Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN

“PERBEDAAN STRUKTUR DAN KARAKTERISTIK UMUM NEGARA


BERKEMBANG”
Dosen Pengajar : Fransina W. Ballo, Se., Me

DISUSUN OLEH :

CHINY W. MAU (2110010069)


ASTERIUS F. NANA (2110010068)
SESYLIA R. PRAYNG (2110010093)
FREDERIK C. OLASUA (2110010078)

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
KUPANG 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa oleh karena kasihnya
kami dapat merangkum materi tentang persediaan dengan baik.
Dengan rangkuman materi ini banyak kekurangan dari pihak kami diharapkan untuk
menyempurnakan penulisan makalah yang berjudul PERBEDAAN STRUKTUR DAN
KARAKTERISTIK UMUM NEGARA BERKEMBANG.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini dikarenakan
kemampuan kami yan terbatas kami berharap dengan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga menjadi
bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkat prestasi di masa yang
akan datang.

KUPANG, 12 SEPTEMBER 2022

Penulis
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1

A.Latar belakang.................................................................................................................1
B.Rumusan masalah............................................................................................................1

C.Tujuan..............................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................2

1.DEFINISI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG.........................................................2

2.INDIKATOR DASAR PEMBANGUNAN.....................................................................4

3.UKURAN HOLISTIK TARAF HIDUP DAN KAPABILITAS.....................................5

4. KARAKTERISTIK NEGARA BERKEMBANG...........................................................7

DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Ciri perekonomian global yang paling mencolok adalah adanya perbedaan yang sangat tajam.
Output per pekerja di Amerika Serikat sekitar 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
output setiap pekerja di India dan lebih dari 50 kali lebih tinggi dari yang dicapai di Republik
Demokratik Kongo (RDK) Pendapatan riil per kapita di Amerika Serikat adalah $48.430,
$2.930 di India, dan $280 di RDK Jika di bumi ini hanya ada satu negara, distribusi
pendapatan mungkin dapat lebih merata dibandingkan dengan yang dapat dilakukan di setiap
negara kecuali Namibia. Selain itu, terdapat kesenjangan yang sangat besar dalam hal
kesejahteraan. Harapan hidup life expectancy) adalah 78 tahun di Amerika Serikat, 65 tahun
di India, dan hanya 46 tahun di RDK. Prevalensi (persebaran) kekurangan nutrisi di Amerika
Serikat kurang dari 2,5%, tetapi di India mencapai 22% dan 75% di RDK.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Arti definisi struktuk dan negara berkembang
2. Apa saja yang terdapat pada indikator dasar pembangunan
3. Bagaimana Ukuran Holistik Taraf Hidup dan Kapabilitas
4. Apa saja kararteristik negara-negara berkembang

C.TUJUAN
1. Agar mengetahui struktur dan negara berkembang
2. Mengetahui indikator dasar pembangunan
3. Mengetahui ukuran holistik taraf hidup dan kopabilitas
4. Mengetahui karakteristik negara-negara berkembang
BAB 2
PEMBAHASAN

1.MENDEFINISIKAN NEGARA-NEGARA BERKEMBANG


sepuluh ciri penting yang umumnya, rata-rata, dimiliki negara-negara berkembang
dibandingkan dengan negara-negara maju Dalam setiap kasus, ditemukan bahwa di balik
semua rata-rata itu terdapat perbedaan substansial dalam seluruh dimensi atau bidang di
antara negara berkembang yang penting diperhatikan dalam perumusan kebijakan. Dimen
atau bidang itu adalah sebagai berikut:

1. Standar hidup dan produktivitas yang lebih rendah


2. Tingkat modal manusia yang lebih rendah
3. Tingkat ketimpangan dan kemiskinan absolut yang lebih tinggi
4. Tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi
5. Fraksionalisasi sosial yang lebih besar
6. Jumlah penduduk di pedesaan yang lebih besar namun memiliki tingkat migrasi desa-kota
yang lebih cepat
7. Tingkat industrialisasi yang lebih rendah
8. Kondisi geografis yang menghambat
9. Sektor keuangan dan pasar lainnya yang kurang berkembang
10. Dampak kolonial yang tersisa, contohnya berupa lembaga-lembaga yang jelek, dan sering
bergantung secara eksternal.

