Pancasila Sebagai Dasar Ideologi Nasional (Ghina Nurzanah 2b RMIk)
Pancasila Sebagai Dasar Ideologi Nasional (Ghina Nurzanah 2b RMIk)
DISUSUN OLEH:
02RKMP002 ( 2B )
PROVINSI BANTEN
1
Kata Pengantar
Alhamdulillah, Puji dan Syukurkehadiran Allah SWT. yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Pancasial sebagai Idiologi Nasional”.
Penyusun
Ghina Nurzanah
2
Daftar Isi
Cover........................................................................................................................1
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................5
1.4 Manfaat......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Pengertian Asal Mula Pancasila................................................................6
2.2 Lahirnya Pancasila: Sejarah Sebuah Ide Bangsa.......................................7
2.3 Sejarah dan Perkembangan Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
11
2.4 Filsafat Pancasila.....................................................................................14
2.5 Pancasila Sebagai Sumber Filsafat Bangsa Dan Negara Indonesia........19
2.6 Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Bernegara.........................................21
2.7 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.........................................................25
2.8 Pancasila sebagai Dasar Negara..............................................................29
2.9 Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa...........................................29
2.10 Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa...................................................29
2.11 Nilai-Nilai Keseimbangan Hukum Dalam Perspektif Pancasila.............29
2.12 Perkembangan Ideologi Pancasila pada Masa Orde Lama.....................34
2.13 Perkembangan Ideologi Pancasila pada Masa Orde Baru.......................37
2.14 Perkembangan Ideologi Pancasila pada Era Reformasi..........................42
2.15 Reformasi dengan Paradigma Pancasila..................................................46
BAB III PENUTUP...............................................................................................48
3.1 Kesimpulan..............................................................................................48
3.2 Saran........................................................................................................48
Daftar Pustaka........................................................................................................50
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila yang lahir pada tanggal 1 Juni 1945 ini resmi ditetapkan sebagai
dasar Negara Indonesia dan masih terus digunakan hingga saat ini.
Penerapannya berbeda sesuai dengan masa yang ada. Di setiap masa, Pancasila
mengalami perkembangan terutama dalam mengartikan Pancasila itu sendiri.
Dalam masa-masa tersebut, terdapat banyak hal yang belum relevan dalam
penerapan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Banyak
penyimpangan yang terjadi.
4
Oleh karena itu, menarik rasanya untuk dibahas mengenai sejarah Pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia serta perkembangan ideologi Pancasila pada
masa Orde Lama, pada masa Orde Baru, dan pada Era Reformasi
1.3 Tujuan
1. Agar dapat menegetahui ap aitu ideologi Pancasila
2. Agar tau isi dari ideologi Pancasila
3. Agar tahu ideologi itu bisa buat apa saja
1.4 Manfaat
1. Dapat diterapkan dalam hidup sehari hari
2. Dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Dapat diketahui oleh diri sendiri
5
BAB II
PEMBAHASAN
Oleh karena itu agar kita memiliki pengetahuan yang lengkap tentang proses
terjadinya pancasila , maka secara ilmiah harus ditinjau berdasrkan proses
kausalitas. Maka secara kausalitas asal mula pancasila dibagikan atas dua
macam yaitu : asal mula yang langsung dan asal mula yang tidak langsung.
Adapun pengertian asal mula tersebut adalah sebagai berikut:
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideology bangsa dan negara Indonesia
bukan terbentuk secara mendadak, namun melalui proses yang cukup panjang
dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara kausalitas Pancasila sebelum disyahkan
menjadi dasar filsafat negara dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri, yang
berupa adapt istiadat, religius dan kebudayaan. Kemudian para pendiri negara
secara musyawarah, anatara lain sidang BPUPKI pertama, Piagam Jakarta.
Kemudian BPUPKI kedua, setelah kemerdekaan sebelum sidang PPKI sebagai
dasar filsafat negara RI. Asal mula Pancasila dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
asal mula yang langsung dan tidak langsung.
6
a) Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)
Asal mula dengan menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi
dasar negara yang sah.
Adalah asal mula yang terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan
sehari-hari bangsa Indonesia perincian asal mula tidak langsung :
7
Istilah Pancasila sudah dikenal sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit dimana
nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila sudah diterapkan dalam
kehidupan kemasyarakatan maupun kenegaraan meskipun sila-silanya belum
dirumuskan secara konkrit. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman
Majapahit sebagaimana tertulis dalam buku Negara Kertagama karangan Mpu
Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu Tantular. Dalam buku Sutasoma
karangan Mpu Tantular, istilah Pancasila mempunyai arti berbatu sendi yang
lima, pelaksanaan kesusilaan yang lima. Istilah Pancasila sendiri berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu Panca berarti lima dan Sila berarti dasar atau asas.
8
Ada tiga tokoh yang mengemukakan pandangannya tentang dasar negara,
yaitu Muhammad Yamin, Soepomo dan Soekarno. Sementara anggota BPUPK
yang lain merasa keberatan untuk menyampaikan pandangannya karena
khawatir bahwa pembicaraan akan menjadi debat filosofis yang tidak konkrit,
dan hanya menunda-nunda kenyataan Indonesia merdeka (Hatta, Pengertian
Pancasila, 1977). Pidato Muhammad Yamin (tanggal 29 Mei 1945) yang
berjudul Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Repulik Indonesia menjadi cukup
penting.
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri kerakyatan; dan
5. Kesejahteraan rakyat.
1. Dasar kebangsaan
2. Dasar internasionalisme
9
3. Dasar mufakat, dasar perwakilan dan dasar permusyawaratan
4. Dasar kesejahteraan; dan
5. Dasar ketuhanan.
10
kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya”
dibelakang kata ketuhanan. Dan diganti dengan kalimat “Yang Maha Esa”.
Dengan telah disahkannya UUD 1945 oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945, maka Pancasila juga telah secara sah dan resmi dijadikan sebagai dasar
negara.
11
ketetapan MPR tersebut dapat diketahui bahwa di Indonesia kedudukan
Pancasila adalah sebagai ideologi negara, selain kedudukannya sebagai dasar
negara.
12
Pancasila dilihat dari sudut pandang politik merupakan sebuah konsensus
politik, yaitu suatu persetujuan politik yang disepakati bersama oleh berbagai
golongan masyarakat di Negara Indonesia. Dengan diterimanya Pancasila oleh
berbagai golongan dan aliran pemikiran, maka mereka bersedia bersatu dalam
negara kebangsaan Indonesia. Dalam istilah politiknya, Pancasila merupakan
common platform masyarakat Indonesia yang plural. Sudut pandang politik ini
teramat penting untuk bangsa Indonesia sekarang ini. Jadi, sebenarnya
perkembangan Pancasila sebagai doktrin dan pandangan dunia yang khas tidak
menguntungkan kalau dinilai dari tujuan mempersatukan bangsa.
Banyak para pihak yang sepakat bahwa Pancasila sebagai ideologi negara
merupakan kesepakatan bersama, common platform, dan nilai integratif bagi
bangsa Indonesia. Kesepakatan bersama bahwa pancasila sebagai ideologi
negara inilah yang harus kita pertahankan dan ditumbuhkembangkan dalam
kehidupan bangsa yang plural ini.
13
2. Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia yang berlaku sampai dengan tahun
2020.
3. Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN).
Bangsa Indonesia mengenal kata filsafat dari bahasa Arab falsafah. Secara
Etimologis kata filsafat berasal dari bahasa yunani Philosophia dan philoso-
Phos. Philos/Philein (shabat/cinta) dan Sophia/sophos (pengetahuan yang
bijaksana / hikmah-kebijaksanaan.) Bertens, 2006. Menurut Burhanudin Salam
(1983), filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang
dipersoalkan sebagai hasil dari pada berfikir secara radikal, sistematis, dan
universal.
14
Kekokohan suatu bangsa tergantung dari keyakinan bangsa tersebut terhadap
nilai-nilai luhur bangsanya. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur tersebut
terkristalisasi dan terakumulasi dalam filsafat Pancasila yang merupakan karya
Bapak Bangsa (Founding Fathers) yang tak ternilai. Filsafat Pancasila
merupakan renungan jiwa yang dalam, berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang luas yang harmonis sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh.
