Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN PITYRIASIS VERSICOLOR (PANU)

Pokok Bahasan : Pityriasis Versicolor (Panu)


Sub Pokok : Pencegahan Pityriasis Versicolor (Panu)
Sasaran : Ibu/Bapak pengunjung Poliklinik di RSUD Kota
Mataram
Penyuluh : Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Al-Azhar Mataram
Waktu : 09:30 WIT – Selesai
Hari / Tanggal : Kamis, 17 Desember 2015
Tempat : Poliklinik di RSUD Kota Mataram

I. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan (penyuluhan) bapak dan ibu mengetahui dan
mengenal penyakit Pityriasis Versicolor (Panu) serta pencegahannya.

II. Tujuan Khusus


Setelah pelaksanaan penyuluhan Pityriasis Versicolor (Panu) bapak dan ibu
diharapkan :
1. Mampu mengetahui pengertian dari Pityriasis Versicolor (Panu)
2. Mampu mengetahui penyebab Pityriasis Versicolor (Panu)
3. Mampu mengetahui penularan penyakit Pityriasis Versicolor (Panu)
4. Mampu mengetahui gejala dan tanda Pityriasis Versicolor (Panu)
5. Mampu mengetahui pengobatan Pityriasis Versicolor (Panu)
6. Mampu mengetahui pencegahan Pityriasis Versicolor (Panu)

III. Materi
1. Pengertian Pityriasis Versicolor (Panu)
2. Penyebab Pityriasis Versicolor (Panu)
3. Penularan Pityriasis Versicolor (Panu)
4. Gejala dan Tanda Pityriasis Versicolor (Panu)
5. Pengobatan Pityriasis Versicolor (Panu)
6. Pencegahan Pityriasis Versicolor (Panu)

IV. Kegiatan Belajar Mengajar


NO Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Alat dan Estimasi
Peserta Media Waktu
1. Pembukaan v Memberi salam v Menjawab salam
v Ceramah 5 menit
v Memperkenalkan diriv Mendengar
Menjelaskan tujuan Mendengar dan
dan strategi Meyimak
2 Kegiatan Pengertian Pityriasis
v Memperhatikanv Ceramah 20 Menit
v Poster
Inti Versicolor (Panu)
v Diskusi
Penyebab Pityriasisv Memperhatikan
Versicolor (Panu)
Penularan Pityriasis
v Memperhatikan
Versicolor (Panu)
Gejala dan Tanda
v Memperhatika
Pityriasis Versicolor
(Panu) v Memperhatikan
Pengobatan
Pityriasis Versicolor
v Memperhatika
(Panu)
Pencegahan v Bertanya
Pityriasis Versicolor
(Panu)
v Menberi kesempatan
peserta untuk
bertanya
3 Penutup v Membuat kesimpulan v Mendengar v - 7 Menit
v Melaksanakan evaluasi
v Memperhatikan
v Memberikan salam v Menjawab

V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Pembagian Pamflet
VI. Pengorganisasian Kelompok
1. Moderator :
Membuka acara penyuluhan, mmperkenalkan diri dan tim kepada peserta,
mengatur proses dan lama penyuluhan dan menutup acara penyuluhan
2. Penyaji :
Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan mudah dipahami.
3. Fasilitator :
Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
4. Observer :
Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan
5. Notulen :
Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta
6. Peserta

VII. Media
1. Leaflet

VIII. Evaluasi
1. Jenis evaluasi : Pertanyaan Lisan dan Tulisan
2. Waktu : Akhir kegiatan

IX. Lampiran Materi

A. Definisi
Pityriasis versicolor (PV) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik,
biasanya asimtomatik, disebabkan oleh Malassezia furfur berupa bercak dengan
pigmentasi yang bervariasi pada umumnya mengenai badan 1. Bercak berwarna
putih sampai coklat kehitaman. Terutama meliputi badan dan kadang-kadang
dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit 2.
Pityriasis Versicolor adalah penyakit universal dan terutama di daerah tropis 2.
Istilah versicolor mengacu pada akibat yang ditimbulkan jamur ini yaitu
perubahan warna kulit tergantung dari kondisi kulit.

B. Etiologi
M. furfur (sebelumnya dikenal dengan nama Pityrosporum ovale, P.
orbiculare) adalah jamur lipofilik yang normal terdapat pada keratin kulit dan
folikel rambut. Jamur ini merupakan organisme oportunistik yang dapat
menyebabkan pityriasis versicolor 1. Jamur ini membutuhkan asam lemak untuk
tumbuh 4.
Gambar. Malassezia furfur
Sumber (www.doctorfungus.com)

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Class : Hymenomycetes

Order : Tremellales

Family : Filobasidiaceae

Genus : Malassezia.

Selain mengakibatkan PV, Malassezia Furfur juga dapat mengakibatkan


dermatitis seboroik, folikulitis, dan blefaritis. Koloni Malassezia furfur dapat
tumbuh dengan cepat dan matur dalam 5 hari dengan suhu 30-37° C. Warna
koloni Malassezia Furfur adalah kuning krem 4.

Gambar. Koloni Malassezia Furfur

Sumber (www.doctorfungus.com)
Malassezia furfur memiliki fragmen hifa dengan gambaran
seperti sphagetti atau meatbollsaat dilihat dengan mikroskop. Sel jamur terdiri
dari 2 bentuk 7:

1. Bentuk Hifa (pseudo hifa) yang merupakan bentuk vegetatif

2. Bentuk spora yang merupakan bagian jamur untuk bertahan hidup

C. Faktor Predisposisi
Suhu yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, pengobatan
dengan glukokortikoid, dan defisiensi imun. Pemakaian minyak seperti minyak
kelapa merupakan predisposisi terjadinya PV pada anak-anak 1.
Faktor predisposisi lain adalah 6:

1. Pengangkatan glandula adrenal

2. Penyakit Cushing

3. Kehamilan

4. Malnutrisi

5. Luka bakar

6. Terapi steroid

7. Supresi sistem imun

8. Kontrasepsi oral

9. Suhu Panas

10. Kelembapan

D. Patogenesis
Malassezia berubah dari bentuk blastospore ke bentuk mycelial. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor predisposisi. Malassezia memiliki enzim oksidasi yang
dapat merubah asam lemak pada lipid yang terdapat pada permukaan kulit
menjadi asam dikarboksilat. Asam dikarboksilik ini menghambat tyrosinase pada
melanosit epidermis dan dapat mengakibatkan hipomelanosit 1. Tirosinase adalah
enzim yang memiliki peranan penting dalam pembentukan melanin 9. Malassezia
Furfur dapat menginfeksi pada individu yang sehat sebagaimana ia dapat
menginfeksi individu dengan immunocompromised, misalnya pada pasien kanker
atau AIDS.

E. Gejala Klinis
Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada
keluhan pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak
pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada
tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia 1.
Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dengan ukuran lesi dapat
milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai 8:

1. bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus
diatasnya, dan tepi tidak meninggi.

2. bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.

Gambar. Pityriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi Kaukasia (kiri
atas) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan atas dan bawah ).

F. Diagnosa Banding
- Vitiligo,
- Pityriasis alba,
- Postinflammatory hypopigmentation,
- Tuberculoid leprosy

G. Diagnosis
1. Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula,
berbatas tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi.
2. Mikroskopi langsung. Kerokan kulit diambil dari bercak pityriasis versicolor,
atau dengan menggunakan cellotape yang ditempel pada bercak. Setelah
diambil diletakkan di atas gelas objek kemudian ditetesi KOH 10-20% atau
campuran 9 bagian KOH 10-20% dengan 1 bagian tinta Parker blueblack
superchrome X akan lebih memperjelas pembacaan karena memberi tampilan
warna biru yang cerah pada elemen-elemen jamur. Kemudian dipanaskan
sebentar diatas lampu bunsen untuk memfiksasi, dan dilihat di bawah
mikroskop dengan pembesaran 40 kali 7.
a. Hasil Positif: hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i.v.j) dan
gerombolan sporabudding yeast yang berbentuk bulat mirip
seperti sphagetti with meatballs.
b. Hasil Negatif: bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis
versicolor walaupun ada spora.
3. Pemeriksaan dengan Wood's Lamp
Penyakit kulit yang disebabkan oleh golongan Malassezia dapat dideteksi
dengan lampu wood dimana akan timbul fluoresensi berwarna kuning
keemasan.

