Oleh :
Deandra Lintang Ayu Laksono
Nim 21030183
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................4
A. LATAR BELAKANG................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................5
A.Pengertian Haji Mabrur............................................................................5
B. Makna Haji Mabrur.................................................................................6
C. Kemabruran Haji dalam Berbagai Aspek...............................................8
D. Haji Mardud.............................................................................................13
BAB III..................................................................................................................14
A. Kesimpulan...............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BIODATA PENULIS...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia mempunyai cita-cita atau keinginan yang sama, yaitu ingin
mendapatkan keselamatan, kebahagiaan dan keberuntungan di dunia maupun
akhirat. Di sisi lain, manusia adalah hamba ciptaan Allah SWT. Oleh karena itu,
Allah SWT yang paling mengetahui jalan yang akan ditempuh hamba untuk
meraih cita citanya tersebut. Allah SWT menurunkan suatu ajaran atau konsep
kepada nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman hidup, yaitu Islam.
Pedoman tersebut menjadi rujukan segenap hamba. Intinya, melaksanakan apa
yang diperintahkanNya dan menjauhi segala yang dilarangNya. Dengan tujuan,
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
BAB II
PEMBAHASAN
“Tidak ada talbiyah bagimu dan tidak ada pula, atasmu karena makananmu haram
dan hajimu ditolak.”
Para ulama memberikan batas perbedaan maknaantara kedua istilah haji “maqbul”
dan “mardud”. Haji “maqbul” adalah haji yang diterima dan mendapat pahala
sesuai dengan yang membedakan kewajiban seseorang dari kewajiban haji,
sedangkan Haji “mabrur” adalah haji yang mampu menghantarkan pelakunya
kelak bisa lebih baik dari hari-hari sebelumnya ia berhaji.
“Amal perbuatannnya setelah ibadah haji lebih baik dari sebelumnya.”
Dengan demikian maka haji mabrur sudah pasti maqbul, tetapi tidak semua haji
maqbul menjadi haji mabrur, karena kemabruran haji seseorang ditentukan
dengan perilaku ibadah dan amaliyahnya setelah pelaksanaan haji.
berbunyi:
intropeksilah dirimu sebelum diintrograsi dihari perhitungan kelak.
g. Kegiatan untuk menyembelih qurban adalah menyadari bahwa ibadah haji
adalah melaksanakan jihad agama Allah SWT, menikmati keta'atan yang
sempurna serta menunaikan kewajiban bersyukur kepada Allah SWT berupa
nikmat tebusan (untuk bershodaqoh fakir miskin).
h. Kesediaan untuk Sewaktu-waktu beri'tikaf, berkhalwat, dan mencoba
mengenali alam sambil berdzikir kepada Allah SWT merupakan cerminan dari
makna mabit di Muzdalifah.
i. Bertekad membelakangi segala kemaksiatan dan kebenciannya merupakan
makna “ramyul jamarat” (melontar jumroh) dengan janji diri membuang dan
melemparkan segala cela'an diri dan kutukan serta menghancurkan segala
kemaksiatan.
j. Wukuf di Arafah mengingatkan akan situasi di Mahsyar kelak pada hari-hari,
tidak beralas kaki, dalam ketakutan, ketakutan dan sebagainya.
k. Menghindari seluruh aktifitas yang dapat berdampak negatif dalam lingkungan
kehidupan, merupakan realisasi untuk tidak berburu binatang buruan, hutan dan
orang lain.
l. Cinta damai, berjiwa sosial dan tolong-menolong merupakan makna berjama'ah
dalam rangkaian semua ibadah.
m. Kesiapan memberikan kesempatan lain untuk mendapatkan pujian,
digambarkan dalam kesiapan untuk mengalah dengan tangan ke hajar aswad, jika
dalam keadaan sulit untuk menyentuhnya dan sekaligus sebagai makna utama
keselamatan bersama.
n. Selama ibadah haji dilarang melakukan kemaksiatan dan mengakui adalah
proses melatih diri menahan nafsu dan angkara murka.
o. memasuki kota Mekkah artinya kita telah sampai di tanah suci yang dimuliakan
Allah SWT agar kita selamat dari hukuman pada hari perhitungan.
p. Hijir Ismail yang arti harfiyahnya pangkuan Ismail (ibu nabi Ismail)
memberikan pelajaran bahwa Allah SWT memberikan kedudukan untuk
seseorang bukan karena keturunan atau status sosial akan tetapi karena
kedekatannya dengan Allah SWT.
q. Kendaraan yang mengangkut serta mengantar adalah cerminan bahwa kita
sedang diangkut menuju negeri akhirat.
Itulah makna dan hakekat haji, maka dapatlah dijelaskan bahwa peribadatan
kepada Allah SWT, meskipun berlainan cara dan ragamnya, tetapi memiliki satu
tujuan yaitu keta'an dan bukti penghambaan diri dengan sebenar-benarnya, ikhlas
menta'ati perintah dan hanya berserah diri kepada Allah SWT . Dengan demikian
ibadah haji merupakan kumpulan simbol-simbol yang sangat indah apabila
dihayati dan diamalkan secara baik dan benar, maka pasti akan mengantarkan
pelakunya dalam lingkungan kemanusiaan yang benar-benar sesuai dengan Allah
SWT.
2) Menyantuni anak yatim dan fakir miskin adalah amanah dari Allah SWT
kepada para hambanya yang memiliki kemampuan dan kesanggupan harta benda.
Sebagaimana yang diamanatkan dalam ayat suci Al-Qur'an diantaranya adalah:
Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
Dan terhadap orang yang meminta-minta maka janganlah kamu menghardiknya.
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya
(dengan bersyukur).
3) Menjenguk orang sakit dan meninggal Menjenguk orang sakit, mendatangi
orang yang meninggal serta mengantarkannya ke kematian serta memberikan
ta'ziyah kepada keluarga yang ditimpa bencana merupakan amaliah yang sangat
terpuji dan dianjurkan oleh Rasulullah. Seorang muslim yang telah mengerjakan
haji apabila mendengar berita tersebut akan segera datang dan menyambutnya.
Hal ini merupakan manifestasi dari ucapan talbiyah yang pernah ia serukan di
tanah suci membekas dalam hati tidak hanya sebatas ucapan bibir saja. Hal ini
senada dengan Sabda Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang berbunyi:
Hak seorang muslim atas muslim yang lainnya ada lima, yaitu menjawab salam,
mengunjungi yang sakit , mengantar, memenuhi undangan dan menjawab orang
yang bersin jika mengucapkan salam.
4) Kerja bakti dan saling tolong menolong Kerja bakti atau saling tolong
menolong adalah perbuatan yang sangat terpuji, di dalam Islam yang dikenal
dengan sebutan “at-ta'awun”. Anjuran untuk saling membantu menolong
menolong ini termaktub dalam ayat suci al-Qur'an yang berbunyi: Dan tolong
bantulah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan tolong bantu dalam
melakukan dosa dan kesalahan.
5) Mendamaikan orang yang berselisih Seorang yang telah melaksanakan ibadah
haji diharapkan dapat mengaktualisasikan predikat yang menempel pada dirinya
sebagai duta Allah SWT, sehingga jika seorang haji mendengar ada orang
yangbersengketa maka berita itu merupakan undangan dari Allah SWT untuk
datang mendamaikannya. Banyak cara untuk mendamaikan orang yang
bersengketa, kewajiban juru damai adalah beriktiar bagaimana dua orang yang
berselisih itu bisa Ishlah (damai), dan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.
Dan usaha yang paling minim adalah berdoa agar hati kedua orang yang berselisih
itu disambungkan kembali oleh Allah SWT dan hidup rukun seperti sediakala.
- Kemabruran Haji dalam Aspek Ubudiyah
Sesungguhnya kemabruran haji seseorang dapat dilihat dari perubahan sikap,
perilaku dan amalan ibadah yang lebih baik (meningkat) dibandingkan sebelum
melaksanakan ibadah haji, oleh karena itu nilai kemabruran haji dalam ubudiyah
dapat diaktulisasikan melalui beberapa tahapan baik ubudiyah yang bersifat “
Mahdah” atau ibadah murni seperti: sholat, puasa, haji maupun ibadah “Ghairu
Mahdah” atau ibadah tidak murni seperti: sabar, syukur, jujur.
Indikasikemabruran haji dalam ubudiyah nampak pada kepribadian seseorang
yang telah berhaji antara lain sebagai berikut:
1) Kualitas ibadah Shalat
Sholat yang berkualitas shalat yang dilakukan dengan khusyu' dan melahirkan
perubahan perilaku seseorang menjadi taat kepada Allah SWT untuk meraih
keridhaannya, menjadikan diri dari perbuatan maksiat dan munkarat yang tidak
senangi oleh Allah SWT. Jika hal ini berhubungan dengan kemabruran haji
seseorang maka jelaslah bahwa orang yang hajinya mabrur otomatis dia akan
melaksanakan shalat dengan waktunya, pelaksanaannya dengan keikhlasan,
khusyu', rendah diri dan bebas dari perbuatan maksiat dan kemungkaran.
