KURSI BIRU
(KURsus Singkat IBu menyusuI baRU)
KURSI BIRU
(KURsus Singkat IBu menyusuI baRU)
1. Proposal
2. Standar Pelayanan
3. Maklumat pelayanan
5. Penanganan Pengaduan
RINGKASAN
Hasil Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan bahwa 30,8% balita di Indonesia mengalami stunting,
sedangkan ambang batas prevalensi stunting WHO menyatakan Indonesia termasuk kategori jumlah
Sangat Tinggi (>30%). Kota Surabaya termasuk salah satu dari 160 Kabupaten/Kota yang menjadi
lokus Program Penurunan Stunting. Program ini menjadi perhatian di Puskesmas Tanjungsari
mengingat masih banyaknya jumlah anak penderita stunting di wilayah kerja Puskesmas.
Stunting adalah hasil dari berbagai faktor yang terjadi di masa lalu. Misalnya asupan gizi yang buruk,
berkali-kali terserang penyakit infeksi, serta berat badan lahir rendah (BBLR). Mengingat banyak
teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan menjadi salah satu faktor utama
penyebab stunting, maka sejak bayi lahir asupan makanan terbaik harus segera diberikan yaitu ASI
(Air Susu Ibu). Hal ini yang setidaknya diupayakan para Promotor Kesehatan Puskesmas Tanjungsari
untuk menurunkan jumlah anak stunting di 3 wilayah kelurahannya. Yakni dengan mengedukasi
orang tua baru terutama ibu bersama keluarga terdekat seperti orang tua atau mertua melalui
inovasi KURSI BIRU (Kursus Singkat Ibu Menyusui Baru).
Tujuan utama inovasi KURSI BIRU adalah meningkatkan cakupan ASI Eksklusif yang dapat berdampak
pada penurunan stunting di wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari. Selain itu, inovasi ini juga
bertujuan meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga tentang ASI Eksklusif, mensukseskan Ibu
dalam melaksanakan ASI Eksklusif dan menyusui selama 2 Tahun, dan memperoleh dukungan
keluarga bagi Ibu Menyusui. Kegiatan pokoknya, pascapersalinan di Puskesmas, sebelum pulang, Ibu
dan keluarganya diberi pembekalan tentang teknis menyusui berikut faktor-faktor penunjangnya.
Kegiatan KURSI BIRU terdiri dari pelayanan IMD (inisiasi menyusui dini) pasca persalinan. Juga,
pemberian informasi tentang manfaat ASI, cara memerah ASI, menyimpan dan memberi ASI perah,
serta pembuatan makanan pelancar ASI. Para Ibu diajari cara dan posisi menyusui yang nyaman dan
benar serta teknik pijat pelancar ASI. Mereka diberi motivasi bahwa semua ibu hamil, bisa
melahirkan, pasti bisa menyusui. Juga, memotivasi keluarga agar mendukung Ibu untuk pro ASI.
Sehingga para Ibu bisa memberi ASI ekslusif.
1. TUJUAN INOVASI
Gambarkan/Jelaskan tujuan ("gagasan") munculnya inovasi
Puskesmas Tanjungsari merupakan puskesmas yang melayani rawat inap umum dan persalinan.
Total layanan persalinan di tahun 2018 adalah 111. Angka persalinan yang relatif banyak di
Puskesmas Tanjungsari memotivasi para petugas kesehatan untuk mengedukasi ibu-ibu baru dalam
rangka meningkatkan cakupan ASI Eksklusif di wilayahnya. Seluruh petugas berpartisipasi untuk
mempromosikan Full ASI (6 Bulan) dan menyusui selama 2 tahun dengan mengikutsertakan ibu baru
dalam KURSI BIRU (KURsus Singkat IBu menyusuI baRU). Jadi, Ibu yang baru melahirkan, beserta
keluarganya, diberi KURSI BIRU sebelum ia pulang dari Puskesmas.
