KEPERAWATAN ANAK II
Lisiptari 205140020
Jeriyan 205140024
FAKULTAS KESEHATAN
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil 'alamin segala puji bagi Allah SwT. Tuhan pencipta alam yang selalu melimpahkan
segala rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah konsep keperawatan
anak dengan penykit kronis atau kriminał dalam konteks keluarga yang semoga bermanfaat bagi para
mahasiswa.
Terimakasih kepada semua yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, kami juga memohon izin
kepada nama, lembaga, yang tercantum di dalam makalah ini yang kami jadikan sebagai sumber
rujukan.
Semoga kehadiran makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan penyusun menyadari bahwa dalam
makalah ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurma. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISl…………………………………………………………………………………………………………..
BABI: PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………
A. Lalatar Belakang……………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………….
C. Tujuan………………………………………………………………………………………………….
BAB II : PENUTOP………………………………………………………………………………………………
A. Kesimpuian ………………………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………………………………
DAFTARPUSIARA…………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prinsip keperawatan anak di mana anak bukan orang dewasa mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangannya. berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan , berfokus
pada kesejahteraan anak, meningkatkan maturasi dan kematangan serta berfokus pada ilmu tumbuh
kembang.
Etos asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga atau, family centerd care pada dasarnya
karena asuhan dan pemberian rasa aman dan nyaman orang Tua terhadap anaknya merpakan asuhan
keperawatan anak di rumah sakit sehinga asahan keperawatan harus berpusat pada konsep anak
sebagai bagian dari keluarga dan keluarga sebugai pemberi dukungan yang paling baik bagi anak selama
proses hospitnlisasi. Family Conterd Care atau perawatan yang berpusat pada kelurga didefinisikan
sebagai filosofi perawatan berpusat pada kelurga, mengakui keluarga sebagai konstata dalam
kehidupan anak. Family Cnterecd Care meyakini adanya dukungan individu, menghormati, mendorong
dan meningkatkan kekuatan dan konpetensi. Paradigma keperawatan anak merupakan landasan
berpikir dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Landasan berpikir tersebut terdiri dari empuat
komponen, diantaranya : manusia dalam hal ini anak, keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan
B. Rumusan Masalah
A. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami bagaimana konsep
keperawatan anak dan perkembangan pada anak dengan penyakit kronis dan terminal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep perawatan Anak dengan penyakit kronis atau terminal Penyakit terminal adalan suatu
penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa
datung tiba-tiba tanga peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang. Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang Pasien Terminal adalah: Pasien pasien yang dirawat,
yang sudah jelas bahwa mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk.
(P.J.M. Stevens, dkk. hal 282,1999).
Pasien terminal illnes adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah
mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi.
Oleh karena itu, pasien terminal illnes harus mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan
gejala penyakit, namun tidak lngin berfungsi untuk menyembuhkan .
fungsi perawatan paliatif pada pasien teminal ilhes adalah mengendalikan nyeri yang dirasakan
serta keluhan-keluhan lainnya danmeminimalisir masalah ), sosal dan spirital.
Perawaan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang memiliki penyakit yang
tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup pasien serta mengurangi gejala
yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan memperhatinkan aspek psikologis dan spiritual. Perawatan
ini juga menyediakan sistem pendukung untuk menolong keluarga pasien menghadapi kematian dari
anggota keluarga yang dicintai sampai padi poses perkabungan. Dimulai sejak penyakit terdiagnosis.
Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri., penatalaksanaan keluhan fisik
lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social, dukungan kultural dan spiritual,
dukungan persiapan dan selama masa dukacita (oereavement). Perawatan paliatir dilakukan melalui
rawat inap. rawat jalan, dan kunjungan rawat rumah. (KEPMENKES RINOMOR: 812, 2007).
1.komunikasi, dalam hal ini anak sangat perlu di ajak untuk berkomunikasi atau berbicara dengan yang
lain terutama oleh kedua orang tua karena dengan orang tua mengajak anak berkomunikasi /berbicara
anak merasa hahhwa ia tidak sendiri dan ia merasa ditemani.
2. memberitahu kepada anak bahwa ia tidak sendiri dalam menghadapi penyakit tersebut
3. berdiskusi dengan siblings (saudara kandung) agar saudara kandung mau ikut berpartisipasi dalam
perawatan atau untuk merawat, Keempat, Soccial support meningkatkan koping (Amold, 1998).
C. Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif
Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif pasien harus memahami pengertian,
tinjuan dan pelaksanaan perawatan paliatif melalui, komunikasi yang intensif dan berkesinambungan
antara tim perawatan dengan pasien dan keluarganya. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan
tindakan kedokteran pada dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
pada perawatan paliatif sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukan infomed consent Baik
penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien sendiri apabila ia masih
kompeten, dengan saksi anggota kelaurga terdekatnya. Waktu yarg cukup agar diberikan kepada pasien
untuk berkomunikasi dengan keluarga terdekatnya. Dalarm hal pasien telah tidak kompeten, maka
keluarga terdekatnya melakukannya atas nama pasien.
Tujuan utama perawatan paliatif pada anak adalah meningkatkan kualias hidup pasien, terutama
mengatasi keluhan dan gejala yang timbul akibat penyakitnya dan akibat pengobatan penyakitinya.
Prinsip tata laksana digambarkan sebagai berikut.
3. Orang tua dan anak harus dipersiapkan untuk menghadapi situasi yang ada Mereka harus tahu apa
yang diharapkan, bagamana cara menghadapinya, dan kepada siapa mereka dapat meminta bantuan.
harus mencakup penggunaan instrumen distress (bila tersedia) dan gejala distress yang tidak
dikendalikan merupakan keadaan darurat yang harus ditangani secara agresif Penilaian.
a) Tahap penilaian nyeri dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
b.Gunakan skala
c.Perhatikan ada tidaknya perubahan terhadap perilaku dan psikologi anak.
Di dalam tata laksana nyeri pada anak ada beberapa hal yang diperhatikan sebagai berikut:
a. Tanyakan keluhan secara rutin dan periksa secara yang harus sistematis.
d.Tata laksana nyeri dengan tindakan khusus (bila diperlukan) Melibatkan anak dan keluarga.
2. Usia < 3 bulan: Pililhannya hanya parasetamol *Non steroidal anti imflammatory drug
(NSAID) dan obat lainnya tidak direkomendasikan untülk anak.
3.Penyebab nyeri.
6.Dosis yang dapat diturunkan secara perlahan agar tidak terjadi penarikan.
1. Kebutuhan asi
Keburuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau memperbaiki psikologi anak
Perkembangan anak dalam kehidupan banyak ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk di
dalamaya adanya perasaan kasih sayang atau hubungan anak dengan orang tua atau orang di
sekelilingnya karena akan memperbaiki perkembangan psikososialnya. Terpenuhinya kebutuhan ini akan
mengingatkan ikatan kasih sayang yang erat (bonding) dan terciptanya basic trust (rasa percaya yang
kuat).
2. Kebutuhan Asuh
Kebutuhun asuh Kebutuhan ini merupukan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh anak, untuk mencapai
perkembangan dan pertumbuhan secara optimal dan sesuai dengan usia tumbuh kenbarg. Pemenuhan
kebutuhan asuh (stimulasi. menu) akan memperbaiki perkembangan anak sejak dini sehingga
perkembanganpsikososial, kecerdasan, kemandirian, dan kreaivitas pada anak akan sesuai dengan
harapan atau usia perkembangan dan pertumbuhan.
Dalam memberikan layanan keperawatan anak selalu mengingat kemampuan dalam mengatasi
masalah masih dalam proses kemtangan yang berada denpan pelayanan keperawatan pada orang
dewasa. Pemberian prioritas ini oleh karena beberapa perbedaan antara anak dan dewasa, di
antaranya:
1 struktur fisik antara anak dan dewasa berbeda mulai dari ukuran besarnya hingga aspek kematangan
fisik, perbedaan tersebut dilihat dari ukuran bahwa anak lebih kecil dibanding dengan orang dewasa
yang cenderung lebih besar, demikan juga ketahanan fisik anak lebih rentan, relatif rendah
dibandingkan dengan orang dewasa yang mempunyai ketahanan fisik yang baik.
2.proses fisioogis anak dengun oranh orang dewasa mempuiny ai perhedian dalam fiungsi tubuh . Orang
dewasa cenderung fuingsi tubuh sudah mencapai kematangan, setangkan anak masah dalam proses
nmenuju kematangan sehingg dalam memberikan pelayanan keperawatan anuk selalu memperlatikan
usia tumbuh kembang.
3.kemampuan berfikir arak dengin orang dewasa juga berbeda, dimana orang dewasa cenderung lebih
tersisitematik(sudah baik ) dibanding dengan anak sebab fungsi otak orang dewasa lebih matang
sedangkan pada anak cenderung masih dalam proses perkembangan.
4.tanggapan terthadap pengalaman masih mempunyai perbedaan pada anak cenderung kepada dampak
psikologis, apabila pengalaman pada masa lalu yang dialami kurang mendukung. yang berdampak pada
tumbuh kembang anak , sedangkan orang dewasa cenderung sudah mempunyai mekanisme koping
yang baik dan matang.
G. Aspek Khusus pada Pasien Paliatif Anak
1. Tumbuh Kembang
terdapat hubungan timbal balik antara perkembangan anak dan penyaakitnya, tentu saja akan
mengubah cara pandang anak tersebut untuk menerima penyakitnya. Tingkat perkembangan anak akan
berpengaruh terhadap semua aspek paliatif, yaitu meliputi
d. Pengambilan keputusan
Tingkat perkembangan dan kemampuan kognitif sangat bervariasi dan tidak selalu sesuai dengan usia
anak. Oleh karena itu dibutuhkan komunkasi yang baik dan fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi
masing-masing orang tua.
Kondisi fisiologi dan farmakologi berubah seiring dengan tumbuh kembanganak. Waktu paruh obat pada
anak dapat lebih panjang daripada orang dewasa karena anak memeiliki kemampuan absarbsi ohat yang
relatif lebih tinggi.
4.Fungsi keluarga
Orung tua memiliki tunggung jawab untuk merawat dan melindungi anaknya. Jika tejadi penyakit yang
mengancam keselamatan anaknya maka orang tua akan merasa bersulah, kecewa, marah an berusaha
mencari pengobatan yung maksimal. Sekalipun mungkin dapat mengakibatkan anakrya lebih menderita.
Pada saat seperti inilah biasanya tenga kesehatan mengalami keulitam untuk membicarakan dengan
jujur mengenai apa yang sedang terjadi pada anak tersebut.
Komunikasi sangat penting dan menyangkut aspek yang meliputi pemahaman anak akan penyakitnya.,
seperti perasaan anak dankeluarga . Prinsip penting komunikasi yang baik adalah memberikan informasi
dan bersikap empati kepada anak, orang tua dan keluarga
Pada penyakit kromis yang ekaninnya lebth pada perawaan, orangtuia senngkah merasa sendirian dalam
berjLang menghadapi stressor yang terns berlangsung dan beragam. Meskipun stressor ini bervariasi
sepanjang waktu, namun bisa dikanegorisasikan dalam 4 macam situasi yuizu :
A.Saat Diagnosia
Saat diagnosa adalah saat yang paling menekan bagi orang tua (Whyte, 199) Ketidak pastian
tentang kondisi anak atau potensi yang akan terjadi pada anak merupakan stressor terbesar bagi
orangtua (Cohen, dalam Melnyk, 2001. Selain itu, potensi berpisah dengan anak, perubahan
peran pengasuhan dan keterbatasan peran juga didestifikasi sebagni sumber stressor bagi orang
tua (Mu dan Toinson, dalam Melnyk, 2001), tentunya menimbulkan perasaan yang tidak nyaman
pada orang tua.
Anak yang menderita sakit kronis tetap perlu mencapai perkembangan seperti anak yang sehat
pada umumya. Hanya suja menurut Melnyk (2001), kondisi sakit kronis ini sering kali
menghambat mereka dalam memenuhi tuntutan perkembangan kognitif, fisik dan emosi. Hal
inilah yang sering kalí membuat orang tua berulang kali meraskan kesedihan
Seringkali perawatan anak sehari-hari dirasa cukup menantang dan memberikan pengaruh
dalam hubungan orangtua dan kehiduapan keluarga. Banyak saran perawatan kesehatan sehari-
hari yang cukup menyita waktu, tidak menyenangkan bahkan dirasakan memberakin. Melihat
anak merasakan kesakian akibat perawatan ini sering kali membuat orang tua merasa bersalah
dan merasa kurang berharga (Melnyk, 2001).
Kekambuhan merupakan situasi yang terkadang mengharuskan anak untuk menjalani rawat
inap rumah sakit. Rawat inap ini akan mengganggu rutinitas keluarga dan orangrua pada posisi
tepat waktu antara tanggung jawab normal dan anak yang di rumah sakit. Selain itu, kemilangan
kontrol dan perasaan tidak berdaya membuat orangtua melakukan perilaku mengontrol yang
berlebihan dan terlalu metindungi annk (Fauner,dalam Melnyk 2001).
Disabilitas merupakan kata serapan dari bahasa inggris yaitu disabiliy yang artinya ketidak
mampuan atau cacat. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2016 penyandang
disabilitas adalah yng mengalami keterbtasan dalam jangka waku lama, keterbatasan yang
dimaksud adalah keterbatasan fisik, imeloktual, mental, dan sensonik, sehingga dapat
mengalami kesulitan dan hambatan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dalam
berinteraksi dengan lingkungin sekitarnya.
a) kerusakan yang dibawa sejak lahir (kongenital), misalnya kaki sepeti tongkat (club
foon), tangan seperti tongkat (elub hand),
b) kerusakan waktu kelahiran, seperti kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan atau
rertarik waktu kelahiran (erb's palsy).
d) kerusakan tmunaic seperi anggota tubuh yang amputasi , kecelakaan akibat luka
bakar, dan patah tulang
f) kondisi kerusakan lainnya seperti telapak kaki yang rata, tidak tertekuk(hatfeer),
bagian sumsum tulang belakang yang melengkung (kifosis),
b. Disabilitas Sensorik
C. disabilitas Mental
a) Aunis adalah gangguan perkembangan seumur hidup diana terkipat hambutan dalam
berinteraksi sosial, berkounikasi, memiiki kerertarikan terientu dan menmjukkan pola perilaku
berulang (American Psycharic Asocition dalan Ezzat, Baycaumi, & Samarkandi, 2017)
b) Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas atau ANention Defict and
Hieractivity Discrder (ADHD) adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan. yang
ditandai dengan sekump lan masalah rentang perhatian atau atensi, ganguan pengendialian diri,
hiperaktivitas dan impulsivitas, yang menyebabkan kesulian berfikr, berperikku dan
mengendalikan emosi (Winarsih, Sri, 2013).
d. Disabitas ntelektual
a) Tunagrahia atau dalam istlah medis dikeral dengan reurdasi mental adnlah keadaan yang
dialami seseorang dimana memiliki intelegensi yang berada dibawah rata-raia disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam perkembangan (Kemenkes R,
2014). Tunagrahita merupakan gangguarn fungsi intelekrual umum yang berada di bawah rata-
rata,dimana hasil tes menunjukkan 1Q 84 atau lebih rendah, gangguan ini muncul sebelum usia
18 tahun dan menunjukkan hambutan dalam perilaku adaptif.
b) Down syndrome merupakan abnormalitas kromosom yang sering terjadi pada bayi buru lahir.
Down syndrone merupakan genetis yang menyebabkan keterbelakangan fisik dan mental
dengan ciri-ciri yang khas pada keadaan fisiknya. Anak-anak down syndrome biasanya memiliki
penampilan wajah yang mirip dengan lainny. Secara umum perkembangan dan pertumbuhan
fisik anak down syndrome lebih lambat, seperti pertumbuhan berat badan dan tinggi badan
(Angraeni & Valentina, 2015).
6) Umur 12 bulan belum bisa menjumput benda kecil dengan jari Telunjuk dan
jempolnya
8) Umur 2 tahun masih memasukkin benda ke dalam miuhir diserti ngiler ngeces"
berlehihan
4) Umur 8 bulan tidak ada perhatian terhadap sekitar, misalnya saat kita menujukan
sesuai di depan anak kemudian melemparkannya anak tidak mencari benda yang
dilempar, anak tidkak berespon ketika ada rangsangan bunyi
6) Umur 20 bulan, bicara tidak sampai 34 kata yang bemakna yang ia ucapkan
10)Lsia 24 bulan belum mampu menyebut knlimat yang terdiri dari 2 kata
a) Umur berapa anak teridentifikasi sebagai anak dengan disabilitas Kondisi disabilias seseorang
anak dapat mengakibatkan salah satu, dua atau banyak aspek perkenbangan menjadi terhambat
sehingga kemampuan anak tertinggal dari kemampuan yang harusnya dikuasai di Usianya.
Semakin anak terlambat diidentifikasi, bisa menjadikan semakin jauh pula ketertinggalan
kemampuan anak.
b) Tingkat Keparahan ausabilitas Sesorang anak bisa beragam walaupun dengan jenis
disabilitasnya sama. Misalnya ada dua orang anak dengan cedera otak. yang teridentifikasi
disaat berumur 3bulan, kemampuan mereka sama-Sama seperti anak satu buan, anak pertama
mimiliki lingkar kepala yang normal dan hasil CT scannya menunjukkan: kerusakan anak yang
tidak parah, dan anak yang kedua memiliki lingkar kepala yang jauh dari normal dan hasil CT
Scunnya menunjukkan kerusakan otak yang lebah parah, maka anak pertama memiliki
kemungkinan untuk berkembang lebih baik.
Program yang tidak tepat dapat menghambat kemajuan dari perkembangan anak. Kadang kala
seorang anak tidak mampu menguasasi program dikarenakan program tersebut masih sangat
tinggi bagi anak sehingga tidak juga mampu dikuasasi, walaupun menurut kita itu sangat
sederhana. Program yang menyebahkan anak membutuhkan waktu yang sangat lama bahkan
bisa mengakibakan anak dan orang tua frustasi karena anak tidak juga dapat menguasi program
yang daberikan
Walaupun intervensi yang diberikan tepat, namun intensitasnya masih minim dan orangtua atau
lingkungan tidak konsisten dalam memberikan intervensi, maka kemungkinan perkembangn
anaknya akan lambat
Menurut Allen dan Cowdery (2000) pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang
menyertakan anak berkeburuhan khusus belajar di sekolah sekolah terdekan, di kelas biasa
teman-teman seusianya pendidikan inklusif secara resmi didefinisikan sebaagi: "sistem layanan
penddikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus, untuk belajar bersama dengan
anak sebayanya di sekolah reguler yang trdekat dengan tempet tingalnya".
a Masih Banyak Anak Berkeburuhan Khusus (ABK) Yang Belum Memperoleh Hak Pendidikan.
Data Direktorat PSLB, Kemensos tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah ABK yang sudah
mengikuti pendidikan formal baru meacapai 24.7 persen atau 78.689 anak dari sekitur 318,600
anak di Indonesia. Hal ini berarti masih terdapat sekitar 65 persen ABK yang masih terabaikan
hak pendidikamya (Sunaryo 2009).
Dalam implementasinya, masih terdapat kekurangan guru, terutama GPK. Artinya. peranuran
sebagaimana dikemukakan di atas tidak dapat dijalankan karena adanya kendala kurangya
sumber dayaguru, khususnya GPK, di daerah.
c. Permasalahan Kurikulum
pendidikan inklusif mempunyai kurikulun yang relatif - Akan tetapi dalam realtasnya selama ini
tendapat kurikulum yarng tersusun kaku dan kurang tanggap terhadap kebutuhan anak yang
berbeda Permasalahan lain berkaitan dengan kurikuilum adalah proses pembelajaran maupun
evalunsi sebagaimana dikemukakan oleh Sunaryo (2009) bahwa:
1)guru cenderumg masih mengalami kesulitan dalam merumuskan flexible kurikulum , dan
dalam menentukan tujuan, materi, dan metode pembelajaran.
2) masih terjadi kesalahan praktik bahwa target kurikulüm ABK sama dengan siswa lainnya serta
anggapan bahwa siswa cacat tidak memiliki kemampuan yang cukup untnk menguasai materi
belajar.
Sebagaimana dikemukakan dalam laporan situasi pendidikan inkiusif di Indonesia dan Malaysia,
banyak oang tua enggan mengirim anak berkebutuhan khusus ke sekolah biasa, karena khawatir
akan mendapat penolakan atau diskriminasi (Kompas 4 Nopember 2009).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpuan
Pasien terminal illness adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah
mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat
menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien terminal illnes harus mendapatkan perawatan
paliaif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfüngsi untuk
menyembuhkan. fungsi perawatan paliatif pada pasien terminal illnes adalah mengendalikan
nyeri yang dirasakan serta keluhan-keluhan lainnya dan meminimalisir masalah emosi, sosial
dan spiritual.
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dapat
memberikan pengetahuan sedikit tentang Konsep Keperawatan anak dengan penyait Teminal.
Kelompok mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan baik
dari segi penulisannya, Bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat
membangun sangat kelompok harapkan agar dapat terciptanya makalan yang dapat memben
pengeahuan yang benar kepada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Wayan, Sudarsa. (2020). Perawatan Komprehensif Paliatif Airlängga University Press : 2020
Rosyidah, Inayatur., Hindyah Ike (2019). Keperawatan Anak 2. Ieme Press: 2019
Desriyani, Yusi. (2018). Beban Orang Tua dengan Anak Disabilitas di Sekolaı Luar Biasa (SLB)
Negeri Cilenyi. Skripsi Universitas Padjadjaran.
Veronica., Yefta Daniel Bastian. (2018). Diakses pada 21 September 2021 dari
https/www.scarolus.or.id/article/perawatan-paliatif