a. Landasan Etimologis
b. Landasan historis
Buku Negara Kertagama ditulis oleh Mpu Prapanca tercantum pada sarga
53 bait 2 (dua) sebagai berikut : Yatnag gegwani Pancasyiila kertasangkara
bhiseka karma. Selama berabad-abad bangsa Indonesia tidak mendengar lagi
15
kata Pancasila, baru pada tanggal 1 Juni 1945 pada rapat Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) I, yang berlangsung
mulai 29 Mei – 1 Juni 1945 kata Pancasila digemakan kembali oleh Bung
Krno untuk memenuhi permintaan ketua BPUPKI dr. Rajiman
Wedyodiningrat dasar Negara Indonesia merdeka. Pancasila yang
disampaikan Bung Karno sebagai Berikut:
Piagam Jakarta ini dirumuskan dan ditanda tangani oleh 9 orang yaitu :
16
1. Ir. Soekarno (Bung Karno)
2. Drs. Mohamad Hatta (Bung Hatta)
3. Mr. A.A Maramis
4. Abikoesno tjokrosoejoso
5. Abdoel Kahar Moezakir
6. H. Agoes Salim
7. Mr. Achmad Soebarjo
8. Wachid Hasyim
9. Mr. Mohamad Yamin. (Ismaun, 1978; Kansil, 1968)
17
persetujuan pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda yang
dikenal dengan Konperensi Meja Bundar (KMB), RIS terdiri atas 16 negara
bagian. Usia RIS berakhir pada bulan Mei 1950 NKRI terbentuk kembali.
c. Landasan Yuridis
d. Landasan Kultural
Pancasila yang bersumber dari nilai agama dan nilai budaya bangsa
Indonesia tercermin dari keyakinan akan Kemahakuasaan Tuhan YME dan
kehidupan budaya berbagai suku bangsa Indonesia yang saat kini masih
terpelihara, seperti : Tiap upacara selalu memohon perlindungan Tuhan YME,
gotong royong , asas Musyawarah mufakat.
18
Pada masyarakat Sunda kegiatan kehidupan sudah seyogyanya berpedoman
pada tiga aspek yang tidak terpisahkan yaitu:
Elmu tungtut, dunya siar, ibadah tetep lakonan (carilah ilmu, carilah rizki/
harta dan tetaplah beribadah pada Tuhan YME). Dalam azas musyawarah
mufakat/ demokrasi terungkap pada nilai tetap dikemukan dengan cara yang
santun tanpa orang kehilangan kehormatan dirinya (Win-win solution). Hal ini
tercermin dari prinsip sebagai berikut.
19
tidak berdiri sendiri-sendiri. Di bawah bimbingan sila yang pertama, sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, kelima sila itu ikat-mengikat.”
Sebagai dasar filsafat negara dan filsafat hidup bangsa, Pancasila adalah
suatu sistem nilai yang cukup sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu dasar
filsafat maka sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hierarkis
dan terstruktur. Inilah yang disebut-sebut bahwa Pancasila adalah sebuah sistem
filsafat. Oleh Karena merupakan suatu sistem filsafat, maka kelima sila bukan
terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi
makna yang utuh.
Adapun negara yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan pada kodrat
bahwa manusia sebagai warga dari negara sebagai persekutuan hidup adalah
berkududukan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
(Abdullah) (hakikat sila pertama). Pada hakikatnya bertujuan untuk
mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya
atau makhluk yang beradab (hakikat sila kedua). Untuk terwujudnya suatu
negara organisasi hidup manusia maka harus membentuk persatuan ikatan hidup
bersama sebagai suatu bangsa (hakikat sila ketiga). Persatuan dan kesatuan
dalam bernegara akan bermuara pada kehidupan yang utuh dalam suatu wilayah
tertentu. Untuk itu nilai persatuan sebagaimana hakikat sila ketiga perlu
ditekankan, bahwa keutuhan rakyat dalam modal pokok keutuhan bangsa
Indonesia. Maka merupakan suatu keharusan bahwa negara harus bersifat
demokratis, hak serta kekuasaan rakyat harus dijamin baik secara individu
maupun secara bersama (hakikat sila keempat). Untuk mewujudkan tujuan
20
negara sebagai tujuan bersama dari seluruh warga negaranya maka dalam hidup
kenegaraan harus mewujudkan jaminan perlindungan bagi seluruh warganya.
Dengan demikian demi terwujudnya tujuan tersebut, prinsip keadilan harus
menjadi jaminan bagi kehidupan bersama sesuai dengan hakikat sila yang
kelima, keadilan sosial. Nilai-nilai inilah yang merupakan suatu nilai dasar bagi
kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.
21
Pancasila sebagai ideologi mengandung pengertian bahwa Pancasila
merupakan ajaran, gagasan, doktrin, teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya
dan dijadikan pandangan hidup bangsa Indonesia serta menjadi pentunjuk dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia. Dengan demikian ideologi Pancasila merupakan ajaran, doktrin, teori
dan/atau ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini
kebenarannya dan disusun secara sistematis serta diberi petunjuk dengan
pelaksanaan yang jelas.