Tujuan utama KURSI BIRU adalah meningkatkan cakupan ASI Eksklusif yang dapat berdampak pada
penurunan stunting. Selain itu, inovasi ini juga bertujuan meningkatkan pengetahuan ibu dan
keluarga tentang ASI Eksklusif, mensukseskan Ibu dalam melaksanakan ASI Eksklusif dan menyusui
selama 2 Tahun, dan memperoleh dukungan keluarga bagi Ibu Menyusui.
Kegiatan KURSI BIRU terdiri dari pelayanan IMD (inisiasi menyusui dini) pasca persalinan. Juga,
pemberian informasi tentang manfaat ASI, cara memerah ASI, menyimpan dan memberi ASI perah,
serta pembuatan makanan pelancar ASI. Para Ibu diajari cara dan posisi menyusui yang nyaman dan
benar serta teknik pijat pelancar ASI. Mereka diberi motivasi bahwa semua ibu hamil, bisa
melahirkan, pasti bisa menyusui. Juga, memotivasi keluarga agar mendukung Ibu untuk pro ASI.
Sehingga para Ibu bisa memberi ASI ekslusif.
KURSI BIRU ingin meyakinkan masyarakat bahwa semua ibu mampu menyusui dengan baik. Juga,
mengikis keyakinan sebagian orang yang menyebutkan kalau Susu Formula lebih baik daripada ASI.
Artinya, inovasi ini ingin memerluas wawasan kesehatan di masyarakat, sekaligus meningkatkan
kualitas kesehatan generasi penerus atau anak-anak. Rendahnya pengetahuan bidang kesehatan
berkorelasi pada munculnya fenomena rendahnya cakupan ASI Eksklusif. Yang bila ditambah faktor-
faktor lain seperti asupan gizi yang kurang, akan berdampak pada pertumbuhan anak yang stunting
atau pendek. Hal ini menjadi perhatian Puskesmas Tanjungsari, Dinas Kesehatan, bahkan pemerintah
pusat.
Petugas dari Puskesmas Tanjungsari saat memraktekkan cara menggendong bayi yang baik dan benar.
Hasil Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan bahwa 30,8% balita di Indonesia mengalami stunting,
sedangkan ambang batas prevalensi stunting WHO menyatakan Indonesia termasuk kategori jumlah
Sangat Tinggi (>30%). Kota Surabaya termasuk salah satu dari 160 Kabupaten/Kota yang menjadi
lokus Program Penurunan Stunting. Program ini menjadi perhatian di Puskesmas Tanjungsari
mengingat masih banyaknya jumlah anak penderita stunting di wilayah kerja Puskesmas.
Stunting adalah hasil dari berbagai faktor yang terjadi di masa lalu. Misalnya asupan gizi yang buruk,
berkali-kali terserang penyakit infeksi, serta berat badan lahir rendah (BBLR). Stunting tidak dapat
ditangani dengan cepat dan diatasi begitu saja, namun dapat dicegah sejak dini, minimal sejak Ibu
mempersiapkan persalinan dan saat lahirnya buah hati.
Saat lahirnya buah hati, asupan makanan harus sudah mulai diberikan. Mengingat banyak teori yang
menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting,
maka sejak bayi lahir asupan makanan terbaik harus segera diberikan yaitu ASI (Air Susu Ibu). Hal ini
yang setidaknya diupayakan para Promotor Kesehatan Puskesmas Tanjungsari untuk menurunkan
jumlah anak stunting di 3 wilayah kelurahannya. Yakni dengan mengedukasi orang tua baru
terutama ibu bersama keluarga terdekat seperti orang tua atau mertua melalui inovasi KURSI BIRU
(Kursus Singkat Ibu Menyusui Baru).