Cara paling umum untuk mendefinisikan negara berkembang adalah dengan menggunakan
pendapatan per kapita. Beberapa lembaga internasional, meliputi Organization for Economic
Cooperation and Development-OECD dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah menyusun
klasifikasi negara berdasarkan status ekonominya, tetapi sistem yang paling dikenal luas
adalah yang dibuat oleh International Bank for Reconstruction and Development (IBRD),
yang lebih umum dikenal sebagai Bank Dunia (World Bank). Dalam sistem klasifikasi Bank
Dunia, 210 negara dengan jumlah penduduk sedikitnya 30.000 diperingkat berdasarkan
tingkat pendapatan nasional bruto (gross national income-GND) per kapita.
Negara-negara ini selanjutnya diklasifikasi sebagai :
1. Negara Berpendapatan Rendah (Lote-Income Country-LIC)
2. Negara Berpendapatan Menengah-Bawah (Lower-Middle-Income Country-LMC)
3. Negara Berpendapatan Menengah-Atas (Upper-Middle-Income Country-UMC)
4. Negara OECD Berpendapatan Tinggi (High-Income OECD Country)
Negara Berpendapatan Tinggi Lainnya. (Sering kali, LMC dan UMC secara formal
dikelompokkan sebagai negara berpendapatan menengah). Dengan beberapa pengecualian,
negara-negara berkembang mencakup negara yang tingkat pendapatannya rendah menengah-
bawah, atau menengah-atas.
Negara berpendapatan rendah didefinisikan sebagai negara dengan tingkat pendapatan
nasional bruto per kapita pada tahun 2008 sebesar atau kurang dari $975,
Negara berpendapatan menengah-bawah memiliki pendapatan antara $976 dan 53.855;
Negara berpendapatan menengah-atas memiliki pendapatan antara $3.856 dan $11.906, dan
Negara berpendapatan tinggi memiliki pendapatan sebesar atau lebih dari $11.907.
Negara-negara berpendapatan tinggi yang memiliki satu atau dua sektor ekspor yang
berkembang pesat tetapi cukup banyak jumlah penduduknya yang relatif tidak berpendidikan
atau memiliki tingkat kesehatan yang rendah dapat dipandang sebagai masih berkembang.
Contoh negara seperti ini dapat mencakup negara pengekspor minyak seperti Arab Saudi dan
Uni Emirat Arab. Negara-negara berpendapatan tinggi juga mencakup beberapa pulau, yang
pekonomiannya bergantung pada wisatawan, yang memiliki masalah-masalah pembangunan.
Bahkan beberapa negara anggota OECD yang berpendapatan tinggi, seperti Portugal dan
Yunani, dipandang sebagai negara berkembang setidaknya sampai akhir-akhir ini. Sekalipun
demikian, penggolongan sebagai negara berkembang tetap merupakan generalisasi yang
berguna bagi negara negara Afrika sub-Sahara, Afrika Utara dan Timur Tengah, Asia kecuali
Jepang dan akhir-akhir ini Korea Selatan dan juga barangkali dua atau tiga negara
berpendapatan tinggi lainnya, Amerika Latin dan Karibia, serta negara-negara transisi Eropa
Timur dan Asia Tengah yang mencakup juga negara-negara pecahan Uni Soviet. Sebaliknya,
negara-negara maju meliputi semua negara berpendapatan tinggi anggota OECD, yang terdiri
atas negara-negara Eropa barat, Amerika Utara, Jepang, dan Selandia Baru.
Adakalanya dilakukan pembedaan khusus di antara negara-negara berpendapatan menengah-
atas dan negara-negara berpendapatan tinggi baru, dengan menggolongkan negara-negara
yang telah berhasil membangun sejumlah sektor manufaktur yang relatif maju sebagai negara
industri baru (newly industrializing countries-NIC). Cara lain untuk mengklasifikasi negara
negara di dunia berkembang adalah berdasarkan tingkat utang internasional mereka; dan
Bank Dunia telah menggolongkan negara-negara ini sebagai negara berutang sangat banyak,
berutang sedang dan berutang sedikit. UNDP menggolongkan negara-negara dengan kategori
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi berdasarkan tingkat pembangunan manusia,
mencakup tingkat pencapaian kesehatan dan pendidikan.
Klasifikasi lain yang digunakan secara luas adalah negara paling tidak berkembang (nait-
developed country) yang digunakan PBB, pada tahun 2010 berjumlah 49 negara yang 33 di
antaranya di Afrika, 15 di Asia, dan Haiti Suatu negara yang masuk dalam klasifikasi ini
memiliki semua kriteria berikut: pendapatan rendah, modal manusia rendah, dan kerentanan
ekonomi tinggi Klasifikasi PBB yang khusus lainnya adalah negara berkembang tak
berpantai (landlocked developing country-yang berjumlah 30 negara, separuh di antaranya di
Afrika) dan negara pulau kecil berkembang (small island developing state sebanyak 38)
Terakhir, diperkenalkan istilah pasar yang sedang berkembang (emerging market) di
International Finance Corporation (lembaga keuangan internasional di bawah Bank Dunia)
untuk menunjukkan adanya kemajuan (guna menghindari frasa standar Dunia Ketiga yang
tampaknya diasosiasikan dengan stagnasi atau kemandekan oleh para investor).
Pemilahan negara-negara di dunia secara sederhana menjadi negara maju dan negara
berkembang adakalanya bermanfaat untuk tujuan analitis. Banyak model pembangunan yang
diterapkan di negara-negara berkembang dengan tingkat pendapatan yang sangat beragam.
Akan tetapi, keragaman tingkat pendapatan itu seyogianya menjadi peringatan dini agar kita
tidak terjebak melakukan generalisasi berlebihan. Sesungguhnya, perbedaan perekonomian
negara-negara berpendapatan rendah di Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan dengan
perekonomian negara-negara berpendapatan menengah-atas di Asia Timur dan Amerika
Latin bahkan dapat lebih tajam dibandingkan dengan perbedaan yang terjadi di antara negara-
negara OECD berpendapatan tinggi dan negara-negara berkembang berpendapatan
menengah-atas.
2.INDIKATOR DASAR PEMBANGUNAN: PENDAPATAN RIIL, KESEHATAN, DAN
PENDIDIKAN
Dalam bagian ini, akan dibahas sejumlah indikator dasar atas tiga segi pembangunan:
pendapatan nil per kapita yang disesuaikan dengan daya beli (purchasing power); kesehatan
sebagaimana yang diukur dari tingkat harapan hidup, asupan nutrisi, dan tingkat mortalitas
anak,serta pencapaian pendidikan sebagaimana yang diukur dengan tingkat melek aksara dan
tingkat pendidikan ( atau lama belajar disekolah).
a. Peritas Daya Beli
Sejalan dengan skema klasifikasi negara berbasis pendapatan yang ditetapkan Bank Dunia,
pendapatan nasional bruto (gross national incume-GNI) per kapita, yaitu ukuran paling umum
dari semua level aktivitas perekonomian. sering digunakan sebagai indeks kesejahteraan
relatif ekonomi orang-orang di berbagai negara. Ukuran ini dihitung sebagai jumlah nilai
tambah (nalur added) domestik dan luar negeri yang diperoleh warga negara tanpa dikurangi
dengan penyusutan (depreciation) atas persediaan modal (capital stock). Produk domestik
bruto (gross domestic product-GDP) mengukur jumlah nilai akhir output yang dihasilkan
aktivitas perekonomian, baik yang dilakukan oleh warga negara maupun oleh non-warga
negara (warga asing). Dengan demikian, GNI terdiri atas GDP ditambah dengan selisih
pendapatan yang diterima warga negara dari luar negeri untuk pelayanan faktor (barang dan
tenaga kerja) setelah dikurangi dengan pembayaran kepada non-warga negara yang
berkontribusi terhadap perekonomian domestik. Apabila terdapat banyak pihak non-warga
negara yang memainkan peran penting dalam perekonomian domestik (misalnya perusahaan
asing), maka selisih itu akan signifikan (lihat Bab 12). Pada tahun 2008, total pendapatan
nasional dari semua negara di dunia bernilai sekitar $58 triliun AS. Dari jumlah itu, lebih dari
$42 triliun berasal dari wilayah-wilayah ekonomi maju berpendapatan tinggi, dan kurang dan
$16 ilun berat dan org negara kurang maju yang justru mewakili lima per enam penduduk
dunia Pada tahun 2008, pendapatan per kapita Norwegia 312 kali lebih ber daripada
pendapatan per kapita Ethiopia dan 84 kali lebih besar dari India.
b. Indikator Kesehatan dan Pendidikan

Selain rata-rata pendapatan, dipandang perlu menilai rata-rata tingkat kesehatan dan
pencapaian pendidikan suatu negara yang mencerminkan kapabilitas inti (core capability)
Tingkat harapan hidup adalah rata-rata usia anak-anak setelah memperhitungkan risiko
kematian yang umum terjadi kepada kelompok bayi baru lahir. Kekurangan nutrisi
(undernourishment) berarti mengonsumsi makanan terlalu sedikit untuk mempertahankan
tingkat kegiatan yang normal; keadaan ini sering kali disebut dengan masalah kelaparan.
Tingkat fertilitas yang tinggi dapat menjadi sebab dan sekaligus akibat dari keterbelakangan,
sehingga tingkat kelahiran juga dilaporkan sebagai indikator. Tingkat melek aksara (literacy)
adalah jumlah laki-laki dan perempuan yang dilaporkan atau diperkirakan memiliki
kemampuan dasar untuk membaca dan menulis; umumnya jumlah mereka yang melek aksara
fungsional (fungtional literacy) lebih rendah dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan.
3.UKURAN HOLISTIK TARAF HIDUP DAN KAPABILITAS
a. Indeks Pembangunan Manusia Tradisional
Indikator yang paling luas digunakan untuk mengukur status komparatif pembangunan sosio-
ekonomi disajikan dalam laporan-laporan tahanan UNDP yang berjudul Human Development
Report (Laporan Pembangunan Mamesta). Inti semua laporan ini, yang dimulai pada tahun
1990, adalah pembuatan dan penyempurnaan Indeks Pembangunan Manusia (Human
Development Index-HDI) HDI berusaha memeringkat semua negara dengan skala 0
(pembangunan manusia terendah) sampai 1 (pembangunan manusia tertinggi) berdasarkan
pada tiga tujuan atau produk akhir pembangunan, yaitu masa hidup (longevity) yang diukur
melalui harapan hidup setelah lahir, pengetahuan yang diukur dengan bobot rata-rata tingkat
melek aksara orang dewasa-dengan bobot dua per tiga) dan rasio partisipasi sekolah bruto
(gross school enrollment ratio)-dengan bobot satu per tiga, serta standar hidup yang diukur
berdasarkan produk domestik bruto per kapita yang disesuaikan dengan paritas daya beli
mata uang setiap negara yang nilainya berbeda-beda untuk mencerminkan biaya hidup
dengan asumsi utilitas marginal yang semakin menurun (diminishing marginal utility)
pendapatan. Dengan menggunakan ketiga ukuran pembangunan ini dan dengan menerapkan
rumusnya herhadap data dari 177 negara, HDI memeningkat semua negara ke dalam empat
kelompok:
pembangunan manusia rendah (0.0 sampai 0499),
pembangunan manusia sedang (0.50) sampai 0,799),
pembangunan manu tinggi (0,80 sampai 0,90),
pembangunan manusia sangat tinggi (0.90 sampai 1.0)
Perhitungan HDI tradisional mengalami beberapa kali perubahan sejak pertama kali
ditetapkan. (Versi baru HDI tahun 2010 disajikan dalam bagian berikutnya). Di masa lalu,
telah digunakan rumus yang relatif rumit untuk mengubah tingkat pendapatan PPP menjadi
tingkat pendapatan "yang disesuaikan (yang berarti bahwa tingkat pendapatan disesuaikan
dengan utilitas marginal yang semakin menurun, sehingga kesejahteraan meningkat sering
dengan semakin besarnya pendapatan meski dengan nilai yang semakan menurun. Belum
lama ini, tingkat pendapatan yang disesuaikan diperoleh dengan hanya menghitung nilai log
dari pendapatan saat ini Untuk mendapatkan indeks pendapatan, kita mengurangi log 100 dari
log pendapatan saat ini dengan asumsi bahwa pendapatan rill per kapita tidak akan mungkin
kurang dari $100 PPP. Selisihnya menunjukkan sejauh mana sebuah negara telah melampaui
"patokan haan yang terbawah" (lower goalpost). Untuk mendapatkan perspektif atas
pencapaian ini, pertimbangkan tingkat pencapaian itu dalam kaitannya dengan jumlah
maksimum pendapatan yang ingin dicapai suatu negara berkembang bagi generasi
berikutnya. UNDP mematok angka $40.000 PPP. Selanjutnya kita membagi selisih antara log
$40.000 dan log $100 untuk menemukan pencapaian pendapatan relatif negara tersebut.
Dengan cara ini dapat ditentukan angka indeks setiap negara yang berkisar antara 0 dan 1.
Sebagai contoh, dalam kasus Bangladesh, yang GDP PPP per kapitanya pada tahun 2007
diperkirakan UNDP sebesar $1.241, indeks pendapatannya dapat dihitung sebagai berikut:
Indeks pendapatan = ¿ ¿
Dari perhitungan itu terlihat jelas dampak utilitas marginal yang semakin menurun.
Pendapatan sebesar $1.241, yang hanya 3% dari patokan tujuan maksimum sebesar $40.000,
sudah cukup untuk mencapai lebih dari dua per lima nilai maksimum indeks tersebut.
Perhatikan bahwa beberapa negara telah melampaui target pendapatan $40.000; sehingga
negara bersangkutan, berdasarkan nilai maksimum yang ditetapkan UNDP, mendapat indeks
pendapatan maksimum 1.
Untuk menentukan indeks harapan hidup (proksi kesehatan), UNDP memulai perhitungannya
dengan tingkat harapan hidup setelah lahir di negara tersebut dan menguranginya dengan 25
tahun. Angka 25 tahun adalah patokan tujuan terendah, yaitu tingkat harapan hidup paling
rendah yang diperkirakan terjadi di semua negara selama generasi sebelumnya. Selanjutnya
UNDP membagi hasilnya dengan 85 tahun minus 25 tahun, atau 60 tahun. yang menunjukkan
kisaran harapan hidup yang diperkirakan dicapai generasi sebelum dan berikutnya. Artinya,
usia harapan hidup maksimum yang masuk akal yang diperkirakan dapat dicapai generasi
mendatang di suatu negara adalah 55 tahun. Sebagai contoh, dalam kasus Bangladesh, yang
harapan hidup penduduknya pada tahun 2007 adalah 65,7 tahun, indeks harapan hidupnya
dihitung sebagai berikut:
65,7−25
Indeks harapan hidup = =0,678
85−25

