Anda di halaman 1dari 4

Permulaan hadis pertama dalam kitab hadis arbain mengenai hadis tentang niat merupakan tradisi

ulama salaf, mereka sangat memperhatikan kebersihan hati dan ketulusan jiwa sebelum memulai
aktivitas. Karena ketulusan adalah ruhnya pekerjaan, dengan hadirnya hati yang ikhlas tentu akan
memotivasi totalitas dalam proses hingga akhir ibadah.

Hadis ini diriwayatkan lebih dari tiga ratus perawi, bahkan ada yang berpendapat tujuh ratus perawi.
Dan salah satu perawinya adalah sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu.

Biografi perawi

Umar bin Khatab dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku
terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya
Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani Makhzum. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara
kebenaran dan kebatilan.

Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab (581 -
November 644 M) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam yang juga
adalah khalifah kedua Islam (634-644M). Umar juga merupakan satu di antara empat orang Khalifah
yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).

Nasabnya bertemu dengan nabi di buyutnya Ka’ab bin Luay, salah satu julukan yang disematkan nabi
kepada sahabat Umar adalah Abi Hafshin yang bermakna singa karena keberanian dan kegagahannya
membela Islam. Ia masuk islam diurutan ke 52 setelah 40 orang laki-laki dan 11 orang perempuan
memeluk Islam, atau tepatnya pada tahun keenam hijriyah dan dibaiat sebagai khalifah kedua setelah
wafatnya sahabat Abu Bakar bin Shidiq.

Selama menjabat sebagai khalifah, sahabat Umar banyak berdedikasi dan memiliki peran yang sangat
besar dalam kemajuan dakwah Islam, diantaranya ; Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam
tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan
dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir,
Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara
adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah
pimpinan Umar.

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran
Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636 M, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan
Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan
Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang
lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636 M), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu,
jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil
membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637 M, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya
mengambil alih kota tersebut. Ia diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan
diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat
ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan
ditempat ia salat.

Sahabat Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga
memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638M, ia
memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah danMasjid Nabawi di
Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.

Sahabat Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan
penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan
bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah. Atau ia adalah pelopor
penanggalan hijriyah didalam Islam.

Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu

1. Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah
dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada
musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih
banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila
engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak
bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan
memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

Wafatnya

Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lu’lu’ nama aselinya Fairuz, seorang budak yang fanatik pada saat ia
akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia beragama nasrani 1 yang masuk Islam setelah
Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lu’lu’ (Fairuz)
terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya,
1
Ada pendapat yang mengatakan ia beragama Majusi.
oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat, jabatan
khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.

Sanad Hadis – Shigatul Adaa

Mengenal perbedaan redaksi penyampaian dalam sanad ;

 sami’tu (aku telah mendengar) – haddatsani (telah menceritakan kepadaku).


Lafaz sami’tu dan haddatsani adalah bentuk sigah atau sanad yang paling kuat diantara yang
lainnya, lafaz sami’tu atau haddatsani disebutkan oleh perawi jika ia langsung mendengar
sendiri informasi atau ilmu tersebut langsung dari gurunya, dan seorang perawi tidak boleh
menggunakan redaksi sami’tu atau haddatsani jika ia tidak mendengar langsung dari syeikhnya.
 Sami’na (kami telah mendengar) – haddatsana (telah menceritakan kepada kami).
Sama halnya dengan sami’tu dan haddatsani, hanya saja pada redaksi sami’na dan haddatsana
jumlah yang mendengar ilmu atau informasi dari gurunya lebih dari dua orang, bisa tiga empat
dan lebih. Sederhananya, ilmu dan informasi tersebut disampaikan seorang guru dikhalayak
ramai dan dalam majelis terbuka bukan pada pertemuan privasi seperti pada redaksi sami’tu
dan haddatsani.
 Akhbarani (telah mengabarkan kepadaku) – Quri-a ‘alayhi (dibacakan kepadanya) – Qoro’tu
‘alayhi (aku telah membaca dihadapannya).
Pada redaksi akhbarani, quri-a alayhi dan qoro’tu alayhi seorang murid membaca hadis atau
ilmu dihadapan gurunya tidak seperti diawal yang posisi guru membacakan kepada muridnya.
Redaksi ini juga bisa bermakna seorang guru tidak sempat membacakan seluruh isi hadis atau
kitab tersebut kepada muridnya namun bisa berupa tulisan yang diberikan oleh gurunya atau
izin dari gurunya untuk menyampaikan semua riwayat yang dimiliki oleh syeikhnya.
 Anba-ana (telah memberikan kepada kami).
Redaksi ini merupakan lafaz yang umum, artinya seorang guru memberikan ijazah kepada murid
baik berupa kitab, tulisan, lisan dan yang lainnya.
Namun menurut pakar hadis mutaqaddimin (generasi awal) anba-ana adalah sinonim dari
haddatsana dan akhbarana. Dan menurut ulama mutaqoddimin tidak ada perbedaan yang
berarti pada redaksi diatas, dan diantara ulama yang memegang metode mutaqoddimin adalah
Imam Bukhari, adapun imam Muslim tetap mengklasifikasikan dan membedakan setiap redaksi
sanad dengan arti yang sudah diuraikan diatas. Wallahu a’lam

Sesungguhnya semua perbuatan tergantung dengan niatnya.


Pada syarh hadisnya dijelaskan bahwa perbuatan manusia akan dihitung amal ibadah selama
perbuatannya disertai dengan niat karena Allah dan dengan tujuan mengharap rida Allah. Adapun jika
seseorang mengerjakan satu hal karena kebiasaan harian seperti mandi, atau berangkat bekerja namun
tanpa ada niat khusus maka tidak ada pahala didalam pekerjaannya. Berbeda jika saat ia mandi dalam
hatinya terbesit agar tubuhnya segar dan lebih semangat dalam beribadah atau dengan niat supaya
mengikuti Rasulullah sebagai sosok yang indah dan mencintai keindahan, bersih dan menyukai
kebersihan, niat seperti ini dikategorikan niat ibadah. Maka, alangkah meruginya jika seharusnya
pekerjaan apapun masuk kedalam bab ibadah. Pekerjaan juga demikian, sebagai karyawan, owner, atau
driver sekalipun jika diiringi dan melibatkan niat karena Allah dan mengikuti sunah Rasulullah itu semua
bisa menjadi timbangan pahala, menjadi driver agar mempermudah urusan umat nabi Muhammad akan
berpahala, menjadi karyawan agar anak-anaknya bisa membaca karena membaca dan mendapat
pendidikan adalah perintah Allah, mempunyai bisnis agar membuka lowongan pekerjaan untuk umat
nabi Muhammad dan mengatur waktu shalat untuk waktu istirahat juga ibadah, manager yang merubah
regulasi agar 45 menit sebelum azan diistirahatkan agar karyawan bisa mempersiapkan diri ibadah
shalat jumat dengan tenang dan khusuk dan seterursnya. Ini adalah hal-hal yng mungkin terlihat dan
terkesan sederhana namun akan berarti disisi Allah karena termasuk mensyiarkan agama Allah.

Tujuan hidup didunia, Allah berfirman “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah
kepada-Ku.” Artinya, semua pekerjaan sudah semestinya menjadi ladang ibadah, karena tidak mungkin
dan sulit rasanya jika semua waktu kita dipakai untuk shalat sehari semalam, atau duduk bertilawah
tanpa jeda dan ibadah-ibadah jasmani dan zahir. Ada ibadah yang disebut dengan ibadah batin, inilah
yang kita kenal dengan niat. Meniatkan dan memantapkan hati bahwa semua yang kita lakukan dari pagi
hingga malam karena Allah dan mengharap ridhanya, mencari kasih Rasulullah. Lakukan muhasabah
atau evaluasi diri, “YaAllah, yang aku kerjakan hari ini kalaulah ada yang luput dari niat karena-Mu,
tolong maafkan dan jadikan itu ibadahku padamu. Kalau ibadahku dari pagi hingga saat ini bukan
karena-Mu berikan aku ampunan dan jadikan ibadah itu karena dan untuk-Mu.” Dengan begitu, semoga
Allah mengabulkan muhasabah kita dan menghitungnya sebagai bentuk pengakuan suci dalam diri kita.
Amin..

Adapun fungsi dari niat :

 Membedakan antara ibadah dan aktivitas harian


 Membedakan antara ibadah wajib dan sunah
 Membedakan jumlah dalam ibadah
 Menyempurnakan ibadah

Anda mungkin juga menyukai