Anda di halaman 1dari 17

HAJI MABRUR DAN HAJI MARDUD

Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Agama Islam


Dosen, SAMINGAN.S,Ag.S,Pd.M,Pd 1

Oleh :
Deandra Lintang Ayu Laksono
Nim 21030183

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS


JURUSAN EKONOMI
STIE MANDALA JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpajan dan rahmat-Nya. Penulis mampu
menyelesaikan tugas makalah ini huna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam
yang berjudul “HAJI MABRUR DAN HAJI MARDUD” dengan harapan semoga
makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehingga lebih
mengetahu tentang haji.
Makalah ini juga sebagai persyaratan tugas mata kuliah Agama Islam. Penulis
sangat mengerti makalah ini jauh dari kata sempurna jadi mohon kritik dan saran.
Akhir kata semoga bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini.

Jember,30 Maret 2022


Deandra Lintang Ayu
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................4
A. LATAR BELAKANG................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................5
A.Pengertian Haji Mabrur............................................................................5
B. Makna Haji Mabrur.................................................................................6
C. Kemabruran Haji dalam Berbagai Aspek...............................................8
D. Haji Mardud.............................................................................................13
BAB III..................................................................................................................14
A. Kesimpulan...............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BIODATA PENULIS...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia mempunyai cita-cita atau keinginan yang sama, yaitu ingin
mendapatkan keselamatan, kebahagiaan dan keberuntungan di dunia maupun
akhirat. Di sisi lain, manusia adalah hamba ciptaan Allah SWT. Oleh karena itu,
Allah SWT yang paling mengetahui jalan yang akan ditempuh hamba untuk
meraih cita citanya tersebut. Allah SWT menurunkan suatu ajaran atau konsep
kepada nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman hidup, yaitu Islam.
Pedoman tersebut menjadi rujukan segenap hamba. Intinya, melaksanakan apa
yang diperintahkanNya dan menjauhi segala yang dilarangNya. Dengan tujuan,
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Haji Mabrur


Haji Mabrur menurut bahasa yang berasal dari bahasa Arab “Hajjun Mabrur”
yang masyhur diucapkan dalam bahasa indonesia menjadi “Haji Mabrur”, kedua
kata tersebut terdiri dari kata “Hajju” dan “Mabrur”. Lafadz “Hajju” berasal dari
akar kata ( َ‫ – حجا‬- ) yakni (َ‫ق) َ َ صد‬yang berarti menyengaja atau bermaksud, dari
sini maka dapatlah diuraikan bahwa makna atau arti asal kata tersebut adalah
menyengaja, yang kemudian menggunakannya dalam syara' (agama) adalah
menyengaja mengunjungi Baitullah (Ka'bah) untuk berhaji maupun untuk
berumrah. Sedangkan, mabrur seperti yang dikutip oleh SudirmanTeba
bahwasanya menurut Nurcholis Madjid kata “Mabrur” adalah berasal dari bahasa
Arab “Barra” (berbuat baik/patuh), kemudian menjadi “Birrun / al-Birru” yang
berarti kebaikan.
Sering juga haji mabrur diterjemahkan sebagai haji yang diterima oleh Allah
SWT, dengan kata lain haji mabrur adalah haji yang mendapat kebaikan atau haji
yang pelakunya menjadi baik. Jadi, haji mabrur adalah haji yang menjadikan
orang setelah melakukan atau sepulang ke kampung halamannya memiliki
komitmen sosial yang lebih kuat, komitmen sosial itulah yang sebenarnya menjadi
indikasi dari kemabruran haji yakni mewujudkan manusia baik, jangkauan amal
dan ibadahnya jauh ke depan serta berdimensi sosial .
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka ibadah haji dapat dikatakan
hanya ada dua macam yaitu: haji makbul (haji yang diterima) dan haji mardud
(haji yang ditolak). Haji yang diterima ini diberi batasan sebagai ibadah haji yang
tidak dicampuri dengan dosa, sunyi dari riya' dan tidak dinodai dengan rofas,
fusuq dan jidal. Sedangkan haji Mardud dibatasi oleh ciri-ciri bercampur dosa dan
keharaman, sebagaimana Rasullulah SAW menjelaskan penolakan Allah SWT
kepada orang-orang yang datang berhaji dengan bekal haram,