Perhatikan bahwa dalam perhitungan itu tidak ada asumsi utilitas marginal yang semakin
menurun atas masa hidup, hal yang sama berlaku bagi perhitungan indeks pendidikan Indeks
pendidikan terdiri atas dua bagian, yaitu angka melek aksara dengan bobot dua per tiga dan
angka partisipasi sekolah dengan bobot satu per tiga. Sekalipun angka partisipasi sekolah
bruto (gress school enrollment) dapat melebihi 100% karena pelajar yang lebih tua kembali
bersekolah), indeks ini ditetapkan tidak melebihi 100%. Dalam kaitannya dengan
Bangladesh, jumlah orang dewasa yang melek aksara diperkirakan (sekalipun tidak pasti
benar) $1.5%, sehingga indeks melek aksaranya adalah
53,5−0
Indeks melek orang dewasa = =0,535
100−0

Indeks partisipasi sekolah bruto di Banglades diperkirakan 52,1% dari penduduk usia
pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang bersekolah sehingga negara ini mendapat nilai
berikut:
52,1−0
Indeks partisipasi sekolah bruto = =0,521
100−0

Selanjutnya, untuk mendapatkan indeks pendidikan secara menyeluruh, indeks melek secara
aksara orang dewasa dikalikan dengan dua per tiga dan indeks partisipasi sekolah bruto
dikalikan dengan satu per tiga Cara mengitung seperti ini mencerminkan pandangan bahwa
tingkat melek aksara merupakan karakteristik yang fundamental dari orang terdidik. Dengan
demikian, perhitungan indeks pendidikan Bangladesh adalah sebagai berikut:
Indeks pendidikan
2 1
= ( indeksmelek aksara orang dewasa)+ ( indeks partisipasisekolah bruto)
3 3
2 1
= ( 0,535 ) + ( 0,521 ) =0,530
3 3

Dalam indeks akhir ketiga komponen di atas memperoleh bobot yang sama. yaitu satu per
tiga, sehingga diperoleh indeks HDI yang berikut:
1 1 1
HDI = ( 0,420 ) + ( 0,678 )+ ( 0,530 )=0,543
3 3 3

