Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II

Dosen Pengampu :Ns. Subardiah P.M.Kep.,Sp.Kep.An

Disusun aleh kelompok III

Yeti Arian Desta 205140005

Asri Mawarni 205140012

Chindy Wandini 205140013

Dina Nur Efrilia 205140019

Lisiptari 205140020

Jeriyan 205140024

Iksan Tabah Pertama 205140025

Desna Liani 205140026

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil 'alamin segala puji bagi Allah SwT. Tuhan pencipta alam yang selalu melimpahkan
segala rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah konsep keperawatan
anak dengan penykit kronis atau kriminał dalam konteks keluarga yang semoga bermanfaat bagi para
mahasiswa.

Terimakasih kepada semua yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, kami juga memohon izin
kepada nama, lembaga, yang tercantum di dalam makalah ini yang kami jadikan sebagai sumber
rujukan.

Semoga kehadiran makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan penyusun menyadari bahwa dalam
makalah ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurma. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Bandar Lampung,11 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR AN………………………………………………………………………………………..

DAFTAR ISl…………………………………………………………………………………………………………..

BABI: PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………

A. Lalatar Belakang……………………………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………….

C. Tujuan………………………………………………………………………………………………….

BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................................

A. Konsep Keperawatan anak dengan penyakit terminal…………………..

B. Lingkung Keperawatan Paliaut.. ………………………………………………….

C. Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatir…………………………………….

D. Tata Laksana Gejala…………………………………………………………………….

E. Tata Laksana Strategi Farmakolog…………………………………………………

F. Kebumhan Tumbuh Kembang Anak dengan Penyakit Terminal………..

G. Aspek Khusuis pada Pasien Paliatif Anak………………………………………….

H. Dampak Pada Orangtua Anak dengan Penyakit Kronis/' Termina. ….

I. Konsep Anak dengan Disabilitas…………………………………………………….

BAB II : PENUTOP………………………………………………………………………………………………

A. Kesimpuian ………………………………………………………………………………….

B. Saran…………………………………………………………………………………………………

DAFTARPUSIARA…………………………………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prinsip keperawatan anak di mana anak bukan orang dewasa mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangannya. berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan , berfokus
pada kesejahteraan anak, meningkatkan maturasi dan kematangan serta berfokus pada ilmu tumbuh
kembang.

Etos asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga atau, family centerd care pada dasarnya
karena asuhan dan pemberian rasa aman dan nyaman orang Tua terhadap anaknya merpakan asuhan
keperawatan anak di rumah sakit sehinga asahan keperawatan harus berpusat pada konsep anak
sebagai bagian dari keluarga dan keluarga sebugai pemberi dukungan yang paling baik bagi anak selama
proses hospitnlisasi. Family Conterd Care atau perawatan yang berpusat pada kelurga didefinisikan
sebagai filosofi perawatan berpusat pada kelurga, mengakui keluarga sebagai konstata dalam
kehidupan anak. Family Cnterecd Care meyakini adanya dukungan individu, menghormati, mendorong
dan meningkatkan kekuatan dan konpetensi. Paradigma keperawatan anak merupakan landasan
berpikir dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Landasan berpikir tersebut terdiri dari empuat
komponen, diantaranya : manusia dalam hal ini anak, keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan

B. Rumusan Masalah

1. Konsep Keperawatan anak dengan penyakit terminal

2. Lingkung Keperawatan Paliatif

3. Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif

4. Tata Laksana Gejala

S. Tata Laksana Strategi Farnakolog

6. Kebutuhan Tumbuh Kembang Anak dengan Penyakit Terminal

7. Aspek Khusus pada Pasien Paliatif Anak

8. Konsep Anak dengan Disabilitas

A. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami bagaimana konsep
keperawatan anak dan perkembangan pada anak dengan penyakit kronis dan terminal.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep perawatan Anak dengan penyakit kronis atau terminal Penyakit terminal adalan suatu
penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa
datung tiba-tiba tanga peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang. Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang Pasien Terminal adalah: Pasien pasien yang dirawat,
yang sudah jelas bahwa mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk.
(P.J.M. Stevens, dkk. hal 282,1999).

Pasien terminal illnes adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah
mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi.
Oleh karena itu, pasien terminal illnes harus mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan
gejala penyakit, namun tidak lngin berfungsi untuk menyembuhkan .

fungsi perawatan paliatif pada pasien teminal ilhes adalah mengendalikan nyeri yang dirasakan
serta keluhan-keluhan lainnya danmeminimalisir masalah ), sosal dan spirital.

B. Lingkup Kegiatan Perawat paliatif

Perawaan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang memiliki penyakit yang
tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup pasien serta mengurangi gejala
yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan memperhatinkan aspek psikologis dan spiritual. Perawatan
ini juga menyediakan sistem pendukung untuk menolong keluarga pasien menghadapi kematian dari
anggota keluarga yang dicintai sampai padi poses perkabungan. Dimulai sejak penyakit terdiagnosis.
Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri., penatalaksanaan keluhan fisik
lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social, dukungan kultural dan spiritual,
dukungan persiapan dan selama masa dukacita (oereavement). Perawatan paliatir dilakukan melalui
rawat inap. rawat jalan, dan kunjungan rawat rumah. (KEPMENKES RINOMOR: 812, 2007).

Kebutuhuan Anak yang terminal :

1.komunikasi, dalam hal ini anak sangat perlu di ajak untuk berkomunikasi atau berbicara dengan yang
lain terutama oleh kedua orang tua karena dengan orang tua mengajak anak berkomunikasi /berbicara
anak merasa hahhwa ia tidak sendiri dan ia merasa ditemani.

2. memberitahu kepada anak bahwa ia tidak sendiri dalam menghadapi penyakit tersebut

3. berdiskusi dengan siblings (saudara kandung) agar saudara kandung mau ikut berpartisipasi dalam
perawatan atau untuk merawat, Keempat, Soccial support meningkatkan koping (Amold, 1998).
C. Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif

Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif pasien harus memahami pengertian,
tinjuan dan pelaksanaan perawatan paliatif melalui, komunikasi yang intensif dan berkesinambungan
antara tim perawatan dengan pasien dan keluarganya. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan
tindakan kedokteran pada dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

pada perawatan paliatif sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukan infomed consent Baik
penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien sendiri apabila ia masih
kompeten, dengan saksi anggota kelaurga terdekatnya. Waktu yarg cukup agar diberikan kepada pasien
untuk berkomunikasi dengan keluarga terdekatnya. Dalarm hal pasien telah tidak kompeten, maka
keluarga terdekatnya melakukannya atas nama pasien.

D. Tata Laksana Gejala

Tujuan utama perawatan paliatif pada anak adalah meningkatkan kualias hidup pasien, terutama
mengatasi keluhan dan gejala yang timbul akibat penyakitnya dan akibat pengobatan penyakitinya.
Prinsip tata laksana digambarkan sebagai berikut.

1. Tata laksana gejala harus direncanakan sebaiknya

2. Pendekatan yang menyeluruh, tidak hanya pada masalah pengobatan saja

3. Orang tua dan anak harus dipersiapkan untuk menghadapi situasi yang ada Mereka harus tahu apa
yang diharapkan, bagamana cara menghadapinya, dan kepada siapa mereka dapat meminta bantuan.
harus mencakup penggunaan instrumen distress (bila tersedia) dan gejala distress yang tidak
dikendalikan merupakan keadaan darurat yang harus ditangani secara agresif Penilaian.

