Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PADA AN.

M DENGAN

VOMITUS DI RUANG MELATI RSUD Dr. SOEDIRMAN

KEBUMEN

DISUSUN OLEH :

NOVIA ARUM SARI

2211040123

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
A. DEFINISI
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh
isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi
lambung dan abdomen. (Hengki Kurniawan, 2018)
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui
mulut dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Muntah adalah suatau refleks
kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medulla oblongata otak
( Hengki Kurniawan, 2018).
B. ETIOLOGI
 Infeksi atau radang di saluran pencernaan
 Keracunan makanan. Hal ini bisa terjadi karena anak tidak sengaja
menelan sesuatu yang bersifat racun. Bisa juga karena memakan makanan
yang kualitasnya sudah buruk. Jika seperti ini, tidak menutup
kemungkinan anak akan mengalami muntah serta demam.
 Penyakit gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang paling
sering terjadi pada anak-anak. Pada kondisi ini, muntah biasanya terjadi
bersama-sama dengan diaredan rasa sakit pada perut. Pada umumnya
disebabkan oleh virus dan bakteri patogen.
C. MANIFESTASI KLINIS
 Keringat dingin
 Suhu tubuh yang meningkat
 Mual
 Nyeri perut
 Akral teraba dingin
 Wajah pucat
 Rasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
 Bisa disertai dengan pusing
D. PATHOFISIOLOGI
Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen
vagus dan simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau
duodenum dan muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau
iritasi, atau kadang- kadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh
bahan yang menyebabakan muntah. Muntah merupakan respon refeks
simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan aktivitas otot perut
dan pernafasan. Proses muntah dibagi dalam 3 fase berbeda yaitu :
1. Nausea Merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat
rangsangan pada organ dalam, labirin atau emosi dan tidak selalu diikuti
oleh muntah.
2. Redching Merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spamodie dengan
grotis tertutup, bersamaan dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada
dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratorak yang negative.
3. Emesis (Ekspusi) Terjadi bila fase redching mencapai puncaknya yang
ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah
turunnya diafragma, disertai dengan penekanan mekanisme antireflug.
Pada fase ini pylorus dan antrum berkontraksi fundus dan esophagus
relaksi dan mulut terbuka
E. KOMPLIKASI
1. Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan
dehidrasi dan alkaliosis.
2. Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.
3. Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan
(shock).
4. Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut,
pendarahan konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi
muntah, jahitan bisa terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul
pendarahan. (Bar dan Smeltzer. 2005)
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
No Nama obat Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek
samping
1. Inf. RL 12 Mengatasi Hypernatremia Sakit
tpm dehidrasi kepala,
pusing,
gatal, sakit
perut
2. Inj 4x200 Meredakan Hipersensitivitas Sakit
Paracetamol mg rasa sakit dan penyakit kepala,
dan demam hepar mual, sulit
tidur, urine
berwarna
gelap
3. Inj 3x2 Meredakan Hipersensivitas, Penglihatan
ondansetron mg mual dan sindroma menjadi
muntah perpanjangan buram,
interval QT nyeri perut,
bawaan kram otot
4. Inj 2x400 Mengatasi Hipersensitivitas Detak
Ceftriaxone mg infeksi jantung
bakteri tidak
teratur,
demam,
menggigil,
diare, mual
muntah
G. PATHWAY

(Sumber : Indrian Charmenita & Ita puspitasari, 2021)

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Biodata Pasien
2. Keluhan Utama
Muntah 3 kali dan demam tinggi
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RS pada tanggal 8 November 2022 bersama keluarganya
dengan keluhan muntah sebanyak 3 kali disertai demam tinggi dengan
suhu
39˚ C, saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan pusing dan sakit pada
bagian perut serta merasakan nyeri. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak
mau makan dan susah minum
4. Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan An. M ini pernah mengalami penyakit pneumonia
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua klien mengatakan tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
DM dan Hipertensi
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 Darah
 Elektrolit serum
 Urin
 Fases lengkap
b. Ultrasonografi
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
2. Hipertermi b.d proses penyakit
3. Nyeri akut b.d Agen ceder fisiologis
J. INTERVENSI

No. Dx Tujuan dan KriteriaHasil (SLKI) Intervensi (SIKI)

1. Hipovolemia b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipovolemia


kehilangan cairan selama 1x24 jam diharapkan Hipovolemia Observasi :
aktif pada pasien menurun dengan kriteria hasil :  Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis; nadi
meningkat, turgor kulit menurun, mukosa bibir
Status Cairan
kering)
 Turgor kulit membaik  Monitor intake dan output cairan
 Membrane mukosa membaik Teraupetik :
 Mual menurun  Berikan posisi modifield trendelenburg
 Muntah menurun  Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (Mis.
NaCl, RL)
2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
proses penyakit
diharapkan hipertermi menurun dengan  Identifikasi penyebab hipertermia
kriteria hasil (mis. Dehidrasi)
 Monitor suhu tubuh
Termoregulasi
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
 Menggigil menurun Teraupetik :
 Pucat membaik  Sediakan lingkungan yang dingin
 Suhu tubuh menurun  Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Suhu kulit menurun  Kompres dengan air hangat
Edukasi :
 Anjurkan untuk memakai pakaian
yang menyerap keringat
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena

3. Nyeri akut b.d AgenSetelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri


selama 2x24 jam diharapkan Nyeri pada
ceder fisiologis Observasi :
pasien menurun dengan kriteria hasil
Tingkat Nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Keluhan nyeri menurun
 Identifikasi skala nyeri
 Meringis membaik
 Gelisah membaik  Identifikasi faktor yang Memperberat dan
memperingan nyeri
Terpautik :
 Berikan teknik nonfakmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis; Tarik nafas
dalam, kompres hangat/dingin)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Silvia C. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit,


Edisi 2. Jakarta : EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keerawatan Indonesia : Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keerawatan Indonesia : Definisi dan kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keerawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai