Anda di halaman 1dari 31

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN, PREEKLAMSIAA

RINGAN, PREEKLAMSIAA BERAT, DAN EKLAMSIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Farmakologi

Di susun oleh Kelompok II Kelas B:


NURAENI. J

HARIYANI

NORMAWATI

SITTI SUKRIANI

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR


PROGRAM D-IV KEBIDANAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirannya Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami
dapat menyusun makalah ini dengan tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW
beserta para sahabatnya.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi
Kebidanan dengan judul Hipertensi Dalam Kehamilan, Preeklamsia
ringan, berat dan Eklamsia
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka
penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.

05 Februari 2022

PENULIS

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1. Latar Belakang1
2. Rumusan Masalah1
3. Tujuan Penulisan3
4. Manfaat Penulisan4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................5
A. Hipertensi dalam Kehamilan
1. Pengetrian hipertensi dalam kehamilan.............................5
2. Etiologi hipertensi pada kehamilan6
3. manifestasi klinis hipertensi dalam kehamilan7
4. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan9
5. Patofisiologis hipertensi dalam kehamilan9
6. Diagnosis Hipertensi dalam kehamilan11
7. Prognosis hipertensi dalam kehamilan12
B. Preeklamsia Ringan
1. Pengertian Preeklamsia ringan...........................................13
2. Etiologi Preeklamsia ringan13
3. manifestasi klinis Preeklamsia ringan13
4. Klasifikasi Preeklamsia ringan14
5. Patofisiologis Preeklamsia ringan14
6. Diagnosis Preeklamsia ringan15
7. Prognosis Preeklamsia ringan ...........................................15
C. Preeklamsia Berat
1. Pengertian Preeklamsia berat............................................16
2. Etiologi Preeklamsia berat16

iii
3. manifestasi klinis Preeklamsia berat17
4. Klasifikasi Preeklamsia berat18
5. Patofisiologis Preeklamsia berat18
6. Diagnosis Preeklamsia berat19
7. Prognosis Preeklamsia berat .............................................20
D. Eklamsiaa
1. Pengertian Eklamsia...........................................................21
2. Etiologi Eklamsia22
3. manifestasi klinis Eklamsia22
4. Klasifikasi Eklamsia23
5. Patofisiologis Eklamsia23
6. Diagnosis Eklamsia24
7. Prognosis Eklamsia ...........................................................24
BAB III PENUTUP..............................................................................25
1. Kesimpulan25
2. Saran25
DAFTAR  PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
untuk melihat derajat kesehatan perempuan. AKI merupakan
salah satu target yang telahditentukan dalam tujuan
pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5,meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.
Terdapat dua kategorikematian ibu yaitu disebabkan oleh
penyebab langsung obstetri yaitu kematian yang diakibatkan
langsung oleh kehamilan dan persalinannya, dan kematian yang
disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian yang
terjadi pada ibuhamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan
oleh kehamilan atau persalinannya.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012,angka kematian ibu (yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas), sekitar 359/100.000 kelahiran
hidup angka ini meningkat dibandingkan dengantahun 2007 yaitu
sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Trias utama kematian ibu
adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan
infeksi. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, hampir 30%
kematian ibu di Indonesia padatahun 2010 disebabkan oleh HDK.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam
kehamilan atau pada masa nifas.
Hipertensi adalah masalah medis yang umum ditemui
selama kehamilan. Inilah yang perlu diketahui ibu hamil agar
lebih meningkatkan kesadaran merawat diri. Penyakit Hipertensi

1
Dalam Kehamilan (HDK) adalah salah satu penyebab kesakitan
dan kematian ibu mau  pun janin. Kira-kira 15-25% wanita yang
didiagnosis awal dengan hipertensi dalam kehamilan akan
mengalami Pre-Eklamsiaa Berat (PEB). Sulit memprediksi yang
mana akan mengalami PEB.
hipertensi dalam kehamilan adalah penyakit yang harus
diwaspadai. Dengan penanganan yang baik, hipertensi tidak
akan berkembang atau membahayakan, dan dapat hilang setelah
kelahiran. Namun jika dibiarkan, hipertensi saat hamil bisa
membahayakan.
Oleh karena itu untuk mencegah hal tersebut terjadi perlu
adanya deteksi secara dini pada ibu hamil untuk mencegah
terjadinya hipertensi, Preeklamsia dan Eklamsia,
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Apakah yang dimaksud hipertensi dalam kehamilan,
Preeklamsia ringan, berat dan Eklamsia?
b. Apa etiologi/Penyebab hipertensi dalam kehamilan,
Preeklamsia ringan, berat dan Eklamsia?
c. Bagaimana Manifestasi klinis pada hipertensi dalam
kehamilan, Preeklamsia ringan, berat dan Eklamsia?
d. Bagaimana klasifikasi hipertensi dalam kehamilan,
Preeklamsia ringan, berat dan Eklamsia?
e. Bagaimana Patofisiologis hipertensi dalam kehamilan,
Preeklamsia ringan, berat dan Eklamsia?
f. Bagaimana cara mendiagnosis hipertensi dalam kehamilan,
Preeklamsia ringan, berat dan Eklamsia?
g. Bagaimana prognosis hipertensi dalam kehamilan,
Preeklamsia ringan, berat dan Eklamsia?