“Tidak ada talbiyah bagimu dan tidak ada pula, atasmu karena makananmu haram
dan hajimu ditolak.”
Para ulama memberikan batas perbedaan maknaantara kedua istilah haji “maqbul”
dan “mardud”. Haji “maqbul” adalah haji yang diterima dan mendapat pahala
sesuai dengan yang membedakan kewajiban seseorang dari kewajiban haji,
sedangkan Haji “mabrur” adalah haji yang mampu menghantarkan pelakunya
kelak bisa lebih baik dari hari-hari sebelumnya ia berhaji.
“Amal perbuatannnya setelah ibadah haji lebih baik dari sebelumnya.”
Dengan demikian maka haji mabrur sudah pasti maqbul, tetapi tidak semua haji
maqbul menjadi haji mabrur, karena kemabruran haji seseorang ditentukan
dengan perilaku ibadah dan amaliyahnya setelah pelaksanaan haji.

B. Makna Haji Mabrur


Haji mabrur adalah haji yang ditandai dengan makna simbol-simbol amalan yang
dilaksanakan di tanah suci, sehingga makna-makna tersebut terwujud dalam
bentuk sikap dan tingkah laku sehari-hari. Pelestarian kemabruran haji tersebut
membutuhkan upaya-upaya yang sebenarnya menjadi inti atau hikmah dari
beberapa amaliah dalam ibadah haji, yang harus disosialisasikan di luar haji dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:

a. Pengambilan atau pengambilan tindakan untuk melaksanakan aturan


merupakan realisasi pengambilan sikap miqat ihram, sehingga seorang muslim
selalu mengerjakan untuk selalu bermiqat dalam satu hal yang akan dikerjakannya
untuk melakukan sesuai dengan aturan.
b. Mengenakan pakaian dalam persamaan persamaan derajat kemanusiaan serta
menimbulkan pengaruh psikologis bahwa seperti itulah dan dalam keadaan
demikianlah seseorang menghadap Allah SWT pada saat kematiannya.
c. Senantiasa mendahulukan atau mementingkan panggilan Allah SWT dan tidak
membaurkannya dengan niat, pikiran dan tujuan lain merupakan manifestasi dari
ungkapan talbiyah:
d. Thawaf yaitu mengelilingi ka'bah sebanyak tujuh putaran yang dimulai dan
diakhiri di Hajar Aswad, hakekat dari thawaf ini adalah kita diajak untuk
mengikuti perputaran waktu dan peredaran peristiwa namun tetap berdekatan
dengan Allah SWT.
e. Kata Sa'i adalah usaha, yang bisa dikembangkan dalam hidup baik pribadi,
keluarga maupun masyarakat. Ibadah ini memberikan makna sikap optimis serta
usaha yang keras serta penuh kesabaran dan tawakal kepada Allah SWT dalam
menghadapi berbagai tantangan yang terjadi.
f. Intropeksi diri dalam setiap saat, apa dan bagaimana seharusnya apa yang
seharusnya dilihat dan dilakukan adalah cerminan makna wukuf di arafah. Hal ini
sejalan dengan amanat dari Amirul Mu'minin sayidina Umar bin Khatab ra yang

berbunyi:
intropeksilah dirimu sebelum diintrograsi dihari perhitungan kelak.
g. Kegiatan untuk menyembelih qurban adalah menyadari bahwa ibadah haji
adalah melaksanakan jihad agama Allah SWT, menikmati keta'atan yang
sempurna serta menunaikan kewajiban bersyukur kepada Allah SWT berupa
nikmat tebusan (untuk bershodaqoh fakir miskin).
h. Kesediaan untuk Sewaktu-waktu beri'tikaf, berkhalwat, dan mencoba
mengenali alam sambil berdzikir kepada Allah SWT merupakan cerminan dari
makna mabit di Muzdalifah.
i. Bertekad membelakangi segala kemaksiatan dan kebenciannya merupakan
makna “ramyul jamarat” (melontar jumroh) dengan janji diri membuang dan
melemparkan segala cela'an diri dan kutukan serta menghancurkan segala
kemaksiatan.
j. Wukuf di Arafah mengingatkan akan situasi di Mahsyar kelak pada hari-hari,
tidak beralas kaki, dalam ketakutan, ketakutan dan sebagainya.
k. Menghindari seluruh aktifitas yang dapat berdampak negatif dalam lingkungan
kehidupan, merupakan realisasi untuk tidak berburu binatang buruan, hutan dan
orang lain.
l. Cinta damai, berjiwa sosial dan tolong-menolong merupakan makna berjama'ah
dalam rangkaian semua ibadah.
m. Kesiapan memberikan kesempatan lain untuk mendapatkan pujian,
digambarkan dalam kesiapan untuk mengalah dengan tangan ke hajar aswad, jika
dalam keadaan sulit untuk menyentuhnya dan sekaligus sebagai makna utama
keselamatan bersama.
n. Selama ibadah haji dilarang melakukan kemaksiatan dan mengakui adalah
proses melatih diri menahan nafsu dan angkara murka.
o. memasuki kota Mekkah artinya kita telah sampai di tanah suci yang dimuliakan
Allah SWT agar kita selamat dari hukuman pada hari perhitungan.
p. Hijir Ismail yang arti harfiyahnya pangkuan Ismail (ibu nabi Ismail)
memberikan pelajaran bahwa Allah SWT memberikan kedudukan untuk
seseorang bukan karena keturunan atau status sosial akan tetapi karena
kedekatannya dengan Allah SWT.
q. Kendaraan yang mengangkut serta mengantar adalah cerminan bahwa kita
sedang diangkut menuju negeri akhirat.
Itulah makna dan hakekat haji, maka dapatlah dijelaskan bahwa peribadatan
kepada Allah SWT, meskipun berlainan cara dan ragamnya, tetapi memiliki satu
tujuan yaitu keta'an dan bukti penghambaan diri dengan sebenar-benarnya, ikhlas
menta'ati perintah dan hanya berserah diri kepada Allah SWT . Dengan demikian
ibadah haji merupakan kumpulan simbol-simbol yang sangat indah apabila
dihayati dan diamalkan secara baik dan benar, maka pasti akan mengantarkan
pelakunya dalam lingkungan kemanusiaan yang benar-benar sesuai dengan Allah
SWT.

