Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN NIFAS SC Ind. Riw. EPILEPSI

DI RUANG RAWAT GABUNG RSUD BLAMBANGAN

BANYUWANGI

Disusun oleh :

Disye Dratistiana Dewi


2022.04.040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2022 / 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Nifas


SC ind. Riwayat Epilepsi di Ruang Rawat Gabung RSUD Blambangan ini
diajukan sebagai tugas program studi Profesi Ners dan dinyatakan telah mendapat
persetujuan pada tanggal

Banyuwangi, Januari 2023

Mahasiswa,

Disye Dratistiana Dewi


202204040

Menyetujui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Rumah Sakit

Ns. Rani Diana Balqis, M.Kep Robitha Faiza,SST


NIK. 06 089 0414 NIP.-

Mengetahui,
Kepala Ruangan

Dua Novita,Amd.Keb
NIP.-
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Nifas SC ind. Riwayat Epilepsi


di Ruang Rawat Gabung RSUD Blambangan ini diajukan sebagai tugas program
studi Profesi Ners dan dinyatakan telah mendapat persetujuan pada tanggal

Banyuwangi, Januari 2023

Mahasiswa,

Disye Dratistiana Dewi


202204040

Menyetujui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Rumah Sakit

Ns. Rani Diana Balqis, M.Kep Robitha Faiza,SST


NIK. 06 089 0414 NIP.-

Mengetahui,
Kepala Ruangan

Dua Novita,Amd.Keb
NIP.-
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Nifas SC ind. Riwayat Epilepsi


di Ruang Rawat Gabung RSUD Blambangan ini diajukan sebagai tugas program
studi Profesi Ners dan dinyatakan telah mendapat persetujuan pada tanggal

Banyuwangi, Januari 2023

Mahasiswa,

Disye Dratistiana Dewi


202204040

Menyetujui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Rumah Sakit

Ns. Rani Diana Balqis, M.Kep Robitha Faiza,SST


NIK. 06 089 0414 NIP.-

Mengetahui,
Kepala Ruangan

Dua Novita,Amd.Keb
NIP.-
A. Konsep Nifas
1. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesaisampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8minggu. (Rustam Mochtar.2010).
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan
anak, ketika alat – alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.
(Barbara F. weller 2012).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat - alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam. (Abdul Bari Saifuddin.2009).

2. Periode Nifas
Menurut Mitayani (2009), Nifas dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
a. Peurperium Dini ( Early postpartum )
Yaitu kepulihan dimana ibu telahdiperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan pada 24 jam pertama postpartum.
b. Peurperium Intermedial ( Immediate postpartum )
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu
c. Remote peurperium ( Late Postpartum )
Adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam
postpartum dimana waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi (bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-
bulan dan bertahun-tahun)

3. Tanda dan Gejala Nifas


Nifas ditandai dengan ( Saefuddin, 2002)
a. Adanya perubahan fisika)
a) Uterus (Rahim)
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1
minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir
minggu kedua menjadi 300 gram dansegera sesudah minggu
kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang
banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.Setelah
persalinantempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah
yang mengalami trombos.Setelah kelahiran, ukuran pembuluh
darah ekstra uteri mengecil menjadi samaatau sekurang-
kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil.
b) Serviks (Leher rahim)
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari.
Namun ada jugayang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk
mulut serviks yang bulat menjadiagak memanjang dan akan
kembali normal dalam 3-4 bulan
c) Vagina
Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan
kembali sepertisemula setelah 3-4 minggu.
d) Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio
pada perut sebaiknyadiikuti olahraga atau senam penguatan otot-
otot perut. Jika ada garis-garis biru(striae) tidak akan hilang,
kemudian perlahan-lahan akan berubah warna menjadikeputihan.
e) Payudara
Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan
kembali normalsetelah masa menyusui berakhir. Untuk menjaga
bentuknya dibutuhkan perawatan yang baik.
f) Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga
hiperpigmentasi padamuka, leher, payudara dan lainnya akan
menghilang secara perlahan-lahan.
b. Involusio uterus dan pengeluaran lochea
Dengan involusio uteri, maka lapisan lapisan luar dari
desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik.
Desidua yang mati akan keluar bersama-sama dengansisa cairan,
campuran antara darah yang dinamakan lochea. Biasanya berwarna
merah,kemudian semakin lama semakin pucat, dan berakhir dalam
waktu 3-6 minggu.
a) Lochea rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari
sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa
mikonium, sisa darah.
b) Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur
merah kecoklatan.
c) Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
d) Lochea Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.