Dari penjalasan itu, setidaknya terdapat tiga tingkatan nilai yang perlu
diperhatikan. Antara lain yaitu nilai tidak berubah atau nilai dasar, nilai
instrumental yang dapat berubah sesuai kondisi namun juga tetap bersandar
pada nilai dasar, dan nilai praktis yaitu berupa implementasi nilai-nilai yang
sesungguhnya. Sekalipun demikian, perwujudan ataupun pelaksanaan nilai- nilai
instrumental dan nilai-nilai prsksis harus tetap mengandung jiwa dan semangat
yang sama dengan nilai dasarnya.
22
Kumpulan nilai-nilai dari kehidupan lingkungan sendiri dan yang diyakini
kebenarannya kemudian digunakan untuk mengatur masyarakat, inilah yang
disebut dengan ideologi.
23
sehingga memberi kekuatan motivasional untuk tunduk pada cita-cita
bersama.
e. Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan konstitusional sebagai dasar
negara dan sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa dan negara.
24
Setiap negara memiliki ideologi tersendiri. Ada yang memiliki ideologi
individualistik yang memandang manusia dari sisi hak asasinya, ideologi
komunistik yang memendasarkan diri pada premise bahwa semua materi
berkembang mengikuti hukum kontradiksi, dengan menempuh proses
dialektik yang mana di dalam diri manusia tidak ada yang permanen sehingga
kontradiksi terhadap lingkungan selalu menghasilkan perubahan yang
menentukan diri manusia dan faham agama yang bersumber dari falsafah
agama yang termuat dalam kiblat suci agama. Indonesia sendiri menganut
ideologi pancasila yang memandang manusia selaku makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan yang lain.
Pancasila dan kelima silanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh,
sehingga pemahaman dan pengalamannya harus mencakup semua nilai yang
terkandung di dalamnya.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, mengandung nilai satu derajat,
sama hak dan kewajiban, serta bertoleransi dan saling mencintai.
25
2.7 Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Dunia berkembang dan berubah dengan sangat cepat, dan perubahan yang
terjadi itu ikut mewarnai kehidupan bangsa kita secara fundamental. Ada
beberapa penulis buku yang melalui konsep-konsepnya telah berhasil memotret
realitas zaman yang sedang kita jalani ini. Di antaranya adalah Rowan Gibson
(1997) yang menyatakan bahwa The road stop here. Masa di depan kita nanti
akan sangat lain dari masa lalu, dan karenanya diperlukan pemahaman yang
tepat tentang masa depan itu.
New time call for new organizations, dengan tantangan yang berbeda
diperlukan bentuk organisasi yang berbeda, dengan ciri efisiensi yang tinggi.
Where do we go next; dengan berbagai perubahan yang terjadi, setiap
organisasi-termasuk organisasi negara-perlu merumuskan dengan tepat arah
yang ingin dituju. Peter Senge (1994) mengemukakan bahwa ke depan terjadi
perubahan dari detail complexity menjadidynamic complexitycosmopolitan, dan
karenanya setiap pelakunya, termasuk pelaku bisnis dan politik dituntut
memiliki 4 C, yaitu concept, competence, connection, dan confidence. yang
membuat interpolasi menjadi sulit. Perubahan-perubahan terjadi sangat
mendadak dan tidak menentu. Rossabeth Moss Kanter (1994) juga menyatakan
bahwa masa depan akan didominasi oleh nilai-nilai dan pemikiran
1. Peran Ideologi
Periode multipolar yang dimulai awal 1990-an yang kita alami selama
sekitar satu dekade, juga pada akhirnya disinyalir banyak pihak terutama para
26
pengamat politik internasional, telah berakhir setelah Amerika Serikat di
bawah pemerintahan Presiden George Bush memromosikan doktrin
unilateralisme dalam menangani masalah internasional sebagai wujud dari
konsepsi dunia unipolar yang ada di bawah pengaruhnya.
2. Kesadaran Berbangsa
27
Sebenarnya, proses reformasi selama enam tahun belakangan ini adalah
kesempatan emas yang harus dimanfaatkan secara optimal untuk
merevitalisasi semangat dan cita-cita para pendiri negara kita untuk
membangun negara Pancasila ini. Sayangnya, peluang untuk melakukan
revitalisasi ideologi kebangsaan kita dalam era reformasi ini masih kurang
dimanfaatkan. Bahkan dalam proses reformasi-selain sejumlah keberhasilan
yang ada, terutama dalam bidang politik-juga muncul ekses berupa
melemahnya kesadaran hidup berbangsa.
