Anda di halaman 1dari 3

KEBERHASILAN USAHA RESTORAN KOREA DI MALANG

A. PENDAHULUAN
Budaya Korea saat ini menjadi sumber inspirasi bagi anak muda, khususnya generasi milenial.
Budaya Korea Selatan berkembang pesat di dunia hiburan, dan semakin populer di berbagai
negara, khususnya di Asia. Mereka sudah dikenal sejak munculnya Korean wave, baik itu
musik, film, drama, acara TV, kosmetik, atau gaya hidup ala Korea Selatan (Putri, 2020).
Korean wave yang juga dikenal sebagai hallyu, adalah digandrunginya budaya Korea Selatan
yang dimulai di Asia Timur pada 1990-an dan kini telah menyebar ke Amerika, Eropa, dan
Timur Tengah. Korean wave tidak hanya efektif dalam mempromosikan budaya Korea Selatan,
tetapi juga dalam mempromosikan barang-barang komersial, wisata, dan produk kuliner Korea
Selatan kepada masyarakat negara lain.
Masakan Korea telah menjadi tren kuliner yang populer di kalangan masyarakat Indonesia
(Widana & Hermanu, 2021). Dengan demikian, menjamurlah banyak restoran Korea seperti
yang terjadi di Kota Malang, dari restoran sederhana yang menawarkan makanan ringan Korea
hingga restoran kelas atas yang mempekerjakan koki Korea terkenal. Sebagai contoh, Restoran
Dakgalbi di Malang, yang mempromosikan chef terkenal di bisnis kuliner Korea Selatan dan
menyampaikan gagasan cita rasa Korea yang sebenarnya. Dalam pasar yang sangat kompetitif,
restoran yang menyediakan masakan Korea berskala kecil maupun besar, menghadapi
kemungkinan dan tantangan yang serius, salah satunya adalah maraknya kompetitor dengan
konsep usaha serupa. Agar bisnis restoran tersebut dapat eksis di tengah-tengah persaingan,
pelanggan harus puas dengan layanan yang ditawarkan. Hal tersebut dikarenakan loyalitas
pelanggan dinilai sangat penting bagi keberhasilan restoran.

B. PEMBAHASAN
Pada dasarnya, pemilik restoran harus memperhatikan berbagai elemen yang dapat
mempengaruhi kepuasan dan loyalitas konsumen, termasuk harga, kualitas layanan, dan citra
perusahaan (Haryono & Octavia, 2020). Hal tersebut bertujuan untuk menjadikan restoran
sebagai pemenang dalam persaingan pasar yang begitu ketat. Harga mengacu pada tarif
kompetitif yang disesuaikan dengan pangsa pasar, kualitas layanan mengacu pada pemberian
layanan terbaik kepada pelanggan, dan citra perusahaan mengacu pada mempertahankan citra
positif bisnis atau restoran sehingga pelanggan dapat melakukan pembelian berulang atau
merujuk orang lain sebagai pelanggan. Terdapat hal-hal yang menjadikan restoran Korea
dinilai unik atau berbeda dari biasanya, sehingga begitu digandrungi dan ramai akan
pengunjung, diantaranya:

a) Korea Selatan memiliki tradisi atau budaya kuliner yang khas. Banchan adalah contoh
dari praktik ini. Makanan pendamping, atau dapat pula disebut sebagai Banchan adalah
salah satu dari sedikit makanan yang tidak kita temukan di negara lain. Makanan utama
biasanya disajikan dengan kimchi, tumis mentimun (oi muchim), telur kukus (gyeran
jjim), kue (donggeurang ttaeng), telur dadar (gyeran mari), dan rebusan telur puyuh
(maechurial jangjorim) saat memesan makanan di sebuah restoran Korea. Istilah Korea
untuk makanan pendamping ini adalah banchan.
b) Cita rasa kuliner yang unik
Masakan Korea memiliki berbagai rasa yang unik dan tidak terdapat pada masakan
Indonesia, seperti rasa kimchi yang merupakan perpaduan rasa asin, pedas, dan asam.
Selain cuka dan cabai yang biasa digunakan dalam masakan, bumbu atau rempah-
rempah yang digunakan pada masakan Korea dianggap lebih enak. Orang Korea juga
lebih sering menggunakan bubuk cabai daripada cabai asli. Orang Indonesia yang
jarang mengonsumsi makanan dengan bubuk cabai menyatakan bahwa hal tersebut
ternyata malah dapat menambah rasa pada makanan dan membuatnya semakin
menggugah selera.
c) Milenial menganggap masakan Korea lebih sehat
Orang Korea berusaha menyajikan sayuran mereka dalam berbagai warna karena
mereka merasa bahwa semakin berwarna sayuran, semakin banyak nutrisi yang bisa
mereka dapatkan. Masakan Korea seringkali disebut sebagai "makanan sehat" karena
sebagian besar terbuat dari sayuran dan mengandung berbagai nutrisi yang bermanfaat
bagi kesehatan seseorang, seperti vitamin, protein, serat, kalsium, dan mineral.
Masakan Korea memberikan manfaat kesehatan seperti memberikan energi pada tubuh,
menjaga kulit tetap baik yang terasa halus, mencegah sembelit, dan memperbaiki
pencernaan. Selain itu, gorengan merupakan hal atau budaya yang relatif baru bagi
orang Korea. Mereka telah merebus makanan selama beberapa generasi, jadi masakan
tradisional Korea tidak digoreng. Alhasil, masakan Korea memiliki kandungan minyak
yang lebih sedikit dibandingkan masakan Indonesia yang lebih banyak digoreng.
d) Tempatnya yang menarik
Di Malang, sebagian besar restoran Korea menampilkan dekorasi yang menarik. Hal
tersebut tentu saja menjadi daya tarik bagi konsumen. Mayoritas individu, terutama
anak muda, memilih restoran atau kafe yang menyediakan kesempatan berfoto.
Pengunjung restoran juga dapat mencoba hanbok, atau pakaian tradisional Korea, di
lokasi foto yang menggambarkan budaya Korea selain mengambil foto.

C. KESIMPULAN
Bagi sebagian besar masyarakat masa kini, konsumsi makanan bukan hanya untuk kebutuhan
hidup agar kenyang, tetapi juga sebagai alat aktualisasi diri dan pembangunan identitas.
Mengkonsumsi masakan Korea merupakan salah satu metode bagi kaum milenial yang
menggandrungi budaya Korea untuk membangun identitas budaya mereka dan merasa lebih
dekat dengan budaya yang mereka puja. Bisnis kuliner Korea yang banyak berkembang di
Indonesia sebagai akibat dari populernya budaya Korea yang meliputi musik, grup band, dan
drama. Salah satu restoran di Malang yang mengkhususkan diri pada masakan Korea memiliki
basis klien yang kuat dan secara finansial tergolong laris. Jelas bahwa pemilik restoran
menggunakan pendekatan pemasaran yang berbeda dari yang digunakan oleh bisnis lokal,
yakni memanfaatkan kepopuleran budaya Korea untuk menarik minat pengunjung. Cita rasa
masakan, interior ruangan, kesempatan untuk mencoba pakaian tradisional Korea (hanbok),
serta pelayanan yang memuaskan adalah faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi pelanggan.

DAFTAR PUSTAKA
Haryono, N., & Octavia, R. (2020). Analisis pengaruh citra merek dan mutu layanan terhadap
kepuasan konsumen serta dampaknya terhadap loyalitas konsumen. Jurnal Industri Elektro dan
Penerbangan, 4(2).
Putri, L. A. (2020). Dampak Korea Wave Terhadap Prilaku Remaja Di Era Globalisasi. Al-
Ittizaan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(1), 42-48.
Widana, T. R., & Hermanu, D. H. (2021). Faktor Menonton Drama Korea Melalui Media
Online (Web) Pada Remaja Putri. Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 4(2), 400-419.

Anda mungkin juga menyukai