mata kuliah Media Pembelajaran dengan
lancar.
16 Oktober 2022
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran dan memahami strategi pengajaran.
Oleh sebab itu harus dipahami terlebih dahulu, yang dimaksud dengan desain
pembelajaran, komponen dasar, karakteristik dan model pengembangan media
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sedangkan Arsyad, (2002) mengelompokkan tiga karakteristik media
sebagai berikut: pertama ciri fiksatif, ciri yang menjelaskan kemampuan media
merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekontruksi suatu peristiwa serta
obyek. Ciri media menggambarkan suatu rekaman peristiwa atau obyek yang terjadi
pada suatu waktu tertentu dapat ditransportasikan tanpa mengenal waktu. Kedua
ciri manipulatif, suatu ciri media yang bisa mentransformasikan suatu peristiwa
atau obyek. Ketiga yaitu ciri distributif, menggambarkan tentang penyaluran sebuah
media kepada sejumlah besar siswa dengan cara memberikan stimulus pengalaman
yang hampir sama dengan peristiwa. Dalam ciri media distributif ini penyaluran
bisa menggunakan rekaman video, audio, disket.
Berdasarkan uraian ini dapat dijelaskan bahwa setiap media pembelajaran
yang bisa digunakan dalam proses belajar memiliki karakteristik tertentu. Media
yang dapat digunakan dalam proses belajar harus sesuai dengan ketentuan dan
kebutuhan. Setiap media harus memenuhi karakteristik yaitu ciri fiksatif, ciri
manifulatif, ciri distributif. Penting halnya memperhatikan karakteristik untuk
pemilihan media pembelajaran sebelum diterapkan dalam kegiatan belajar.
C. Model-Model Pengembangan
Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan
oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke
dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi
produk, model berorientasi prosedural dan model melingkar.
4
prosedural adalah model Dick and Carey sementara contoh model melingkar adalah
model Kemp.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan
kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan
salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita
hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model
turunan dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan
mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.
Beberapa contoh dari model-model di atas akan diuraikan secara lebih jelas berikut
ini :
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985). Model
ini termasuk kedalam model prosedural.
5
yang satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick
and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari suatu urutan ke urutan
berikutnya.
Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata kuliah
dimaksud managar (1) pada awal proses pembelajaran, mahasiswa dapat
mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada
akhir pembelajaran, (2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi
pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, (3) menerangkan langkah-
langkah yang perlu dilakukan dalam perencanaan desain pembelajaran.
2) Model Kemp
6
peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan
perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif.
3) Model ASSURE
1. Analyze Learners
2. States Objectives
3. Select Methods, Media, and Material
4. Utilize Media and Materials
5. Require Learner Participation
6. EvaluateandRevise
1. Analisis Mahasiswa
2. Menyatakan Tujuan
7
3. Pemilihan Metode, media dan bahan
Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji
keberkesanan dan dampak pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan
beberapa aspek diantaranya menilai pencapaian mahasiswa, pembelajaran yang
dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan dosen dan
penggunaan mahasiswa.
4) Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu
model ADDIE (Analysis-Design-Development-Implement-Evaluate). ADDIE
muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah
satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan
8
infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja
pelatihan itu sendiri.
1. Analysis (analisa)
2. Design (desain/perancangan)
3. Development (pengembangan)
4. Implementation (implementasi/eksekusi)
5. Evaluation (evaluasi/umpan balik)
Langkah 1 : Analisis
Langkah 2: Design
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat
bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancangan (blueprint) diatas kertas
harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama
merumuskan tujuan pembelajaran yang SMART (spesifik, measurable, applicable,
dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan
pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah
strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode metode dan media
yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu,
pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, misalnya sumber belajar yang
relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu
tertuang dalam suatu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
9
Langkah 3 : Pengembangan
Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum
diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu
langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya
digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.
Langkah 4 : Implementasi
Langkah 5 : Evaluasi
10
perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi
kelompok kecil dan lain-lain.
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pengajaran yang terdiri
daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, fase pengembangan
dan implementasi (Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan
pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model desain
pembelajaran berorientasi produk.
Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan. Fase
ini diperlukan untuk mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan dalam
mengembangkan suatu media pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan dan
objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang
diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan, dan keperluan media pembelajaran.
Setelah semua keperluan diidentifikasikan Hannafin dan Peck (1988) menekankan
untuk menjalankan penilaian tersebut hasil itu sebelum meneruskan pembangunan
ke fase desain.
Fase yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di dalam
fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang
akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988)
menyatakan fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan
kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah
satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini adalah dokumen story board yang
mengikuti urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif
media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan. Seperti
halnya fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan
ke fase pengembangan dan implementasi.
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan dan
implementasi. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan aktivitas yang dilakukan
pada fase ini adalah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif
11
dan penilaian sumatif. Dokumen storyboard akan dijadikan landasan bagi
pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan media
pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti
kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari
proses penilaian dan pengujian ini digunakan dalam proses mengubah sesuai untuk
mencapai kualitas media yang dikehendaki. Model Hannafin dan Peck (1988)
menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikuti sertakan proses-
proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase
secara berkesinambungan Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua
jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif
adalah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan
penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.Selain
model desain tersebut di atas, Atwi Suparman mengembangkan desain
pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala pembelajaran.
Model yang disebut Model Pengembangan Instruksional/Pembelajaran (MPI) ini
berlandaskan teori belajar dan pembelajaran (aliran psikologi: humanisme,
behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan cybernetisme), prinsip-prinsip
pembelajaran, dan pendekatan sistem. Berikut ini penjelasan terkait model tersebut.
12
b. Menulis alat penilaian belajar
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
https://lpm.amikompurwokerto.ac.id/desain-pembelajaran/
https://www.google.com/search?q=karakteristik+model+pengembangan+media+p
embelajaran&oq=karakteristik+model+pengembangan+media+pembelajaran&aqs
=chrome..69i57j33i160l2j33i22i29i30l5.17071j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
15