Cerita Inspiratif Bindo
Cerita Inspiratif Bindo
IXA/28
Bu Muslimah
Nama lengkap beliau adalah Muslimah Hafsari lahir di Dusun Rasau,Desa
Gantung,Kecamatan Gantung,Belitung Timur,27 Februari 1952,Muslimah Hafsari lahir dari
pasangan KA Abdul Hamid dan Salma Syarif,menikah dengan seorang pegawai PN Timah
bernama Hazali All.Bu Muslimah adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara,dan dari
pernikahannya mempunyai 3 orang anak. Wanita lembut ini adalah pengajar pengajar
pertama Laskar Pelangi dan merupakan guru yang paling berharga bagi mereka.Bu
Muslimah merupakan salah satu tokoh yang di angkat dalam novel paling fenomenal di
Indonesia "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata.
Kehidupan Bu Muslimah di SD Muhammadiyah
Lulus dari Sekolah Kepandaian Putri (SKP) Muhammadiyah pada usia 16 tahun dan
mengabdikan dirinya untuk mendidik murid-murid di SD Muhammadlyah Gantung,sekolah
yang dirintis pendiriannya oleh kakeknya.Sejak diangkat menjadi PNS sekitar tahun 1986,Ibu
Muslimah kemudian mengajar di SD Negeri 1 Desa Lintang Kecamatan Gantung hingga
tahun 1989, lalu mengajar di SD Negeri 6 Kecamatan Gantung dari tahun 1989 hingga
sekarang. Bu Muslimah adalah figur guru yang pada akhirnya menginspirasi
Indonesia,walaupun pada saat awal mengajar dulu beliau menerima gaji hanya sebesar Rp
7000,-per bulan atau bahkan kadang-kadang tidak menerima sama sekall.Tahun 2008,Bu
Muslimah masih mengajar di SDN 6 Gantung,Belitung.
Muslimah muda ketika itu masih berusia 17 tahun.la muncul ditengah guyuran hujan yang
hebat dengan sebuah pelepah daun pisang di tangannya.la terus berjalan membelah deras
nya tetesan air hujan.Tujuannya ke SD Muhammadyah, disebuah kampung di Belitung.la
dapati beberapa murid berkumpul di sudut ruangan,menggigil dengan rasa khawatir gedung
sekolah yang akan ambruk.
Perempuan itu lantas menghampiri dan membuatnya merasa nyaman. ketika hujan
mereda, pelajaran pun dimulai. Perempuan itu mengajari banyak hal, termasuk bagaimana
memperjuangkan kebahagian. Kemiskinan dan segala keterbatasan fasilitas belajar bukanlah
halangan untuk maju dan berprestasi.
Haura Adzra Salsabila
IXA/11
gelombang air seakan membuat mereka kembali menjauh dari daratan yang dituju. Melihat hal ini,
sekelompok semut lainnya akhirnya berkata, “Hai, genangan air itu tidak akan bisa membuatmu
kembali. Usahamu hanya akan sia-sia. Kamu akan mati disana.”Namun kedua semut itu
mengabaikan komentar dari teman-teman sekelompoknya. Mereka tidak mendengar ocehan
tersebut dan hanya berusaha sekuat mungkin untuk mencoba dan terus mencoba. Kemudian
kelompok semut yang lainnya kembali berkata, “Sudah kukatakan, usahamu itu tidak akan pernah
membuahkan hasil. Kamu hanya akan tenggelam dan mati disana.
”Semakin banyak anggota semut yang meminta mereka menghentikan usahanya,akhirnya satu
semut pun menyerah. Ia berpikir bahwa apa yang dikatakan kelompoknya adalah benar. Untuk bisa
kembali menyentuh daratan, sepertinya hanyalah mimpi yang sia-sia. Usahanya yang sudah ia
lakukan nyatanya tak membuahkan hasil juga. Ia menyerah dan akhirnya mati disana.Sedangkan
semut yang lain masih berupayasekuat tenaga. Kelompoknya terheran-heran, mengapa ia terus saja
melakukan halkonyol seperti itu. “Hai, apa kau tidak dengar apa yang kita katakan?