E. Tata Laksana strategi Farmakolog

Tata Laksana Konsep strategi Farmakologi berdasarkan WHO sebagni berikut:

1. terdiri dari dua tahap

2. pemberian obat yang teratur

3. menggunakan jalur pemberian obat yang tepat

4. pengobatan yang disesaikan dengan kebutuhan anak.

a) Tahap penilaian nyeri dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Tanyakan apabila ada nyeri.

b.Gunakan skala
c.Perhatikan ada tidaknya perubahan terhadap perilaku dan psikologi anak.

d.Pastikan aman bagi anak

e.Cari penyebab nyeri.

f. lakukan tindakan dan evaluasi hasilnya

b) Tahap tata laksana nyeri

Di dalam tata laksana nyeri pada anak ada beberapa hal yang diperhatikan sebagai berikut:

a. Tanyakan keluhan secara rutin dan periksa secara yang harus sistematis.

b.Percaya pada keluhan anak dan orang tua.

c.Pilih obat pengontrol nyeri yang tepat.

d.Tata laksana nyeri dengan tindakan khusus (bila diperlukan) Melibatkan anak dan keluarga.

c) Strategi penanganan penanganan Strategi penanganan menggunakan 2 tahap sebagai berikut:

a. Tahap1 (nyeri ringan)

1. Usia> 3 bulan: Pilihannya parasetamol atau ibuprofen.

2. Usia < 3 bulan: Pililhannya hanya parasetamol *Non steroidal anti imflammatory drug
(NSAID) dan obat lainnya tidak direkomendasikan untülk anak.

b.nyeri sedang atau berat

1. Pilhannya Opiat (morfin)

2. Dapat langsung ke tahap 2 dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:

1.penilaian klinis dan derajat nyeri.

2.Gangguan fungsi karena nyeri..

3.Penyebab nyeri.

4.Prognosis yang ditarapkan dan aspek-aspek lainnya.

5.Efek samping yang dapat terjadi

6.Dosis yang dapat diturunkan secara perlahan agar tidak terjadi penarikan.

F. Kebutuhan Tumbuh Kembang Anak Dengan Penyakit Terminal


Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam proses pertumbuharn dan
perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi kebutuhan akan gizi atau nutrisi, kebutuhan pemberian
tindakan keperawatan dalam meningkatkan dan mencegah terhadap penyakit

1. Kebutuhan asi

Keburuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau memperbaiki psikologi anak
Perkembangan anak dalam kehidupan banyak ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk di
dalamaya adanya perasaan kasih sayang atau hubungan anak dengan orang tua atau orang di
sekelilingnya karena akan memperbaiki perkembangan psikososialnya. Terpenuhinya kebutuhan ini akan
mengingatkan ikatan kasih sayang yang erat (bonding) dan terciptanya basic trust (rasa percaya yang
kuat).

2. Kebutuhan Asuh

Kebutuhun asuh Kebutuhan ini merupukan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh anak, untuk mencapai
perkembangan dan pertumbuhan secara optimal dan sesuai dengan usia tumbuh kenbarg. Pemenuhan
kebutuhan asuh (stimulasi. menu) akan memperbaiki perkembangan anak sejak dini sehingga
perkembanganpsikososial, kecerdasan, kemandirian, dan kreaivitas pada anak akan sesuai dengan
harapan atau usia perkembangan dan pertumbuhan.

Dalam memberikan layanan keperawatan anak selalu mengingat kemampuan dalam mengatasi
masalah masih dalam proses kemtangan yang berada denpan pelayanan keperawatan pada orang
dewasa. Pemberian prioritas ini oleh karena beberapa perbedaan antara anak dan dewasa, di
antaranya:

1 struktur fisik antara anak dan dewasa berbeda mulai dari ukuran besarnya hingga aspek kematangan
fisik, perbedaan tersebut dilihat dari ukuran bahwa anak lebih kecil dibanding dengan orang dewasa
yang cenderung lebih besar, demikan juga ketahanan fisik anak lebih rentan, relatif rendah
dibandingkan dengan orang dewasa yang mempunyai ketahanan fisik yang baik.