2
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Setelah melakukan penulisan makalah ini, mahasiswa
berharap mendapatkan gambaran umum dan
mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan
manajemen kebidanan pada klien dengan mendeteksi
secara dini kasus kehamilan dengan hipertensi, Preeklamsia
ringan, berat dan Eklamsia
b. Tujuan Khusus :
Dalam melakukan pembinaan terhadap ibu hamil,
mahasiswa mengharapkan dapat menggunakan manajemen
kebidanan yaitu :
1) Mampu menjelaskan pengertian hipertensi dalam
kehamilan, Preeklamsia ringan, berat dan Eklamsia
2) Mampu menjelaskan etiologi hipertensi dalam
kehamilan, Preeklamsia ringan, berat dan Eklamsia
3) Mampu menjelaskan manifestasi klinis hipertensi
dalam kehamilan, Preeklamsia ringan, berat dan
Eklamsia
4) Mampu mengklasifikasikan secara klinis hipertensi
dalam kehamilan, Preeklamsia ringan, berat dan
Eklamsia
5) Mampu menjelaskan patofisiologis hipertensi dalam
kehamilan, Preeklamsia ringan, berat dan Eklamsia
6) Mampu menegakkan diagnosa, mengidentifikasi
kebutuhan dan masalah pada kasus kehamilan
7) Mampu menjelaskan prognosis hipertensi dalam
kehamilan, Preeklamsia ringan, berat dan Eklamsia

3
4. Manfaat Penulisan
Semoga semua yang telah dipelajari dalam judul makalah
“Hipertensi dalam kehamilan, Preeklamsia ringan, berat dan
Eklamsia” dapat bermanfaat dan dipelajari bagi pembaca
terutama kepada mahasiswa DIV Kebidanan Graha Edukasi
Makassar.
Adapun kritik dan saran kami perlukan dari pembaca
sebagai acuan agar kami dapat memperbaiki segala kekurangan
yang ada pada makalah kami

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
1. Pengertian hipertensi dalam kehamilan
Hipertensi adalah timbulnya desakan darah sistolik ≥
140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg, diukur 2x selang 4 jam
setelah penderita istirahat, sedangkan Hipertensi dalam
kehamilan merupakan kondisi ketika tekanan darah
ibu hamil berada di atas angka 140/90 mmHg. Diperkirakan
sekitar 5–10% ibu hamil di seluruh dunia
mengalami hipertensi dalam kehamilan. Kondisi ini biasanya
muncul saat usia kehamilan sekitar 20 minggu, tetapi bisa
juga muncul lebih awal.

Hipertensi dijuluki sebagai the silent killer karena


biasanya tidak menunjukkan gejala dan hanya terdiagnosis
melalui skrinning atau ketika penyakit tersebut bermanifestasi
ada komplikasi gangguan tertentu. Hipertensi sangat
signifikan berkontribusi terhadap angka kesakitan dan
kematian ibu dan janin sehingga perlu dilakukan skrinning
awal dan pemeriksaan lanjutan selama kehamilan.

2. Etiologi Hipertensi Dalam Kehamilan


Penyebab hipertensi pada sebagian besar kasus tidak
diketahui sehingga disebut hipertensi esensial. Namun
demikian pada sebagian kecil kasus hipertensi merupakan
akibat sekunder proses penyakit lainnya, seperti : ginjal, defek
adrenal, komplikasi terapi obat.