Berhentilah,percuma. Kau tidak akan pernah berhasil!” Namun tak lama kemudia, selembar daun
gugur terjatuh tepat disampingnya. Tanpa berpikir panjang, semut pun segera naik danakhirnya
selamat sampai ke darat.
Saat ia tiba, semut lain bertanya, “Apa kau tidak dengar apa yang kita katakan tadi?” Lalu semut itu
pun menjelaskan bahwa sebenarnya ia tuli. Telinganya tidak cukup baik untuk mendengarkan suara
dengan frekuensi yang tidak dekat jaraknya.Ia justru mengira bahwa kelompok menyemangatinya
sepanjang waktu.Ada kekuatan dalam ucapan. Seorang yang berkata dengan segenap ketulusan
hatinya akan membuat mereka yang mendengar menjadi mampu untuk melewati berbagai hal sulit
didalan kehidupannya.Namun seorang yang berkata dengan segenap kebenciannya, sama dengan ia
telah membunuh dirinya sendiri.Tanpa disadari, kebencian seringkali mendatangkan
ketidakberuntungan kepada hati yang memilikinya. Rasa benci menjauhkan dia dari kenikmatan
tersenyum, tertawa, gembira dan bersukacita. Bagaimana bisa dia memberikan semangat kepada
orang lain, bila dia pun tidak pernah bisa menyemangati dirinya?
Sebetulnya, dengan memberikan semangat dan motivasi kepada orang lain, sama halnya dengan kita
turut memotivasi diri sendiri. Jangan selalu mendengar anggapan buruk dari orang lain terhadap apa
yang kita lakukan. Anggapan buruk, hanya akan menjadi penghalang dalam perjalanan kita mencapai
tujuan.Percayalah bahwa kerja keras pasti akan meninggalkan hasil yang berarti. Percayalahbahwa
kita akan bisa mencapainva dengan cara dan kerja keras yang kita lakukan sendiri.
Luthfiana Azkiya Zulfa
IXA/15
Sudah 2 hari Nina sakit dan tidak masuk sekolah, hingga akhirnya Rani dan beberapa orang
teman serta wali kelasnya memutuskan untuk mengunjunginya di rumah. Ini untuk pertama
kalinya Rani pergi ke rumah Nina, letaknya ternyata cukup jauh dan harus melewati gang-
gang yang sempit di ujung kampung. Sekitar 10 kilometer, Nina mengayuh sepedanya setiap
hari ke sekolah. Gurunya yang juga tinggal di wilayah tersebut tahu dan kenal dengan
orangtua Nina yang ternyata hanya seorang tukang sampah keliling di komplek tempat
tinggal gurunya tersebut. Nina masuk SMA yang sama dengan Rani atas rekomendasi sang
guru kepada pihak pemilik yayasan sehingga ia diberi kesempatan untuk ikut test dan
mendapatkan beasiswa. Bukan hanya karena sekedar kenal saja, namun karena Nina selalu
Rani tiba di halaman sebuah rumah yang bersih dan rapi, lengkap dengan jejeran botol
luasnya bahkan tidak lebih dari 6x5 meter saja. Nina duduk di depan sambil memegang buku
tumpukan buku berjejer di samping dirinya, sepertinya semua buku bekas, barangkali yang
Rani hampir tidak percaya, ternyata temannya yang sakit itu sedang mempelajari buku matematika
mereka pada bab ke-16 dan itu bab yang terakhir di kelas satu. Sementara di sekolah,mereka bahkan
baru saja memasuki bab ke-7 minggu lalu. Nina sudah mempelajari hampir semua isi buku
matematika itu di rumah, lengkap dengan pembahasan soal-soalnya. Rani malu pada dirinya sendiri
dan juga sikapnya selama ini, sebab prestasi Nina ternyata didapatkan dari kerja kerasnya yang tak
pernah ditunjukkannya.
Ini hanyalah sebuah cerita fiktif, tapi dari cerita ini bisa kita ambil kesimpulan. Apa yang kita lihat
mudah terhadap orang lain belum tentu semudah yang kita bayangkan. Karena apapun yang ingin
kita raih perlu adanya sebuah usaha, sebuah kerja keras. dan ingatlah bahwa hidup itu tak semudah
yang kamu bayangkan.