Salah satu manfaat utama HDI adalah untuk menunjukkan bahwa suatu negara sesungguhnya
dapat berkinerja jauh lebih baik sekalipun tingkat pendapatannya rendah. Sebaliknya, tingkat
pendapatan yang tinggi tidak selamanya diikuti dengan capaian pembangunan manusia yang
tinggi pula
Lebih lanjut, HDI menunjukkan bahwa perbedaan dalam pendapatan lebih besar
dibandingkan dengan perbedaan dalam indikator pembangunan lainnya. paling tidak di
bidang kesehatan dan pendidikan. Selain itu, HDI mengingatkan kita bahwa pembangunan
yang sesungguhnya berarti pembangunan manusia dalam arti luas, bukan sekadar pendapatan
yang lebih tinggi. Banyak negara, seperti negara-negara produsen minyak yang
berpendapatan tinggi, telah duyatakan mengalami "pertumbuhan tanpa pembangunan.
Kesehatan dan pendidika adalah input(masukan) bagi fungsi produksi nasional dalam
perannya sebagai komponen modal manusia (human capital), yang berarti investasi produktif
dalam sumber daya manusia. Peningkatan kesehatan dan pendidikan merupakan tujuan
tersendiri yang penting dari upaya pembangunannya. Kita tidak dapat dengan mudah
menyatakan bahwa suatu negara dengan penduduk yang berpendapatan tinggi namu tidak
terdidik dengan baik dan mengalami masalah kesehatan yang signifikan sehingga masa hidup
mereka jauh lebih singkat ketimbang orang-orang lain dimuka bumi telah mencapai tingkat
pembangunan yang labih tinggi dibandingkan dengan negara berpendapatan rendah dengan
tingkat harapan hidup penduduknya yang lebih tinggi dan sebagian besarnya melek aksara.
Dengan demikian, indikator yang lebih baik untuk menunjukan perbedaan dan peringkat
pencapaian pembangunan adalah dengan memasukan variabel kesehatan dan pendidikan
dalam ukuran kesejahteraan tertimbang (weighted wellbeing measure) alih-alih hanya melihat
pada tingkat pendapatan, dan HDI menawarkan sebuah cara bermanfaat untuk melakukan
perbandingan seperti ini.
b.indeks pembangunan manusia baru
pada bulan november 2010, UNDP memperkenalkan indeks pembangunan manusia yang
baru (new human develompment index-NHDI) sebagai jawaban terhadap beberapa kritik
terhadap HDI. Indeks ini masih berdasarkan standar hidup, pendidikan, dan kesehatan. Akan
tetapi, indeks baru ini memiliki 8 perubahan penting, yang masing-masing memiliki
kelebihan dan juga potensi kelemahan.
Apa yang baru dalam HDI baru:
1. Pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita menggantikan produk domestik bruto
(GDP) per kapita.
2. Indeks pendidikan telah diubah secara keseluruhan.
3. Pencapaian pendidikan yang diharapkan komponen baru lainnya yang agak ambigu:
ukuran ini merupakan peramalan yang dilakukan PBB, bukan pencapaian.
4. Dua komponen sebelumnya dipakai sebagai indikator dalam indeks pendidikan, yaitu
angka melek aksara dan partisipasi sekolah,tidak digunakan lagi.
5. Patokan tujuan atas(nilai maksimum) disetiap dimensi dinaikkan sampai pada nilai
maksimum, dibanding batas angka tertentu yang ditetapkan sebelumnya.
6. Patokan tujuan bawah bagi tingkat pendapatan telah dikurangi.
7. Perbedaan kecil lainnya adalah, ketimbang menggunakan logaritma (log) umum untuk
mencerminkan manfaat pendapatan marginal yang semakin menurun.
8. Berangkali, perubahan yang paling berdampak adalah perhitungan HDI dengan rata-
rata (mean) geometri.
4.KARAKTERISTIK NEGARA BERKEMBANG: KERAGAMAN DALAM KESAMAAN
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat kesamaan sejarah dan perekonomian di
kalangan negara berkembang yang telah menimbulkan masalah masalah pembangunan
ekonomi mereka dan kini sedang ditelaah dengan kerangka analitis umum dalam ilmu
ekonomi pembangunan Masalah-masalah serupa yang terjadi di semua negara berkembang
akan dikaji secara rinci dalam bagian ini berdasarkan isu Akan tetapi, penting juga diingat
adanya perbedaan besar di antara negara-negara berkembang, bahkan dalam bidang-bidang
yang umum di semua negara itu. Ada perbedaan besar dalam indikator pendapatan kesehatan,
dan pendidikan, dan HDI yang telah dibahas sebelumnya adakalanya diacu sebagai "tangga
pembangunan" (ladder of development). Beragam masalah pembangunan mengharuskan
adanya respons kebijakan spesifik dan strategi pembangunan umum yang berbeda pula.
Bagian ini membahas sepuluh bidang utama "keragaman dalam kesamaan" di negara-negara
berkembang.
a.Standar Hidup dan Produktivitas yang Lebih Rendah
Seperti yang telah dikemukakan di bagian awal, jelas terdapat perbedaan produktivitas yang
sangat besar di antara negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara
berkembang seperti India dan Republik Demokratik Kongo: tetapi, hal yang sama juga terjadi
di kalangan negara-negara berkembang sendiri. Seperti yang juga telah kita ketahui, semua
negara yang tingkat pendapatannya berada di bawah rata-rata pendapatan tinggi dipandang
sebagai berkembang dalam hampir semua taksonomi (dan beberapa negara yang termasuk
dalam jajaran berpendapatan tinggi menurut Bank Dunia ternyata masih dipandang
berkembang). Tingkat rata-rata pendapatan yang lebih rendah namun memiliki kisaran yang
tinggi dalam negara-negara berkembang.
b.Tingkat Modal Manusia yang Lebih Rendah
Modal manusia-kesehatan, pendidikan, dan keterampilan-merupakan hal yang sangat penting
bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia. Kita telah mengetahui adanya
perbedaan yang besar dalam modal manusia di seluruh dunia ketika membahas Indeks
Pembangunan Manusia. Dibandingkan dengan negara-negara maju, kebanyakan negara
berkembang tertinggal dalam hal rata-rata tingkat nutrisi, kesehatan (contohnya, sebagaimana
diukur melalui indikator harapan hidup dan kekurangan nutrisi), dan pendidikan (melalui
indikator melek aksara).
c.Tingkat Ketimpangan dan Kemiskinan Absolut yang Lebih Tinggi
Secara global, 20% orang paling miskin hanya menerima 1,5% pendapatan dunia Dewasa ini,
20% kelompok terbawah itu kurang lebih berjumlah 1,41 miliar orang yang hidup dalam
kemiskinan absolut dengan pendapatan kurang dan $1.25 per hari menurut paritas daya beli."
Sebenarnya, untuk mengangkat pendapatan mereka yang hidup dengan pendapatan kurang
dari $1.25 per hari ke garis kemiskinan minimal hanya membutuhkan kurang dari 2%
pendapatan 10% orang-orang terkaya di dunia. Dengan demikian, sangat jelas betapa
besarnya skala ketimpangan global.
Akan tetapi kesenjangan pendapatan per kapita yang sedemikian lebar antara negara kaya dan
miskin bukan merupakan satu-satunya manifesta besamya disparitas ekonomi global Untuk
benar-benar memahami kelumen dan kedalaman masalah kesenjangan di negara-negara
berkembang, kita juga perlu mengetahui kesenjangan yang terjadi antara mereka yang kaya
dan yang miskin di dalam negara berkembang itu sendiri. Tingkat ketimpangan pendapatan
yang sangat tinggi-keadaan ekstrem antara pendapatan relatif warga negara berpendapatan
tinggi dan rendah-ditemukan di banyak negara berpendapatan menengah, sebagian karena di
negara-negara Amerika Latin sejak dahulu cenderung berpendapatan menengah dan sangat
timpang Beberapa negara Afrika, meliputi Sierra Leone, Lesotho, dan Afrika Selatan juga
memiliki tingkat ketimpangan tertinggi di dunia." Ketimpangan sangat tinggi terjadi di
banyak negara berkembang yang kaya sumber daya, terutama di negara-negara Timur Tengah
dan Afrika sub-Sahara. Dan memang, dalam banyak kasus, ketimpangan itu jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan yang terjadi di hampir semua negara maju (di mana ketimpangan itu,
dalam banyak kasus, meningkat) Akan tetapi, tingkat ketimpangan sangat bervariasi di antara
negara-negara berkembang, dengan tingkat ketimpangan yang lebih rendah di Asia. Oleh
karena itu, kita tidak dapat membatasi perhatian pada hitungan rata-rata, kita harus melihat ke
dalam negara-negara untuk mengetahui bagaimana status distribusi pendapatan, slapa saja
yang menangguk keuntungan pembangunan ekonomi, dan mengapa demikian. Berkaitan
dengan tingkat pendapatan yang rata-rata rendah, sebagian besar penduduk yang sangat
muskin hidup di negara-negara berkembang dengan tingkat pendapatan rendah di Afnka sub-
Sahara dan Asia Selatan. Sebagian kemiskinan ekstrem terjadi bukan hanya karena rendahnya
modal manusia, tetapi juga karena pengucilan sosial dan politik serta pemasungan hak