5
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab
yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan
cardiac output atau peningkatan tekanan perifer
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan
eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada
organ tubuh serta pelebaran pembuluh darah.
3. Manifestasi Klinis Hipertensi dalam kehamilan
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah
meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala
epistaksis,pusing/migrain,rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata
berkunang kunang, lemah dan lelah,muka pucat suhu tubuh
rendah.
Penyakit ginjal dengan hipertensi dapat dijumpai pada
wanita hamil dengan glomerulonefritis akut dan kronik
pielonefritis akut dan kronik. Frekuensi kejadian sekitar 1%
secara klinis dan secara patologi-anatomi kira-kira 15%.
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara :
a. pemeriksaan urin lengkap dan faal ginjal,
b.  pemeriksaan retina,
c. pemeriksaan umum,
d.  pemeriksaan kuantitatif albumin air kencing, dan
e. pemeriksaaan darah lengkap.
Nasehat yang dapat diberikan ke pasien adalah :
1) pemerilksaan antenatal yang teratur

6
2) pengawasan pertumbuhan janin, dan kesehatan ibu.
4. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut :
a. Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional adalah tekanan darah tinggi yang
terjadi saat hamil. Hipertensi gestasional biasanya muncul
setelah usia kehamilan 20 minggu dan hipertensi ini bisa
hilang setelah melahirkan.
Pada kondisi ini, tidak ada kelebihan protein di dalam
urine atau tanda-tanda lain dari kerusakan organ
penderitanya. kondisi ini tidak diketahui penyebab pastinya.
Pasalnya, hipertensi gestasional bisa dialami oleh ibu yang
tidak pernah menderita tekanan darah tinggi sebelum masa
kehamilannya.
Meski demikian, beberapa kondisi berikut bisa
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi gestasional pada
masa kehamilan.:
1) Bila pernah mengalami tekanan darah tinggi sebelum hamil
atau saat kehamilan sebelumnya
2) Memiliki penyakit ginjal atau diabetes
3) Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun saat
hamil
4) Kehamilan kembar
5) Hamil anak pertama
b. Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis adalah kondisi tekanan darah tinggi
yang terjadi sejak sebelum kehamilan dan berlanjut dalam
masa kehamilan. Terkadang, seorang wanita tidak
mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi kronis

7
karena tekanan darah tinggi memang tidak menunjukkan
gejala.
Oleh karena itu, dokter menganggap ibu hamil yang
mengalami tekanan darah tinggi sebelum usia kehamilan
mencapai 20 minggu disebut dengan hipertensi kronis.
Berbeda dengan hipertensi gestasional, biasanya
hipertensi kronis tidak akan hilang walaupun ibu sudah
melahirkan bayinya.
c. Hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia
Kondisi ini terjadi pada wanita dengan hipertensi kronis
yang mengalami tekanan darah tinggi saat hamil disertai
dengan tingginya kadar protein di dalam urine atau komplikasi
terkait tekanan darah lainnya.
Bila menunjukkan tanda-tanda tersebut pada usia
kehamilan di bawah 20 minggu, mungkin memiliki hipertensi
kronis dengan superimposed preeklampsia.
d. Pre-Eklamsiaa
Hipertensi gestasional dan hipertensi kronis yang tidak
segera mendapat penanganan dapat berkembang menjadi
preeklampsia.
Preeklampsia atau keracunan kehamilan adalah
gangguan tekanan darah serius yang dapat mengganggu
kerja organ. Biasanya hal ini terjadi pada usia kehamilan ke-
20 minggu dan akan menghilang setelah melahirkan.
e. Eklamsiaa
Preeklampsia yang tidak cepat terdeteksi dapat
berkembang menjadi eklampsia. Kondisi ini memang jarang
terjadi, diperkirakan hanya 1 dari 200 kasus preeklampsia
yang berkembang menjadi eklampsia.