4. Etiologi Nifas
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genital inidalam keseluruhannya disebut involus. Setelah
bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksiakan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga
lapis otot membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup
sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan post partum.

5. Patofisiologi Nifas
Pada masa nifas perubahan-perubahan yang terjadi meliputi:
a. Sistem Reproduksi Uterus
Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelumhamil dengan bobot atau beratnya hanya
60 gram.
1) Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari covum
uteri dan vagina dalam masanifas. Lokia merupakan ekskresi
cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
bassa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat darikondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
2) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.
Setelah persalinan, astiumeksterna dapat dimasuki oleh 2
hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu serviks menutup.
3) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
perenggangan yang sangat besar selama proses melahirkan
bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan tugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol.
4) Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perenium sudah
mendapatkan kembali sebagaian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur pada keadaan sebelum melahirkan.
5) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu (ASI),yang merupakan makanan
pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap
ibu yang melahirkan akan tersedia makanan bagi dirinya, dan
bagi sianak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa
aman, tentram, hangat akan kasih sayang ibunya.
b. Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurangmakan, hemoroid, laserasi jalan lahir. Rasa sakit
di daerah perenium juga dapat menghalangi keinginan ke belakang.
c. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.
Kemungkinan terdapat spasines fingter dan edema leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan
air akan mengalami penurunan yang mencolok.
d. Sistem Musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum
menjadi kendor
e. Sistem Endokrin
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
Human Chronionic Gonodotiopin (HCG) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum
dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke-3 PP.
f. Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan Kembali estrogen
menyebabkan aturesis terjadi yang secara cepat mengurangi volume
plasma kembali pada porposi normal.
g. Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar
fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah
meningkat. Pada hari pertama PP, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih
mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam
beberapa hari pertama dan masa PP.

6. Pemeriksaan Penunjang
a) Darah lengkap : Hb , WBC , PLT
b) Elektrolit sesuai indikasi

7. Penatalaksanaan
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif
untuk pemulihankondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan.
Dimana perawatan post partum meliputi:

1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur
telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring
kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo
emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan- jalan
dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi
diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas
dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran
lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat
kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat
perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama
sehingga ibulebih banyakmemperhatikan bayinya, segera dapat
memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaranASI lebih terjamin
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara
lain adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah
persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi :
a. Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,
lochia alba
e. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada
tanda-tanda infeksi.
5. Informasi kesehatan diberikan saat pulang adalah:
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh
pada pemulihan kesehatanibu dan pengeluaran ASI. Makanan
harus mengandung gizi seimbang yaitu cukupkalori, protein,
cairan, sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga
payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu
kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian
dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak
menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia, saat
buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva,
perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan
pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih
atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena
lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva
adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok
kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB
atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi
betadin.
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam
8 jam post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena
spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung
kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila
belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat
diberikan obat laksans per oral atau perektal.
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya
puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui
bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi. Dan segera
setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat
membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat
antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit
diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian besar kembalinya
menstruasi setelah 4-6 bulan.
h. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau
menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB
dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2
minggu setelah melahirkan.
B. Konsep SC
1. Definisi
Persalinan sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan dengan dilakukan insisi pada dinding perut dan rahim,
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Prawirohardjo, 2010).
Sectio caesarea merupakan suatu tindakan pengeluaran janin dan
plasenta melalui tindakan insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam
keadaan utuh (Ratnawati, 2016).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut (Hartanti, 2014). Sectio
caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
pada dinding abdomen dan uterus (Hartanti, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
sectio caesarea merupakan salah satu cara persalinan, yang mana janin
dikeluarkan dengan dilakukan insisi pada dinding abdomen dan dinding
uterus, dengan syarat berat janin diatas 500 gram dan rahim utuh.

2. Tipe-tipe SC
Tipe-tipe sectio caesarea menurut Hartanti (2014), yaitu diantaranya:
a. Segmen bawah: insisi melintang
Sectio caesarea tipe ini memungkinkan abdomen dibuka dan uterus
disingkapkan. Lipatan vesicouterina (bladder flap) yang terletak dengan
sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat
melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama
kandung kemih didorong kebawah serta ditarik agar tidak menutupi
lapang pandang.
Keuntungan:
1) Insisinya ada pada segmen bawah uterus.
2) Otot tidak dipotong tetapi dipisah kesamping, cara ini mengurangi
perdarahan.
3) Insisi jarang terjadi sampai plasenta.
4) Kepala janin biasanya dibawah insisi dan mudah diekstraksi .
5) Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah
dirapatkan kembali dibanding segmen atas yang tebal.
Kerugian:
1) Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti pada kasus bayi besar.
2) Prosedur ini tidak dianjurkan jika terdapat abnormalitas pada
segmen bawah.
3) Apabila segmen bawah belum terbentuk dengan baik, pembedahan
melintang sukar dilakukan.
4) Terkadang vesika urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang
terjadi sebelumnya sehingga vesika urinaria dapat terluka.
b. Segmen bawah: insisi membujur
Insisi membujur dibuat dengan skalpel dan dilebarkan dengan
gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi. Keuntungan tipe
ini yaitu dapat memperlebar insisi keatas apabila bayi besar,
pembentukan segmen bawah tidak baik, terdapat malposisi janin seperti
letak lintang atau adanya anomali janin seperti kehamilan kembar yang
menyatu. Kerugiannya adalah perdarahan dari tepi sayatan yang lebih
banyak karena terpotongnya otot.
c. Sectio Caesarea Klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skalpel kedalam
dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan
gunting berujung tumpul.
Indikasi:
1) Kesulitan dalam menyingkapkan segmen bawah yaitu adanya
pembuluh-pembuluh darah besar pada dinding anterior, vesika
urinaria yang letaknya tinggi dan melekat, serta mioma segmen
bawah.
2) Bayi yang tercekam pada letak lintang.
3) Beberapa kasus plasenta previa anterior.
4) Malformasi uterus tertentu.
Kerugian:
1) Miometrium harus dipotong, sinus-sinus yang lebar dibuka, dan
perdarahannya banyak.
2) Bayi sering diekstraksi dari bokong terlebih dahulu, sehingga
kemungkinan aspirasi cairan ketuban lebih besar.
3) Apabila plasenta melekat pada dinding depan uterus, insisi akan
memotongnya dan akan kehilangan darah dari sirkulasi janin yang
berbahaya
4) Insidensi pelekatan isi abdomen pada luka jahitan uterus lebih tinggi
5) Insiden ruptur uteri pada kehamilan berikutnya lebih tinggi
d. Sectio Caesarea Ekstraperitonial
Pembedahan ini dilakukan guna untuk menghindari perlunya
histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan
mencegah peritonitis generalisata yang sering berakibat fatal. Teknik
pada prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam
kavum peritonei dan insidensi cedera vesika urinaria meningkat.
e. Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan
dengan pengeluaran uterus.

Indikasi:
1) Perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal.
2) Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus plasenta
previa dan abruptioplasenta tertentu.
3) Pada kasus-kasus tertentu kanker serviks atau ovarium.
4) Ruptur uteri yang tidak dapat diperbaiki.
5) Cicatrix yang menimbulkan cacat pada uterus.
Komplikasi:
1) Angka morbiditas sebesar 20%.
2) Lebih banyak kehilangan darah.
3) Kerusakan pada traktus urinarius dan usus termasuk pembentukan
fistula.
4) Trauma psikologis akibat hilangnya uterus.

3. Indikasi SC
Indikasi dilakukannya sectio caesarea menurut Prawirohardjo (2010),
yaitu sebagai berikut:
a. Indikasi Ibu
1. Panggul sempit absolut
2. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3. Stenosis serviks/vagina
4. Plasenta previa
5. Disproporsi sefalopelvik
6. Ruptura uteri membakar
b. Indikasi Janin
a. Kelainan letak
b. Gawat janin
Pada umumnya sectio caesarea tidak dilakukan pada:
a. Janin mati
b. Syok, anemia berat, sebelum diatasi
c. Kelainan kongenital berat (monster)

4. Patofisiologi SC
Kelainan/hambatan pada proses persalinan yang dapat
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
sefalopelvik, ruptur uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamasi, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (Prawirohardjo, 2010).
Proses operasi sebelumnya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah hambatan mobilitas fisik. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri (Prawirohardjo, 2010).
Proses pembedahan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya jaringan, pembuluh darah,
dan saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan masalah
nyeri dan terdapat luka post operasi, yang mana bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi (Prawirohardjo, 2010).