Wilayah Puskesmas Tanjungsari tersebar di tiga Kelurahan: Tanjungsari, Sonokwijenan, dan Putat
Gede. Proyeksi jumlah ibu bersalin lebih dari 100 orang per tahun, menjadi target program ibu hamil
dan menyusui, khususnya program ASI Eksklusif. Dalam pelaksanaannya, para ibu menghadapi
kendala, baik dari faktor manusia (man), dana (money), sarana (material), metode (methods),
maupun lingkungan (environment), antara lain:
Puskesmas Tanjungsari membuat inovasi KURSI BIRU yang diharapkan dapat menjadi solusi untuk
masalah tersebut.
Puskesmas Tanjungsari telah memiliki program agar calon pengantin memeriksakan diri dan
menerima konseling kesehatan fisik dan mental. Ada pula program Ibu hamil yang diproyeksikan
memeriksakan diri tiga kali di tiga bulan pertama, tiga kali di tiga bulan kedua, enam kali di tiga bulan
terakhir. Nah, KURSI BIRU bertujuan agar Ibu yang baru melahirkan berkomitmen memberikan ASI
eksklusif. KURSI BIRU bergerak lintas program dan interprofesi. Ada Program KIA, Gizi, Jiwa,
Pengobatan Tradisional, dan Promkes. Ada keterlibatan Dokter, Bidan, Nutrisionis, Psikolog,
Pengobat Tradisional. Sasarannya tidak hanya Ibu. Namun juga, suami dan orang tua/mertua.
Pengantar Ibu yang melahirkan, diberi pembekalan pengetahuan tentang ASI.
Petugas Puskesmas Tanjungsari memberi contoh pada suami tentang teknik memijat istri di titik yang bisa memengaruhi
kelancaran ASI
Setiap puskesmas maupun sarana kesehatan yang melayani persalinan dan memiliki komitmen tinggi
untuk penerapan ASI Eksklusif dapat melaksanakan inovasi serupa KURSI BIRU. Hal terpenting adalah
memotivasi Ibu Baru dan Keluarga melalui pemahaman teori dan praktek upaya-upaya keutamaan
pemberian ASI bagi bayi baru lahir. Yang dibutuhkan untuk merealisasikan inovasi ini adalah
sinergitas interprofesi di bidang kesehatan. Antara lain, Dokter, Bidan, Nutrisionis, Tenaga Psikolog
dan Tenaga Batra/Pengobat Tradisional. Anggaran yang dibutuhkan relatif tidak banyak karena
konsep dari layanan ini mirip dengan penyuluhan kesehatan. Hanya memang, isi dan fokusnya
adalah untuk Ibu yang baru melahirkan.
KURSI BIRU tergolong inovasi yang relatif mudah dan murah sehingga gampang direplikasi oleh Puskesmas lain di daerah
mana pun jua
Sumber Keuangan berasal dari APBD Surabaya. Sumber Daya Manusia (SDM) berasal dari internal
Pemkot. KURSI BIRU melibatkan lintas program dan profesi yang dikemas dalam suatu layanan
terpadu di dalam gedung Puskesmas antara lain Program KIA, Program Gizi, Program Jiwa, Program
Pengobatan Tradisional, dan Program Promkes. Sedangkan keterlibatan interprofesi antara lain
Dokter, Bidan, Nutrisionis, Tenaga Psikolog dan Tenaga Batra/Pengobat Tradisional. Langkah atau
strategi yang dilakukan untuk memobilisasi SDM adalah membuat Standar Operasional Prosedur
(SOP) pelayanan dengan tepat serta melakukan pengawasan terhadap proses pelayanan tersebut.
Jelaskan apakah dan bagaimana keberlanjutan dari inovasi ini (meliputi aspek-aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan).