Patut disadari oleh semua warga bangsa bahwa keragaman bangsa ini
adalah berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh sebab itu, semangat
Bhinneka Tunggal Ika harus terus dikembangkan karena bangsa ini perlu
hidup dalam keberagaman, kesetaraan, dan harmoni. Sayangnya, belum semua
warga bangsa kita menerima keragaman sebagai berkah. Oleh karenanya, kita
semua harus menolak adanya konsepsi hegemoni mayoritas yang melindungi
minoritas karena konsep tersebut tidak sesuai dengan konsep Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
28
menganut nilai-nilai yang sangat maju dan modern. Oleh sebab itu, tugas kita
semua sebagai warga bangsa untuk mengimplementasikannya secara konkret.
NKRI yang mengakui, menghormati keragaman dan kesetaraan adalah pilihan
terbaik untuk mengantarkan masyarakat kita pada pencapaian kemajuan
peradabannya.
Perlu disadari oleh semua pihak bahwa proses demokratisasi yang sedang
berlangsung ini memiliki koridor, yaitu untuk menjaga dan melindungi
keberlangsungan NKRI, yang menganut ideologi negara Pancasila yang
membina keberagaman, dan memantapkan kesetaraan. Oleh karenanya, tidak
semua hal dapat dilakukan dengan mengatasnamakan demokrasi.
29
Istilah ini sering dikenal dengan way of life atau jalan hidup / pedoman
hidup. Pancasila sebagai petunjuk hidup berbangsa dan bernegara merupakan
pedoman bagi setiap arah dan kegiatan bangsa Indonesia di segala bidang.
Dengan demikian, setiap warga Negara harus melaksanakan setiap kegiatan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya dengan bersandar dan tidak
melenceng dari nilai-nilai Pancasil.
30
Dalam hal ini, Pancasila menjadi dasar rasional mengenai asumsi tentang
hukum yang akan dibangun sekaligus sebagai orientasi yang menunjukan
kemana bangsa dan negara harus dibangun.
31
Dalam defenisinya, para ahli medefenisiskan hukum itu secara luas. Tidak
ada batasan yang jelas dari istilah hukum. Pengertian hukum dapat dilihat dari
berbagai paham seperti paham sosiologis, realis, antropologis,historis, hukum
alam dan juga hukum positivis.
Indonesia saat ini mempunyai sistem hukum yang harus ditaati oleh setiap
individu tanpa terkecuali. Dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 disebutkan “Negara
Indonesia adalah Negara hukum” oleh karena itu setiap orang dijamin segala
hak yang melekat pada dirinya, baik dalam bentuk hukum tertulis maupun tidak
tertulis. Indonesia dominan dalam sistem hukum yang kita anut yaitu sistem
eropa kontienental bahwa yang menjadi sumber hukum utama adalah Undang –
Undang, yang mana disusun secara sistematis dan tertulis. Indonesia dalam
penjelasan di atas menyebutkan bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa,
pandangan hidup bangsa. Sehingga dalam pembentukan produk hukum kita
selalu berpedoman dan bersumber dari Pancasila. Pancasila mengandung
dimensi normalitas yaitu Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat
mengikat masyarakatnya yang berupa norma atau atuaran yang harus dipatuhi
dan ditaati yang sifatnya positip. Dalam hal ini norma yang dikhususkan dalam
hal ini adalah norma hukum. Tentu hukum yang di butuhkan adalah hukum
positip, dalam Negara Indonesia hukum positip dapat berupa UUD, UU, Perpu,
Peraturan Pemerintah, peraturan presiden dan juga Peraturan daerah.
Kesemuanya ini adalah hukum tertulis.
32
Hukum disini dapat digambarkan sebagai lady of justice, nilai-nilai yang
terkandung didalamnya adalah persamaan (Equality before the law) yaitu
dengan gambar matanya ditutup seolah-olah hukum tidak membeda satu orang
dengan orang lain baik berdasarkan agama, suku, golongan dan status ekonomi.
Selanjutnya adanya skala untuk pertimbangan yaitu bahwa didalam hukum
harus mendengarkan kedua belah pihak yang bersengketa dengan
mempertimbangkan bukti-bukti yang ada. Gambar yang terakhir adalah Law
enforcement yaitu penegakan hukum yang dilambangkan dengan pedang,
hukum diterapkan dengan kekuasaan yang legitimate. Oleh karena itu hukum
harus didasarkan pada persamaan, pertimbangan dan pelaksanaan apabila tanpa
ketiga faktor ini maka hukum kita akan mati hanya sebagai Law in the
bookshelf.
