Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI

ABSES PAYUDARA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV
(Askeb Patologi)

Disusun Oleh :
SELVI CHINTIA POETRI
Kelas : III C

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN STIKes MUHAMMADIYAH


TASIKMALAYA
2011
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabilalamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena


atas pertolongan Allah dengan limpahan rahmat, hidayah dan ridha-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “ABSES PAYUDARA”.
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Asuhan Kebidanan Askeb IV yang diberikan oleh dosen pembimbing di
Program Studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Tasikmalaya.
Dalam penyusunan Asuhan Keluarga ini, penulis mendapat bimbingan,
nasehat, arahan dan dukungan moral maupun material yang sangat berharga dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. Suchri Suarli, MM., selaku Ketua STIKes Muhammadiyah
Tasikmalaya.
2. Ibu Hj. Heni Hendarsah, Am.Keb, SKM., selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan STIKes Muhammadiyah Tasikmalaya.
3. Ibu Melsa Sagita Imaniar, SST., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama pembuatan tugas
makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan
asuhan keluarga ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Tasikmalaya, Desember 2011

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................. 1

1.2 Tujuan Penulisan ........................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Abses Payudara............................................... 2

2.2 Penyebab Abses Payudara............................................. 2

2.3 Gejala dan Tanda Abses Payudara................................ 3

2.4 Patogenesis Abses Payudara......................................... 3

2.5 Penanganan.................................................................... 3

BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................... 5

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................. 12

BAB V PENUTUP ........................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19

LAMPIRAN ........................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini

disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut, dan

menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah

mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis),

tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini,

maka perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan

medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk

drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlagesik.

Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk

menyusui sementara waktu pada payudara sakit, dan setelah sembuh dapat

disusukan kembali. Jadi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat

tanpa dijadwal (sesuka bayi).

1.2 Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui tentang abses payudara

2) Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Askeb Patologi.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Abses Payudara

Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila

mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.

2.2 Penyebab Abses Payudara

Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan

payudara kronik. Peradangan payudara atau yang disebut mastitis dapat

disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di puting,

dan dermatitis yang mengenai puting. Bakteri yang sering menyebabkan

terjadinya mastitis ini adalah Stafilokokus aureus atau streptokok. Mastitis

sering terjadi pada pascapartum selama awal laktasi jika organisme berhasil

masuk dan mencapai jaringan payudara melalui fisura pada puting.

2.3 Gejala dan Tanda Abses Payudara

Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara adalah

tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh,

membengkak, dan nyeri tekan), keluar nanah/pus dari puting, teraba massa,

gejala sistemik berupa demam tinggi, menggigil, malaise, dan timbul

limfadenopati pectoralis, axiller, parasternalis, dan subclavia.

2
2.4 Patogenesis Abses Payudara

Adapun patogenesis dari abses payudara adalah: luka/lesi pada puting 

organisme masuk (organisme ini biasanya dari mulut bayi)  peradangan 

terjadi penyumbatan duktus  produksi susu normal  pengeluaran susu

terhambat  terbetuk abses.

2.5 Penanganan

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mastitis adalah:

1. Pemanasan lokal

2. Antipiretik dan analgesik ringan

3. Pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI atau

memompa

4. Terapi antibiotika oral.

5. Teknik menyusui yang benar.

6. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.

7. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.

8. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.

9. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI

harus tetap dikeluarkan.

10. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan

antibiotik.

11. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

3
Namun jika sudah terjadi abses, perlu diberikan antibiotik intravena, aspirasi,

atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan aspirasi perlu dilakukan

pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan keganasan.

