Anda di halaman 1dari 35

Surveilans

Kesehatan Jiwa

Direktorat Kesehatan Jiwa


Kementerian Kesehatan RI
2022
Surveilans Kesehatan

Salah satu Kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus


surveilans menerus terhadap data dan informasi tentang
kesehatan pada
kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan
penyakit tidak
menular adalah kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan
surveilans dan penularan penyakit atau masalah kesehatan
gangguan
mental/jiwa untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan
(Permenkes 45
Tahun 2014) penanggulangan secara efektif dan efisien.

2
Tersedianya data dan informasi masalah
Tujuan surveilans kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sebagai dasar
masalah
kesehatan jiwa pengambilan keputusan dalam perencanaan,
dan gangguan pemantauan, evaluasi program pencegahan dan
jiwa
penatalaksanaan gangguan jiwa dan Napza.

3
Pengumpulan data
(Pencatatan, Pelaporan)

Analisis data

Proses Surveilans Interpretasi hasil analisis

Tindak Lanjut & Umpan Balik

Diseminasi

4
No Ruang Lingkup Data
1 Masalah Data demografi
kesehatan jiwa (hasil Data hasil skrining
skrining) Tindak lanjut hasil skrining
2 Gangguan jiwa Data demografi
Data diagnosis
Data tatalaksana gangguan jiwa
(farmakoterapi dan non farmakoterapi)
Data rujukan
3 Rehabilitasi medik Data demografi
penyalahguna Napza Data penyalahgunaan Napza
Ruang Lingkup Data rehabilitasi medik
Data rujukan
4 Kasus Bunuh Diri Data demografi
Data cara/metode
Data riwayat gangguan jiwa
Data tatalaksana gangguan jiwa
5 Kasus Pasung Data demografi
Data cara/metode
Data diagnosis
Data tatalaksana gangguan jiwa
5
Data inisiator pasung
Surveilans Masalah Kesehatan Jiwa
Kelompok Berisiko Masalah Kesehatan Jiwa Berdasarkan Siklus Hidup

Remaja Lansia
• Siswa baru dan tingkat akhir SMP dan SMA • Lansia yang tinggal sendiri/hanya dengan pasangannya
• Pasien penyakit kronis: Kanker, HIV-AIDS, dll. • Lansia yang membutuhkan perawatan jangka panjang
• Santri • Penghuni panti sosial (warga binaan)
• Remaja dengan disabilitas • Pasien penyakit kronis: Hipertensi (stroke, gagal ginjal,
• Korban tindak kekerasan penyakit jantung) TBC, DM, Kanker, HIV-AIDS, dll
• Korban trafficking • Korban dan penyintas bencana alam/non alam dan
• Korban dan penyintas bencana alam/non alam dan bencana sosial
bencana sosial • Korban kekerasan
• Pekerja seks komersial (Tuna Susila)

Dewasa
• Mahasiswa baru dan tingkat akhir Perguruan Tinggi • Pekerja migran
• Pasien penyakit kronis: Hipertensi (stroke, gagal ginjal, penyakit jantung) TBC, • Korban trafficking
DM, Kanker, HIV-AIDS, dll • Korban dan penyintas bencana alam/non alam dan bencana sosial
• Pasien dengan penyakit fisik yang tidak membaik setelah diobati dengan • Keluarga (pendamping) pasien ODGJ dan penyakit kronis
adekuat. • Keluarga (pendamping) orang dengan disabilitas
• Ibu hamil dan post partum • Pekerja seks komersial (Tuna Susila)
• Ibu dengan anak balita • Orang dengan variasi preferensi seksual
• Orang tua tunggal • Pendamping lansia (caregiver)
• Orang dengan disabilitas • Warga binaan pemasyarakatan di Lapas/Rutan dan keluarganya
• Korban tindak kekerasan • Penghuni panti sosial (warga binaan)
• Pekerja dengan sistem shift • Petugas panti sosial
• Pekerja di tempat kerja yang berisiko • Klien/pasien di lembaga rehabilitasi penyalahgunaan Napza dan keluarganya

7
Alur Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Deteksi Dini

>
SDQ SRQ-20

>
>

>
Normal Borderline Abnormal ≥6 <6

>
>

>
>
Promosi Kesehatan
Konseling oleh guru
Jiwa DetePromosi
Promosi Promosi kesehatan jiwa
Rujuk ke Fasyankes Kesehatan
Kesehatan Jiwa Rujuk ke Fasyankes
Prevensi Gangguan Jiwaksi Dini
Prevensi gGangguan Jiwa
> Jiwa

>
Pemeriksaan lanjutan,
ASSIST
wawancara psikiatrik
multidisiplin

>
>

>
Tidak ada gangguan jiwa Ada diagnosis gangguan jiwa Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi

>
>

>
>

>

Pemberian KIE
Promosi kesehatan juwa, Pemberian KIE Rehabilitasi
pencegahan
Tatalaksana multidisiplin dan konseling medis di IPWL
prevensi gangguan jiwa NAPZA

8
No Data Sumber data Cara memperoleh
Data demografi:
 Usia
 Jenis kelamin Data primer dari
 Pendidikan Lembar data demografi pada instrumen skrining
1 proses skrining
 Pekerjaan
 Status Pernikahan
 Tempat tinggal (Desa/Kalurahan,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi)
Data skrining masalah kesehatan jiwa  Proses skrining di masyarakat, institusi dan di
menggunakan instrumen: Fasilitas Layanan Kesehatan Primer (FKTP).
Data primer dari
2  SDQ (usia 15-18 thn)  (Buku Pedoman Skrining Kesehatan Jiwa dan
proses skrining
 SRQ (usia >18 tahun) Buku Saku Skrining NAPZA)
 ASSIST (skrining NAPZA)  Instrumen SDQ, SRQ-20, ASSIST (lampiran)
 Menginterpretasi hasil skrining dari masing-
Data hasil skrining masalah kesehatan jiwa :
 SDQ (usia 15-18 thn): borderline dan masing instrumen
Data primer dari
3 abnormal  Cara melakukan interpretasi skrining, lihat di
 SRQ-20 (usia >18 tahun): >6 proses skrining
Buku Pedoman Skrining Kesehatan Jiwa dan
 ASSIST: risiko sedang dan tinggi
Buku Saku Skrining NAPZA.
Data tindak lanjut kasus
 Promosi Kesehatan jiwa
Lembar data tindak lanjut pada instrumen skrining
 Konseling Data primer dari
4
 KIE proses skrining
 Tatalaksana multidisiplin 9
Indikator 1

TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko 30%


masalah kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining
60% 90%

Definisi Operasional
Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang dilakukan skrining dengan
menggunakan instrumen SDQ (untuk usia 15-18 tahun) atau SRQ-20 (usia di atas 18 tahun) dan/atau
ASSIST, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan/atau kader kesehatan dan/atau guru terlatih.

10
No Data Analisis Interpretasi

Data skrining masalah kesehatan jiwa Menghitung Persentase jumlah skrining


dengan SDQ, SRQ-20, dan/atau persentase dibandingkan dengan target tahun
ASSIST total jumlah per tahun
skrining  Tercapai
(rumus  Tidak tercapai
terlampir)
Contoh:
 Hasil penghitungan persentase tahun
2022 adalah 40% berarti target telah
1 tercapai
 Hasil penghitungan persentase tahun
2022 adalah 22% berarti target tidak
tercapai

Penyajian data dapat dibuat dalam


bentuk diagram batang
(Gambar 3 dan 4)

11
Cara Penghitungan

Jumlah penduduk usia ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining
x 100%
Jumlah estimasi penduduk ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa

Numerator: Jumlah penduduk usia ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang
mendapatkan skrining menggunakan SDQ atau SRQ-20 dan/atau ASSIST
Denominator: Jumlah estimasi penduduk ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa

• Penduduk dengan risiko maslah kesehatan jiwa dapat lihat pada tabel kelompok berisiko masalah kesehatan jiwa berdasarkan siklus
kehidupan

• Hasil estimasi penduduk ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa diperoleh dari ¼ (data WHO yang menyatakan 1 dari 4 orang
berisiko mengalami gangguan jiwa) dikalikan jumlah penduduk usia > 15 tahun di wilayah tersebut dalam kurun waktu yang sama

12
Contoh Penyajian data

Jumlah Skrining dibandingkan Target, Tahun 2022 & 2023


70%

60%
60%
55%

50%

40%
32%
30%
30%

20%

10%

0%
Tahun 2022 Tahun 2023
Target 30% 60%
Skrining 32% 55%

Target Skrining

13
2. Surveilans Gangguan Jiwa
No Data Sumber data Cara memperoleh
Data demografi:
 Usia
 Jenis kelamin
 Pendidikan RM Pencatatan identitas pasien saat di poliklinik
1
 Pekerjaan
 Status Pernikahan
 Tempat tinggal (Desa/Kalurahan,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi)
Data gangguan jiwa:
 Skizofrenia
2  Psikotik akut RM Pemeriksaan oleh Dokter Puskesmas
 Gangguan Depresi
 Gangguan Cemas

Data tatalaksana gangguan jiwa :


3  Farmakoterapi RM Tatalaksana oleh Dokter Puskesmas dan Perawat
 Non Farmakoterapi Puskesmas

Data tindakan dan rujukan


Tindakan dan rujukan oleh Dokter Puskesmas dan
4  Tindakan RM
 Rujukan Perawat Puskesmas

15
Indikator 2

TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

30%
Persentase penyandang gangguan jiwa yang
memperoleh layanan di Fasyankes
60% 90%

Definisi Operasional
Persentase penderita gangguan jiwa (gangguan campuran cemas dan depresi serta skizofrenia) yang
memperoleh layanan di Fasyankes dengan kriteria:
1. Sesuai dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi III (1981)
2. Nakes (UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan terlatih Membuat pencatatan dan pelaporan)

16
No Data Analisis Interpretasi
Data gangguan jiwa (skizofrenia,  Menghitung Persentase gangguan jiwa yang
psikotik akut, depresi, gangguan persentase mendapatkan layanan di Fasyankes
cemas) gangguan dibandingkan dengan target tahun per
jiwa yang tahun:
mendapatkan  Tercapai
layanan di  Tidak tercapai
Fasyankes
(rumus Contoh:
terlampir)  Hasil penghitungan persentase tahun
1 2022 adalah 36% berarti target telah
tercapai
 Hasil penghitungan persentase tahun
2022 adalah 25% berarti target tidak
tercapai

Penyajian data dapat dibuat dalam


bentuk diagram batang
(Lampiran)
17
Cara Penghitungan

Jumlah penderita gangguan jiwa (gangguan cemas, depresi, skizofrenia, psikotik akut
yang dilayani di fasyankes
x 100%
Jumlah estimasi penderita gangguan jiwa (penyandang gangguan campuran cemas dan depresi berat
dan penyandang skizofrenia) yang mendapatkan layanan di Fasyankes berdasarkan riskedas terbaru

Numerator: • Jumlah penderita gangguan jiwa (penyandang gangguan campuran cemas dan depresi
serta penyandang skizofrenia) yang dilayani di fasyankes
Denominator: • Jumlah estimasi penderita gangguan jiwa (gangguan cemas, depresi, skizofrenia,
psikotik akut ) yang mendapatkan layanan di Fasyankes berdasarkan riskedas terbaru

• Penderita Gangguan Jiwa: gangguan cemas, depresi, skizofrenia, psikotik akut .