H. Pengobatan
Topical agents. Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan
topikal sangat efektif. Lotion atau sampo Selenium sulfide (2.5%) dioleskan pada
bercak selama 10-15 menit, kemudian dicuci, digunakan selama satu minggu.
Sampo ketokonazol digunakan sama seperti selenium sulfide. Krim Azole
(ketoconazole, econazole, micronazole, clotrimazole) dioleskan selama 2 minggu.
Solusio Terbinafine 1% solution dioleskan selama 7 hari 1. Topikal Terbinafine
efektif pada pitriasis versikolor, dengan penggunaan satu atau dua kali sehari
selama dua minggu, terbukti dapat menyembuhkan dari penelitian terhadap lebih
dari 80% pasien pitiriasis versikolor, tinea pedis, tinea corporis/cruris 5.
Systemic therapy. Ketokonazol termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol
bekerja dengan memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi.
Obat ini diminum satu kali sehari. Sediaan tablet ketokonazol adalah 200mg.
Dosis Ketoconazole 400 mg (diminum satu jam sebelum beraktifitas).
Fluconazole 400 mg. Itraconazole 400 mg 1. Adapun efek samping ketokonazol
adalah nausea, dispepsia, sakit perut, dan diare.
Secondary profilactic.. Sampo ketokonazol digunakan satu atau dua kali
seminggu. Selain itu juga dapat digunakan losion atau sampo selenium sulfide,
Salicylic acid/sulfur bar Pyrithione zinc ketokonazol 400 mg peroral sebulan
sekali 1. Disamping pengobatan, penting juga memberikan edukasi atau nasehat
kepada penderita agar7:
 Memakai pakaian yang tipis
 Memakai pakaian yang berbahan cotton
 Tidak memakai pakaian yang terlalu ketat.

I. Prognosis
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.
Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif.
Meskipun jamur telah dieradikasi dengan pengobatan, tetapi hipopigmentasi
menetap selama beberapa minggu sampai melanosit memulai untuk memproduksi
melanin lagi 6.
BAB III

KESIMPULAN

Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua bentuk, bentuk
superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan
dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea
korporis, tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan
yang kedua golongan non dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris,
kandidiasis). Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada
dermatofitosis melibatkan zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan
kuku yang disebabkan oleh dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis
jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit tetapi hanya
menyerang lapisan kulit yang paling luar 8.

Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada keluhan
pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak pigmentasi dengan alasan
kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher,
abdomen, aksila, inguinal, paha, genitalia 1.

Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula, berbatas
tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi. Mikroskopi langsung, Pemeriksaan
dengan Wood's Lamp.

Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal sangat
efektif.Ketokonazol termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol bekerja dengan
memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi.

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan
harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan
sediaan langsung negatif.
Daftar Pustaka

1. Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill
Companies.
2. Budimulja, U. 2003. Ilmu penyakit Kulit dan kelamin, edisi ketiga : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
3. Ellis, D. 2011. www.micologyonline.com. Universitas Adelaide. Tanggal akses 2 Juli
2011
4. Baillon. 2007. www.doctorfungus.com. Tanggal akses 2 Juli 2011
5. KJ, McClellan. 1999. Terbinafine. An update of its use in superficial mycoses.
58(1):179-202. NCBI. New Zealand. Tanggal akses 2 Juli 2011
6. Brannon, H. 2004. Tinea Versicolor. Diambil dari www.about.com/Dermatology.
diakses tanggal 2 Juli 2011
7. Nasution, M.A. 2005. Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa Pandangan
Dermatologis, Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU. Medan.
8. Boel, T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas kedokteran Gigi USU. Diambil
darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf. diakses
tanggal 5 Juli 2011.
9. Fitrie, A.A. 2004. Histologi dari Melanosit. Fakultas Kedokteran Bagian Histologi
Universitas Sumatera Utara. Diambil
darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1929/1/histologi-alya2.pdf.
tanggal akses 6 Juli 2011.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai