Kesehatan Jiwa
2
Tersedianya data dan informasi masalah
Tujuan surveilans kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sebagai dasar
masalah
kesehatan jiwa pengambilan keputusan dalam perencanaan,
dan gangguan pemantauan, evaluasi program pencegahan dan
jiwa
penatalaksanaan gangguan jiwa dan Napza.
3
Pengumpulan data
(Pencatatan, Pelaporan)
Analisis data
Diseminasi
4
No Ruang Lingkup Data
1 Masalah Data demografi
kesehatan jiwa (hasil Data hasil skrining
skrining) Tindak lanjut hasil skrining
2 Gangguan jiwa Data demografi
Data diagnosis
Data tatalaksana gangguan jiwa
(farmakoterapi dan non farmakoterapi)
Data rujukan
3 Rehabilitasi medik Data demografi
penyalahguna Napza Data penyalahgunaan Napza
Ruang Lingkup Data rehabilitasi medik
Data rujukan
4 Kasus Bunuh Diri Data demografi
Data cara/metode
Data riwayat gangguan jiwa
Data tatalaksana gangguan jiwa
5 Kasus Pasung Data demografi
Data cara/metode
Data diagnosis
Data tatalaksana gangguan jiwa
5
Data inisiator pasung
Surveilans Masalah Kesehatan Jiwa
Kelompok Berisiko Masalah Kesehatan Jiwa Berdasarkan Siklus Hidup
Remaja Lansia
• Siswa baru dan tingkat akhir SMP dan SMA • Lansia yang tinggal sendiri/hanya dengan pasangannya
• Pasien penyakit kronis: Kanker, HIV-AIDS, dll. • Lansia yang membutuhkan perawatan jangka panjang
• Santri • Penghuni panti sosial (warga binaan)
• Remaja dengan disabilitas • Pasien penyakit kronis: Hipertensi (stroke, gagal ginjal,
• Korban tindak kekerasan penyakit jantung) TBC, DM, Kanker, HIV-AIDS, dll
• Korban trafficking • Korban dan penyintas bencana alam/non alam dan
• Korban dan penyintas bencana alam/non alam dan bencana sosial
bencana sosial • Korban kekerasan
• Pekerja seks komersial (Tuna Susila)
Dewasa
• Mahasiswa baru dan tingkat akhir Perguruan Tinggi • Pekerja migran
• Pasien penyakit kronis: Hipertensi (stroke, gagal ginjal, penyakit jantung) TBC, • Korban trafficking
DM, Kanker, HIV-AIDS, dll • Korban dan penyintas bencana alam/non alam dan bencana sosial
• Pasien dengan penyakit fisik yang tidak membaik setelah diobati dengan • Keluarga (pendamping) pasien ODGJ dan penyakit kronis
adekuat. • Keluarga (pendamping) orang dengan disabilitas
• Ibu hamil dan post partum • Pekerja seks komersial (Tuna Susila)
• Ibu dengan anak balita • Orang dengan variasi preferensi seksual
• Orang tua tunggal • Pendamping lansia (caregiver)
• Orang dengan disabilitas • Warga binaan pemasyarakatan di Lapas/Rutan dan keluarganya
• Korban tindak kekerasan • Penghuni panti sosial (warga binaan)
• Pekerja dengan sistem shift • Petugas panti sosial
• Pekerja di tempat kerja yang berisiko • Klien/pasien di lembaga rehabilitasi penyalahgunaan Napza dan keluarganya
7
Alur Skrining Masalah Kesehatan Jiwa
Deteksi Dini
>
SDQ SRQ-20
>
>
>
Normal Borderline Abnormal ≥6 <6
>
>
>
>
Promosi Kesehatan
Konseling oleh guru
Jiwa DetePromosi
Promosi Promosi kesehatan jiwa
Rujuk ke Fasyankes Kesehatan
Kesehatan Jiwa Rujuk ke Fasyankes
Prevensi Gangguan Jiwaksi Dini
Prevensi gGangguan Jiwa
> Jiwa
>
Pemeriksaan lanjutan,
ASSIST
wawancara psikiatrik
multidisiplin
>
>
>
Tidak ada gangguan jiwa Ada diagnosis gangguan jiwa Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi
>
>
>
>
>
Pemberian KIE
Promosi kesehatan juwa, Pemberian KIE Rehabilitasi
pencegahan
Tatalaksana multidisiplin dan konseling medis di IPWL
prevensi gangguan jiwa NAPZA
8
No Data Sumber data Cara memperoleh
Data demografi:
Usia
Jenis kelamin Data primer dari
Pendidikan Lembar data demografi pada instrumen skrining
1 proses skrining
Pekerjaan
Status Pernikahan
Tempat tinggal (Desa/Kalurahan,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi)
Data skrining masalah kesehatan jiwa Proses skrining di masyarakat, institusi dan di
menggunakan instrumen: Fasilitas Layanan Kesehatan Primer (FKTP).
Data primer dari
2 SDQ (usia 15-18 thn) (Buku Pedoman Skrining Kesehatan Jiwa dan
proses skrining
SRQ (usia >18 tahun) Buku Saku Skrining NAPZA)
ASSIST (skrining NAPZA) Instrumen SDQ, SRQ-20, ASSIST (lampiran)
Menginterpretasi hasil skrining dari masing-
Data hasil skrining masalah kesehatan jiwa :
SDQ (usia 15-18 thn): borderline dan masing instrumen
Data primer dari
3 abnormal Cara melakukan interpretasi skrining, lihat di
SRQ-20 (usia >18 tahun): >6 proses skrining
Buku Pedoman Skrining Kesehatan Jiwa dan
ASSIST: risiko sedang dan tinggi
Buku Saku Skrining NAPZA.
Data tindak lanjut kasus
Promosi Kesehatan jiwa
Lembar data tindak lanjut pada instrumen skrining
Konseling Data primer dari
4
KIE proses skrining
Tatalaksana multidisiplin 9
Indikator 1
TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024
Definisi Operasional
Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang dilakukan skrining dengan
menggunakan instrumen SDQ (untuk usia 15-18 tahun) atau SRQ-20 (usia di atas 18 tahun) dan/atau
ASSIST, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan/atau kader kesehatan dan/atau guru terlatih.
10
No Data Analisis Interpretasi
11
Cara Penghitungan
Jumlah penduduk usia ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining
x 100%
Jumlah estimasi penduduk ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa
Numerator: Jumlah penduduk usia ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang
mendapatkan skrining menggunakan SDQ atau SRQ-20 dan/atau ASSIST
Denominator: Jumlah estimasi penduduk ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa
• Penduduk dengan risiko maslah kesehatan jiwa dapat lihat pada tabel kelompok berisiko masalah kesehatan jiwa berdasarkan siklus
kehidupan
• Hasil estimasi penduduk ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa diperoleh dari ¼ (data WHO yang menyatakan 1 dari 4 orang
berisiko mengalami gangguan jiwa) dikalikan jumlah penduduk usia > 15 tahun di wilayah tersebut dalam kurun waktu yang sama
12
Contoh Penyajian data
60%
60%
55%
50%
40%
32%
30%
30%
20%
10%
0%
Tahun 2022 Tahun 2023
Target 30% 60%
Skrining 32% 55%
Target Skrining
13
2. Surveilans Gangguan Jiwa
No Data Sumber data Cara memperoleh
Data demografi:
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan RM Pencatatan identitas pasien saat di poliklinik
1
Pekerjaan
Status Pernikahan
Tempat tinggal (Desa/Kalurahan,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi)
Data gangguan jiwa:
Skizofrenia
2 Psikotik akut RM Pemeriksaan oleh Dokter Puskesmas
Gangguan Depresi
Gangguan Cemas
15
Indikator 2
TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024
30%
Persentase penyandang gangguan jiwa yang
memperoleh layanan di Fasyankes
60% 90%
Definisi Operasional
Persentase penderita gangguan jiwa (gangguan campuran cemas dan depresi serta skizofrenia) yang
memperoleh layanan di Fasyankes dengan kriteria:
1. Sesuai dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi III (1981)
2. Nakes (UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan terlatih Membuat pencatatan dan pelaporan)
16
No Data Analisis Interpretasi
Data gangguan jiwa (skizofrenia, Menghitung Persentase gangguan jiwa yang
psikotik akut, depresi, gangguan persentase mendapatkan layanan di Fasyankes
cemas) gangguan dibandingkan dengan target tahun per
jiwa yang tahun:
mendapatkan Tercapai
layanan di Tidak tercapai
Fasyankes
(rumus Contoh:
terlampir) Hasil penghitungan persentase tahun
1 2022 adalah 36% berarti target telah
tercapai
Hasil penghitungan persentase tahun
2022 adalah 25% berarti target tidak
tercapai
Jumlah penderita gangguan jiwa (gangguan cemas, depresi, skizofrenia, psikotik akut
yang dilayani di fasyankes
x 100%
Jumlah estimasi penderita gangguan jiwa (penyandang gangguan campuran cemas dan depresi berat
dan penyandang skizofrenia) yang mendapatkan layanan di Fasyankes berdasarkan riskedas terbaru
Numerator: • Jumlah penderita gangguan jiwa (penyandang gangguan campuran cemas dan depresi
serta penyandang skizofrenia) yang dilayani di fasyankes
Denominator: • Jumlah estimasi penderita gangguan jiwa (gangguan cemas, depresi, skizofrenia,
psikotik akut ) yang mendapatkan layanan di Fasyankes berdasarkan riskedas terbaru
18
Contoh Penyajian Data Gangguan Jiwa
30%
30%
30%
29%
29%
28%
28%
28%
27%
2022
Target
19
Pencatatan dan Pelaporan
20
Surveilans Penyalahguna Napza
Target Penyalahguna NAPZA baru Yang Direhabilitasi Medis
22
No Data Sumber data Cara memperoleh
Data demografi:
o Usia
o Jenis kelamin
o Pendidikan Selaras Pencatatan identitas pasien di IPWL
1
o Pekerjaan
o Status Pernikahan
o Tempat tinggal (Desa/Kalurahan,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi)
Data karakteristik penggunaan zat:
o Zat yang sering digunakan
o Cara penggunaan zat
2
o Mulai menggunakan zat Selaras Pemeriksaan oleh petugas di IPWL
o Cara masuk institusi
o Cara keluar institusi
o Sumber zat
o Motivasi penggunaan napza
Data rehabilitasi medik:
o Kasus baru/kasus lama
Tatalaksana oleh petugas di IPWL
o Hasil esesmen
3 Selaras
o Diagnosis
o Modalitas terapi
o Rujukan 23
Indikator 3
TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024
Definisi Operasional
Jumlah penyalahguna NAPZA baru yang datang secara sukarela dan/atau pembataran dan/atau kasus putusan
pengadilan dan/atau mendapatkan layanan rehabilitasi medis rawat jalan dan/atau rawat inap di Institusi
Penerima Wajib Lapor (IPWL)
24
No Data Analisis Interpretasi
Data penyalahguna Napza yang Menghitung Jumlah penyalahguna Napza yang
mendapat rehabilitasi medik jumlah mendapat rehabilitasi medik di IPWL
penyalahgun dibandingkan dengan target tahun per
a Napza yang tahun:
mendapat Tercapai
rehabilitasi Tidak tercapai
medik di
IPWL Contoh:
Hasil penghitungan persentase tahun
2022 adalah 10.800 berarti target
1 telah tercapai
Hasil penghitungan persentase tahun
2022 adalah 9800 berarti target tidak
tercapai
25
Cara Penghitungan
Jumlah kumulatif penyalahguna NAPZA baru yang datang secara sukarela dan/ atau pembantaran, dan/ atau
kasus putusan pengadilan dan/ atau mendapatkan layanan rehabilitasi medis rawat jalan dan/ atau rawat inap
di IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor).