lainnya. Telah banyak kemajuan yang dicapai dalam upaya mengurangi jumlah penduduk di
negara-negara berkembang yang hidup dengan pendapatan kurang dari $1.25 per hari dan
meningkatkan pendapatan mereka yang masih berada di bawah tingkat pendapatan itu. Para
ekonom pembangunan menggunakan konsep kemiskinan absolut (absolute poverty) untuk
menunjukkan tingkat pendapatan minimum spesifik yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dasar agar dapat bertahan hidup makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Akan
tetapi, timbul masalah seiring disadarinya tingkat kebutuhan hidup minimum ini bervariasi
dari satu negara ke negara lain dan dari satu wilayah ke wilayah lain, yang mencerminkan
perbedaan kebutuhan fisiologis, sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu, para ekonom cenderung
membuat estimasi konservatif mengenai kemiskinan dunia untuk menghindari penjelasan
masalah ini secara berlebihan. Terjadinya kemiskinan ekstrem sangat bervariasi di seluruh
negara berkembang. Bank Dunia memperkirakan jumlah penduduk yang hidup dengan
pendapatan kurang dari $1.25 per hari sebesar 9.1% di Asia Timur dan Pasifik 8.6% di
Amerika Latin dan Karibia, 1,5% di Timur Tengah dan Afrika Utara, 22 31.7% di Asia
Selatan, dan 41,1% di Afrika sub-Sahara Jumlah penduduk yang hidup di bawah level itu
telah menurun secara drastis menjadi sekitar 21% pada tahun 2006; tetapi ada indikasi bahwa
krisis ekonomi global telah memperlambat penurunan tingkat kemiskinan, dan jumlah orang
miskin di beberapa negara 25 justru bertambah. Sekalipun demikian, sebagaimana terlihat
dalam Peraga 27, jumlah orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari $1.25 per hari
telah menyusut dari sekitar 1.9 miliar pada tahun 1981 menjadi sekitar 1,4 miliar pada tahun
2005; ini terjadi meski jumlah penduduk dunia meningkat lebih dari 40% Kemiskinan
ekstrem merupakan kegetiran yang dahsyat dalam kehidupan manusia, sehingga upaya untuk
menanggulanginya merupakan prioritas utama pembangunan international Para ekonom
pembangunan juga semakin endokuskan perhatian pada pengaruh kemiskinan dan
ketimpangan terhadap pelambanan pertumbuhan Artinya, kemiskinan dan ketimpangan tidak
hanya merupakan akibat dari pertumbuhan yang keliru tetapi juga dapat menjadi penyebab
kekeliruan pertumbuhan itu. Hubungan ini, bersama dengan pengukuran ketimpangan dan
kemiskinan serta strategi untuk menanggulangi semua masalah itu akan dikaji lebih rinci
dalam Bab 5; dan karena begitu pentingnya masalah ini dalam pembangunan.
d.Tingkat Pertumbuhan Penduduk yang Lebih Tinggi
Jumlah pindadak global telah meningkat pesat sejak awal era industri, dari di hawahi milar di
tahun 1800) menjadi 5 miliar di tahun 1900 dan menjadi lebih dari 6 miliar di tahun 2001
FSB memperkirakan bahwa hari di perduduk dunia mimcapal 7 miliar akan terjadi di akhir
tahun 2011 atau 2012 Pertambahan jumlah penduduk yang berlangsung pesat dimulai di Erop
das negara lain yang sekarang dikenal sebagai negara maju. Akan tetapi dalam beberapa
dasawarsa belakangan, pertumbuhan jumlah penduduk yang pes terjadi di negara
berkembang Dibandingkan dengan negara-negara maju, yang wering memiliki tingkat
kelahiran mendekati atau bahkan di bawah tingkat pertumbuhan nol, tingkat kelahiran di
negara-negara berkembang sangat tingg Lebih dari lima per enam penduduk dunia sekarang
hidup di negara-negara berkembang. Akan tetap dinamika penduduk sangat bervariasi di
antara negara-negara berkembang sendiri Penduduk beberapa negara berkembang, terutama
di Afrika, terus tambah dengan cepat. Dari tahun 1990 sampai dengan tahun 20 jumlah
penduduk di negara-negara berpendapatan rendah tumbuh 2.2% wap tahun dibandingkan
dengan 13% pertumbuhan penduduk di negara negara berpendapatan menengah
(pertumbuhan penduduk di negara-negara bpendapatan tinggi adalah 0.7% per tahun dari
kelahiran maupun imigran. Negara-negara berkembang berpendapatan menengah
menunjukkan varia yang lebih besar beberapa telah mencapai tingkat kelahiran rendah yang
mendekan tingkat kelahiran di negara-negara kaya. Seperti yang terlihat dalam Tabel 23.
ngkat kelahiran di negara-negara berpendapatan rendah sekitar tiga kali lebih ng
dibandingkan dengan tingkat kelahiran di negara-negara berpendapatan once Tingkat
kelaburan per tahun di negara-negara Afrika sub-Sahara adalah 39 per 1000-empat kali
ningkat kelahiran di negara-negara berpendapatan shon Tingkat kelahiran sedang tetapi relatif
tinggi ditemukan di Asia Selatan 220) Timur Tengah dan Afrika Utara (24), serta Amerika
Latin dan Karibia (19) Negara-negara di Asia Timur dan Pasifik memiliki tingkat kelahiran
sedang 14 per 1000 sebagian karena penerapan kebijakan pengendalian kelahiran di Cina
Tingkat kelahiran kasar (oruár birth rate) yang sangat bervariasi di seluruh dunia terlihat
dalam Tabel 2.9. Pada tahun 2010, rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk di negara-negara
berkembang adalah sekitar 1,4%. Tingginya tingkat kelahiran berarti bahwa tenaga kerja aktif
harus menghidupi jumlah anak yang hampir dua kali lebih besar secara proporsional
dibandingkan yang ditanggung tenaga kerja aktif di negara yang lebih kaya Sebaliknya,
jumlah penduduk dengan usia lebih dari 65 tahun jauh lebih banyak di negara maju Orang-
orang lanjut usia (lansia) dan anak-anak sering di sebagai beban ketergantungan (dependency
burden) ekonomi dalam arti ka harus mendapat dukungan finansial dari angkatan kerja di
negaranya hanya didefinisikan sebagai warga negara berusia 15 sampal 64 tahun Tendapat 66
anak yang benaia di bawah 15 bagi setiap 100 orang dewasa dalam kerja (15-65) di negara-
negara berpendapatan rendah. 41 anak di gara-negara berpendapatan mengah, dan hanya 26
anak di negara-negara berpendapatan tinggi Schaliknya, hanya terdapat 6 orang yang berusia
65 tahum per 100 orang dewasa dalam mentang usia kerja di negara berpendapatan dah
dibandingkan dengan orang di negara berpendapatan menengah dan 23 ang di negara
berpendapatan tinggi. Dengan demikian, ratio ketergantungan total adalah 72 per 100 di
negara berpendapatan rendah dan 49 per 100 di negara berpendapatan tinggi. Akan tetapi,
para lansia di negara-negara kaya menjalani masa tua mereka dengan dana tabungan mereka
serta dari tunjangan pensiun dari negara dan swasta. Sebaliknya, dukungan dana publik yang
tersedia bagi anak-anak sangat terbatas di negara-negara berkembang. Dengan demikian,
tampak jelas bahwa masalah ketergantungan menimbulkan dampak lebih besar di negara-
negara berkembang . Berdasarkan uraian sebelumnya, kita dapat menyimpulkan bahwa
negara negara berkembang tidak hanya dicirikan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang
tinggi, tetapi mereka juga harus memikul beban ketergantungan yang lebih besar
dibandingkan dengan negara-negara kaya, sekalipun terdapat perbedaan yang besar antara
negara berpendapatan rendah dan negara berpendapatan menengah. Lingkungan dan kondisi
yang menjadikan pertumbuhan penduduk sebagai faktor penghambat pembangunan ekonomi
merupakan isu krusial.
e. Fraksionalisasi Sosial yang Lebih Besar
Negara-negara berpendapatan rendah sering memiliki etnis, bahasa, dan berbagai bentuk
pengelompokan sosial lainnya, yang terkadang disebut sebagai fraksionalisasi
(fractionalization). Keadaan ini adakalanya dapat menimbulkan pertikaian masyarakat dan
bahkan konflik brutal, yang dapat menguras energi masyarakat di negara-negara berkembang
untuk melakukan akomodasi politik. bahkan konsolidasi nasional. Kenyataan ini merupakan
satu dari berbagai tantangan kepemerintahan yang dihadapi banyak negara berkembang.
Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kebanyakan faktor yang dikaitkan dengan
jeleknya kinerja pertumbuhan ekonomi di Afrika sub-Sahara-seperti rendahnya angka
partisipasi sekolah, ketidakstabilan politik, sistem keuangan yang tidak berkembang, dan
infrastruktur yang tidak memadai secara statistik dapat dijelaskan oleh tingginya tingkat
fragmentasi etnis. Makin besar perbedaan etnis. bahasa, dan agama di suatu negara, makin
besar kemungkinan terjadinya pertikaian internal dan ketidakstabilan politik. Beberapa
pengalaman pembangunan yang paling berhasil-Korea Selatan. Taiwan, Singapura, dan Hong
Kong-terjadi dalam masyarakat yang homogen secara kultural. Akan tetapi dewasa ini lebih
dari 40% negara-negara di dunia mem Jebih dari lima kelompok etnis yang signifikan. Dalam
banyak kasus, satu atau lebih kelompok ini mengalami masalah-masalah serius diskriminasi,
pengulan sosial, atau ketidakberuntungan sistematis lainnya. Lebih dari separuh negara
berkembang pernah mengalami suatu bentuk konflik antaretnis. Konflik etnis dan agama
yang menimbulkan banyak korban nyawa dan kerusakan telah terjadi di negara-negara di
berbagai belahan bumi seperti Afghanistan, Rwanda, Mozambik, Guatemala, Meksiko, Sri
Lanka, Irak, India, Kirgistan, Azerbaijan, Somalia, Ethiopia, Liberia, Sierra Leone, Angola,
Myanmar, Sudan, negara-negara pecahan Yugoslavia, Indonesia, dan Republik Demokratik
Kongo.
Konflik dapat menghancurkan kemajuan pembangunan yang sebelumnya relatif positif,
seperti yang berjalan di Pantai Gading sejak 2002. Akan tetapi, sejak awal 1990-an terdapat
trent yang menggembirakan dalam upaya penanggulangan konflik yang lebih berhasil dan
lebih sedikit menimbulkan konflik baru. Pembangunan bertujuan meningkatkan kehidupan
manusia dan menyediakan beragam pilihan bagi semua orang sementara diskriminasi ras,
etnis, kasta, atau agama adalah kejahatan. Sebaga contoh penduduk pribumi di Amerika Latin
sangat tertinggal dibandingkan dengan kelompok-kelompok lainnya dalam semua ukuran
kemajuan sosial dan ekonomi Penduduk pribumi di Brazil, Peru. Meksiko, Guatemala, atau
Venezuela hanya sedikit memperoleh hasil pertumbuhan ekonomi. Satu contoh sebagat
ilustrasi tiga per empat penduduk pribumi di Guatemala hidup dalam kemiskinan
dibandingkan dengan sekitar 50% dari seluruh penduduknya. Status sebagai penduduk
pribumi akan berarti bahwa orang tersebut kemungkinan besar kurang terdidik memiliki
kesehatan yang lebih buruk, dan berada pada strata sosio-ekonomi yang lebih rendah
dibandingkan dengan para warga negara lamnya. Keadaan ini terutama dialami oleh kaum
perempuan di kalangan penduduk pribumi Selain itu, keturunan budak Afrika yang dibawa
paksa ke wilayah barat terus mengalami diskriminasi di negara-negara seperti Brazil.
Keragaman etnis dan agama seharusnya tidak perlu menimbulkan ketimpangan, kerusuhan
atau ketidakstabilare dan pernyataan tak berdasar mengenai dampak negatif keragaman
seperti itu tidak dapat diungkapkan. Telah banyak contoh integra ekonomi dan sosial yang
berhasil di kalangan penduduk minoritas dan etnis pribumi di berbagai negara seperti
Malaysia dan Mauritius. Di Amerika Serikat, keragaman sering dikutip sebagai sumber
kreativitas dan inovasi Persoalan intinya, komposisi etnis dan agama di suatu negara
berkembang serta dapat atau tidaknya keragaman itu menimbulkan konflik at justru
mendorong kerja sama, merupakan faktor penentu (determinan) bagi keberhasilan atau
kegagalan upaya pembangunan.
f. Jumlah Penduduk di Pedesaan yang Lebih Besar Namun Memiliki Tingkat Migrasi Desa-
Kota yang Lebih Cepat.
Salah satu tonggak pembangunan ekonomi adalah pergeseran dari pertanian ke produksi
barang dan jasa. Sekalipun banyak kawasan yang mengalami modernisasi, kawasan pedesaan
lebih miskin dan cendrung mengalami ketiadaan pasar,keterbatasan informasi,dan stratifikasi
sosial. Pergeseran penduduk yang masif juga berlangsung ketika ratusan juta orang pindah
dari desa ke kota, yang menyebabkan urbanisasi yang baru saja melampaui ambang batas
50%: untuk pertama kali dalam sejarah, lebih banyak orang yang hidup didaerah perkotaan
dibangdingkan dengan di daerah pedesaan. Akan tetapi, di afrika sub-sahara dan hampir
semua negara asia masih lebih banyak orang yang hidup didaerah pedesaan.
g. tingkat industrialisasi dan ekpor barang yang lebih rendah
Salah satu istilah yang digunakan secara luas untuk negara-negara anggota awal Kelompok
Tujuh (G7)29 dan negara maju lainnya seperti negara-negara kecil Eropa dan Australia
adalah "negara industri". Industrialisasi berkaitan dengan produktivitas dan pendapatan yang
tinggi, serta telah menjadi tonggak modernisasi dan kekuatan ekonomi nasional. Sehingga
bukanlah kebetulan jika hampir semua pemerintah negara berkembang telah menjadikan
industrialisasi sebagai prioritas nasional, dan sejumlah kisah keberhasilan yang
mengagumkan telah muncul di Asia.
Di negara-negara maju pertanian memiliki pangsa/bagian lapangan kerja dan output
(keluaran) yang sangat sedikit-sekitar 1% di Amerika Serikat dan Inggris Raya-meskipun
tingkat produktivitasnya secara proporsional tidak rendah. Selain itu, sebagai contoh, pangsa
lapangan kerja dalam sektor industri di kedua negara ini, terutama komposisi tenaga kerja
perempuannya, sebenamya sekarang lebih sedikit dibandingkan dengan beberapa negara
berkembang seiring perekonomian negara-negara maju ini bergeser ke sektor jasa. "Pola
pembangunan" ( of development) yang sering dikemukakan tetapi kontroversial itu menyatak
bahwa pangsa lapangan kerja dalam sektor industri mulai menurun (dan sek jasa meluas)
ketika suatu negara mencapai status sebagai negara maju (libat 3). Terdapat variasi aktivitas
yang besar berdasarkan sektor di seluruh neg berkembang. Namun, di kebanyakan negara
Afrika dan Asia sektor pertani masih menyumbangkan pangsa lapangan kerja yang
substansial, dan dalam beberapa kasus bahkan merupakan pangsa yang terbesar. Di negara-
neg Amerika Latin, pangsa lapangan kerja dalam sektor pertanian lebih sedik namun masih
substansial.
Seiring tingkat industrialisasi yang rendah, negara-negara berkemban omderung sangat
bergantung pada ekspor barang primer. Dalam tingkat tert kebanyakan negara berkembang
mulai beralih dari ekspor hasil pertanian d pertambangan. Beberapa negara berpendapatan
menengah berpacu dengan orp untuk menyusul negara maju dalam upaya memperbesar
pangsa ekspor barn barang manufaktur mereka, sekalipun muatan keterampilan dan teknol
barang-barang ini umumnya masih kurang canggih. Namun, negara-negara berpendapatan
rendah, khususnya negara-negara di Afrika, masih sangat bergantung pada ekspor produk
pertanian dan pertambangan yang jumlahnya relatif kecil. Afrika perlu melanjutkan upaya
diversifikasi produk ekspornya.
h. Kondisi Geografis yang Menghambat
Banyak analis yang menyatakan bahwa geografi pasti memainkan peran dalam masalah-
masalah pertanian, kesehatan penduduk, dan lebih umum lagi dalam masalah
keterbelakangan komparatif. Negara-negara tak berpantai (landlocked country) yang umum
terdapat di Afrika, sering kali memiliki pendapatan lebih rendah dibandingkan dengan
negara-negara berpantai Seperti yang dapat daimak di bagian skadblat buku ini, negara-
negara berkembang umumnya berada di daerah tropis atau subtropis yang berarti bahwa
mereka lebih banyak mengalam masalah hama dan parasit serta penyakit endemik seperti
malaria, keterbatasan sumber air dan suhu yang sangat panas. Keprihatinan yang mengemuka
saat ini adalah pemanasan global yang diperkirakan akan menimbulkan dampak terbesar
terhadap negara-negara di Afrika dan Asia Selatan.
Kasus ekstrem anugerah sumber daya (resource endowment) alam yang menguntungkan
adalah negara-negara Teluk Persia yang kaya minyak. Pada sil ekstrem lainnya adalah negara
seperti Chad, Yaman, Haiti, dan Bangladesh, yang hanya memiliki ketersediaan bahan baku
pertambangan, dan bahkan lahan subur yang relatif sedikit. Akan tetapi, seperti yang terlihat
dengan jelas dalam kasus Republik Demokratik Kongo, keberlimpahan bahan tambang bukan
jaminan bagi keberhasilan pembangunan. Konflik yang terjadi atas keuntungan yang
diperoleh dari jenis industri ini acap kali mengarah pada persoalan distribusi kekayaan alih-
alih ekstraksinya dan persoalan lainnya seperti pertikaian sosial. pemerintahan yang tidak
demokratis, ketimpangan yang tinggi, dan bahkan konflik bersenjata, suatu keadaan yang
disebut sebagai "kutukan sumber daya alam" (the curse of natural resource).
i.Pasar yang Terbelakang
Pasar tak sempurna dan informasi yang tidak lengkap tampak jelas di negara begara
berkembang sehingga pasar domestik, umumnya tampak dalam pasar keuangan meski dapat
terlihat juga pada pasar lainnya, bekerja kurang efisieru

Beberapa aspek yang menyebabkan keterbelakangan pasar adalah tiadanya:


(1) sistem hukum yang dapat menegakkan kontrak dan mengesahkan hak milik
(2) mata uang yang stabil dan tepercaya;
(3) infrastruktur (infrastructure) jalan dan utilitas yang dapat memperkecil biaya transportasi
dan komunikasi guna memperlancar perdagangan antarwilayah:
(4) sistem perbankan dan asuransi yang berkembang baik dan ditata secara efisien dengan
akses luas, dengan pasar kredit formal yang menyeleksi proyek dan mengalokasi dana
pinjaman atas dasar keuntungan ekonomi relatif dan penegakan aturan pelunasan utang;
(5) Informasi pasar yang penting bagi konsumen dan produsen mengenai harga, kuantitas dan
kualitas produk, serta sumber daya serta kelayakan kredit calon peminjam dan
(6) norma-norma sosial yang memperlancar hubungan bisnis yang berhasil dan berjangka
panjang.
Keenam faktor ini, bersama dengan adanya skala ekonomi di banyak sektor ekonomi utama,
pasar yang sempit bagi banyak produk karena terbatasnya permintaan dan sedikitnya penjual,
eksternalitas yang tenebar luas (biaya atau manfaat yang diberikan kepada perusahaan dan
orang-orang yang sebenarnya tidak memproduksi atau mengonsumsi) dalam produksi dan
konsumsi, serta sumber daya milik umum yang tidak diatur dengan baik (contohnya
perikanan, lahan penggembalaan mak, dan mata air) berarti bahwa pasar sering kali sangat
tidak sempurna. Terlebih lagi, informasi sering kali terbatas dan membutuhkan biaya yang
besar untuk mendapatkannya, sehingga mengakibatkan pengalokasian barang, dana, dan
sumber daya lainnya tidak dilakukan dengan baik. Selain itu, kita telah memahami bahwa
sebagian eksternalitas kecil dapat saling berinteraksi dengan cara-cara tertentu dan
berakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan distorsi dalam perekonomian serta
semakin memperbesar kemungkinan adanya perangkap keterbelakangan. Sejauh mana pasar
tak sempurna (imperfect market) dan sistem informasi yang tak lengkap (incomplete
information) injustifika campur tangan pemerintah yang lebih aktif (yang juga terpapar
masalah-masalah informasi yang tidak lengkap dan tidak sempurna serupa) merupakan isu
yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya. Akan tetapi. keberadaan masalah-masalah itu
masih menjadi karakteristik umum di banyak negara berkembang dan faktor yang
berkontribusi penting bagi keterbelakangan negara-negara itu
DAFTAR PUSTAKA
Todaro, Michael and Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi, Edisi ke-11,
Erlangga, 2011.

Anda mungkin juga menyukai