KURSI BIRU erat hubungannya dengan pembangunan keluarga yang sejahtera. Bermula dari Ibu dan
ayah yang berkomitmen memberikan ASI Eksklusif, akan terlahir bayi yang sehat. Apalagi, ASI yang
keluar di momen awal melahirkan berisi kolostrum yang mengandung banyak zat bermanfaat bagi
kesehatan bayi di masa datang. Tiap keluarga mesti paham mengenai ini. Dengan demikian, peluang
terciptanya keluarga sejahtera terbuka lebar. Pada gilirannya, kondisi sosial yang baik akan
terbentuk. Artinya, di aspek sosial, masyarakat paling diuntungkan dengan adanya inovasi ini.
Sehingga, KURSI BIRU layak untuk dipertahankan. Di sisi lain, bila bayi atau anak memiliki tubuh yang
sehat, keluarga tidak perlu mengeluarkan uang untuk pengobatan. Secara tdak langsung, keadaan ini
berhubungan dengan aspek ekonomi. KURSI BIRU punya korelasi dengan pengadaan tanaman-
tanaman obat yang baik untuk lingkungan bila terus dilestarikan. Kesimpulannya, KURSI BIRU pantas
untuk dipertahankan kelanjutannya karena alasan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
7. DAMPAK
Apakah inovasi ini telah dievaluasi secara resmi skala dampaknya, melalui evaluasi internal atau
eksternal, misalnya evaluasi yang dilakukan oleh APIP atau lembaga lain yang relevan.
Jika ya, jelaskan bagaimana inovasi ini dievaluasi dampaknya
pada: Target/kelompok sasaran;
Kelompok masyarakat di luar kelompok sasaran;
Aspek tata pemerintahan instansi (misalnya efisiensi anggaran; perbaikan proses bisnis;
kolaborasi antarsatuan unit kerja/perangkat daerah dan/atau pemangku kepentingan lainnya;
tingkat akuntabilitas).
Stunting adalah hasil dari berbagai faktor yang terjadi di masa lalu. Misalnya asupan gizi yang buruk,
berkali-kali terserang penyakit infeksi, serta berat badan lahir rendah (BBLR). Stunting tidak dapat
ditangani dengan cepat dan diatasi begitu saja, namun dapat dicegah sejak dini, minimal sejak Ibu
mempersiapkan persalinan dan saat lahirnya buah hati. Tingginya jumlah stunting berakar pada
rendahnya cakupan ASI Ekslusif dan kurangnya pengetahuan Ibu terhadap pentingnya ASI Ekslusif.
Dengan demikian, angka jumlah anak stunting dan cakupan stunting itulah yang dijadikan pedoman
dalam evaluasi. Semua itu berhubungan dengan sasaran dari kegiatan KURSI BIRU, yakni para Ibu
baru yang dalam masa menyusui.
Angka Cakupan ASI Eksklusif menjadi indikator utama keberhasilan inovasi KURSI BIRU. Adapun
angka Cakupan ASI Eksklusif Puskesmas Tanjungsari dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Pada 2016, 28 anak: 2017, 37 anak: 2018, 45 anak, semester pertama 2019, 61 anak. Dari data ini
nampak peningkatan jumlah penerima ASI Eksklusif. Sementara itu, jumlah anak stunting pada 2016,
91: 2017, 80: 2018, 46. Artinya, terjadi penurunan jumlah anak yang stunting.
Mengacu pada capaian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Diharapkan jumlah penderita stunting pun tidak semakin
bertambah. Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif meningkat, serta dukungan Bapak dan anggota
keluarga untuk terus memberikan asupan makan terbaik untuk anak-anak juga meningkat sehingga
status kesehatan masyarakat di 3 wilayah kelurahan pun meningkat.
Di sisi lain, pelaksanaan KURSI BIRU dievaluasi secara berjenjang. Petugas lapangan dipantau oleh
Kepala Puskesmas, sedangkan Kepala Puskesmas memberi laporan pada Kepala Dinas Kesehatan.
Sementara Wali Kota juga mendapat laporan rutin. DPRD memberikan evaluasi tahunan, sementara
Media Massa diberi keleluasaan menjadi kontrol sosial.