Data didapatkan dari pelaporan IPWL dan aplikasi Sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Rehabilitasi
Medis (SELARAS) dan/atau Dinas Kesehatan Provinsi
26
Surveilans Kasus Bunuh Diri
Surveilans kasus bunuh diri berbasis FKTP adalah kegiatan
pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data
dan informasi tentang bunuh diri yang bersumber dari FKTP untuk
memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pencegahan dan tatalaksana gangguan jiwa secara
efektif dan efisien.
.
28
No Data Sumber data Cara memperoleh
Data demografi kasus Bunuh Diri: Data sekunder Tenaga Kesehatan di FKTP menuliskan
Usia yang tertulis kasus bunuh diri di Rekam Medik FKTP
Jenis kelamin dalam Rekam
Pendidikan Medik (RM)
1 Pekerjaan pasien di FKTP
Status Pernikahan
Tempat tinggal (Desa/Kalurahan,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi)
Data karakteristik kasus bunuh diri: Data sekunder Tenaga Kesehatan di FKTP menuliskan
Diagnosis gangguan jiwa yang tertulis data karakteristik kasus bunuh diri di
Cara/metode bunuh diri dalam Rekam Rekam Medik FKTP
3 Riwayat percobaan bunuh diri Medik (RM)
sebelumnya pasien di FKTP
29
No Data Analisis Interpretasi
Data Kasus Bunuh Diri Menghitung jumlah Jumlah kasus bunuh diri
kasus bunuh diri dibandingkan dengan tahun per
Jumlah kasus bunuh tahun:
diri dibandingkan Naik
dengan jumlah tahun
Tetap
per tahun
Turun
1
Contoh:
Jumlah kasus bunuh diri di
tahun 2023 naik dibandingkan
dengan tahun 2022
30
Surveilans Kasus Pasung
Surveilans kasus pasung berbasis FKTP adalah kegiatan
pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data
dan informasi tentang pasung yang bersumber dari FKTP untuk
memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pencegahan dan tatalaksana gangguan jiwa secara
efektif dan efisien.
.
32
No Data Sumber data Cara memperoleh
Data demografi kasus Pasung: Data sekunder Tenaga Kesehatan di FKTP menuliskan
Usia yang tertulis kasus pasung di Rekam Medik FKTP
Jenis kelamin dalam Rekam
Pendidikan Medik (RM)
1 Pekerjaan pasien di FKTP
Status Pernikahan
Tempat tinggal (Desa/Kalurahan,
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi)
Data karakteristik kasus bunuh diri: Data sekunder Tenaga Kesehatan di FKTP menuliskan
Diagnosis gangguan jiwa yang tertulis data karakteristik kasus pasung di Rekam
Cara/metode pasung dalam Rekam Medik FKTP
3 Riwayat pasung sebelumnya Medik (RM)
pasien di FKTP
Inisiator pasung
Tindak lanjut/Rujukan
33
No Data Analisis Interpretasi
Data Kasus Pasung Menghitung jumlah Jumlah kasus pasung
kasus pasung dibandingkan dengan tahun per
Jumlah kasus tahun:
pasung dibandingkan Naik
dengan jumlah tahun
Tetap
per tahun
Turun
1
Contoh:
Jumlah kasus pasung di tahun
2023 turun dibandingkan
dengan tahun 2022
34
C
Cerdas intelektual
E
Empati dalam berkomunikasi
R
Rajin beribadah
I
Interaksi yang
A
Asah, asih, asuh
emosional dan spiritual efektif sesuai agama & bermanfaat bagi tumbuh kembang
keyakinan kehidupan dalam keluarga &
masyarakat
35