C. Kemabruran Haji dalam Berbagai Aspek

-Kemabruran Haji dalam Aspek Kepribadian


Di kota-kota besar banyak tumbuh sekolah pendidikan kepribadian yang
berkaitan erat dengan "hubungan publik", pekerjaan yang memiliki hubungan
dengan masyarakat. Murid-murid diajarkan tata krama, sopan santun menghadapi
orang, berbusana yang baik sehingga orang yang melihatnya senang, berbicara
dan bergaul dengan orang-orang sehingga merasa percaya terhadapnya.
Kepribadian tidak dapat terbentuk dalam masa yang singkat, karena
kepribadian bersenyawa dengan temperamen yang sifatnya bawaan sejak lahir.
Kepribadian tidak cukup hanya dari luar sebab pembentukan kepribadian tumbuh
dari dalam, pembinaannya perlu waktu yang lama dalam kandungan, balita, anak-
anak, remaja, hingga dewasa, terus dikembangkan. Pengetahuan teknik seperti
berdialog,
Manasik merupakan pendidikan kepribadian metode ciptaan Allah SWT,
berbeda dengan pendidikan yang diciptakan oleh Allah SWT ini, manasik benar-
benar dapat mengubah karakter dan mempengaruhi temperamen yang begitu kuat,
jika yang dididiknya melakukan ibadah haji dengan benar memahami sandi-sandi
(materi kerahasiaan) ) yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji.
Pendidikan ciptaan Illahiyah yang bernama haji ini sangat memerlukan
kematangan, disamping diperlukan kesehatan jasmani yang prima juga diperlukan
kesiapan jiwa untuk menghadapi segala macam cobaan dan ujian, selain itu
pertumbuhan rohani juga diperlukan sebagai pakaian dalam menerima didikan
dari Allah SWT. Potret haji mabrur tidak dinilai pada saat proses ibadah haji
tersebut berlangsung, tapi juga harus dinilai sebagai persiapan termasuk bekal
yang halal saat melaksanakan manasik yang diajarkan dan amalan setelah ibadah
haji selesai. Indikator kemabruran haji tersebut adalah:
1) Patuh melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT seperti
melaksanakan sholat, konsekuen membayar zakat, sungguh-sungguh dalam
membangun keluarga sakinah mawadah wa rahmah serta selalu rukun dengan
sesama umat manusia dan sayang kepada makhluk Allah SWT.
2) meninggalkan apa yang dilarang olehAllah SWT, baik berupa dosa besar
maupun dosa syirik, riba, zina, judi, membunuh orang, objek, menyakiti orang
lain, dan lain-lain.
3) Gemar melaksanakan ibadah-ibadah sunat dan amalan shalih lainnya serta
berusaha meninggalkan perbuatan-perbuatan yang makruh dan tidak bermanfaat.
4) Aktif berkiprah dalam memperjuangkan, mendakwahkan Islam serta sungguh-
sungguh dalam amar ma'ruf nahi mungkar tidak dengan cara yang mungkar.
5) Memiliki sifat terpuji seperti sabar, syukur, tawakal, tasamuh, pemaaf,
tawadhu' dan lainlainnya.
6) Malu kepada Allah SWT untuk melakukan perbuatan yang dilarangnya.
7) Semangat dan sungguh-sungguh dalam menambah dan mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam.
8) Bekerja keras dan tekun untuk memenuhi keperluan diri, keluarga dan dalam
rangka membantu orang lain serta berusaha untuk tidak merasa malas dan
mempermudah orang lain.
9) Cepat melakukan taubat apabila terlanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak
memulai diri pro-aktif dengan perbuatan dosa, serta tidak mempertonkan dosa dan
tidak betah dalam setiap aktivitas yang dapat menyebabkan dosa.
10) Sungguh-memanfaatkan segala potensi yang ada dalam dirinya untuk
menolong orang lain dan merupakan “Izzul Islam Wal Muslimin”.

- Kemabruran Haji dalam Aspek Kehidupan Sosial


Peningkatan iman diwujudkan antara lain dalam bentuk menguatnya
kesadaran seseorang tentang kebesaran Allah SWT. ibadah ini dibuktikan dalam
bentuk pelaksanaan ibadah secara sempurna, peningkatan-peningkatan amal-amal
shaleh diwujudkan antara lain:
1) Menegakkan sholat berjama'ah
Sholat berjama'ah merupakan amaliah yang sangat dipentingkan oleh Rasulullah
SAW. Bagi seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji, serta memahami
betul bahkan menghayati bagaimana pentingnya sholat jama'ah akan menjadi
pelopor kemakmuran masjid. Ia akan memastikan shalat berjama'ah di masjid
tempat ia tinggal, teladan kepada masyarakat bahkan ia akan tegakkan shalat
berjama'ah berada.