8
Meski demikian, eklampsia merupakan kondisi
kesehatan yang serius. Pada kondisi ini, hipertensi atau
tekanan darah tinggi yang terjadi dapat memengaruhi otak
dan menyebabkan kejang atau koma dalam kehamilan. Ini
merupakan tanda bahwa preeklampsia yang dialami sudah
berkembang menjadi eklampsia. Eklampsia dapat berdampak
serius dan berakibat fatal bagi ibu dan janin dalam
kandungan.
Preeklampsia dan eklampsia dapat menyebabkan
terganggunya fungsi plasenta, yang kemudian dapat
mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah,
masalah kesehatan pada bayi, bahkan bayi lahir mati (dalam
kasus yang jarang).
5. PATOFISIOLOGIS HIPETRENSI DALAM KEHAMILAN
Patofisiologi hipertensi dalam kehamilan multifaktorial dan
kompleks. Faktor-faktor yang berperan penting pada patogenesis
hipertensi meliputi faktor genetik, aktivasi sistem neurohormonal
(seperti sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin-
aldosteron), obesitas, dan asupan diet tinggi garam.
Terdapat beberapa teori tentang penyebab hipertensi dalam
kehamilan di antaranya: kelainan vaskularisasi plasenta,
disfungsi endotel, intoleransi imunologis antara ibu dan janin,
stres oksidatif, dan defisiensi gizi.
Hipertensi kronik dapat berupa hipertensi esensial ataupun
hipertensi sekunder yang sudah terjadi sebelum hamil. Hipertensi
gestasional dapat merupakan pertanda kondisi hipertensi kronik
yang akan diderita di masa depan. Sekitar 20-25% penderita
hipertensi kronik akan mengalami preeklampsia saat hamil dan
sepertiga penderita hipertensi gestasional selanjutnya akan
mengalami preeklampsia.

9
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.

10
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang
diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias
meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada
ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan
pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi
pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.
Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti
jantung.
6. DIAGNOSIS HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
Diagnosis hipertensi dalam kehamilan dapat ditegakkan jika
tekanan darah sistolik ≥140 mm Hg dan diastolik ≥90 mm Hg
pada dua kali pengukuran dengan jeda waktu 4 jam. Dengan
tambahan kriteria sebagai berikut:
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang sudah ada sebelum
umur kehamilan 20 minggu (midpregnancy) atau kondisi

11
hipertensi muncul setelah umur kehamilan 20 minggu, tetapi
menetap sampai 3 bulan pascapersalinan.
b. Preeklampsia adalah kondisi hipertensi yang didapatkan
pada usia kehamilan setelah 20 minggu yang disertai dengan
proteinuria dan dengan atau tanpa edema patologis.
c. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang.
d. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang didapatkan
pertama kali saat kehamilan, tanpa disertai proteinuria, dan
kondisi hipertensi menghilang 3 bulan pasca persalinan.
7. PROGNOSIS HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Prognosis hipertensi dalam kehamilan cukup baik apabila
hipertensi menghilang setelah terminasi kehamilan. Namun,
apabila hipertensi menetap, dapat timbul berbagai komplikasi
jangka panjang.Komplikasi jangka pendek yang paling signifikan
pada hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi
serebrovaskuler (seperti perdarahan serebral), komplikasi
kardiovaskuler (seperti edema pulmoner), dan komplikasi renal.

Perempuan dengan kerusakan organ target akibat hipertensi


kronik memiliki risiko tinggi untuk mengalami edema pulmoner,
ensefalopati hipertensif, retinopati, perdarahan serebral, dan
gagal ginjal akut.

Penelitian lain menunjukan bahwa penyebab utama


mortalitas preeklampsia adalah sindrom HELLP (Hemolysis,
Elevated Liver enzyme, and Low Platelet count). Stroke
hemoragik dan edema pulmoner dilaporkan menjadi penyebab
utama kematian pasien dengan eklampsia (60% dari kasus
kematian terkait eklampsia). Komplikasi maternal jangka pendek
lainnya yakni disfungsi sistem saraf pusat, trauma hepatoseluler,

12
trombositopenia, DIC (Disseminated Intravascular Coagulation),
oliguria, edema pulmoner, gangguan serebrovaskuler.

Sementara komplikasi pada janin yang bisa terjadi adalah


abrupsio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, kelahiran
prematur, dan IUFD (Intrauterine Fetal Death). Tekanan darah
diastolik maternal >110 mmHg berkaitan degan risiko yang
meningkat terjadinya abruptio placenta dan pertumbuhan janin
terhambat (IUGR)

Dipercaya bahwa kondisi hipertensi dan proteinuria akan


menghilang setelah melahirkan (kecuali untuk hipertensi kronis),
tidak akan ada risiko komplikasi kardiovaskuler dan renal jangka
panjang pada ibu. Namun demikian, penelitian baru-baru ini
menunjukan bahwa hipertensi dalam kehamilan adalah
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dan juga penyakit
kardiovaskuler lainnya di masa depan jika dibandingkan dengan
pasien tanpa hipertensi dalam kehamilan
B. PREEKLAMSIA RINGAN
1. Pengertian Preeklamsia ringan
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu pada penyakit trofoblas.
2. Etiologi Preeklamsia ringan
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti. Secara teoritik urutan urutan gejala yang
timbul pada Preeklamsia ialah edema, hipertensi, dan
terakhir proteinuri. Sehingga bila gejala-gejala ini timbul

13
tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan
Preeklamsia.
Dari gejala tersebut timbul hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting. Namun, penderita
seringkali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita
sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala,
gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka
penyakit ini sudah cukup lanjut.
3. manifestasi klinis Preeklamsia ringan
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih,
diastole 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah
sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih
atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg,
diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg
b. Proteinuria: secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24
jam atau secara kualitatif positif 2 (+2)
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosacral,
wajah atau tangan
d. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu
selama 2 kali berturut turut
e. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda
Preeklamsia berat.
4. Klasifikasi Preeklamsia ringan
Preeklamsiaa dapat diklasifikasikan
a. ringan jika tekanan darah Sistolik 140-149 mmHg
dengan tekanan diastolik 90-99 mmHg
b. Sedang jika tekanan darah Sistolik 150-159 mmHg
dengan tekanan diastolik 100-109 mmHg
c. Berat jika tekanan darah Sistolik ≥ 160 mmHg dengan
tekanan diastolik ≥ 110 mmHg

14
5. Patofisiologis Preeklamsia ringan
Patofisiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Preeklampsia diperkirakan terjadi karena pengaruh
multifaktorial, seperti interaksi faktor genetik dan lingkungan dari
sisi maternal, paternal, dan fetus.
Beberapa faktor yang dinilai paling berperan dalam
patofisiologi preeklampsia adalah abnormalitas plasentasi,
ketidakseimbangan faktor angiogenik, abnormalitas sistem imun
maternal, serta faktor genetik. Semua mekanisme tersebut lalu
menyebabkan disfungsi multiorgan pada ibu
6. Diagnosis Preeklamsia ringan
Dokter akan mendiagnosis preeklamsia ringan jika :
a. Kehamilan sudah berusia di atas 20 minggu
b. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmhg
c. Ditemukan 0,3 gram protein dalam sampel urine yang diambil
dalam tempo 24 jam
d. Tidak ada tanda masalah lain yang ditemukan pada ibu hamil.
7. Prognosis Preeklamsia ringan
Perawatan Preeklamsiaa ringan berfokus pada
menurunkan tekanan darah serta mengurangi gejala lain yang
menyertainya.
Pada ibu hamil yang didiagnosa mengalami Preeklamsiaa ringan,
kondisinya akan terus dimonitor dalam pemeriksaan rutin. Jika
Preeklamsiaa ringan terjadi di usia kehamilan 24-32 minggu, ibu
hamil akan diminta melakukan pemeriksaan rutin per 3 minggu.
Sedangkan jika usia kehamilan sudah lebih tua, ibu hamil akan
diminta untuk datang setiap 2 minggu sekali atau bahkan dirawat
inap. Dalam pemeriksaan kehamilan rutin, kondisi yang akan
dimonitor adalah:

15
a. Cek tekanan darah untuk mengetahui perkembangan
hipertensi.
b. Cek urine untuk mengetahui kadar protein (proteinuria).
c. Wawancara dengan dokter/bidan untuk mengetahui ada atau
tidaknya gejala lain yang mungkin timbul.
C. PREEKLAMSIA BERAT
1. Pengertian Preeklamsia berat
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg
atau lebih di sertai proteinuria dan atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih
2. Etiologi Preeklamsia berat
Preeklamsia berat adalah masalah preeklampsia yang
lebih serius. Pada preeklampsia berat terdapat tanda-tanda
preeklampsia ringan serta beberapa indikasi masalah
tambahan baik pada ibu maupun janin.
Jika salah satu gejala berikut menyertai, maka bisa
disebut preeklampsia berat:
a. Munculnya tanda-tanda masalah sistem saraf pusat,
seperti sakit kepala parah, penglihatan kabur, dan
perubahan status mental
b. Munculnya tanda-tanda masalah hati, seperti sakit perut,
mual, dan muntah
c. Munculnya tanda-tanda masalah pernapasan, seperti
edema paru dan warna kebiruan pada kulit
d. Setidaknya dalam dua kali tes fungsi hati didapat
peningkatan kadar enzim

e. Tekanan darah sangat tinggi, yaitu lebih dari 160/110 mmHg


f. Jumlah trombosit rendah (trombositopenia)