4
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. T DENGAN ABSES PAYUDARA

A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS

Istri Suami

Nama : Ny. T : Tn. A

Umur : 20 th : 24 th

Agama : Islam : Islam

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia : Jawa / Indonesia

Pendidikan : SMA : SMA

Pekerjaan : IRT : Wiraswasta

Alamat : Kp. Cilingga

B. ANAMNESA

1. Keluhan Utama

Ibu mengeluh payudaranya yang bengkak telah pecah mengeluarkan PUS

sejak pukul 14.00 WIB

2. Riwayat kehamilan

ANC : lengkap, dilakukan setiap bulan di bidan

Imunisasi TT : lengkap

Penyakit kehamilan : tidak ada

5
3. Riwayat persalinan

- Tempat persalinan : BPS

- Jenis persalinan : spontan

- Komplikasi persalinan : tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Keadaan emosional : terlihat cemas

2. TTV : TD : 110 / 80 mm Hg R : 24 x / menit

N : 85 x / menit T : 37,80 C

3. Keadaan fisik

a. Kepala

Rambut : bersih dan tidak rontok

Kulit kepala : bersih (tidak ada ketombe)

b. Muka : tidak ada oedema dan cloasma

c. Mata

Kelopak Mata : tidak ada oedema

Konjungtiva : merah

Sklera : putih (anikterik)

d. Hidung

Simetris : ya

Pernafasan cuping hidung : tidak ada

6
Polip : tidak ada

e. Mulut dan gigi

Lidah : bersih

Gigi dan geraham : tidak ada caries

Gusi : tidak pucat

f. Leher

Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran

Kelenjar getah bening : ada pembesaran

Vena jengularis : tidak ada bendungan

g. Dada

Jantung : normal, bunyi lup dup

Payudara

Simetris : tidak

Pembesaran : ada

Putting susu : menonjol

Pengeluaran : ASI sudah tidak keluar dari payudara

kanan

: Pengeluaran PUS dari payudara sebelah kanan

Rasa nyeri : ada, pada payudara sebelah kanan

Kemerahan : ada, pada payudara sebelah kanan

h. Abdomen

Bekas luka operasi : tidak ada

7
Konsistensi : keras

Kandung kemih : kosong

Pembesaran Lien dan Limpe : tidak ada

Benjolan : tidak ada

i.  Ekstremitas

Oedema : tidak ada

Kekakuan otot dan sendi : tidak ada

Varises : tidak ada

Kemerahan : tidak ada

Refleks patella : (+) kanan dan kiri

4. Pemeriksaan kebidanan

- Uterus : TFU : 3 jari diatas simfisis

Kontraksi : baik

-   Anogenital : Vulva : tidak ada oedema

Perineum : tidak ada jahitan

Pengeluaran pervaginam : lochea alba

II. IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN

Diagnosa : Ibu P1 Ao postpartum hari ke 30 dengan abses payudara

Dasar : - Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya pada tanggal 17

November 2008

- Ibu mengatakan ini adalah anak pertamanya

-         Ibu mengatakan payudaranya bengkak sejak tanggal

8
28 November 2008 dan pada tanggal 17 Desember 2008

bengkak tersebut pecah dan mengeluarkan nanah.

-         TTV : TD : 110 / 80 mm HG R : 24 x / menit

N : 85 x / menit T : 37,8 0 C

- Terdapat pembengkakan pada kelenjar getah bening

- Payudara : Simetris : Tidak

Pembesaran : Ada

Putting susu : menonjol

Pengeluaran : ASI tidak keluar pada payudara sebelah kanan

Rasa Nyeri : ada, pada payudara kanan

Kemerahan : ada, pada payudara kanan

Masalah : Ibu merasa kesakitan dan ibu terlihat cemas

Dasar : - Ibu terlihat merintih menahan sakit dan

- Berdasarkan wajah dan kata-katanya, Ibu terlihat cemas

Kebutuhan : - Pengeluaran PUS

- Konseling mengenai keadaan saat ini

PLANNING

1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan.

Ibu terlihat lebih tenang setelah mendengar penjelasan mengenai keadaannya

saat ini

2. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat yang diberikan padanya

untuk membantu mengurangi rasa sakit dan membantu proses

penyembuhannya.

9
Ibu berjanji akan terus melanjutkan konsumsi obat-obatan yang telah

diberikan

3. Mengajarkan ibu tentang perawatan post natal breastcare, yaitu :

- Memasang handuk dibawak kedua mamae (diatas paha) dan dibawah bahu

- Memberikan kompres menggunakan baby oil selama 2 menit pada putting susu

- Meletakkan ibu jari dan telunjuk pada dasar putting susu lalu ditarik kearah

keluar, lakukan sebanyak 20 kali.

- Memegang pangkal payudara dengan kedua tangan lalu urut dari pangkal

payudara kearah putting susu sebanyak 30 kali.

- Memijat putting susu hingga keluar cairan untuk memastikan saluran susu

tidak tersumbat.

- Membersihkan putting susu dengan handuk yang kering dan bersih

Ibu sudah hafal akan gerakan-gerakan yang diajarkan

4. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya agar tidak terjadi sumbatan

payudara kembali

Ibu akan mencoba memberikan ASI kembali pada bayinya

5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama payudara untuk

mencegah infeksi yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit lainnya.

Ibu berjanji akan rutin mengganti bh nya, membersihkan payudara sebelum dan

setelah menyusui bayinya serta mandi dengan rutin

6. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar agar ibu dan bayi merasa nyaman

dalam proses menyusui sehingga proses menyusui berjalan lancar dan

menghindari terjadinya bendungan ASI kembali, yaitu :

10
- Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan selama + 10 – 15

menit.

- Posisi ibu duduk dengan keadaan yang nyaman dan kaki jangan digantung dan

tangan serta badan ibu pun harus dalam keadaan nyaman.

- Putting susu harus masuk seluruhnya kedalam mulut bayi

- Hidung bayi tidak tetutup payudara ibu

- Posisi telinga dan bahu bayi dalam satu garis lurus dan bayi menghadap kearah

payudara ibu

- Sendawakan bayi setelah menyusui.

Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan dan berjanji akan mencoba

mempraktekannya

11
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Intranatal Care persalinan

patologis pada Ny. T usia 22 tahun G1P0A0 hamil 36 minggu dengan suspek abses

payudara di BPS tahun 2011, penulis menemukan persamaan dan kesenjangan

antara konsep teori dengan kenyataan di lapangan. Adapun hal ini penulis dapat

jabarkan dengan bentuk pendokumentasian SOAP yang digunakan sebagai

berikut:

A. Persalinan

1. Data Subjektif

Data subjektif diperoleh dari hasil pengkajian terhadap Ny. T usia

22 tahun G1P0A0 hamil 36 minggu penulis menemukan kesesuaian teori

dan kenyataan di lapangan, yaitu ibu mengeluh payudaranya yang bengkak

telah pecah mengeluarkan PUS, hal ini tidak sesuai dengan pendapat

Manuaba (2002) yang menyatakan bahwa payudara bengkak disebabkan

karena menyusui yang tidak kontinyu, sehingga sisa ASI terkumpul pada

daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah melahirkan.

Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak

bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.

12
Pada pemeriksaan anamnesis mengenai imunisasi TT, ibu

mengatakan imunisasi TT 2 kaf, TT = pada usia kehamilan 3 bulan dan

TT2 pada usia kehamilan 4 bulan. Hal ini sesuai menurut Saifuddin (2002)

yang mengatakan bahwa pada pemeriksaan kehamilan, pasien akan

diberikan imunisasi anti tetanus jika dibutuhkan, pemberian imunisasi TT I

diberikan pada kunjungan antenatal pertama dan TT II diberikan 4 minggu

setelah TT pertama sehingga efektivitasnya tinggi. Manfaat imunisasi TT

yaitu melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum

(BKKBN, 2005; Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus

yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan

oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun)

dan menyerang sistim saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001).

Ibu mengatakan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan

1 bulan sekali sejak usia kehamilan 4 bulan, hal ini sesuai dengan teori

yairu menurut Saifuddin (2002) ibu hamil sedikitnya selama kehamilan

melakukan kunjungan antenatal sebanyak 4 kali, 1 kali pada trimester I, 1

kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III.

Menurut Manuaba (2001) bahwa seluruh ibu hamil selama

kehamilannya harus mengkonsumsi tablet Fe minimal sebanyak 90 tablet,

kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. 

Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan

plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa

haemoglobin maternal.  Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan

13
lewat usus, urin dan kulit.  Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan

menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi.  Perhitungan makan 3 kali dengan

2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari.  Selama

kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat

besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan

untuk wanita hamil.

2. Data Objektif

Objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan

pemeriksaan, pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir (Depkes RI,

2004).

Dari data objektif didapat tekanan darah ibu 110/80 dengan suhu

37,80C, hal ini sesuai dengan pendapat Erman (2001) Tekanan darah yang 

normal bagi ibu hamil adalah terkanan sistolik 120-140 mmHg dan

diastolik 80-90 mmHg. Kurang dari angka tersebut berarti Tekanan darah

kurang , dan kalau lebih dari angka tersebut berarti tekanan darah tinggi

atau hipertensi.

3. Analisa data

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara subjektif dan objektif,

diperoleh ibu mengalami abses payudara. Menurut Wiknjosastro, 2005,

Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada

payudara bengkak: payudara odem, sakit, puting susu kencang, kulit

14
mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan

menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh:

payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada

demam.

4. Penatalaksanaan

Dalam melakukan rencana asuhan persalinan asuhan kebidanan

yang diberikan pada Ny. T penulis melakukan asuhan yaitu mengajarkan

ibu tentang perawatan post natal breastcare, yaitu : Memasang handuk

dibawak kedua mamae (diatas paha) dan dibawah bahu, Memberikan

kompres menggunakan baby oil selama 2 menit pada putting susu,

Meletakkan ibu jari dan telunjuk pada dasar putting susu lalu ditarik

kearah keluar, lakukan sebanyak 20 kali, Memegang pangkal payudara

dengan kedua tangan lalu urut dari pangkal payudara kearah putting susu

sebanyak 30 kali, Memijat putting susu hingga keluar cairan untuk

memastikan saluran susu tidak tersumbat, Membersihkan putting susu

dengan handuk yang kering dan bersih, Menganjurkan ibu untuk tetap

menyusui bayinya agar tidak terjadi sumbatan payudara kembali,

Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama payudara untuk

mencegah infeksi yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit lainnya,

Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar agar ibu dan bayi merasa

nyaman dalam proses menyusui sehingga proses menyusui berjalan lancar

dan menghindari terjadinya bendungan ASI kembali, yaitu : Menyusui

15
secara bergantian antara payudara kiri dan kanan selama + 10 – 15 menit,

Posisi ibu duduk dengan keadaan yang nyaman dan kaki jangan digantung

dan tangan serta badan ibu pun harus dalam keadaan nyaman, Putting susu

harus masuk seluruhnya kedalam mulut bayi, hidung bayi tidak tetutup

payudara ibu, posisi telinga dan bahu bayi dalam satu garis lurus dan bayi

menghadap kearah payudara ibu, Sendawakan bayi setelah menyusui.

16
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering

terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut

engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis d i vena

dan pembuluh darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai

banyak diproduksi. Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari

menyusui karena alasan nyeri kemudian memberikan prelacteal feeding

(makanan tambahan) pada bayi, hal ini justru berlanjut (makin parah).

Payudara akan bertambah penuh karena produksi ASI terus berlangsung

sementara disisi lain ASI tidak disusukan ke bayi menyebabkan tidak terjadi

perangsangan pada puting susu. Hal ini mengakibatkan refleks oksitosin tidak

terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang

diproduksi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian

berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih

datar dan susah dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai

seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa

nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.

Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang

dianjurkan antara lain sebagai berikut:

 Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan

17
 Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand/sesuka bayi)

 Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi

kebutuhan bayi

 Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur

 Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,

sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi

 Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara

 Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi

mengisap (menangkap) puting susu

 Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke

arah payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan

terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam

payudara

18
DAFTAR PUSTAKA

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

(hlm: 109-110)

Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 56-57).

19
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar. Abses payudara

20

Anda mungkin juga menyukai