Anak II
Kelas K1/Semester V
Kelompok 4:
Jawab:
A. -Gangguan Pertukaran Gas
-Hipovolemia
(Pathway menyusul)
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
Hijau Medan Tahun 2021
email: ninabiomed123@gmail.com,glenny.vm99@gmail.com ,virginiasyafrinand
a27@gmail.com
ABSTRACT
Background: Hepatitis is a disease caused by several types of viruses that attack and lead
the inflammation and damage to the human liver Cell. Hepatitis B is a serious infection
that transmitted vertically or horizontally through blood and body fluids. Activity
intolerance is the factor of hepatitis B such like excessive activity and unhealthy lifestyle.
To overcome the problem of activity intolerance, it focused on fatigue of daily activities,
the fulfillment needs of self health care and the effort to achieve self relience in
preventing activity intolerance. Methods: The study used case study method that focused
on nursing helath care with activity intolerance for the patiens with Hepatitis B at TK II
Putri Hijau Hospital Medan in 2021. Results : Before the nursing action conducted to
patient I and patient II experienced activity intolerance and after the action was taken the
patiens could return to the activities. Conclusion: After implementing nursing health care
of activity intolerance in patients with Hepatitis B at TK II Putri Hijau Hospital Medan,
the patients were able to carry out the
activities. Suggestion : It is suggested tothe patients with Hepatitis B to do not performex
cessive activities, control healthy lifestyle and payattention to the patients health care.
Keywords : Activity Intolerance, Hepatitis B, Health Care
ABSTRAK
Latar Belakang Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis
virus yang menyerangdan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati
manusia.Hepatitis B merupakan infeksi
serius yang ditularkan secara vertikal maupun horizontalmelalui darah atau cairan tubuh.
Gangguan intoleransiaktivitas merupakan faktor penyebab dari hepatitis b seperti
aktivitas berlebihan dan gaya hidup tidak sehat.Untuk mengatasi masalah intoleransi
aktivitas lebih berfokus pada kelelahan dalam melakukan aktivitas danpemenuhan
kebutuhan perawatan diri serta upaya untuk mencapai kemandirian dalam
pencegahan masalahgangguan intoleransi aktivitas. Metode penelitian digunakan melalui
pendekatan studi kasus yang difokuskan pada Asuhan Keperawatan Dengan Masalah
Gangguan Intoleransi Aktivitas Pada Pasien Hepatitis B di Rumah Sakit TK II Putri
Hijau Medan 2021. Hasil sebelum dilakukan tindakan keperawatan pasien I dan pasien
II mengalami gangguan intoleransi aktivitas setelah dilakukan tindakan keperawatan pada
pasien I dan pasien II maka pasien dapat beraktivitas kembali. Kesimpulan Setelah
melakukan Asuhan keperawatan dengan masalah gangguan intoleransi aktivitas pada
pasien Hepatitis B di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan maka
pasien tersebut sudah dapat melakukanaktivitas. Saran untuk pasien Hepatitis B agar tida
kmelakukan aktivitas berlebihan, menjaga pola hidupsehat
dan memperhatikan perawatan klien.
15
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
PENDAHULUAN
2 yaitu hepatitis akut yang berlangsung kurang dari 6 bulanditularkan melalui fecal oral lew
at makanan dan hepatitis kronis yang berlangsung lebih dari 6 bulan di tularkan lewat
cairan parenteral,
seksual, plasenta. Hepatitis akut terdiri dari virushepatitis A dan virus hepatitis E, sedangka
n hepatitis kronis terdiri dari
virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Di Indonesiapenyakit Hepatitis yang paling banyak
di derita adalah hepatitis A, B dan hepatitis C (Darsin, 2019).
Angka prevalensi Hepatitis B di Indonesiamencapai4,0-20,3%. Berdasarkan data Kem
enkes tahun2013, secara Nasional terdapat 2.981.075 (1,2%) penduduk di Indonesia
mengidap penyakit Hepatitis, kondisi ini meningkat 2 kali
lipat lebih tinggi dibandingkan tahun 2007.
Untuk penderita Hepatitis B mencapai 649.875 (21,8%) darikeseluruhan penderita hepatit
is. Sementara itu, Sumatera Utaratermasuk salah satu provinsi dari 13 provinsi yang mem
ilikiangka kejadian Hepatitis B yang cukup tinggi yang mencapaisekitar 41.735 penderita
(Rumini dkk, 2019).
15
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
Hasil Studi Kasus yang dilakukan oleh
Ryandini,Nurachmah,Herawati,Adam dan Sekarsari bahwa 40 %pasien ditegakkan diagnosi
s intoleransi aktivitas yang sangatmengganggu dalam proses pemenuhan kebutuhan sehari-
hari. Temuan yang ada di lahan, sebagian besar pasien mengeluhkan kelelahan dalam
melakukan aktivitas. Menurut SDKI (2016)
kelelahan merupakan tanda gejala yang bersifat mayor yang ditemukan sekitar 80%-
100% untuk validasi diagnosis , Untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas lebih
berfokus pada pemenuhan kebutuhan perawatan
diri serta upaya untukmencapai kemandirian dalam pencegahan masalah gangguanintoleran
si aktivitas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif denganrancangan studi kasus Asuhan
KeperawatanDenganMasalah GangguanIntoleransiAktivitasPada Pasien Hepatitis B dengan
menggunakanpendekatanproseskeperawatanyangdilakukan peneliti. Subyek penelitian yang
digunakana adalah 2 pasien dengan 1 kasus dengan masalah keperawatan yang sama.Studi
kasusberjudulAsuhan
Alat atau instrument pengumpulan data dalam wawancaramenggunakan format peng
kajian asuhan keperawatan anaksakit sedangkan dalam observasi menggunakan alat-alat
seperti tensimeter, stetoskop dan timbangan. MetodePengumpulan data dalam karya tulis
studi kasus ini adalahdengan menggunakan instrument Biofisiologis, Observasi,Wawanca
ra, Kuesioner dan Skala penilaian.
HASILPENELITIANDAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
a. Identitas Pasien
N Ident Kasus Kasus
itasP I II
o asien
b
Medis
Tabel 4.4 Identitas Pasien
15
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
5. Pendidi S1 SMA
kan
ta
itan
Naga
huta
oleh
13. Tanggal 25 29
April 2 April2
danjam 021 021Pu
kul
masuk :12.00
RS(IG
D) Pukul: WIB
11.15
WIB
14. Tanggal 25 29
April 2 April2
danjam 021 021Pu
masukr kul
uangan :13.00
Pukul: WIB
13.00
WIB
15. Tanggal 27 30
April 2 April2
dan 021 021Pu
jampen kul
:14.00
gkajian WIB
Pukul:
14.30
WIB
minggu
.