33
terpenuhi, hanya saja dalam penerapanya masih banyak mengalami berbagi
hambatan dan persoalan.
34
bahwa Pancasila tidak dapat mengikuti perkembangan zaman, ilmu dan
teknologi namun dari dimensi fleksibilitas yang di miliki oleh Pancasila maka
isu tersebut dapat terjawab. Jika menilik sejarah di Indonesia, maka Pancasila
semakin relevan untuk diterapkan khususnya Pancasila yang berkaitan dengan
hukum. Tata hukum Pancasila adalah tata hukum Indonesia. Pengantar tata
hukum Indonesia adalah sama seperti tata hukum Pancasila. oleh karena itu
Pancasila adalah hukum tertulis di Indonesia, hukum yang hidup dan dicita-
citakan oleh bangsa Indonesia. Hukum yang mengakui Tuhan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada periode tahun 1945 sampai dengan 1950, nilai persatuan dan kesatuan
rakyat Indonesia masih tinggi karena menghadapi Belanda yang masih ingin
mempertahankan daerah jajahannya di Indonesia. Namun, setelah penjajah dapat
diusir, bangsa Indonesia mulai mendapat tantangan dari dalam. Dalam
kehidupan politik, sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat
tidak dapat dilaksanakan karena demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi
35
parlementer. Presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedangkan kepala
pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Sistem ini menyebabkan tidak
adanya stabilitas pemerintahan.
Pada periode tahun 1956 sampai dengan 1965, dikenal sebagai demokrasi
terpimpin. Akan tetapi, demokrasi justru tidak berada pada kekuasaan rakyat
yang merupakan amanah nilai-nilai Pancasila, kepemimpinan berada pada
kekuasaan pribadi Presiden Soekarno melalui ‘Dekrit Presiden’. Oleh karena itu,
terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam
konstitusi. Akibatnya, Presiden Soekarno menjadi presiden yang otoriter,
36
mengangkat dirinya menjadi presiden dengan masa jabatan seumur hidup.
Selain itu, terjadinya politik konfrontasi karena digabungkannya nasionalis,
agama, dan komunis, yang ternyata tidak cocok dengan konsep Negara
Indonesia. Terbukti bahwa pada masa ini adanya kemerosotan moral di
masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai Pancasila, serta
berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.
Hal ini tampak jelas ketika akhir tahun 1950-an, Pancasila sudah bukan
merupakan titik pertemuan bagi semua ideologi sebagaimana yang dimaksud
oleh Soekarno dahulu. Pancasila telah dimanfaatkan sebagai senjata ideologis
untuk mendelegitimasi tuntutan Islam bagi pengakuan negara atas Islam.
Bahkan, secara terang-terangan pada tahun 1953 Presiden Soekarno
mengungkapkan kekhawatirannya tentang implikasi-implikasi negatif terhadap
kesatuan nasional jika kelompok Islam di Indonesia masih memaksakan
tuntutan mereka untuk sebuah negara Islam.
37
Pada masa ini juga, Presiden Soekarno membubarkan partai Islam terbesar
di Indonesia, Partai Masyumi, karena dituduh terlibat dalam pemberontakan
regional berideologi Islam.
38
pimpinan/presiden/panglima tertinggi/pemimpin besar revolusi/mandataris
MPRS demi untuk keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia, dan
melaksanakan dengan pasti segala ajaran pemimpin besar revolusi.
2. Kedua, mengadakan koordinasi pelaksanaan pemerintah dengan panglima-
panglima angkatan-angkatan lain dengan sebaik-baiknya.
3. Ketiga, supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut-paut dalam tugas
dan tanggung jawabnya seperti tersebut di atas.
Surat perintah tersebut telah menjadi alat legitimasi yang sangat efektif bagi
Angkatan Darat untuk melangkah lebih jauh dalam panggung politik. Sehari
setelah surat perintah itu diterima, Soeharto membubarkan PKI, sesuatu yang
sudah lama dituntut oleh masyarakat melalui demonstrasi-demonstrasi. Presiden
Soekarno sendiri praktis kehilangan kekuasaannya setelah mengeluarkan
Supersemar, kendati secara resmi masih menjabat Presiden dalam status
‘Presiden Konstitusional’.