16
g. Terdapat lebih dari 5 gram protein dalam sampel urine 24 jam
h. Urine yang keluar sangatlah rendah kira-kira kurang dari 500
ml dalam 24 jam
i. Pembatasan pertumbuhan janin
j. Stroke (jarang terjadi)
Dalam kasus yang jarang terjadi, preeklampsia dapat
muncul setelah melahirkan. Adapun tanda dari preeklampsia
postpartum, yaitu nyeri perut, sakit kepala atau pembengkakan di
wajah dan tangan.
Sangat penting untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
secara teratur agar masalah yang ada dapat dideteksi sedini
mungkin. Jangan sampai abai karena bisa membahayakan diri
Anda sendiri maupun janin yang tengah dikandung.
3. manifestasi klinis Preeklamsia berat
Beberapa gejala klinis meningkatkan morbiditas dan
mortalitas pada preeklampsia, dan jika gejala tersebut
didapatkan, dikategorikan menjadi kondisi pemberatan
preeklampsia atau disebut dengan preeklampsia berat. Kriteria
Preeklampsia berat, diagnosis preeklampsia dipenuhi dan jika
didapatkan salah satu kondisi klinis dibawah ini:
a. Tekanan Darah >160/100 mm Hg
b. Proteinuria: pada pemeriksaan carik celup (dipstrik) >+2 atau
2,0 g/24 jam.
c. Gangguan ginjal: keratin serum 1,2 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak
ada kelainan ginjal lainnya.
d. Edema paru.
e. Gangguan liver: peningkatan konsentrasi traminas 2 kali
normal dan atau adanya nyeri epigastrum/region kanan atas
abdomen.

17
f. Trombositopenia: trombosit < 100.000/microliter.
g. Didapatkan gejala neurologis: nyeri kepala, stroke, dan
gangguan penglihatan.
h. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan
sirkulasi uteroplacenta : oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR).
4. Klasifikasi Preeklamsia berat
Preeklamsiaa diklasifikasikan Berat jika tekanan darah
Sistolik ≥ 160 mmHg dengan tekanan diastolik ≥ 110 mmHg
5. Patofisiologis Preeklamsia berat
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi
perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang
kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia. Wanita
dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan
respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan
vasospasme dan agregasi platelet.
Penumpukan trombus dan pendarahan dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit
kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria.
Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan
nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi
terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume
intravaskular, meningkatnya cardiac output dan peningkatan
tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan
obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin dalam rahim. Perubahan pada organ-
organ:

18
a. Perubahan kardiovaskuler.
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi
pada preeklampsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut
pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload jantung
akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi
oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau
yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik atau
kristaloid intravena, dan aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke
dalam ruang ektravaskular terutama paru.
b. Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan
eklampsia tidak diketahui penyebabnya. Jumlah air dan natrium
dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklampsia dan
eklampsia daripada pada wanita hamil biasa atau penderita
dengan hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat
mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan.
Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan
penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid,
dan protein tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam
serum biasanya dalam batas normal.
c. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme
pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi ablasio retina yang
disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah satu
indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang
menunjukan tanda preeklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal
ini disebabkan oleh adanya perubahan preedaran darah dalam
pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.

19
d. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan
edema dan anemia pada korteks serebri, pada keadaan yang
berlanjut dapat ditemukan perdarahan.
e. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan
gangguan pada plasenta, sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi
gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap
rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.
f. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia
biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan
dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi
pneumonia, atau abses paru.
6. Diagnosis Preeklamsia berat
Diagnosis dari Preeklamsiaa berat ditegakkan saat:
a. Tekanan darah ibu hamil 140/90 mmHg atau bahkan lebih.
b. Protein (++) pada urine.
c. Beberapa tes dapat dilakukan untuk mengetahui adanya:
1) Gangguan fungsi hati.
2) Rendahnya jumlah trombosit.
3) Gangguan fungsi ginjal.
4) Penumpukkan cairan di paru-paru.
Selain itu gejala lain seperti nyeri kepala, gangguan
penglihatan, dan bengkak pada wajah dan ekstremitas juga perlu
dicari. USG dan kardiotokografi pada bayi juga mungkin akan
disarankan dokter untuk dilakukan guna mengetahui kondisi
janin.