2) Menyantuni anak yatim dan fakir miskin adalah amanah dari Allah SWT
kepada para hambanya yang memiliki kemampuan dan kesanggupan harta benda.
Sebagaimana yang diamanatkan dalam ayat suci Al-Qur'an diantaranya adalah:
Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
Dan terhadap orang yang meminta-minta maka janganlah kamu menghardiknya.
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya
(dengan bersyukur).
3) Menjenguk orang sakit dan meninggal Menjenguk orang sakit, mendatangi
orang yang meninggal serta mengantarkannya ke kematian serta memberikan
ta'ziyah kepada keluarga yang ditimpa bencana merupakan amaliah yang sangat
terpuji dan dianjurkan oleh Rasulullah. Seorang muslim yang telah mengerjakan
haji apabila mendengar berita tersebut akan segera datang dan menyambutnya.
Hal ini merupakan manifestasi dari ucapan talbiyah yang pernah ia serukan di
tanah suci membekas dalam hati tidak hanya sebatas ucapan bibir saja. Hal ini
senada dengan Sabda Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang berbunyi:

Hak seorang muslim atas muslim yang lainnya ada lima, yaitu menjawab salam,
mengunjungi yang sakit , mengantar, memenuhi undangan dan menjawab orang
yang bersin jika mengucapkan salam.
4) Kerja bakti dan saling tolong menolong Kerja bakti atau saling tolong
menolong adalah perbuatan yang sangat terpuji, di dalam Islam yang dikenal
dengan sebutan “at-ta'awun”. Anjuran untuk saling membantu menolong
menolong ini termaktub dalam ayat suci al-Qur'an yang berbunyi: Dan tolong
bantulah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan tolong bantu dalam
melakukan dosa dan kesalahan.
5) Mendamaikan orang yang berselisih Seorang yang telah melaksanakan ibadah
haji diharapkan dapat mengaktualisasikan predikat yang menempel pada dirinya
sebagai duta Allah SWT, sehingga jika seorang haji mendengar ada orang
yangbersengketa maka berita itu merupakan undangan dari Allah SWT untuk
datang mendamaikannya. Banyak cara untuk mendamaikan orang yang
bersengketa, kewajiban juru damai adalah beriktiar bagaimana dua orang yang
berselisih itu bisa Ishlah (damai), dan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.
Dan usaha yang paling minim adalah berdoa agar hati kedua orang yang berselisih
itu disambungkan kembali oleh Allah SWT dan hidup rukun seperti sediakala.
- Kemabruran Haji dalam Aspek Ubudiyah
Sesungguhnya kemabruran haji seseorang dapat dilihat dari perubahan sikap,
perilaku dan amalan ibadah yang lebih baik (meningkat) dibandingkan sebelum
melaksanakan ibadah haji, oleh karena itu nilai kemabruran haji dalam ubudiyah
dapat diaktulisasikan melalui beberapa tahapan baik ubudiyah yang bersifat “
Mahdah” atau ibadah murni seperti: sholat, puasa, haji maupun ibadah “Ghairu
Mahdah” atau ibadah tidak murni seperti: sabar, syukur, jujur.
Indikasikemabruran haji dalam ubudiyah nampak pada kepribadian seseorang
yang telah berhaji antara lain sebagai berikut:
1) Kualitas ibadah Shalat
Sholat yang berkualitas shalat yang dilakukan dengan khusyu' dan melahirkan
perubahan perilaku seseorang menjadi taat kepada Allah SWT untuk meraih
keridhaannya, menjadikan diri dari perbuatan maksiat dan munkarat yang tidak
senangi oleh Allah SWT. Jika hal ini berhubungan dengan kemabruran haji
seseorang maka jelaslah bahwa orang yang hajinya mabrur otomatis dia akan
melaksanakan shalat dengan waktunya, pelaksanaannya dengan keikhlasan,
khusyu', rendah diri dan bebas dari perbuatan maksiat dan kemungkaran.
2) Meningkatkan ibadah puasa dan membaca al-Qur'an
Puasa merupakan ibadah, bahkan puasa bulan Ramadhan termasuk salah satu
rukun Islam yang harus dikerjakan oleh seluruh muslim. Untuk menjaga
kelestarian haji mabrur maka salah satunya adalah melaksanakan ibadah puasa,
baik puasa di bulan Ramadhan atau puasa sunnah serta membaca Al-Qur'an untuk
menambah pengetahuan agama. Selain tujuan untuk meraih taqwa kepada Allah
SWT, puasa juga dapat mengendalikan syahwat di samping juga untuk
meningkatkan kesehatan. Bahkan kedua ibadah ini (puasa dan membaca Al-
Qur'an) menjadi syafa'at di hari kelak.
3) peningkatan rasa syukur dan tawakkal
Mensyukuri nikmat dan tawakal merupakan perintah Allah SWT dan termasuk
kategori ibadah, dalam pertemuan dengan kemabruran haji maka kedua harus
tetap dijaga dan ditingkatkan. Seseorang yang telah melaksanakan haji berarti dia
telah mendapat nikmat yang wajib disyukuri kemudian tawakal kepada Allah
SWT. Syukur kepada Allah ini adalah syukur dalam arti berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya lalu berserah diri kepada Allah SWT. Hal ini
seperti yang firmankan Allah SWT. Al Qur'an yang berbunyi: “Dan ingatlah
tatkala Tuhanmu memerintahkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti aku
akan menambah nikmat, dan jika kamu mengingkari (nikmatku) maka
sesungguhnya azab sangatku pedih”.