2.proses fisioogis anak dengun oranh orang dewasa mempuiny ai perhedian dalam fiungsi tubuh . Orang
dewasa cenderung fuingsi tubuh sudah mencapai kematangan, setangkan anak masah dalam proses
nmenuju kematangan sehingg dalam memberikan pelayanan keperawatan anuk selalu memperlatikan
usia tumbuh kembang.

3.kemampuan berfikir arak dengin orang dewasa juga berbeda, dimana orang dewasa cenderung lebih
tersisitematik(sudah baik ) dibanding dengan anak sebab fungsi otak orang dewasa lebih matang
sedangkan pada anak cenderung masih dalam proses perkembangan.

4.tanggapan terthadap pengalaman masih mempunyai perbedaan pada anak cenderung kepada dampak
psikologis, apabila pengalaman pada masa lalu yang dialami kurang mendukung. yang berdampak pada
tumbuh kembang anak , sedangkan orang dewasa cenderung sudah mempunyai mekanisme koping
yang baik dan matang.
G. Aspek Khusus pada Pasien Paliatif Anak

1. Tumbuh Kembang

terdapat hubungan timbal balik antara perkembangan anak dan penyaakitnya, tentu saja akan
mengubah cara pandang anak tersebut untuk menerima penyakitnya. Tingkat perkembangan anak akan
berpengaruh terhadap semua aspek paliatif, yaitu meliputi

a.Komunikasi dalam hal harapan, ketaktan dan kondisi yang dialami

b. Pengertian tentang penyakit dan kematian

c. pengenalan masalah dan cara mengatasinya

d. Pengambilan keputusan

e. Pentingnya belajar dan bermain

f. Pentingnya taman bemain dan sekalah

2.Pendekatan waktu konsultasi

Tingkat perkembangan dan kemampuan kognitif sangat bervariasi dan tidak selalu sesuai dengan usia
anak. Oleh karena itu dibutuhkan komunkasi yang baik dan fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi
masing-masing orang tua.

3. Fisiologi dan farmakologi

Kondisi fisiologi dan farmakologi berubah seiring dengan tumbuh kembanganak. Waktu paruh obat pada
anak dapat lebih panjang daripada orang dewasa karena anak memeiliki kemampuan absarbsi ohat yang
relatif lebih tinggi.

4.Fungsi keluarga

Orung tua memiliki tunggung jawab untuk merawat dan melindungi anaknya. Jika tejadi penyakit yang
mengancam keselamatan anaknya maka orang tua akan merasa bersulah, kecewa, marah an berusaha
mencari pengobatan yung maksimal. Sekalipun mungkin dapat mengakibatkan anakrya lebih menderita.
Pada saat seperti inilah biasanya tenga kesehatan mengalami keulitam untuk membicarakan dengan
jujur mengenai apa yang sedang terjadi pada anak tersebut.

5.Komunikasi dan Aspek Nonmedis

Komunikasi sangat penting dan menyangkut aspek yang meliputi pemahaman anak akan penyakitnya.,
seperti perasaan anak dankeluarga . Prinsip penting komunikasi yang baik adalah memberikan informasi
dan bersikap empati kepada anak, orang tua dan keluarga

6. Aspek Psikasosial, spiritual dan Kultural pada Anak


Mengetahui bahwa seorang anak didiagnosis penyakit terminal merupakan suaru faktor pencetus strus
yang berat bagi anak ini sendiri dan keluarganya Kemampuan untuk menerima keadaan tersebut sangat
tergantung dari lıngkungan dan orang tua. Perawatan di bidang spiritual merupakan komponen penting.
oleh karna itu pelaksana pelayanan sebaiknya segera mengetahui kepercayaan spiritual dari keluarga
sesaat setelah ditegakannya diagnosis.

H. Dampak Pada Orangtua Anak dengan Penyakit Krons/Terminal

Pada penyakit kromis yang ekaninnya lebth pada perawaan, orangtuia senngkah merasa sendirian dalam
berjLang menghadapi stressor yang terns berlangsung dan beragam. Meskipun stressor ini bervariasi
sepanjang waktu, namun bisa dikanegorisasikan dalam 4 macam situasi yuizu :

A.Saat Diagnosia

Saat diagnosa adalah saat yang paling menekan bagi orang tua (Whyte, 199) Ketidak pastian
tentang kondisi anak atau potensi yang akan terjadi pada anak merupakan stressor terbesar bagi
orangtua (Cohen, dalam Melnyk, 2001. Selain itu, potensi berpisah dengan anak, perubahan
peran pengasuhan dan keterbatasan peran juga didestifikasi sebagni sumber stressor bagi orang
tua (Mu dan Toinson, dalam Melnyk, 2001), tentunya menimbulkan perasaan yang tidak nyaman
pada orang tua.

b. Selama Transisi Perkembangan Penyakit

Anak yang menderita sakit kronis tetap perlu mencapai perkembangan seperti anak yang sehat
pada umumya. Hanya suja menurut Melnyk (2001), kondisi sakit kronis ini sering kali
menghambat mereka dalam memenuhi tuntutan perkembangan kognitif, fisik dan emosi. Hal
inilah yang sering kalí membuat orang tua berulang kali meraskan kesedihan

C Berkatan dengam Kebutuhan Perawatan Anak

Seringkali perawatan anak sehari-hari dirasa cukup menantang dan memberikan pengaruh
dalam hubungan orangtua dan kehiduapan keluarga. Banyak saran perawatan kesehatan sehari-
hari yang cukup menyita waktu, tidak menyenangkan bahkan dirasakan memberakin. Melihat
anak merasakan kesakian akibat perawatan ini sering kali membuat orang tua merasa bersalah
dan merasa kurang berharga (Melnyk, 2001).

d. Ketika anak Mengalami Kekambuhan dan Rawat Inap

Kekambuhan merupakan situasi yang terkadang mengharuskan anak untuk menjalani rawat
inap rumah sakit. Rawat inap ini akan mengganggu rutinitas keluarga dan orangrua pada posisi
tepat waktu antara tanggung jawab normal dan anak yang di rumah sakit. Selain itu, kemilangan
kontrol dan perasaan tidak berdaya membuat orangtua melakukan perilaku mengontrol yang
berlebihan dan terlalu metindungi annk (Fauner,dalam Melnyk 2001).

1. Anak dengan Disablitas


1. Definisi Disabilitas

Disabilitas merupakan kata serapan dari bahasa inggris yaitu disabiliy yang artinya ketidak
mampuan atau cacat. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2016 penyandang
disabilitas adalah yng mengalami keterbtasan dalam jangka waku lama, keterbatasan yang
dimaksud adalah keterbatasan fisik, imeloktual, mental, dan sensonik, sehingga dapat
mengalami kesulitan dan hambatan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dalam
berinteraksi dengan lingkungin sekitarnya.

2Jenis jenis Disabilitas

a. disabilitas Fisik (Tunadaksa)

Tunadaksa diklasifikasikan menjadi enam macam, yaitu

a) kerusakan yang dibawa sejak lahir (kongenital), misalnya kaki sepeti tongkat (club
foon), tangan seperti tongkat (elub hand),

b) kerusakan waktu kelahiran, seperti kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan atau
rertarik waktu kelahiran (erb's palsy).

c) kerusakan karena infeksi seperti menyerang sendi sehingg menjadi kuku


(tubereulosis ulang)

d) kerusakan tmunaic seperi anggota tubuh yang amputasi , kecelakaan akibat luka
bakar, dan patah tulang

e)tumor seperi tumor tulang (oxostosis)

f) kondisi kerusakan lainnya seperti telapak kaki yang rata, tidak tertekuk(hatfeer),
bagian sumsum tulang belakang yang melengkung (kifosis),

b. Disabilitas Sensorik

Menurut Undang-Undang Nomor 8 tuhun 2016 penyandang disablitas sensorik adalah


terganggunya salah satu fungsi dari panca indera, antara lain tunanetra, tunarüngu, dan
tunawicara.