20
7. Prognosis Preeklamsia berat
Prognosis preeclampsia berat tergantung pada
kecepatan diagnosis dan inisiasi tata laksana yang tepat.
Observasi kondisi ibu dan janin dan penatalaksanaan yang
adekuat akan memperbaiki luaran klinis ibu dan janin secara
signifikan.
Preeklampsia menyebabkan komplikasi pada ibu
maupun janin. Komplikasi bisa berupa eklampsia, sindrom
HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes and low
platelets), edema paru, infark miokard, sindrom distres
pernapasan akut, stroke, kerusakan ginjal, dan abruptio
plasenta.
D. EKLAMSIAA
1. Pengertian Eklamsia
Eklampsia adalah suatu serangan kejang pada wanita
hamil yang merupakan komplikasi dari preeklampsia. Ibu
hamil dengan pre-eklampsia atau mengalami hipertensi berat
dalam kehamilan berisiko muncul eklampsia yang ditandai
dengan kejang dan kemudian diikuti penurunan kesadaran
atau koma. Eklampsia jarang terjadi, tetapi apabila muncul
harus segera ditangani karena mengancam nyawa ibu dan
janin dalam kandungan.
2. Etiologi Eklamsia
Etiologi eklamsia masih belum diketahui dengan pasti.
Muncul berbagai macam dugaan terkait penyebab penyakit
ini, yakni faktor genetik, imunologi, endokrinologi, nutrisi yang
buruk, kelainan struktur uterovaskular, hingga infeksi.
Namun, terdapat satu teori kuat yang menduga bahwa
gangguan permeabilitas berperan dalam pengembangan
eklamsia. Gangguan permeabilitas tersebut menyebabkan aliran

21
darah ke otak terganggu sehingga terjadi gangguan proses
autoregulasi pada pembuluh darah otak.
3. manifestasi klinis Eklamsia
manifestasi klinis dari eklampsia, meliputi:
a. Kejang, awalnya kedutan atau kejang pada otot-otot wajah
dan kemudian menyebar keseluruh tubuh.
b. Penurunan kesadaran atau koma muncul setelah terjadi
kejang seluruh tubuh
Beberapa gejala ini dapat dialami sebelum kejang, meliputi:
a. Sakit kepala
b. Meningkatnya respon reflek fisiologis yang dapat dilihat dari
lutut dan lengan
c. Edema generalisata atau pembengkakkan seluruh tubuh
d. Gangguan penglihatan
e. Nyeri ulu hati
f. Sesak nafas
g. Gelisah
h. Proteinuria, protein terdeteksi dalam pemeriksaan urine
4. Klasifikasi Eklamsia
Eklampsia dibedakan menjadi:
a. eklampsia gravidarum (antepartum)
b. eklampsia partuirentum (intrapartum)
c. eklampsia puerperale (postpartum)
berdasarkan saat timbulnya serangan. Eklampsia banyak terjadi
pada trimester terakhir dan semakin meningkat saat mendekati
kelahiran

5. Patofisiologis Eklamsia
Patofisiologi pada eklamsia berkaitan erat dengan gangguan
pada proses plasentasi, yang diduga merupakan kelanjutan dari

22
penyakit Preeklamsia. Selama proses kehamilan, akan terjadi
banyak perubahan-perubahan terutama pada bagian
uterovaskular. Pada kehamilan normal, sitotrofoblas janin akan
bermigrasi ke uterus ibu dan menyebabkan remodelling
pembuluh darah endometrium. Proses ini nantinya yang
memastikan suplai darah ke plasenta.
6. Diagnosis Eklamsia
Pada wanita hamil dengan kejang, dokter akan menentukan
apakah kejang akibat komplikasi dari preeklampsia atau sebab
lainnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu
menegakkan diagnosis:
a. Pemeriksaan laboratorium darah. Analisis darah lengkap
dapat membantu dokter dalam mendeteksi adanya komplikasi
dari preeklampsia dan eklampsia, yaitu sindrom HELLP
dengan tanda hemoglobin turun, enzim-enzim hati meningkat,
dan trombositopenia. Pemeriksaan lainnya dengan
pemeriksaan studi koagulasi meliputi waktu protrombin (PT),
waktu aktivasi protrombin parsial (aPTT), fibrinogen, dan D-
Dimer untuk mendeteksi disseminated intravascular
coagulation (DIC) yang merupakan komplikasi lain dari
preeklampsia dan eklampsia.
b. Pemeriksaan urine. Proteinuria, protein yang terdeteksi dalam
urine merupakan tanda paling umum pada eklampsia dan
sangat membantu mendiagnosis pre-eklampsia yang
sebelumnya tidak terdeteksi.
c. Pemeriksaan fungsi ginjal.Fungsi ginjal dapat dideteksi
dengan pemeriksaan serum kreatinin yang akan meningkat
apabila terjadi kerusakan ginjal akibat pre-eklampsia dan
eklampsia.