4) Memelihara akhlaq terpuji


Akhlaq terpuji atau akhlaqul karimah adalah termasuk amal ibadah yang utama
dan menjadi perilaku bagi orang-orang shaleh dalam pergaulan dengan
lingkungan dan masyarakatnya. Hal ini telah ditunjukkan oleh para nabi, sahabat
dan para ulama sebagai pemimpin umat dan sekaligus panutan atau suri tauladan
yang baik.
Sebagai orang yang telah mendapatkan anugerah dari Allah SWT dengan
melaksanakan ibadah haji, maka kemabruran haji itu dapat diaktualisasikan
melalui akhlaq karimah yang melekat pada dirinya, yakni dalam rangka membina
hubungan, bergaul dengan kawan sejawat dan menjalin persaudaraan dalam
lingkungan masyarakat. Hal ini sebagaimana di dalam hadits yang bunyinya:

Bertaqwalah kepada Allah dimana saja engkau berada dan susullah perbuatan
buruk dengan perbuatan baik, maka akan menghapus manusia dengan akhlaq
yang baik.
5) Memelihara kejernihan hati dan kejujuran
Kejernihan hati dan kejujuran bagi haji mabrur suatu keharusan yang melekat
pada dirinya. Orang mukmin yang terpercaya adalah orang yang hatinya bersih
dan jujur, dia tidak mudah terjerumus pada ucapan dan perbuatan maksiat dan
kedzaliman yang sering merugikan orang lain. Perlunya memelihara kejujuran
sebagai salah satu indikasi kemaburan haji harus tetap dilestarikan dalam
kehidupan sehari-hari jujur dalam ucapan maupun perbuatan. Seseorang yang
mampu memelihara ucapan yang benar dan yang jujur, dialah orang yang
tergabung sebagai orang yang sempurna. Rasulullah berdoa dalam haditsnya yang
berbunyi:
Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, bahwasannya seorang laki-laki bertanya
kepada Rasulullah SAW, bagaimana cara terbaik muslim? Beliau menjawab,
orang yang lisan dan tangani tidak menyakiti muslim.
Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa kemabruran haji seseorang
dalam ubudiyah dapat terlihat manakala dia setelah kembali dari ibadah haji
meningkat amal ibadahnya, baik ibadah sholat, puasa, maupun zakat. Selain itu
dia juga dapat menunjukkan akhlaq yang baik, menjagakejernihan hati, jujur
dalam ucapan dan perbuatan.
D. Haji Mardud
Haji Mardud atau Haji Maz'ur adalah lawan dari Haji Makbul atau haji yang
dikabulkan. Jadi, pengertian dari Haji Mardud adalah [[Haji yang ditampik oleh
Allah, sebab dalam melaksanakannya banyak dicampuri dosa dan keharaman,
misalnya mengerjakan haji dengan perbekalan dari usaha haram (korupsi).Dan,
tidak benar pahala untuk orang-orang yang mengerjakan haji dari hasil yang
haram. Dalam kasus haji seperti ini, Muhammad bersabda :
“...ketika orang haji dengan nafkah haram keluar, kesudahan di berseru : Diri
sendiri datang memenuhi panggilan-Mu, karenanya datanglah jawaban dari
langit : Tidak engkau tidak memenuhi panggilan, perbekalanmu haram, nafkahmu
haram, hajimu penuh dosa, tidak berpahala. ”
Dan, dalam sabda lain-Nya, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam muslim, Muhammad bersabda :
“Tidak benar talbiyah untukmu dan tidak benar pula keberuntungan atasmu sebab
makananmu haram, pakaianmu haram dan hajimu ditampik. “

-Penyebab Haji Mardud


Dalam ibadah haji ada haji Mabrur (diterima) dan ada haji Mardud. Haji mardud
artinya ialah haji yang ditolak.
Berikut penyebab haji mardud:
1. Niatnya salah (Selain mencari ridho Allah)
2. Kurang bersih dari perkara haram dalam biaya perjalanan hajinya.
3. Tata cara manasik hajinya tidak sesuai dengan syariat.
4. Masih melakukan dosa dan maksiat saat menjalankan ibadah haji.
BAB III
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dan dari sumber yang lain mengenai haji mabrur dan
mardud maka dapat kita simpulkan yaitu :
1. Haji berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka'bah) untuk melakukan
beberapa amal ibadah dengan tata cara tertentu dan pelaksanaan pada waktu
tertentu pula, menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh syara', semata-mata
mencari ridho Allah.
2. Ketaatan kepada Allah SWT itulah tujuan utama dalam melakukan ibadah haji.
Selain itu juga untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT.
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah)
manusia, yaitu Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia.Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di
antaranya) maqam Ibrahim ; barang siapa memasukinya (Baitullahitu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang bersedia mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari alam semesta. Qs.3:96-97”
3. Penyebab Haji ditolak atau mardud salah satunya adalah niat yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
Jati,Cheptian.2016. “Makalah Haji Mabrur” ,
https://id.scribd.com/document/391820972/Makalah-Haji-Mabrur, diakses pada
tanggal 28 Maret 2022 pukul 18.00.
Bersamawisata.2020. “Haji Mabrur dan Haji Mardud”,
https://bersamawisata.com/berita_dan_promo/haji-mabrur-dan-haji-mardud/ ,
diakses pada tanggal 29 Maret 2022 pukul 13.00.
BIODATA PENULIS

Deandra Lintang Ayu L. Lahir pada 11 Agustus


2002 di Jember sebagai anak ke 2 dari 4
bersaudara. Setelah menempuh pendidkan formal
di SDN Sukorambi 01, SMPN 07 Jember, SMAN
1 Arjasa Jember. Saat ini menempuh S1
Manajemen di STIE Mandala Jember.

Riwayat Pendidikan :
 SDN Sukorambi 01
 SMPN 07 Jember
 SMAN 1 Arjasa Jember

Nama Ayah : Arief Bowo Laksono


Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Eny Kurniawati
Pekerjaan : Biro Jasa Pembuatan Paspor, Wiraswasta
Hobby : Travelling, shopping, melukis, membaca novel khususnya novel ciptaan
Tere Liye, naik gunung, make up.
Cita-cita : Pelukis, pengusaha.

Anda mungkin juga menyukai