a) Tunanetra adalah idividu yang mengganggu masalah penglihatan Adapun klasifikasi


tunanetra dibagi menjadi dua kebpok yaiu, buta keseluruhan (toraly blnd) dan penurunan
penglihatan (low visiom).
b) Tunarungu merupakan gangguan pada indera pendengaran, dmana individu tidak dapat
monerina berbagai rangsangan dari luar.Tunartungu dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
tuli ,dan penurinan fungsi pendengiran (low of hearing)
c) Tunawicara adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga orang lain sulit atau bahkan tidak
dapat mengerti.

C. disabilitas Mental

Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016, penyandang disabilitas mental adalah


seseorang yang mengalami ganggu fungsi pikir, emosi , dan perilaku yang berpengaruh pada
kemampuan interaksi sosial diantaranya adalah aunis dan hiperaktif

a) Aunis adalah gangguan perkembangan seumur hidup diana terkipat hambutan dalam
berinteraksi sosial, berkounikasi, memiiki kerertarikan terientu dan menmjukkan pola perilaku
berulang (American Psycharic Asocition dalan Ezzat, Baycaumi, & Samarkandi, 2017)

b) Anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas atau ANention Defict and
Hieractivity Discrder (ADHD) adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan. yang
ditandai dengan sekump lan masalah rentang perhatian atau atensi, ganguan pengendialian diri,
hiperaktivitas dan impulsivitas, yang menyebabkan kesulian berfikr, berperikku dan
mengendalikan emosi (Winarsih, Sri, 2013).

d. Disabitas ntelektual

Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016, peyardang disabilias intelektual adalah


seseorang yang mengalami gangguan fungsi pikir karena tingkat kecerdasan yang berada di
bawah rata-rata, diantaranya yatu retardasi mental dan down syndrome.

a) Tunagrahia atau dalam istlah medis dikeral dengan reurdasi mental adnlah keadaan yang
dialami seseorang dimana memiliki intelegensi yang berada dibawah rata-raia disertai dengan
ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam perkembangan (Kemenkes R,
2014). Tunagrahita merupakan gangguarn fungsi intelekrual umum yang berada di bawah rata-
rata,dimana hasil tes menunjukkan 1Q 84 atau lebih rendah, gangguan ini muncul sebelum usia
18 tahun dan menunjukkan hambutan dalam perilaku adaptif.

b) Down syndrome merupakan abnormalitas kromosom yang sering terjadi pada bayi buru lahir.
Down syndrone merupakan genetis yang menyebabkan keterbelakangan fisik dan mental
dengan ciri-ciri yang khas pada keadaan fisiknya. Anak-anak down syndrome biasanya memiliki
penampilan wajah yang mirip dengan lainny. Secara umum perkembangan dan pertumbuhan
fisik anak down syndrome lebih lambat, seperti pertumbuhan berat badan dan tinggi badan
(Angraeni & Valentina, 2015).

3. Mengidentifikasi Anak dengan Dsabilias

a).Tanda Bahaya Perkembangan Motorik

1) Umur 1-2 bulan tubuh terlalu lemas, atau terlalu kaku


2) Urmur 3 bulan masih belum bisa mengangkat kepala sat ditengkurapkän

3) Umur 4 bulan tangan terkepal erat

4) Umir 7 bulan badan bisa tengkurap

5)umur 9 bulan belum bisa duduk

6) Umur 12 bulan belum bisa menjumput benda kecil dengan jari Telunjuk dan
jempolnya

7) Umir 19 bulan belum dapat berjalan

8) Umur 2 tahun masih memasukkin benda ke dalam miuhir diserti ngiler ngeces"
berlehihan

b) Tanda Bahaya Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

1) Umur 10 minggu anak tidak mentunjukkan senyum

2) Tidak memperihatkan atau tidak menpunyai tangisan khusus bila lapar

3) Umur 3 bulan tidak bersard sebagai respons

4) Umur 8 bulan tidak ada perhatian terhadap sekitar, misalnya saat kita menujukan
sesuai di depan anak kemudian melemparkannya anak tidak mencari benda yang
dilempar, anak tidkak berespon ketika ada rangsangan bunyi

5) Umur 15 bulan anak tidak bicara

6) Umur 20 bulan, bicara tidak sampai 34 kata yang bemakna yang ia ucapkan

7) Umur 24 bulan belum memahami instruksi dan mengenali anggaa Tubuhnya

8 Anak tampak tidak bicara sama sekali

9) Anak lebih banyak menggurakan gerakan dibandingkan kata-kata

10)Lsia 24 bulan belum mampu menyebut knlimat yang terdiri dari 2 kata

11) Setelah 24 bulan perbendaharaan kata sangat sedikit

12) Usia 30 bulan ucapan anak tidak dimengerti

13) Usia 36 bulan belum dapat menggunakan kalimat sederhana

14)Usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan mengunakan kalimat sederhana

15)Usia 36 bulan ucapun tidak dimengerti oleh orang luar


16)Usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebut huruf konsonan diakhir kata

17) Setelah usia 4 tahun tak lancar bicara /gagap

18) Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan pengucapan kata

4.Faktor-faktar Yang Mampengaruhi Anak dengam Disabilias

a) Umur berapa anak teridentifikasi sebagai anak dengan disabilitas Kondisi disabilias seseorang
anak dapat mengakibatkan salah satu, dua atau banyak aspek perkenbangan menjadi terhambat
sehingga kemampuan anak tertinggal dari kemampuan yang harusnya dikuasai di Usianya.
Semakin anak terlambat diidentifikasi, bisa menjadikan semakin jauh pula ketertinggalan
kemampuan anak.

b) Tingkat Keparahan ausabilitas Sesorang anak bisa beragam walaupun dengan jenis
disabilitasnya sama. Misalnya ada dua orang anak dengan cedera otak. yang teridentifikasi
disaat berumur 3bulan, kemampuan mereka sama-Sama seperti anak satu buan, anak pertama
mimiliki lingkar kepala yang normal dan hasil CT scannya menunjukkan: kerusakan anak yang
tidak parah, dan anak yang kedua memiliki lingkar kepala yang jauh dari normal dan hasil CT
Scunnya menunjukkan kerusakan otak yang lebah parah, maka anak pertama memiliki
kemungkinan untuk berkembang lebih baik.

c) Progam Yang Tidak Sesuai dengan Kondisi Anak

Program yang tidak tepat dapat menghambat kemajuan dari perkembangan anak. Kadang kala
seorang anak tidak mampu menguasasi program dikarenakan program tersebut masih sangat
tinggi bagi anak sehingga tidak juga mampu dikuasasi, walaupun menurut kita itu sangat
sederhana. Program yang menyebahkan anak membutuhkan waktu yang sangat lama bahkan
bisa mengakibakan anak dan orang tua frustasi karena anak tidak juga dapat menguasi program
yang daberikan

d) Intensitas dan Konsisiensi Intervensi

Walaupun intervensi yang diberikan tepat, namun intensitasnya masih minim dan orangtua atau
lingkungan tidak konsisten dalam memberikan intervensi, maka kemungkinan perkembangn
anaknya akan lambat

J. Peraturan dan Implementasi Hak bagi Penyandang Disubitas

1. Peraturan Pendidikan Inklusif

Menurut Allen dan Cowdery (2000) pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang
menyertakan anak berkeburuhan khusus belajar di sekolah sekolah terdekan, di kelas biasa
teman-teman seusianya pendidikan inklusif secara resmi didefinisikan sebaagi: "sistem layanan
penddikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus, untuk belajar bersama dengan
anak sebayanya di sekolah reguler yang trdekat dengan tempet tingalnya".

2 Hambatan dalam pelaksanaan pendidikan Inklusif

a Masih Banyak Anak Berkeburuhan Khusus (ABK) Yang Belum Memperoleh Hak Pendidikan.

Data Direktorat PSLB, Kemensos tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah ABK yang sudah
mengikuti pendidikan formal baru meacapai 24.7 persen atau 78.689 anak dari sekitur 318,600
anak di Indonesia. Hal ini berarti masih terdapat sekitar 65 persen ABK yang masih terabaikan
hak pendidikamya (Sunaryo 2009).

b. Pemusalahan Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam implementasinya, masih terdapat kekurangan guru, terutama GPK. Artinya. peranuran
sebagaimana dikemukakan di atas tidak dapat dijalankan karena adanya kendala kurangya
sumber dayaguru, khususnya GPK, di daerah.

c. Permasalahan Kurikulum

pendidikan inklusif mempunyai kurikulun yang relatif - Akan tetapi dalam realtasnya selama ini
tendapat kurikulum yarng tersusun kaku dan kurang tanggap terhadap kebutuhan anak yang
berbeda Permasalahan lain berkaitan dengan kurikuilum adalah proses pembelajaran maupun
evalunsi sebagaimana dikemukakan oleh Sunaryo (2009) bahwa:

1)guru cenderumg masih mengalami kesulitan dalam merumuskan flexible kurikulum , dan
dalam menentukan tujuan, materi, dan metode pembelajaran.

2) masih terjadi kesalahan praktik bahwa target kurikulüm ABK sama dengan siswa lainnya serta
anggapan bahwa siswa cacat tidak memiliki kemampuan yang cukup untnk menguasai materi
belajar.

3) karena keterbatasan fasilitas sekolah, pelaksanaan pembelajaran behim menggunakan media,

d. Persepsi Masyarakat yang Kurang Mendukung Pendidikan Inklusif.

Sebagaimana dikemukakan dalam laporan situasi pendidikan inkiusif di Indonesia dan Malaysia,
banyak oang tua enggan mengirim anak berkebutuhan khusus ke sekolah biasa, karena khawatir
akan mendapat penolakan atau diskriminasi (Kompas 4 Nopember 2009).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpuan

Pasien terminal illness adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah
mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat
menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien terminal illnes harus mendapatkan perawatan
paliaif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfüngsi untuk
menyembuhkan. fungsi perawatan paliatif pada pasien terminal illnes adalah mengendalikan
nyeri yang dirasakan serta keluhan-keluhan lainnya dan meminimalisir masalah emosi, sosial
dan spiritual.

B. Saran

Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dapat
memberikan pengetahuan sedikit tentang Konsep Keperawatan anak dengan penyait Teminal.
Kelompok mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan baik
dari segi penulisannya, Bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat
membangun sangat kelompok harapkan agar dapat terciptanya makalan yang dapat memben
pengeahuan yang benar kepada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Wayan, Sudarsa. (2020). Perawatan Komprehensif Paliatif Airlängga University Press : 2020

Rosyidah, Inayatur., Hindyah Ike (2019). Keperawatan Anak 2. Ieme Press: 2019

Handayani, Titk, Angga Sisca Rahadian (2013). PERATURAN PERUNDANGAN DAN


IMPLEMENTAST PENDIDIKAN INKLUSIF. Lembaga TImu Pengetahmuan Indonesia

Desriyani, Yusi. (2018). Beban Orang Tua dengan Anak Disabilitas di Sekolaı Luar Biasa (SLB)
Negeri Cilenyi. Skripsi Universitas Padjadjaran.

Veronica., Yefta Daniel Bastian. (2018). Diakses pada 21 September 2021 dari
https/www.scarolus.or.id/article/perawatan-paliatif

Anda mungkin juga menyukai