Setelah dibersihkan dari unsur PKI dan pendukung Soekarno, DPR-GR dan
MPRS mulai mengadakan sidang-sidangnya sebagai lembaga negara. Pada
tahun 1967, MPRS mencabut mandat Soekarno sebagai Presiden. Soekarno
kehilangan jabatannya berdasarkan TAP No. XXXIII/MPRS/1967, yang
sekaligus mendudukkan Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Setahun kemudian,
melalui TAP No. XLIII/MPRS/1968, Soeharto diangkat menjadi Presiden
definitif.
39
pemerintah menghendaki pemilu sistem distrik. Partai-partai yang ikut
membahas rancangan undang-undang itu di DPR menolak usul pemerintah, baik
yang menyangkut pengangkatan anggota DPR maupun yang menyangkut sistem
pemilihan.
Satu model yang dianggap dapat menjelaskan realitas politik Orde Baru
adalah rezim otoriter birokratis, yang melenceng jauh dari nilai-nilai luhur
Pancasila. Dalam rezim seperti ini, keputusan dibuat melalui cara sederhana,
tepat, tidak bertele-tele, efisien, dan tidak memungkinkan adanya proses
bergaining yang lama. Munculnya rezim ini disebabkan adanya semacam
delayed-dependent development syndrome di kalangan elite politik, seperti
ketergantungan pada sistem internasional dan kericuhan-kericuhan politik dalam
negeri. Rezim ini didukung oleh kelompok-kelompok yang paling dapat
mendukung proses pembangunan yang efisien, yaitu militer, teknokrat sipil, dan
pemilik modal.
40
Setelah format baru politik Indonesia dikristalisasikan melalui Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 1969 dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1969,
yang memberi landasan bagi pemerintah untuk mengangkat 1/3 anggota MPR
dan lebih dari 1/5 anggota DPR, langgam sistem politik mulai bergeser lagi ke
arah yang otoritarian. Gagasan demokrasi liberal dicap sebagai gagasan yang
bertentangan dengan demokrasi Pancasila dan karenanya harus ditolak. Hasil
Pemilu 1971 yang memberikan 62,8% kursi DPR kepada Golkar semakin
memberi jalan bagi tampilnya eksekutif yang kuat.
Rezim Orde Baru dipimpin oleh Presiden Soeharto. Pada masa Orde Baru,
pemerintah berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap Orde Lama
yang menyimpang dari Pancasila, melalui program P4 (Pedoman Pengahayatan
dan Pengamalan Pancasila).
41
stabilitas negara, Presiden Soeharto menggunakan kekuatan militer sehingga
tidak ada pihak-pihak yang berani untuk mengkritik pemerintah.
Puncaknya adalah saat terjadinya krisis ekonomi dan moneter di tahun 1997
yang menyebabkan perekonomian Indonesia anjlok sehingga memicu gerakan
besar-besaran untuk menggulingkan rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan
Presiden Soeharto.
42
4. Adanya penindasan secara fisik, seperti pembunuhan di Timor Timur, Aceh,
Irian Jaya, kasus di Tanjung Priok, kasus pengrusakan pada 27 Juli, dan lain
sebagainya.
5. Perlakuan diskriminasi oleh negara terhadap masyarakat non pribumi
(keturunan) dan golongan minoritas.
43
2. Menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk konstitusi dan
perundang-undangan yang menyimpang dari arah perjuangan dan cita-cita
seluruh rakyat.
3. Melakukan perbaikan di segala bidang kehidupan, baik di bidang politik,
ekonomi, sosial-budaya, maupun pertahanan dan keamanan.
4. Menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan dalam
masyarakat yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi, seperti KKN,
kekuasaan yang otoriter, penyimpangan, dan penyelewengan lainnya.
Inti reformasi adalah memelihara segala yang sudah baik dari kinerja bangsa
dan negara di masa lampau, mengoreksi segala kekurangannya, sambil merintis
pembaruan untuk menjawab tantangan masa depan. Pelaksanaan kehidupan
berbangsa dan bernegara di masa lalu memerlukan identifikasi, mana yang
masih perlu pertahankan dan mana yang harus diperbaiki.
Pada awal reformasi, konfigurasi politik di DPR dan MPR tidak berubah,
sama dengan konfigurasi politik yang dihasilkan melalui pemilu 1997, yang
tetap didominasi oleh Golkar dan ABRI. Tetapi, karena adanya reformasi
disertai penggantian Presiden, maka merubah sifat lama anggota MPR dan DPR
tersebut dan mengikuti tuntutan reformasi, antara lain keterbukaan,
demokratisasi, peningkatan perlindungan HAM, pemeberantasan KKN,
reformasi sistem politik dan ketatanegaraan, termasuk amandemen atas Undang-
Undang Dasar 1945.
44
daerah. Jumlah anggota DPR pascapemilu 1999 sebanyak 500 orang, 462 orang
duduk melalui pemilihan umum sedangkan 38 orang merupakan pengangkatan
wakil ABRI. Sedangkan, anggota MPR berjumlah 700 orang, 500 orang dari
anggota DPR, 125 orang utusan daerah, dan 75 orang utusan golongan.
Dari konfigurasi politik yang demokratis tetapi tidak ada satu partai yang
menguasai mayoritas di parlemen (dalam DPR), seperti yang telah diuraikan di
atas, maka akan sulit bagi suatu fraksi untuk menggolkan programnya tanpa
berkoalisi dengan fraksi-fraksi lainnya sampai tercapai mayoritas di kedua
lembaga negara tersebut. Demikian juga halnya dengan eksekutif adalah sulit
bagi presiden untuk menggolkan rancangan undang-undang yang diajukan ke
DPR. Dan di sisi lain, demikian pula terjadi dalam setiap sidang tahunan MPR,
presiden harus dapat pula menampung aspirasi-aspirasi fraksi-fraksi di MPR
agar ia tidak kesulitan dalam meloloskan program dan pertanggungjawabannya.
Sesudah tahun 2002, presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR
seperti pada masa sebelumnya. Presiden dapat diberhentikan MPR hanya bila
melanggar hukum, bukan karena masalah politik.
45
Awal dari gerakan reformasi bangsa Indonesia yakni ditandai dengan
mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian
digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie.
46
dalam menginterpretasikannya harus relevan dan kontekstual, serta harus
sinkron atau sesuai dengan kenyataan pada zaman saat itu.
Pancasila pada Era Reformasi tidaklah jauh berbeda dengan Pancasila pada
masa Orde Lama dan Orde Baru, yaitu tetap ada tantangan yang harus di hadapi.
Tantangan itu adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang sampai hari
ini tidak ada habisnya. Pada masa ini, korupsi benar-benar merajalela. Para
pejabat negara yang melakukan korupsi sudah tidak malu lagi. Mereka justru
merasa bangga, ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari gedung KPK dengan
melambaikan tangan serta tersenyum seperti artis yang baru terkenal.
47
2. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya,
gerakan reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan sebagai upaya
penataan kehidupan yang penuh penghargaan atas harkat dan martabat
manusia.
3. Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan Indonesia. Artinya, gerakan
reformasi harus menjamin tetap tegaknya bangsa dan negara Indonesia
sebagai satu kesatuan.
4. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat
menempatkan rakyat sebagai subjek dan pemegang kedaulatan. Kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat Indonesia.
5. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Artinya, gerakan reformasi harus memiliki visi yang jelas, yaitu
demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
48
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada masa Orde Lama, yaitu pada masa kekuasaan Presiden Soekarno,
Pancasila mengalami ideologisasi. Artinya, Pancasila berusaha untuk dibangun,
dijadikan sebagai keyakinan dan kepribadian bangsa Indonesia. Kenyataannya,
Pancasila hanya dijadikan sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan dengan
diangkatnya presiden dengan masa jabatan seumur hidup.
Pada masa Orde Baru, yaitu pada masa kekuasaan Presiden Soeharto, bangsa
Indonesia kembali menjadikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
sebagai dasar negara. Kenyataannya, Pancasila lagi-lagi hanya dijadikan sebagai
alat untuk melanggengkan kekuasaan otoriter Presiden Soeharto yang berkuasa
selama lebih kurang 32 tahun.
3.2 Saran
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya merupakan
perwujudan dari nilai-nilai budaya milik bangsa sendiri yang diyakini
kebenarannya. Pancasila digali dari budaya bangsa yang sudah ada, tumbuh, dan
49
berkembang berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, bangsa Indonesia wajib
mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila karena Pancasila mencerminkan jiwa
dan kepribadian bangsa Indonesia.
50
Daftar Pustaka
https://osf.io/preprints/inarxiv/7y9wn/download
https://media.neliti.com/media/publications/240592-meneguhkan-pancasila-
sebagai-ideologi-be-fe05f315.pdf
https://repository.unikom.ac.id/37221/1/%28Pertemuan%20III%29%20Pancasila
%20sebagai%20Ideologi%20Nasional.pdf
51