Inovasi ini dapat terlaksana berkat dukungan dari sejumlah pemangku kepentingan:
Dalam kesempatan KURSI BIRU, pasangan suami istri dan keluarganya diberi penyuluhan tentang pentingnya memeriksakan b
Pembelajaran yang bisa dipetik adalah kesadaran bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dengan pendekatan keluarga, dapat dimulai dari pembinaan Ibu. Terlebih, asupan terbaik bagi
manusia adalah Air Susu Ibu. Dalam perjalannya, Ibu baru jaman now cenderung sudah paham
pentingnya ASI, namun sulit mempraktekkannya. Mindset ini yang harus diubah. Sesungguhnnya,
menyusui itu praktis, mudah, dan murah. Melalui KURSI BIRU, selain teori dan praktek, motivasi juga
ditanamkan pada Ibu baru, bahwa setiap Ibu yang bisa hamil, pasti bisa melahirkan, maka pasti bisa
menyusui juga. Di sisi lain, Puskesmas harus mampu memotivasi ibu dan keluarga untuk tidak
berputus asa dalam memberikan ASI Eksklusif.
Seorang suami memraktekkan cara memijat istri untuk memerlancar ASI setelah mendapat arahan
dari petugas Puskesmas Tanjungsari
1. Pengertian 1.1 Program Inovasi adalah kegiatan yang mempunyai karateristik dan
orisinalitas dalam rangka memperbaiki suatu produk.
1.2 Kursi Biru adalah Kursus Singkat Ibu Menyusui Baru.
1.3 Program Inovasi Kursi Biru adalah kegiatan yang mempunyai
karateristik dimana setiap ibu yang baru melahirkan diberikan konseling
tentang ASI Eksklusif oleh petugas terkait.
2. Tujuan Sebagai Acuan Penerapan langkah-langkah petugas dalam
melaksanakan Program Inovasi Kursi Biru.
3. Kebijakan Surat Penetapan Kepala UPTD Puskesmas Tanjungsari Nomor
440/B.V.023.05/436.7.2.1/2018 Tentang Program Inovasi Kursi Biru.
4. Referensi 4.1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 tahun 2012 Tentang
Pemberian ASI Eksklusif.
4.2 Permenkes RI Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Penyediaan
Fasilitas Khusus Menyusui dan atau Memerah ASI.
4.3 Menko Kesra RI Tahun 2013 Tentang Kerangka Kebijakan
,Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi Dalam rangka Seribu Hari
Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK.
4.4 Permenkes RI , Nomor 15 tahun 2014 , Tentang Tata cara pengenaan
sanksi Administratif Bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan
Pengurus Organisasi profesi Di Bidang Kesehatan Serta Produsen dan
Distributor Susu formula bayi dan atau produk bayi lainya yang dapat
menghambat
keberhasilan Program Pemberian ASI Eksklusif .
5. Prosedur / Langkah- 5.1 Bidan Jaga meminta ibu yang baru melahirkan ditemani suami atau
langkah keluarganya untuk masuk ke ruang Laktasi.
5.2 Petugas memberikan konseling kepada ibu nifas.
5.2.1 Petugas Gizi memberikan konseling tentang ASI.
5.2.2 Pengobat Tradisional memberikan demo pijat pelancar
ASI dan memberikan resep olahan TOGA pelancar ASI.
5.2.3 Petugas Psikolog memberikan konseling kepada ibu dan
suami/ keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga
terhadap ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.
5.2.4 Bidan membimbing praktek teknik menyusui yang baik dan
benar di ruang Laktasi.
5.3 Petugas meminta ibu nifas menandatangani buku register dan lembar
ceklist penyuluhan diruang Laktasi.
5.4 Petugas memberikan pesan kepada ibu nifas untuk tetap menyusui dalam
keadaan apapun.