23
d. Pemeriksaan Ultrasonografi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
melihat kondisi plasenta dan kondisi janin, pengecekan
denyut jantung janin, dan pertumbuhan janin. Pemeriksaan
USG dapat segera dilakukan setelah kejang untuk menilai
kondisi janin, adakah gawat janin akibat kejang.
e. Pemeriksaan pencitraan lain, seperti CT Scan dan MRI dapat
dilakukan apabila curiga adanya komplikasi pada otak seperti
pembengkakan jaringan otak (edema cerebri) dan perdarahan
otak akibat kejang.
7. Prognosis Eklamsia
Prognosis eklamsia berkaitan dengan kecepatan dan
ketepatan penatalaksanaan dan diagnosis. Kejang yang tidak
tertangani dapat mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat
yang permanen, kegagalan organ, bahkan kematian.
Komplikasi eklamsia biasanya diakibatkan oleh kejang yang
berulang dan tidak ditangani. Namun, komplikasi lebih jarang
terjadi jika kejang eklamsia bersifat uncomplicated.

BAB III
PENUTUP

24
A. Kesimpulan
1. Hipertensi dijuluki sebagai the silent killer karena biasanya
tidak menunjukkan gejala dan hanya terdiagnosis melalui
skrinning atau ketika penyakit tersebut bermanifestasi ada
komplikasi gangguan tertentu. Hipertensi sangat signifikan
berkontribusi terhadap angka kesakitan dan kematian ibu dan
janin sehingga perlu dilakukan skrinning awal dan
pemeriksaan lanjutan selama kehamilan.
2. Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit
trofoblas.
3. Preeklamsia berat adalah masalah preeklampsia yang lebih
serius. Pada preeklampsia berat terdapat tanda-tanda
preeklampsia ringan serta beberapa indikasi masalah
tambahan baik pada ibu maupun janin
4. eklamsia berkaitan dengan kecepatan dan ketepatan
penatalaksanaan dan diagnosis. Kejang yang tidak tertangani
dapat mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat yang
permanen, kegagalan organ, bahkan kematian. Komplikasi
eklamsia biasanya diakibatkan oleh kejang yang berulang dan
tidak ditangani. Namun, komplikasi lebih jarang terjadi jika
kejang eklamsia bersifat uncomplicated.
B. Saran
Pentingnya dilakukan screening serta mengkaji riwayat penyakit
kronis pada ibu hamil untuk mendeteksi secara dini menganai
komplikasi pada ibu hamil dengan hipertensi agar tidak berlanjut
menjadi preeklamsia baik itu preeklamsia ringan, berat ataupun
eklamsia.

25
DAFTAR PUSTAKA

26
Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom
K, Hypertensive Disorders in Pregnancy, dalam William
Obstetrics, edisi ke-22, New York: McGraw-Hill, 2005 : 761-
808
Mariam siti, Makalah pre-eklampsia, 14 april 2013, diakses tanggal
27 juni 20013 dari, http://sitimaryamhsb.makalah-pre-
eklamsia.html
Gopar adul, pdf.Preeklampsi, 12 mey 2012, diakses tanggal 27 juni
2013 dari,
http://adulgopar.files.wordpress.com/preeklampsia.pdf
Prawirohardjo S, Pre-eklampsia dan Eklampsia, dalam Ilmu
Kebidanan, edisi ke-3, Wiknjosastro H, Saifuddin A,
Rachimhadhi T, penyunting, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2005: 281-301
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/
hipertensi-dalam-kehamilan/edukasi-dan-promosi-kesehatan
https://wldhmdah.blogspot.com/2016/05/makalah-hipertensi-pada-
kehamilan.html
https://jajauli.wordpress.com/2010/10/28/manifestasi-hipertensi/
#:~:text=Manifestasi%20klinis%20pada%20klien%20dengan
%20hipertensi%20adalah%20meningkatkan,sukar%20tidur%2C
%20mata%20berkunang%20kunang%2C%20lemah%20dan
%20lelah%2C

27

Anda mungkin juga menyukai