2) Meningkatkan ibadah puasa dan membaca al-Qur'an
Puasa merupakan ibadah, bahkan puasa bulan Ramadhan termasuk salah satu
rukun Islam yang harus dikerjakan oleh seluruh muslim. Untuk menjaga
kelestarian haji mabrur maka salah satunya adalah melaksanakan ibadah puasa,
baik puasa di bulan Ramadhan atau puasa sunnah serta membaca Al-Qur'an untuk
menambah pengetahuan agama. Selain tujuan untuk meraih taqwa kepada Allah
SWT, puasa juga dapat mengendalikan syahwat di samping juga untuk
meningkatkan kesehatan. Bahkan kedua ibadah ini (puasa dan membaca Al-
Qur'an) menjadi syafa'at di hari kelak.
3) peningkatan rasa syukur dan tawakkal
Mensyukuri nikmat dan tawakal merupakan perintah Allah SWT dan termasuk
kategori ibadah, dalam pertemuan dengan kemabruran haji maka kedua harus
tetap dijaga dan ditingkatkan. Seseorang yang telah melaksanakan haji berarti dia
telah mendapat nikmat yang wajib disyukuri kemudian tawakal kepada Allah
SWT. Syukur kepada Allah ini adalah syukur dalam arti berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya lalu berserah diri kepada Allah SWT. Hal ini
seperti yang firmankan Allah SWT. Al Qur'an yang berbunyi: “Dan ingatlah
tatkala Tuhanmu memerintahkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti aku
akan menambah nikmat, dan jika kamu mengingkari (nikmatku) maka
sesungguhnya azab sangatku pedih”.
Bertaqwalah kepada Allah dimana saja engkau berada dan susullah perbuatan
buruk dengan perbuatan baik, maka akan menghapus manusia dengan akhlaq
yang baik.
5) Memelihara kejernihan hati dan kejujuran
Kejernihan hati dan kejujuran bagi haji mabrur suatu keharusan yang melekat
pada dirinya. Orang mukmin yang terpercaya adalah orang yang hatinya bersih
dan jujur, dia tidak mudah terjerumus pada ucapan dan perbuatan maksiat dan
kedzaliman yang sering merugikan orang lain. Perlunya memelihara kejujuran
sebagai salah satu indikasi kemaburan haji harus tetap dilestarikan dalam
kehidupan sehari-hari jujur dalam ucapan maupun perbuatan. Seseorang yang
mampu memelihara ucapan yang benar dan yang jujur, dialah orang yang
tergabung sebagai orang yang sempurna. Rasulullah berdoa dalam haditsnya yang
berbunyi:
Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, bahwasannya seorang laki-laki bertanya
kepada Rasulullah SAW, bagaimana cara terbaik muslim? Beliau menjawab,
orang yang lisan dan tangani tidak menyakiti muslim.
Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa kemabruran haji seseorang
dalam ubudiyah dapat terlihat manakala dia setelah kembali dari ibadah haji
meningkat amal ibadahnya, baik ibadah sholat, puasa, maupun zakat. Selain itu
dia juga dapat menunjukkan akhlaq yang baik, menjagakejernihan hati, jujur
dalam ucapan dan perbuatan.
D. Haji Mardud
Haji Mardud atau Haji Maz'ur adalah lawan dari Haji Makbul atau haji yang
dikabulkan. Jadi, pengertian dari Haji Mardud adalah [[Haji yang ditampik oleh
Allah, sebab dalam melaksanakannya banyak dicampuri dosa dan keharaman,
misalnya mengerjakan haji dengan perbekalan dari usaha haram (korupsi).Dan,
tidak benar pahala untuk orang-orang yang mengerjakan haji dari hasil yang
haram. Dalam kasus haji seperti ini, Muhammad bersabda :
“...ketika orang haji dengan nafkah haram keluar, kesudahan di berseru : Diri
sendiri datang memenuhi panggilan-Mu, karenanya datanglah jawaban dari
langit : Tidak engkau tidak memenuhi panggilan, perbekalanmu haram, nafkahmu
haram, hajimu penuh dosa, tidak berpahala. ”
Dan, dalam sabda lain-Nya, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam muslim, Muhammad bersabda :
“Tidak benar talbiyah untukmu dan tidak benar pula keberuntungan atasmu sebab
makananmu haram, pakaianmu haram dan hajimu ditampik. “
Riwayat Pendidikan :
SDN Sukorambi 01
SMPN 07 Jember
SMAN 1 Arjasa Jember