5.5 Petugas menganjurkan ibu nifas dan bayi untuk kontrol kembali
sesuai dengan jadwal.
6. Bagan Alir
Petugas meminta ibu nifas menandatangani buku register dan lembar ceklist penyuluhan
diruang Laktasi.
DAFTAR TILIK
PROGRAM INOVASI KURSI BIRU
Audetee Auditor
....................................... ................................
Dominasi
Karakteristik
Keterangan Persentase (%)
Umur 36-45 tahun 40.00
Jenis Kelamin Laki-laki 64.71
Pendidikan Terakhir SMA Sederajat 77.65
Pekerjaan Pegawai Swasta 29.41
Jumlah Kunjungan 2 - 5 kali 88.24
Pembiayaan BPJS Mandiri 54.71
Status Responden Pasien 98.82
Jenis Pelayanan Poli Umum 99.41
Jumlah dan karakteristik responden secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A.
Berikut adalah tabel nilai persepsi, interval IKM, interval konversi IKM, mutu
pelayanan dan kinerja unit pelayanan:
Berbagai unsur yang terkandung dalam kuisioner dapat dijadikan suatu acuan
untuk melihat sistem pelayanan dan secara rinci dapat dijadikan suatu pedoman
perbaikan kinerja. Sehingga dari indeks per unsur ini dapat digunakan untuk melihat
kekurangan dari sistem di suatu unit kerja, keluhan masyarakat, hal-hal yang harus
diutamakan, unsur yang harus ditingkatkan dan harus dipertahankan.
Dua hal penting yang harus diutamakan dalam memaksimalkan kinerja di sektor
pelayanan publik, pertama adalah indikator efisiensi yang dapat dilihat dari mudahnya
prosedur pelayanan dipahami oleh masyarakat, kecepatan pelayanan dan biaya yang
terjangkau oleh masyarakat. Kedua adalah indikator sufisiensi yang dapat dilihat dari
bagaimana menyikapi keluhan dari masyarakat, tidak terdapatnya diskriminasi dalam
pelayanan serta pelayanan yang ada memang dibutuhkan oleh masyarakat.
Keberadaan sarana
16 3.78 Sangat Baik
pengaduan/keluhan/saran
terendah.
TOTAL 1 1.18%
TOTAL 3 1.76%
Kondisi Sarana dan Prasarana adalah sarana dan prasarana yang digunakan
dalam penyelenggaraan pelayanan dapat difungsikan dengan baik sesuai dengan
peruntukannya. Pada tabel di bawah ini diperoleh jumlah persentase responden
mengenai Kondisi Sarana dan Prasarana.
TOTAL 10 5.88%
TOTAL 14 9.41%
Perilaku dan kompetensi Petugas Pelayanan merupakan salah satu unsur yang
sangat berpengaruh terhadap kepuasan responden, karena penilaian terhadap perilaku
Petugas Pelayanan ini mencakup beberapa unsur, diantaranya Keberadaan Petugas
Pelayanan, Kedisiplinan Petugas Pelayanan, Keadilan Petugas Pelayanan, Kesopanan
Petugas Pelayanan, Keramahan Petugas Pelayanan, dan Kemampuan Petugas Pelayanan.
Pada tabel di bawah ini dapat diketahui penilaian responden terhadap perilaku dan
kompetensi seluruh Petugas Pelayanan, mulai dari Petugas Loket Pendaftaran, Perawat,
Dokter, Bidan, Petugas Apotek, Petugas Laboratorium, dan Petugas Lainnya.
2. Rujukan 0 0.00%
3. Lainnya 0 0.00%
2. Media Informasi
3. Website 0 0.00%
4. Lainnya 0 0.00%
Ya 58 34.52%
1. Pendaftaran 21 36.84%
2. Tindakan 36 63.16%
3. Lainnya 0 0.00%
TOTAL 57 100.00%
Pada Tabel 5.48.24 dapat diketahui jenis biaya pelayanan yang dikenakan
kepada responden. Untuk biaya pendaftaran, responden dikenakan biaya sebesar Rp.
5.000,00. Untuk biaya tindakan, responden dikenakan biaya bervariasi antara Rp.
10.000,00 sampai Rp. 20.000,00.
Terjangkau 56 100.00%
TOTAL 56 100.00%
Sesuai 36 100.00%
TOTAL 36 100.00%
Sesuai 36 100.00%
TOTAL 36 100.00%
Ada 5 2.98%
1. Kursi 5 2.94%
TOTAL 5 2.94%
Pernah 0 0.00%
yang paling diutamakan untuk dilakukan perbaikan. Pada tabel di bawah ini, dapat
diketahui 3 (tiga) tingkatan prioritas perbaikan unsur pelayanan yang diharapkan oleh
responden.
Prioritas Perbaikan
Unsur 1 2 3
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kemudahan mendapatkan
U1 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
informasi pelayanan
Kemudahan prosedur
U2 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
pelayanan
U3 Persyaratan pelayanan 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
Keberadaan petugas
U4 1 3.57% 0 0.00% 0 0.00%
pelayanan
Kedisiplinan petugas
U5 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
pelayanan
U6 Keadilan petugas pelayanan 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
Kesopanan petugas
U7 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
pelayanan
Keramahan petugas
U8 4 14.29% 1 6.25% 0 0.00%
pelayanan
Kemampuan petugas
U9 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
pelayanan
U10 Ketepatan waktu pelayanan 14 50.00% 4 25.00% 0 0.00%
Kecepatan penyelesaian
U11 1 3.57% 1 6.25% 0 0.00%
pelayanan
Ketersediaan sarana
U12 0 0.00% 1 6.25% 4 80.00%
prasarana
Berdasarkan Tabel 5.48.31, diperoleh urutan skala prioritas unsur yang perlu
dilakukan perbaikan menurut responden adalah sebagai berikut:
TOTAL 18 36.73%
TOTAL 6 12.24%
TOTAL 5 10.20%
3. Kategori Baik
U3 : Persyaratan pelayanan
TOTAL 55 32.35%
Persentase
No. Inovasi Pelayanan Jumlah
(%)
TOTAL 6 3.53%
Petugas mendengarkan
dan berusaha menyelesaikan
Selesai
permasalahan diselesaikan oleh unit Yang Terkait /
tim manajemen komplain
Selesai
Penanggung Jawab Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Merekomendasikan penyelesaian komplain pelanggan dala
Tidak
Tim Manajemen Komplain
menyampaikan umpan balik kepada PJ Tim Mutu dan Kepala Puskesmas
Selesai
MULAI
Secara Tertulis
Pengguna menyampaikan keluhan secara tertulis melalui buku komplain dan kotak saran
Jawab Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Merekomendasikan penyelesaian komplain pelan
Tidak
PJ Tim manajemen kompalin menyampaikan umpan balik kepada PJ Tim Mutu dan Kepal
Tim manajemen kompalin menyampaikan RTL dan TL tersebut pada papan pengumuman Puskesmas
Selesai
`
Telp. 031-7497858
Jam Kerja :
http://dinkes.surabaya.go.id/portal/puskesmas/pkm-tanjung-sari/
BROSUR/PLAMFLET TENTANG INOVASI KURSI BIRU
BROSUR/PLAMFLET TENTANG INOVASI KURSI BIRU
BROSUR/PLAMFLET TENTANG INOVASI KURSI BIRU
BROSUR/PLAMFLET TENTANG INOVASI KURSI BIRU
Puskesmas Tanjungsari Surabaya
Jl. Raya Tanjungsari No. 116
Surabaya Telp. 031-7497858
pkmtanjungsari.sby@gmail.com
http://dinkes.surabaya.go.id/portal/puskes
m as/pkm-tanjung-sari/