ng
b. Keluhan Utama Dan Riwayat Sakit
Tabel 4.5 Keluhan Utama Dan Riwayat
Sakit
o
1. Keluh Klien Klien
Berdasarkan Tabel 4.5 ditemukan keluhan utama dan riwayatpenyakit terhadap kasus I yai
tu klien mengatakan nyeri tekanpada perut bagian kanan atas
±2 minggu, lemas, sulit beraktivitas, pusing dan riwayatpenyakit terdahulu adalah Hepatiti
s b ± 2 tahun yang lalu.Sedangkan klien dengan kasus II ditemukan keluhan utama danriw
ayat penyakit yaitu badan terasa lemas, ± 10 hari, mual dan riwayat penyakit
terdahulu adalah Hepatitis b ±1 tahun yanglalu
c. Analisa Data
15
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
N Diagn Kriter Peren
oseKe iaHasi canaa
o peraw l ndan
at Rasio
nal
an
1 Kasus K. 1. Ti
1:Intole Hasil: ngka
. ransiakt Kliend tkan
ivitasbe apatme tirah
rhubun lakuka barin
gan naktivi g/
dengan tassepe dudu
respons rtibias k
istemik aLema danb
yangme htidak erika
ngakiba ada nling
tkanper kung
ubahan ante
proses nang
metabo .R/
licsehin Meni
ggacep ngka
at tkani
lelahda stira
nkelem hat d
ahanfisi anke
kditand tena
aidenga ngan
nklien .
mengat Men
akance yedi
pat akan
lelahbil ener
amelak gy y
ukanakt angd
ivitas igun
akan
,klienm untu
engatak kpen
antidak yem
dapatbe buha
raktivit n.
as,klien
tampak Akti
lemas. vitas
dan
posis
idud
uk te
gakd
iyaki
nime
nuru
nkan
alira
ndar
ahke
kaki,
yang
men
cega
hsirk
ulasi
opti
mal
kesel
hati.
2. U
bahp
osisi
deng
anser
ing
danb
erika
nper
awat
anku
lit
yang
baik.
R/
Meni
ngka
tkan
fung
siper
nafas
an
dan
f. Diangnosa Keperawatan
Kasus I Kasus II
Intoleransi aktivitasberhubungandenganrespon Intoleransi aktivitasberhubungandenganrespon
sistemikyangmengakibatkanperubahan sistemikyangmengakibatkanperubahan
prosesmetabolic sehinggacepatlelah prosesmetabolic sehinggacepatlelah
dankelemahanfisikditandaidenganklien dankelemahanfisikditandaidenganklien
mengatakancepatlelahbilamelakukan aktivitas mengatakancepatlelahbilamelakukan aktivitas
,klienmengatakantidak ,klienmengatakantidak
dapatberaktivitas,klientampak lemas . dapatberaktivitas,klientampak lemas .
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan kedua re
spondenmempunyai masalah .intoleransi aktivit
asberhubungan dengan responsistemik yangme
ngakibatkan perubahanproses metabolic.
g. Intervensi Keperawatan
15
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
5.
Doro
n gp
engg
2 unaa
ntek
. kriter nikm
iahas anaje
il : mens
tress
1. Kli
seper
endap
time
atmela
nden
kuk
gark
anakti
an
vitass
radio
eperti
atau
biasa.
kebi
2. mu
asaa
altida
Kasus nklie
kada.
IIIntol n
3. Lem
eransia yang
ahtidak
ktivitas lain
ada
berhub dapa
ungan tme
dengan mbu
respon atkli
sistemi enter
kyang tidur.
menga R/
kibatka Meni
nperub ngka
ahanpr tkan
osesme relak
tabolic sasid
sehing anpe
gacepa nghe
t mata
lelahda n
nkelem ener
ahanfis gyke
ikditan mbal
daiden iperh
ganklie atian
nmeng ,dan
atakan dapa
cepat tmen
lelahbil ingk
amelak atka
ukanak n ko
tivitas ping.
,klienm 1.
engata Tingka
kantida tka nti
k rah bar
dapatb ing/
eraktiv duduk
itas,kli danber
entamp ikanlin
aklema gkung
s. antena
ng.
R/
Menin
gkatka
n istira
hat da
nketen
angan.
Menye
diakan
energy
yangdi
gunak
anuntu
kpeny
embuh
an
.
Aktivit
asdan
posisid
uduk
tegakd
iyakini
menur
unkan
aliran
darah
ke kak
i,yang
mencega
h
meminimalkantekana
npada
areatertentuuntukmen
urunkan
resikokerusakanjaring
an.
3. Tingkatkanaktivitas
sesuaitoleransi,ba ntu
melakukanlatihanrent
anggeraksendipasif/
aktif.R/
Tirahbaringlamadapat
menurunka nkemamp
uan
, inidapatterjadikarena
keterbatasanaktivitas
yangmengganggu
periodeistirahat.
4. Berikanlingkungan
yang
tenangbatasipengunju
ngsesuaikeperluan. R/
Meningkatk anistiraha
tdan
ketenangan.
20
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
sirkulasi optimal ke sel hati.
2. Ubah posisi dengan seringdanberikan perawatan kulityang
baik.R/ Meningkatkanfungsi pernafasan danmeminimalka n
tekananpadaarea tertentu untukmenurunkan resiko kerusakan jarin
gan
3. Tingkatka naktivitas sesuaitoleransi,bant umelakukan latihanren
tang gerak sendi pasif/aktif. R/Tirahbaring lamadapat menurunkan
kemampuan,inidapat terjadi karenaketerbatasan aktivitas yang men
ggangguperiode istirahat.
4. Berikan lingkungan yangtenangbatasi pengunjung
sesuai
keperluan. R/ Meningkatka n istirahat danketenangan.
5. Dorong penggunaan teknik manajemenstressseperti mendengar
ka n radioatau kebiasaan klienyang
laindapat membuat klien tertidur.R/ Meningkatka nrelaksasi danp
enghematan energy kembali perhatian,dan dapat meningkatkan
koping.
Berdasakan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keduapasien mempunyai rencana
keperawatan yang sama sesuaidengan Doengoes (2012) untuk pasien dengan masalah
keperawatan atau diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan respon sistemik
yang mengakibatkan perubahan prosesmetabolic sehingga cepat lelah dan kelemahan fisi
k ditandaidengan klien mengatakan tidak dapat beraktivitas, klientampak lemas.
Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada keduapartisipan merupakan tindakan
keseluruhan yang ada untukpenanganan pasien Hepatitis b karena untuk Asuhan
Keperawatan Dengan Intoleransi Aktivitas pada kasus I dan
20
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
Evaluasi Keperawatan
Pembahasan
Pada pembahasan ini, peneliti akan membahas “ Asuhankeperawatan dengan masalah
gangguanintoleransiaktivitas padapasien Hepatitis b di Ruang VII” . Penelitian ini telahdila
ksanakan pada kasus I 27 April 2021 sampai dengan 29April 2021 dan kasus II pada tangga
l 30 April 2021 sampai 02Mei 2021. Dalam hal ini pembahasan yang dimaksud adalahmem
bandingkanantaratinjauankasusdengan tinjauan pustaka yang disajikan untukmenjawab
tujuankhususdari penelitian.Dimanasetiaptemuan perbedaan diuraikan dengan konsep dan p
embahasan disusun dengan tujuan khusus. Penelitimelakukan
penelitian terhadap dua partisipan yangsama-sama memiliki penyakit Hepatitis b di Ruang
VII RumahSakit TK. II Putri Hijau Medan dengan lima tahap sesuai denganproses keperaw
atanyangdikembangkanoleh American Nurse Association(ANA) yaitu pengkajian,diagnosa
keperawatan, intervensikeperawatan,implementasi keperawatandanevaluasi.Doengoes, (201
2)kemudianmengembangkandanmengelompokkan diagnosa keperawatan
serta membantu menciptakan pola komunikasi antar perawatdan dapat memberikan batas
an antara diagnosa keperawatandengan diagnosa medis. Diagnosa keperawatan berfokus
padarespon klien, sedangkan diagnosa medis berfokus pada proses penyakitya
(Tarwoto, 2006), serta intervensi terkait masalahgangguan intoleransi aktivitas pada
pasien hepatitis b yangbersumber dari jurnal Setio (2015)
Tujuan khusus tersebut meliputi menggali pengkajiankeperawatan, menyusun
perencanaanasuhankeperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, melakukanimplem
entasi yang komprensif, serta melakukan
evaluasikeperawatn. Berikut adalah pembahasan yang disesuaikandengan tujuan khusus d
ari penelitian tersebut.
Pengkajian
Berdasarkan tabel 4.4 hasil pengkajian kedua partisipanmemiliki beberapa Perbedaa
n yaitu pada kasus I berjenis kelamin perempuan dan kasus II berjenis kelamin laki-laki.
Menurut jurnal dari Hayati (2020) jumlah kejadian Hepatitis bpada laki-
laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Hal
ini disebabkan bahwa laki - laki sebagai kepala keluargayang lebih banyak beraktivitas
diluar rumah sehingga mudahuntuk tertular Hepatits b. Berdasarkan Tabel 4.4 hasil
pengkajian kedua partisipan memiliki perbedaan yaitu berjenis kelamin laki-
laki dan perempuan memiliki kebiasaan yangburuk yaitu kurang tidur dan lelah
dalam melakukan aktivitas.
22
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapat kedua partisipanmemiliki usia pada kasus I
berumur 28 tahun dan kasus IIberumur 53 tahun. Hal ini didukung oleh Sari, Indriastuti,
Asrul dan Elyasari (2015), rentang usia yang paling banyak terinfeksiHepatitis b adalah 26-
35 tahun.
Berdasarkan tabel 4.4 didapat persamaan pekerjaan padakasus I dan kasus II memiliki
pekerjaan wiraswasta. MenurutSetio, (2016) jumlah kejadian pada Hepatitis b paling banya
kpada pekerjaan sebagai wiraswasta, petani, nelayan, merupakan jenis pekerjaan
yang paling banyak dijumpai menderitaHepatitis b.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan kedua pasien yaitu kasus Idan kasus II memiliki diag
nosa medis serta diagnosakeperawatan yang sama yaitu Hepatitis
b dengan diagnosakeperawatan intoleransi aktivitas berhubungan dengan responsistemik ya
ng mengakibatkan perubahan proses metabolic sehingga cepat lelah
dan kelemahan fisik ditandai dengan klienmengatakan cepat lelah bila melakukan aktivitas ,
klienmengatakan tidak dapat beraktivitas,klien tampak lemas . Hal inididukung oleh
Herdman (2014), Intoleransi aktivitas merupakan faktor penyebab
yang menitikberatkan respon tubuh yang tidakmampu bergerak karena tubuh tidak mampu
memproduksienergi yang cukup untuk aktivitas sehari-hari.
Rencana Keperawatan
Berdasarkan tabel 4.10 didapatkan dari kedua partisipankeduanya mempunyai rencana
tindakan keperawatan yang sama dari rumah sakit di ruang
VII Rumah Sakit TK II Putri HijauMedan. Rencana tindakan keperawatan di
Rumah Sakit TK IIPutri Hijau Medan hampir sama dengan rencana keperawatanyang ada
pada teori menurut Dongoes (2012). Serta intervensiterkait masalah gangguan
Tindakan Keperawatan
Evaluasi
Pada diagnosa keperawatan Intoleransi aktivitas, setelahdilakukan tindakan keperaw
atan pada tanggal 27 April 2021s/d 29 April 2021 pada kasus I
22
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
April 2021 klien mengatakan klien mengatakan belum dapatMelakukan aktivitas. Hasil eval
uasi hari kedua pada tanggal 01Mei klien mengatakan mulai dapat melakukan aktivitas.
Hasil evaluasi hari ketiga pada tanggal 02 April 2021 klien mengatakan sudah dapat
melakukan aktivitas. Hal ini didukung oleh
Ryandini, Nurachmah, Herawati, Adam dan Sekarsari bahwa 40 % pasien
ditegakkan diagnosa intoleransi aktivitas yang
sangat mengganggu dalam proses pemenuhan kebutuhansehari-hari.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Setelah peneliti melakukan Asuhan keperawatan denganmasalah gangguan intoleransi
aktivitas pada pasien Hepatitis B di ruang VII Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan pada
kasus I tanggal 27 April 2021 s/d 29 April 2021 dan pada kasus II
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus I dan II maka diagnosa
keperawatan adalah intoleransi aktivitas berhubungandengan respon sistemik yang mengaki
batkan perubahan prosesmetabolic sehingga cepat lelah dan
kelemahan fisik ditandai dengan klien mengatakan cepat lelahbila melakukan aktivitas ,kl
ien mengatakan tidak dapatberaktivitas,klien tampak lemas .
Rencana Tindakan Keperawatan
Hasil dari rencana tindakan keperawatan yang telahdilakukan yaitu kedua respon da
n memilki rencana tindakanyang sama sesuai dengan SOP rencana tindakan keperawatan
di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan hampir sama denganrencana keperawatan yang
ada pada teori menurut Dongoes(2012). peniliti mempunyai intervensi untuk melakukan
Asuhan Keperawatan untuk pasien yang terkena penyakitHepatitis b.
Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk keduaresponen sesuai dengan rencana
tindakan di Rumah
Sakit TKII Putri Hijau Medan yaitu : Meningkatkan tirah baring/dudukdan Memberikan
lingkungan
tenang,Mengubah posisi dengansering, Meningkatkan aktivitas sesuai intoleransi, Memb
antumelakukan latihan rentang gerak sendi pasif / aktif, dan dorong penggunaan
teknik manajemen stress seperti mendengarkanradio atau kebiasaan klien yang lain
dapat membuat klien tertidur.
Evaluasi
Pada hasil evaluasi antara kedua partisipan didapatkanhasil yang sama. Pada kasus I
masalah gangguan intoleransiaktivitas klien telah teratasi sedangkan pada kasus II
masalah gangguan
intoleransi aktivitas sebagian teratasi dan intervensidilanjutkan oleh perawat ruangan
Saran
Rumah sakit sebaiknya menyediakan sarana dan prasaranayang lengkap dan baik
guna membantu dalam
melaksanakanasuhan keperawatan sehingga rasa puas bagi keluarga pasien.
22
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
Pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan hendaknyamenambah keluasan ilmu
dan teknologi dalam bidangkeperawatanterutama
Asuhan Keperawatan denganmasalah gangguan intoleransi aktivitas pada pasien
Hepatitis BKarena Asuhan Keperawatan adalah mengidentifikasi kebutuhanperawatan kese
hatan klien,menentukan prioritas, memberikan intervensi keperawatan
yang dirancang untuk memenuhikebutuhan klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan
keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien yangdiharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alamudi. (2018). Skrining HbsAg pada remaja di Surabayadengan menggunakan rapidt
est, Preventif JurnalKesehatan
Masyarakat,9,(1):30-33, https://scholar.google.co.id
Corwin Elizabeth J.(2001). Buku saku Patofisiologi.EGC.Jakarta
SainsTeknologi.1(2).1-7,https://scholar.google.co.id
Dinarti, dkk. (2013). Trans Info Media.
Jakarta.
Doenges Marilynn, dkk. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta.
Dirjen Gizi dan KIA, (2016). Sustainable DevelopmentGoals.www.sdgsindonesia.or.i
d Diakses tanggal 17 februari 2017.
Kementerian Kesehatan R of I. Profil Kesehatan IndonesiaTahun (2013). Jakarta Ke
menterian Kesehatan RI. 2014
Price Sylvia Anderson, (1995). Patofisiologi Konsep KlinisProses- Proses Penyakit,
Edisi Keempat, Buku 1, EGC, Jakarta
Rumini,Zein, dan Suroyo.(2018). Faktor Risiko Hepatitis BPada Pasien Di RSUD
Dr.PirngadiMedan.Jurnal Kesehatan.1(1)http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php
/jkg
R. Aini and J. Susiloningsih, “
Faktor Resiko yangBerhubungan dengan KejadianHepatitis Bpada PondokPesantren
Putri IbnulQoyyim Yogyakarta, “ SainsMed,5(1),30- 33,2013
WordHealthOrganization.Sari, Indriastuti,Asrul, Elyasari. (2019). Perbedaan Pengeta
huan Pre DanPost Pendidikan Kesehatan Pada Penghuni Lapas TentangRisiko Kejadi
an Viral Hepatitis Di Lapas Perempuan KelasIII.Jurnal Keperawatan.02 (3).Hal 10. h
ttps://stikesks-kendari.e journal.id/JK/article/view/259
RisetKesehatan
Dasar.(2013).Trisnaningtyas,Sari,Setyaningrum.(2017).Evaluasi
22
E-ISSN: 2089-4260
P-ISSN: 2828-3651
Homepages:https://jurnal.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf
Terapi Pada Pasien Hepatitis B Di RSUPDr.SARDJITO
YOGYAKARTA.jurnalilmiah Farmasi.13(1).Hal.29.https://journal.uii.ac.id/JIF/
article/view
/12361
SetioR,Rahayu,Rasmaliah.(2015).Karakteristik Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di
RumahSakit Umum DaerahDr.PirngadiMedan.jurnalkeperawatan.02(3)Hal.1.http://
repositori.usu.ac.id/handle/1245 6789/178
Sdki.(2016). Kelelahan Berhubungan Dengan Tanda Dan Gejala
Intoleransi aktivitas. Jurnal kesehatan.03(2).hal
21.http://repository.poltekkes- denpasar.ac.id
Hidayat.A.A.(2012).Pengantar Kebutuhan DasarManusia.Jakarta:Selemba Medika
Keliat.(2015).KeperawatanMedikal Bedah,Jakarta.
Elsevier.(2016). https://scholar.google.co.id
Akademi Keperawatan Kesdam I/BB Medan yang telahmembimbing serta membekali
ilmu selama penulis
mengikutipendidikan di Akademi Keperawatan Kesdam I/BB Medan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Saya mengucapkanterima kasih kepada Ibu
Nina Olivia, S.Kep., Ns.,M.Biomed selaku Dos
enPembimbing Utama StudiKasus yang telah b
anyakmengorbankan waktu, tenaga dan
pikiran denganpenuh keikhlasan dankesabaran
dalammemberikan bimbingankepada penulis se
hinggalaporan ini dapatdiselesaikan.
Saya mengucapkanterima kasih kepada Ibu
Virginia Syafrinanda,
S.Kep., Ns., M.Kep selakuDosen PembimbingP
endamping yang telah tulusdalam membimbing
danmengarahkan penulis selamapenyusunan
Karya TulisIlmiah ini
Saya mengucapkanterima kasih kepada Selu
ruhDosen dan Staff di
22
ISSN :2580-0078
Vol. 3 No. 2(Okober, 2019)
Ilmi Darmawan1,Milasari2
ABSTRAK
Penyakit ACS merupakan kegawatan jantung dengan gambaranklinis yang beragam, ACS
merupakan jenis penyakit jantung terbanyak di Indonesia sekitar 420.449 ribu. Penyakit
jantung penyebab kematian
nomor satu di Negara berpenghasilan rendahmenengah. Penyakit ini menghambat pergera
kan darah kaya oksigenkearah jantung yang dapat menyebabkan kematian otot jantung,
sehingga diperlukannya oksigen oleh sel- sel miokardium untuk metabolisme aerob.
Oksigen tambahan dapat meningkatkan suplai ke otot
jantung diharapkan besarnya infark tidak bertambah. Tujuanpenelitian mengetahui perbed
aan sebelum dan sesudah diberikan terapi oksigenasi nasal kanul terhadap perubahan
saturasi oksigen pada pasien ACS. Metode penelitian menggunakan eksperimen semu
dengan rancangan One-group Pra-Post Test Design,
tekhniksampling Purposive Sampling menggunakan uji Paired T-Test, jumlahresponden 22
orang. Didapatkan nilai rata-rata saturasi oksigensebelum 91.59% dan sesudah 93.9%. H
asil pengukuran saturasioksigen sebelum dan sesudah diberikan terapi oksigenasi nasal
kanul didapatkan nilai p (0,000) <α (0,05). Ada efektifitas pemberiansaturasi oksigen
nasal kanul terhadap saturasi oksigen pada pasien ACS.
Kata kundi: acute coronary syndrome, saturasi oksigen, terapinasal kanul
ABSTRACT
ACS is heart disease with diverse clinical conditions, ACS the mosttype of heart disease in In
donesiaaround
420.449 thaousand. Heart disease is the number one cause of death in low and middle
income countries. This disease inhibit movement of oxygenrich blood toward the
heartwhich can cause death of the heartmuscle, so the need for oxygen by myocardial cell
for aerob metabolism.additional oxygen can
increase supply to the heartmuscle is expected to increase the amount of infarction. The pu
rposeof this study was to determine the difference before and after nasal oxygenation
theraphy given to changes in oxygen saturation in ACS patients. The method research uses
quasy-experiment design with one group pre-post test design, sampling techniq using
porpusive sampling by paired t-test, respondent is 22 people. Is obstained meanoxygen
saturation values before 91.59% and after 93.9%. the results of measuring oxygen
saturation before and after nasal oxygen therapy werw obtained pvalue (0.000) < α (0.05).
there is an effective a giving nasal oxygen saturation to oxygen saturation in ACS patients.
Keywords: acute coronary syndrome, oxygen saturation, nasalcannula therapy
journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing
68
ISSN :2580-0078
Vol. 3 No. 2(Okober, 2019)
PENDAHULUAN
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian manusia nomor satu diNegara berpen
ghasilan rendah dan menengah menyumbang >75% atau sekitar 7,5 juta
kasus dari seluruh kematian di dunia (WHO, 2015). Setiap tahunnyaangka kematian mengala
mi peningkatan akibat penyakit jantung, menurutpenelitian yang dilakukan di Amerika
didapatkan 17,7 juta jiwa kematianakibat dari penyakit jantung (WHO, 2017). Prevalensi pe
nyakit jantung diIndonesia sendiri pada tahun 2017 mencapai angka 420.449 jiwa penderitad
iseluruh rumah sakit (Kemenkes RI, 2017). Provinsi
Kalimantan Selatantahun 2017 didapatkan 4.972 jiwa penderita mengalami penyakit jantung
(Dinkes Prov.Kalsel, 2017). Jumlah penderita penyakit acute coronarysyndrome di IGD RS
UD Ulin Banjarmasin pada tahun 2018 didapatkansebanyak 137 orang diantaranya 109
orang laki- laki dan 28 orang perempuan(Rekam Medic RSUD Ulin Banjarmasin, 2018).
Penyakit ACS memiliki plak yang menempel pada arteri yang rusak,selanjutnya plak d
apat menebal yang menyebabkan ACS juga menjadi lebihtebal, sehingga menghambat perge
rakan darah kaya oksigen ke arah
jantung.Jika plak ini pecah trombosit akan menempel pada luka di arteri danmembentuk pen
yumbatan darah. Gumpalan darah dapat memblokir arterimenyebabkan angina semakin para
h, ketika bekuan darah cukup besar makaarteri akan tertekan menyebabkan infark miokard at
au kematian otot jantung(Novita Joseph, 2018). Diwaktu itulah pemberian oksigen
diperlukan oleh sel miokardial, untuk metabolisme aerob dimana adenosine
triphosphate dibebaskan untuk energy jantung pada waktu istirahat yang membutuhkan70%
oksigen (Kasron, 2012).
dianjurkan pemberian oksigen dalam 6 jam pertama terapi dan pemberianoksigen lebih dari
6 jam secara klinis tidak bermanfaat. Oksigen harusdiberikan pada pasien dengan sesak
nafas, tanda gagal jantung, syok atau saturasi oksigen <95%. (Mayes, P.A, 2010).
Pemberian oksigen tambahan dapat meningkatkan suplai sampai keotot jantung, diha
rapkan besarnya infark tidak bertambah dan komplikasi lain tidak terjadi. Pemberian
suplemen oksigen dapat meningkatkan tekananoksigen dalam darah hingga di atas 60
mmHg (Shuvy, 2015).
METODE
Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian quasi eksperimental dengan
rancangan One-group Pra-Post Test Design. Populasi padapenelitian ini seluruh pasien
yang menderita ACS yang di rawat di IGD
RSUD Ulin Banjarmasin. Teknik pengambilan sampling dengannonprobability sampling
menggunakan purposive sampling dandidapatkan sampel sebanyak 22 responden dengan
kriteria inklusi pasien
dengan penyakit ACS dan memiliki penyakit penyerta, pasien mengalamikekurangan oksig
en kurang dari atau sama dengan 94%. Penelitian dilakukan dari tanggal 28 mei-28 Juni
2019 di ruang IGD RSUD Ulin Banjarmasin. Analisis bivariate
dalam penelitian ini menggunakan ujipaired t-test, peneliti ingin mengetahui perbedaan sat
urasi oksigen antara sebelum dan sesudah
pemberian oksigenasi nasal kanul, dimana pemberianoksigenasi subjek yang sama hanya
saja di uji 2 kali yaitu sebelum dansesudah pemberian oksigenasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden
No Karakteristik Katagori %
journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing
68
ISSN :2580-0078
Vol. 3 No. 2(Okober, 2019)
perempuan 6 27.27
Jumlah 22 100,0
71-90 3 13.64
22 100.0
Jumlah
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan distribusi karakteristik respondenberdasarkan jenis
kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak
16 orang (72.73%), dan usia 56-70 tahun sebanyak 10 orang (45.45%).
Laki-laki mempunyai resiko yang lebih besar dibandingkan perempuandan mendapatk
an serangan lebih awal dalam kehidupan dibandingkanperempuan (Nasioanl Heart Lung and
Blood Institute, 2011). Hal ini didukung oleh penelitian dari WHO, 2017 menunjukkan
bahwa hasil penelitiannyaterdapat hubungan antara jenis kelamin pada acute coronary
syndrome pada laki- laki lebih rentan terkena akibat faktor gaya
hidup. Pada kasus diberbagai rumah sakit seluruh Indonesia laki-laki lebih mendominasi
78.5% lebih tinggi dibanding perempuan yang 21.5%.
Angka morbiditas akibat penyakit jantung koroner pada laki-laki dua kali lebih besar
dibandingkan perempuan dan kondisi ini hampir 10 tahun lebihdini pada laki-laki dari pada
perempuan, hal
ini disebabkan karena padaperempuan ada hormone estrogen yang bersifat protektif namun s
etelahterjadi menopause insiden penyakit jantung coroner dapat meningkat dan memiliki
risiko yang sama dengan laki-laki (Lewis et al, 2007).
Acute coronary syndrome dapat berpengaruh dengan usia seseorangkarena iskemia
dan infark berulang lebih sering
dijumpai pada usia lanjut >40tahun disebabkan fungsi sistolik ventrikel kiri mengalami penu
runanbermakna pada pasien ACS, pengaruh usia
lanjut menjadi lebih berat dua kalilipat karena usia membuat perubahan pada fungsi endotel
vaskuler (Canon CPdkk, 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian Faridah et al, 2016 bahwak
elompok
umur terbayak yang menderita penyakit jantung koroner akut yaitu 56-65tahun sebanyak 34
orang.
Menurut PERKI, 2015 faktor risiko pada ACS meliputi usia dan jenis kelamin,
didapatkan usia pria >45 tahun dan wanita >55 tahun,
riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler dan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi diantaranya meliputi hipertensi, hiperlipidemia, DM,gaya hidup, dan
kebiasaan merokok. Perubahan utama yang terjadi pada penuaan dapat disebabkan
oleh penebalan tunika intima yang disertai tunikamedia yang mengalami fibrosis.
Ketebakan tunika intima meningkat ketika decade keempat dan kemudian menipis
secara bertahap (Cicilia et al,2017).
AnalisaSebelumdanSesudahDiberikan Terapioksigenasi Nasal Kanul
Tabel 2. Statistik responden sebelum dan sesudah
diberikan terapi nasa kanul
Deviation
ter.oksigen
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan olehFebriyanti, 2017 m
enunjukkan bahwa rata-rata saturasi oksigen sebelum dan sesudah diberikan oksigenasi
nasal prong selama 10 menit pertama dan10 menit kedua didapatkan nila Pvalue yang sam
a yaitu
journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing
68
ISSN :2580-0078
Vol. 3 No. 2(Okober, 2019)
0.000 dimana Pvalue < α(0.05) yang artinya ada pengaruh terapi oksigenasi nasal prong
terhadap perubahan saturasi oksigen pada pasien cidera kepala.
Pemberian oksigen di IGD pada pasien ACS didasarkan pada rekomendasi AHA
2010, yang menyatakan bahwa oksigen harus diberikanpada pasien
dengan Unicomplicated ACS
dengan erterial oxyhemoglobinsaturation <94% atau terdapat gejala breathlessness, tanda he
art failure,syok hypoxia atau distress pernapasan. Hal
ini dibuktikan oleh penelitianWilson & Channer, 1997 dalam Metcalfe, 2012 pada 42 pasien
yangmengalami IMA dengan onset 24 jam teridentifikasi hypoxia dan
berdasarkan evidence dianjurkan untuk diberikan oksigen.
Analisis Hasil Pengukuran Saturasi Oksigen Sebelum danSesudah DIberikan
Oksigenasi Nasal Kanul
Tabel 3. Analisis hasil pengukuran saturasi oksigen sebelum dansesudah diberikan oksigen
asi nasal kanul dengan menggunakanuji Paired Sampel T-test
95%
Std.Dev Con.In
terval
Ket Mean N Of the P
Defference
LowUp
93.9 22 .000
Paired Sampel T-test:
p (0.000) < α(0,05)
Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehWidiyanto & Y
amin, 2014 terkait pemberian terapi oksigen terhadapperubahan saturasi oksigen melalui
pemeriksaan oksimetri pada pasieninfark miokard akut didapatkan hasil bahwa terdapat pe
ngaruh perubahansaturasi oksigen yang signifikan sebelum pemberian terapi oksigen denga
nsetelah pemberian terapi oksigen pada pasien Infark Miokard Akut (IMA)RSUD Dr. Moe
wardi di Surakarta.
Oksigen harus diberikan pada pasien dengan sesak nafas, gagaljantung, syok atau sat
urasi oksigen <95%. Berdasarkan
consensus terbarutahun 2010 tentang resusitasi jantung dan
journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing
68
ISSN :2580-0078
Vol. 3 No. 2(Okober, 2019)
KESIMPULAN
1. Didapatkan nilai rata-rata saturasi oksigen pada responden sebelumdiberikan terapi oks
igenasi nasal kanul sebesar 93.9, median 94.00, dan standar deviation 1.221
2. Didapatkan nilai rata-rata saturasi oksigen pada responden sesudahdiberikan terapi oksi
genasi nasal kanul sebesar 93.4, median
94.00 dan standar deviation .000
3. Ada efektifitas sebelum dan sesudah pemberian saturasi oksigenasi nasalkanul terhada
p perubahan saturasi oksigen pada pasien acute coronary syndrome dengan
nilai Pvalue (0.000) < α (0.05)
DAFTAR PUSTAKA
Cannon CP, dkk. (2016). ACCF/AHA Key Data Elements And Definitions For
Measuring The Clinical Management And
Outcomes OfPasients With Acute Coronary Syindrome And Coronary Artery
Disease. Circulation.
Januari 2018.
Febriyanti. W.T. (2017). Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal ProngTerhadap Peruba
han Saturasi Oksigen Pasien Cidera Kepala DiInstalasi Gawat Darurat RSUP Prof.
DR. R. D. Kandou Manado.E-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume
5 Nomor 1, Februari 2017.(diakses 10 Juli
2019).
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. (2015). Buku Saku DataKesehatan
Dr. R.Darmanto. (2015), Respirologi, Penerbit
Buku Kedokteran
Faridah, E.N.,Pangamenan, J.A.& Rampengan,
S.H. (2016). Gambaran Profit Lipid pada Penderita SindromKoroner Akut di RSU
P. Prof.DR.R.D. Kandou Periode Januari-September 2015. Manado. Universitas
SamRatulangi Manado
Hudak & Gallo. (2010). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik.Jakarta: EGC
National Heart Lung and Blood Institute. (2011). Coronary heart diseaserisk factor
s. National Heart Lung and Blood Institute. Availablefrom:http://
www.nhlbi.nih.gov/healt/healt h-topics/hd/atrisk.html(diakses 03 Juli 2019)
Novita Joseph. (2018) Hidup Sehat Hidup Bahagia. Jakarta
O’Connor, et al. (2010). Part 10: Acute Coronorory Syndromes 2010American Hea
rt AssociationGuidlelinesforCardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardi
ovaskulerCare. Circulatio 122: S787-S817
PERKI, 2015, Pedoman Tatalaksana
Hipertensi pada PenyakitKardiovaskular, edisi pert., Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia, Jakarta.
journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing
68
ISSN :2580-0078
Vol. 3 No. 2(Okober, 2019)
Shuvy, M., Atar, D., Steg, P.G., Halvorsen, S.,
Jolly, S., Yusuf, S., and Lotan, C., (2015). Oxygen Therapy in acutecoronary syndro
me: are the benefits worth the risk. Eur Heart.
Suparmi, Yulia, Ignatavicius. (2008). Panduan Praktik KeperawatanKebutuhan
Dasar Manusia. Yogyakarta : Citra Aji Parama.
Thygesen, Verdy. (2012). Third Universal Definition of MyocardialInfarction. Ameri
can Heart Association. American HeartAssociation Journal.
Budi. W & Yamin. L.S. (2014). Terapi Oksigen TerhadapPerubahan Saturasi Oksi
gen Melalui Pemeriksaan OksimetriPada PasienInfarkMiokrdAkut(IMA).Prosiding
Konferensi Nasional II PPNI JawaTengah.http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/
psn12912919/article/viewFile/1135/1 189 (diakses 02 Juli 2019).
journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing
68
132
Jurnal Care Vol. 4,No.3, Tahun 2016
PERAN LATIHAN PERNAFASAN TERHADAPNILAI KAPASITAS VITAL
PARU PADA PASIENASMA (LITERATUR REVIEW)
ABSTRACT
Keywords: asma,breathing, exercise, vital capacity
ABSTRAK
Kata Kunci :latihan,pernafasan asma,kapasita paru
132
Jurnal Care Vol. 4,No.3, Tahun 2016
PENDAHULUAN
akan meningkat sebesar 20 % hingga 10 tahun mendatang(Faisal, 2008).
132
Jurnal Care Vol. 4,No.3, Tahun 2016
METODE PENELITIAN
Metode penelitian menggunakan metode penelusuran jurnaldengan sistem literature review
dengan menggunakan katakunci exercise, breathing, asma, vital capacity. Penelusurandilak
ukan pada website Proques dan google scholar. Reviewjurnal dilakukan pada empat buah a
rtikel
HASIL
Tabel 1. Daftar Jurnal Rujukan
Pranayama, Vital
Kesimpulan:
Capacity,PeakExpiratory Flo
w Rate, Yoga, Penelitian ini menunjukkan
AutonomicFunctions bahwaterjadi peningkatan y
ang signifikandalam fungsi
paru paru pada
individuyang berlatih prana
Peneliti:AmbereeshaKondam yama. Ini dapatdikaitkan
, dengan aktivitas simpatis
yang menurun dan nada
Chandrasekhar M,Purushotha
parasimpatis
man G,Qairunnisa S, VijayKu
yang meningkat. Ventilasi
mar, SangishettiVijay Prasad
yang lebih baik di seluruh
paru-paru, selama
(2012)
melakukan pernapasan lam
bat dandalam juga berkontri
busi terhadappeningkatan f
ungsi paru paru. Dengande
mikian, pranayama dapat
berguna bagi kedua subyek
baik individu yang sehat
maupun individu/pasien de
nganpenyakit pernapasan,
sehinggauntuk meningkatka
n fungsi pernafasan
dapat digunakansebagai me
dia untuk
penanganan penyakit pernapas
an.
132
Jurnal Care Vol. 4,No.3, Tahun 2016
signifikansi 5%.
Kata Kunci :
yoga,fungsiparu-paru, Kesimpulan :
kapasitas
Maha yoga jangka pendek ma
aerobik,kualitas hidup. mpumeningkatkan fungsi paru
-paru,kapasitas aerobik dan ku
alitas hiduppada orang muda
yang sehatdibandingkan deng
Peneliti: an kelompokkontrol. jadi, sec
ara klinis dapatdiimplikasikan
Okha,Naghedi, Jamnagar, untuk digunakan dalammenin
Gujarat. (2013) gkatkan kebugaran fisik danps
ikologis pada orang sehat.
Peneliti :
Fawas MurtadhoSantoso,
Harmayetty, AbuBakar
132
Jurnal Care Vol. 4,No.3, Tahun 2016
(VEP 1) VEP 1, KVP.
Peneliti: Kesimpulan :
asma persisten sedang
Berdasarkan review pada jurnal-jurnal yang telahdikumpulkan, seluruh hasil penelitian me
nunjukkan bahwalatihan pernafasan mampu meningkatkan
nilai kapasitas vitalparu. Keempat jurnal tersebut dapat terlihat bahwameningkatnya nilai
kapasitas vital paru dipengaruhi olehlatihan pernafasan pranayama, latihan
pernafasan buteyko,dan latihan pernafasan diafragma. Dengan demikian dapatdisimpulkan
bahwa secara evidance latihan pernafasan dapatmeningkatkan nilai kapasitas vital paru.
Kelebihan yang dapat dianalisa dari ke-
4 jurnal tersebut diatas adalah bahwa seluruh perlakuan dalam penelitiantersebut
difokuskan pada pasien asma, seluruh jurnaldijelaskan lama waktu perlakuan selama
penelitian, selain ituhampir seluruh penelitian menggunakan sample (>30)
Berdasarkan review dari jurnal yang
6 minggu, 3).Pernafasan diafragma dilakukan selam 8minggu
PEMBAHASAN
132
Jurnal Care Vol. 4,No.3, Tahun 2016
paru diukur dengan meminta pasien bernafas maksimal danmenghembuskan dengan penuh
melalui spirometer.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ambereesha Kondamet.al (2012) tentang penilaian ka
pasitas vital ini menunjukkanbahwa terjadi peningkatan yang signifikan dalam fungsi paru
paru pada individu yang berlatih
pranayama. ini dapatdikaitkan dengan aktivitas simpatis yang menurun dan nadaparasimpat
is yang meningkat. ventilasi yang lebih baik diseluruh paru-paru, selama melakukan
pernapasan lambat
dandalam juga berkontribusi terhadap peningkatan fungsi paruparu. Dengan
Penelitian lain yang dilakukan oleh Okha dkk (2013) yoga jangka pendek
mampu meningkatkan fungsi paru-paru, kapasitas aerobik dan kualitas hidup pada
orang muda yang sehat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Begitupula pernafasan
diafragma dalam
penelitian lainnya jugamenunjukkan adanya peningkatan kapasitas vital,meskipun ketik
a dibandingkan lebih efektif incentifspirometri.
132
Jurnal Care Vol. 4,No.3, Tahun 2016
KESIMPULAN
Dengan dilakukannya latihan pernafasan seperti pranayama,buteyko,
diafragma dapat mempengaruhi peningkatankapasital vital paru pada pasien asma.
Direkomendasikan agar latihan pernafasan yang telah terujitersebut diaplikasikan untuk
pasien asma terutama penderita asma dengan derajat persisten sedang.
REFERENSI
Abu, B., Fawas, M.S., Harmayetty. (2007). PerbandinganLatihan nafas Buteyko dan
upper Body Exercise Terhadap arus Puncak Expirasi pada Pasien denganAsma
Bronkial, vol. 23, No. 2, Juni 2008
Herman, Deddy. (2007). Senam Nafas SehatSebagaiSalahSatuPilihan TerapiLatih
an pada Penderita AsmaBronchial,http://fisiosby.com/sena m-nafas-sehat-sebagai-
salah-satu- pilihan-terapi-latihan-pada-penderita-asma-bronchial/,diakses pada tang
gal 20April 2013
KEGAWATDARURATAN SYOKHIPOVOLEMI
K
Enita
Dewi*SriRahayu**
Abstract
Key word: emergency, management, hypovolemic shock
*Enita Dewi
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jl. A. Yani Tromol Post 1Kartasura
** Sri Rahayu
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jl. A. Yani Tromol Post 1Kartasura
PENDAHULUAN
Kebanyakan trauma berbahaya ketika terjadinyaperang sekitar tahun 1900an telah m
emberi kesan yangsangat signifikan pada perkembangan prinsippenanganan resusitasi syo
k hemoragik. Ketika Perang Dunia I, W.B.
Cannon merekomendasikan untukmemperlambat pemberian resusitasi cairan sehinggapen
yebab utama terjadinya syok diatasi secarapembedahan. Pemberian kristalloid dan darah
digunakan
secara ekstensif ketika Perang Dunia II untuk menanganipasien dengan keadaan yang tida
k stabil. Pengalamanyang di dapat semasa perang melawan Korea danVietnam memperlih
atkan bahwa resusitasi cairan danintervensi pembedahan awal merupakan langkah
terpenting untuk menyelamatkan pasien dengan traumayang menimbulkan syok hemoragi
k.
SYOK HIPOVOLEMIK
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis ataubedah dimana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalanbeberapa organ, disebabkan oleh volu
me sirkulasi yangtidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidakadekuat. Paling seri
ng, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).
Kemungkinan besar yang dapat mengancam nyawapada syok hipovolemik berasal
dari penurunan volumedarah intravascular, yang menyebabkan penurunancardiac output
dan tidak adekuatnya perfusi jaringan.Kemudian jaringan yang anoxia mendorong perub
ahanmetabolisme dalam sel berubah dari aerob menjadianaerob. Hal ini menyebabkan ak
umulasi asam laktatyang menyebabkan asidosis metabolic.
93
Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik(Enita Dewi dan Sri Rahayu)
1. Penurunan volume cairan intravascular
2. Pengurangan venous return, yang menyebabkan penurunan preload dan
stroke volume
3. Penurunan cardiac output
4. Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP)
5. Kerusakan perfusi jaringan
6. Penurunan oksigen dan pengiriman nutrisi ke sel
7. Kegagalan multisistem organ
Secara khas, riwayat pasien meliputi kondisi-kondisiyang menyebabkan penurunan
volume darah, seperti gastrointestinal hemoragi, trauma, diare berat dan muntah.
Pengkajian
yang didapatkan meliputi: kulitpucat, penurunan sensori, pernafasan cepat dan dangkal,uri
n output kkurang dari 25ml/jam, kulit teraba dingin,clammy skin, MAP dibawah 60 mm
Hg dan nadimelemah, penurunan CVP, penurunan tekanan atrial kanan, penurunan
PAWP, dan penurunan cardiac output.
Kehilangan Kehilangan v
volume olume cairan
cairanintrava intravascular Kehilangan v
skular 10% - sekitar 25% olume cairan
15% 40% ataulebi
h
Indikasi parameter pada pemeriksaan/ pengkajiandalam mengestimasi kehilangan vo
lume cairan:
(Na, K, Cl, HCO3, BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT,APTT, AGD, urinalisis (pada pas
ien yang mengalamitrauma), dan tes kehamilan. Darah sebaiknya ditentukantipenya dan
dilakukan pencocokan.
Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika
pasien hamil dan sementara mengalami syok,
konsultasi bedah danultrasonografi pelvis harus segera dilakukan padapelayanan kesehat
an yang memiliki fasilitas tersebut.Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik seringter
jadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopikpada pasien dengan hasil tes kehamilan
negatif jarang,namun pernah dilaporkan.
Jika dicurigai terjadi diseksi dada karenamekanisme dan penemuan dari foto polos
dada awal,dapat dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi, atau CT-scan
dada. Jika dicurigai terjadicedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST(Focused
Abdominal Sonography for Trauma) yang
bisadilakukan pada pasien yang stabil atau tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan
pada pasien yang stabil. Jika dicurigai fraktur tulang panjang, harus dilakukan
pemeriksaan
radiologi. Hasil pemeriksaan yang dapatmendukung diagnosis, diantaranya: penurunan
HCT,penurunan Hb, penurunan RBC dan jumlah platelet, peningkatan serum potassium,
sodium, lactatedehydrogenase, creatinin, dan BUN, peningkatan beratjenis urin (> 1.020)
dan osmolalitas urin; sodium urin <50 mEq/L, penurunan creatinin urin, penurunan pH,p
eningkatan PaCO2, gastroskopi, X-Ray, aspirasi
93
Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik(Enita Dewi dan Sri Rahayu)
PENATALAKSANAAN SYOK HIPOVOLEMIK
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemikadalah (1) memulihkan volume int
ravascular untukmembalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarahpada perfusi
jaringan yang tidak adekuat. (2)meredistribusi volume cairan, dan (3) memperbaikipenye
bab yang mendasari kehilangan cairan secepatmungkin.
Medikasi akan diresepkan untuk mengatasidehidarasi jika penyebab yang mendasari
adalah dehidrasi. Contohnya,
insulin akan diberikan pada pasiendengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia,des
mopresin (DDVP) untuk diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare dan anti
emetic untuk muntah-muntah.
jalan napas yang adekuat, menjamin ventilasi, danmemaksimalkan sirkulasi. Dalam pena
nganan syok hipovolemik, ventilasi tekanan positif
dapat mengurangialiran balik vena, mengurangi cardiac output, danmemperburuk status/
keadaan syok. Walaupunoksigenasi dan ventilasi penting, kelebihan ventilasi tekanan
positif dapat merusak pada pasien dengan syokhipovolemik. Penanganan yang sesuai
biasanya dapat dimulai tanpa keterlambatan transportasi. Beberapaprosedur, seperti
memulai pemberian infus atau fiksasi ekstremitas, dapat dilakukan ketika
pasien sudahdibebaskan. Namun, tindakan yang memperlambatpemindahan pasien sebai
knya ditunda. Keuntungan pemberian cairan intravena segera pada tempat kejadian tidak
jelas.
Namun, infus intravena dan resusitasi cairanharus dimulai dan dilanjutkan dalam perjala
nan ketempat pelayanan kesehatan.
dilakukan antara lain:
1. Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulailakukan penggantian cairan sesuai
order. Pastikangolongan darah untuk pemberian terapi transfusi
2. Kaji AGD/Analisa Gas Darah, jika pasien mengalamicardiac atau respiratory arrest
lakukan CPR
3. Berikan terapi oksigen sesuai order.
Monitor saturasioksigen dan hasil AGD untuk mengetahui adanyahypoxemia dan men
gantisipasi diperlukannya intubasidan penggunaan ventilasi mekanik. Atur posisi semi
fowler untuk memaksimalkan ekspansi dada. Jaga pasien tetap tenang dan
nyaman untuk meminimalkankebutuhan oksigen
4. Monitor vital sign, status neurologis, dan ritme jantungsecara berkesinambungan. O
bservasi warna kulit dancek capillary refill
5. Monitor parameter hemodinamik, termasuk CVP, PAWP, dan cardiac output,
setiap
15 menit, untukmengevaluasi respon pasien terhadap treatmen yangsudah diberikan
6. Monitot intake dan output.pasang dower cateter dan kaji urin output setiap jam.
Jika perdarahan berasal dari gastrointestinal
maka cek feses, muntahan, dangastric drainase. Jika output kuranng dari 30 ml/
jampada pasien dewasa pasang infuse, tetapi awasi adnyatanda kelebihan cairan seper
ti peningkatan PAWP. Lapor dokter jika urin output tidak meningkat
7. Berikan transfuse sesuai lorder, monitor Hb secaraserial dan HCT
9953
Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik(Enita Dewi dan Sri Rahayu)
8. Berikan Dopamin atau norepineprin I.V., sesuai orderuntuk meningkatkan kontraktil
itas jantung dan perfusirenal
9. Awasi tanda-tanda adanya koagulopati seperti petekie,perdarahan, catat segera
10. Berikan support emosional
11. Siapkan pasien untuk dilakukan pembedahan, jikaperlu.
Pemantauan yang perlu dilakukan dalam menentukankecepatan infus:
Nadi: nadi yang cepat menunjukkan adanya hipovolemia. Tekanan darah: bila
tekanan darah < 90 mmHg pada pasien normotensi
atau tekanan darah turun> 40 mmHg pada pasien hipertensi, menunjukkan masihperlunya
transfusi
cairan. Produksi urin. Pemasangan kateter urindiperlukan untuk mengukur produksi urin.
Produksi urin harus dipertahankan minimal
1/2 ml/kg/jam. Bilakurang, menunjukkan adanya hipovolemia. Cairan diberikan sampai
vena
jelas terisi dan nadi jelas teraba.Bila volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik,pro
duksi urin
< 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk mempertahankan produksi urine.
Dopamin 2-5 µg/kg/menit bisa juga digunakan pengukuran tekanan vena sentral (normal
8-12 cmH2O), dan bila masih terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus,
sesak, pucat, dan ekstremitas dingin, menunjukkanmasih perlu transfusi cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Iyan, Cairan Alternatif untuk ResusitasiCairan: Ringer Asetat, Medica
l Departement PTOtsuka Indonesia, Simposium Alternatif BaruDalam Terapi Resu
sitasi Cairan.
Critical Nursing Made Incredible Easy, LipincotWilliams and Wilkins, A Wolters
Kluwer,Philadelpia, 2004
FH Feng, KM Fock, Peng, Penuntun PengobatanDarurat, Yayasan Essentia Medi
ca – AndiYogyakarta, Edisi Yogya 1996 hal 5–16
Lewis, Heitkemper, Dirksen, Medical-Surgical Nursing:Assessment and managem
ent of ClinicalProblems,Mosby Inc, Missouri, 2000
Sunatrio, S, Larutan Ringer Asetat dalam Praktik Klinis,Simposium Alternatif Bar
u Dalam Terapi ResusitasiCairan, Bagian Anestesiologi FKUI/RSCM,Jakarta, 14
Agustus 1999.
Thaib, Roesli, Syok Hipovolemik dan Terapi Cairan,Kumpulan Naskah Temu NAs
ional dokter PTT,FKUI, Simposisum hal 17-32
FKUI, Jakarta, 1987 hal 8–12
9953
Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik(Enita Dewi dan Sri Rahayu)