18
Contoh Penyajian Data Gangguan Jiwa

Jumlah Gangguan Jiwa yang mendapat layanan standar


dibandingkan Target Tahun 2022
31%

30%
30%

30%

29%

29%

28%
28%

28%

27%
2022
Target

19
Pencatatan dan Pelaporan

Puskesmas: Dinkes Kab/Kota: Dinkes Provinsi: Pusat:


 Merekap  Menganalisis
data gangguan Menganalisis data Menganalisis data
gangguan jiwa
jiwa dari gangguan jiwa dari gangguan jiwa dari
yang ada di Dinkes Kab/Kota Dinkes Provinsi
puskesmas
Rekam Medis melalui melalui Simkeswa. melalui Simkeswa
pasien Simkeswa. (SETIAP BULAN) (SETIAP 3
 Memasukkan data (SETIAP BULAN)
gangguan jiwa ke BULAN) Memberikan umpan
Simkeswa  Memberikan balik ke Dinkes Memberikan umpan
umpan balik ke Kab/Kota balik ke Dinkes
(SETIAP BULAN) Puskesmas berdasarkan hasil Provinsi
berdasarkan analisis dan berdasarkan hasil
hasil analisis & memberikan tindak analisis dan
memberikan lanjut memberikan tindak
tindak lanjut. (SETIAP 3 BULAN) lanjut
(SETIAP BULAN) (SETIAP 6 BULAN)

20
Surveilans Penyalahguna Napza
Target Penyalahguna NAPZA baru Yang Direhabilitasi Medis

Penyalahguna NAPZA baru yang:


1.Datang secara sukarela ke IPWL
• Datang dari kesadaran sendiri
• Rujukan dari hasil skrining ASSIST
2.Kasus Pembantaran
3.Kasus terpidana

22
No Data Sumber data Cara memperoleh
Data demografi:
o Usia
o Jenis kelamin
o Pendidikan Selaras Pencatatan identitas pasien di IPWL
1
o Pekerjaan
o Status Pernikahan
o Tempat tinggal (Desa/Kalurahan,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi)
Data karakteristik penggunaan zat:
o Zat yang sering digunakan
o Cara penggunaan zat
2
o Mulai menggunakan zat Selaras Pemeriksaan oleh petugas di IPWL
o Cara masuk institusi
o Cara keluar institusi
o Sumber zat
o Motivasi penggunaan napza
Data rehabilitasi medik:
o Kasus baru/kasus lama
Tatalaksana oleh petugas di IPWL
o Hasil esesmen
3 Selaras
o Diagnosis
o Modalitas terapi
o Rujukan 23
Indikator 3

TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan


pelayanan rehabiltasi medis 10500 11000 11500

Definisi Operasional
Jumlah penyalahguna NAPZA baru yang datang secara sukarela dan/atau pembataran dan/atau kasus putusan
pengadilan dan/atau mendapatkan layanan rehabilitasi medis rawat jalan dan/atau rawat inap di Institusi
Penerima Wajib Lapor (IPWL)

24
No Data Analisis Interpretasi
Data penyalahguna Napza yang  Menghitung Jumlah penyalahguna Napza yang
mendapat rehabilitasi medik jumlah mendapat rehabilitasi medik di IPWL
penyalahgun dibandingkan dengan target tahun per
a Napza yang tahun:
mendapat  Tercapai
rehabilitasi  Tidak tercapai
medik di
IPWL Contoh:
 Hasil penghitungan persentase tahun
2022 adalah 10.800 berarti target
1 telah tercapai
 Hasil penghitungan persentase tahun
2022 adalah 9800 berarti target tidak
tercapai

Penyajian data dapat dibuat dalam


bentuk diagram batang
(Lampiran)

25
Cara Penghitungan

Jumlah kumulatif penyalahguna NAPZA baru yang datang secara sukarela dan/ atau pembantaran, dan/ atau
kasus putusan pengadilan dan/ atau mendapatkan layanan rehabilitasi medis rawat jalan dan/ atau rawat inap
di IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor).

Data didapatkan dari pelaporan IPWL dan aplikasi Sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Rehabilitasi
Medis (SELARAS) dan/atau Dinas Kesehatan Provinsi

26
Surveilans Kasus Bunuh Diri
Surveilans kasus bunuh diri berbasis FKTP adalah kegiatan
pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data
dan informasi tentang bunuh diri yang bersumber dari FKTP untuk
memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pencegahan dan tatalaksana gangguan jiwa secara
efektif dan efisien.

Surveilans kasus Penyelenggaraan surveilans bunuh diri berbasis FKTP dilakukan


bunuh diri melalui pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan
diseminasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk
menghasilkan informasi yang objektif, terukur, dapat
diperbandingkan antar waktu, antar wilayah, dan antar kelompok
masyarakat sebagai bahan pengambilan keputusan.

.
28
No Data Sumber data Cara memperoleh
Data demografi kasus Bunuh Diri: Data sekunder Tenaga Kesehatan di FKTP menuliskan
 Usia yang tertulis kasus bunuh diri di Rekam Medik FKTP
 Jenis kelamin dalam Rekam
 Pendidikan Medik (RM)
1  Pekerjaan pasien di FKTP
 Status Pernikahan
 Tempat tinggal (Desa/Kalurahan,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi)

Data karakteristik kasus bunuh diri: Data sekunder Tenaga Kesehatan di FKTP menuliskan
 Diagnosis gangguan jiwa yang tertulis data karakteristik kasus bunuh diri di
 Cara/metode bunuh diri dalam Rekam Rekam Medik FKTP
3  Riwayat percobaan bunuh diri Medik (RM)
sebelumnya pasien di FKTP

29
No Data Analisis Interpretasi
Data Kasus Bunuh Diri  Menghitung jumlah Jumlah kasus bunuh diri
kasus bunuh diri dibandingkan dengan tahun per
 Jumlah kasus bunuh tahun:
diri dibandingkan  Naik
dengan jumlah tahun
 Tetap
per tahun
 Turun
1
Contoh:
Jumlah kasus bunuh diri di
tahun 2023 naik dibandingkan
dengan tahun 2022

30
Surveilans Kasus Pasung
Surveilans kasus pasung berbasis FKTP adalah kegiatan
pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data
dan informasi tentang pasung yang bersumber dari FKTP untuk
memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pencegahan dan tatalaksana gangguan jiwa secara
efektif dan efisien.

Surveilans kasus Penyelenggaraan surveilans kasus pasung berbasis FKTP


pasung dilakukan melalui pengumpulan data, pengolahan data, analisis
data, dan diseminasi sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan untuk menghasilkan informasi yang objektif, terukur,
dapat diperbandingkan antar waktu, antar wilayah, dan antar
kelompok masyarakat sebagai bahan pengambilan keputusan.

.
32
No Data Sumber data Cara memperoleh
Data demografi kasus Pasung: Data sekunder Tenaga Kesehatan di FKTP menuliskan
 Usia yang tertulis kasus pasung di Rekam Medik FKTP
 Jenis kelamin dalam Rekam
 Pendidikan Medik (RM)
1  Pekerjaan pasien di FKTP
 Status Pernikahan
 Tempat tinggal (Desa/Kalurahan,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi)

Data karakteristik kasus bunuh diri: Data sekunder Tenaga Kesehatan di FKTP menuliskan
 Diagnosis gangguan jiwa yang tertulis data karakteristik kasus pasung di Rekam
 Cara/metode pasung dalam Rekam Medik FKTP
3  Riwayat pasung sebelumnya Medik (RM)
pasien di FKTP
 Inisiator pasung
 Tindak lanjut/Rujukan

33
No Data Analisis Interpretasi
Data Kasus Pasung  Menghitung jumlah Jumlah kasus pasung
kasus pasung dibandingkan dengan tahun per
 Jumlah kasus tahun:
pasung dibandingkan  Naik
dengan jumlah tahun
 Tetap
per tahun
 Turun
1
Contoh:
Jumlah kasus pasung di tahun
2023 turun dibandingkan
dengan tahun 2022

34
C
Cerdas intelektual
E
Empati dalam berkomunikasi
R
Rajin beribadah
I
Interaksi yang
A
Asah, asih, asuh
emosional dan spiritual efektif sesuai agama & bermanfaat bagi tumbuh kembang
keyakinan kehidupan dalam keluarga &
masyarakat

35

Anda mungkin juga menyukai