5. Komplikasi SC
Komplikasi yang timbul akibat dilakukannya tindakan sectio caesarea
menurut (Khasanah, 2014) antara lain:
a. Komplikasi pada Ibu
1) Infeksi luka insisi
2) Perdarahan
3) Luka kandung kemih
b. Komplikasi pada Janin
1) Kematian perinatal
2) Hipoksia janin

6. Penatalaksanaan Post SC
Pasien pasca operasi perlu mendapatkan perawatan sebagai berikut
menurut Hartanti (2014):

a. Ruang Pemulihan
Pasien dipantau dengan cermat di ruang pemulihan, meliputi jumlah
perdarahan dari vagina dan dilakukan palpasi fundus uteri untuk
memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan kuat. Selain itu,
pemberian cairan intravena juga dibutuhkan. Kebutuhan akan cairan
intravena termasuk darah sangat bervariasi. Wanita dengan berat badan
rata-rata dengan hematokrit kurang dari atau sama dengan 30 dan
volume darah serta cairan ekstraseluler yang normal umumnya dapat
mentoleransi kehilangan darah sampai 2000ml.
b. Ruang Perawatan
Beberapa prosedur yang dilakukan di ruang perawatan adalah:
1) Monitor tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang perlu di evaluasi adalah tekanan darah,
nadi, jumlah urin, jumlah perdarahan, status fundus uteri, dan suhu
tubuh.
2) Analgesik
Pasien dengan berat badan rata-rata, dapat diberikan paling
banyak setiap 3 jam untuk menghilangkan nyeri, sedangkan pasien
yang menggunakan opioid, harus diberikan pemeriksaan rutin tiap
jam untuk memantau respirasi, sedasi, dan skor nyeri selama
pemberian dan sekurangnya 2 jam setelah penghentian pengobatan.
3) Terapi cairan dan makanan
Pemberian cairan intravena, pada umumnya mendapatkan 3 liter
cairan memadai untuk 24 jam pertama setelah tindakan, namun
apabila pengeluaran urin turun, dibawah 30ml/jam, wanita tersebut
harus segera dinilai kembali.
4) Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
Kateter vesika urinaria umumnya dapat dilepas dalam waktu 12
jam setelah operasi atau keesokan pagi setelah pembedahan dan
pemberian makanan padat bisa diberikan setelah 8 jam, bila tidak
ada komplikasi.
5) Ambulasi
Mobilisasi pada klien post operasi menurut (Manuaba et al.
2009) dilakukan secara bertahap meliputi :
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi.
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar.
c) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
6) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
Perawatan luka
Luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit (atau klip) pada
hari keempat setelah pembedahan. Pada hari ketiga pasca
persalinan, mandi dengan pancuran tidak membahayakan luka
insisi.
Fase – fase penyembuhan luka post operasi menurut (Kozier et al.
2010) ada 3 (tiga) tahap, diantaranya:

a) Fase I (Fase Peradangan)


Fase peradangan berlangsung selama 3 sampai 4 hari, setelah
pembedahan. Pada fase ini terjadi penumpukan, benang –
benang fibrin dan membentuk gumpalan yang mengisi luka dan
pembuluh darah yang terputus. Leukosit mulai mencerna
bakteri dan jaringan yang rusak.
b) Fase II (Fase Proliferasi)
Fase Proliferasi (tahapan pertumbuhan sel dengan cepat)
berlangsung 3-21 hari setelah pembedahan. Leukosit mulai
berkurang dan luka berisi kolagen. Kolagen terus menumpuk
dan menekan pembuluh darah, sehingga suplai darah ke daerah
luka mulai berkurang. Luka akan tertutup dengan dibantu
pembentukan jaringan – jaringan fibrinous.
c) Fase III (Fase Maturasi)
Biasanya dimulai pada hari ke – 21 dan mucul setengah
tahun setelah perlukaan. Kolagen ditimbun dan luka semakin
kecil atau mengecil, tegang, jaringan elastis berkurang, timbul
garis putih.
7) Pemeriksaan laboratorium
Hematokrit diukur setiap pagi hari setelah pembedahan.
Pemeriksaan ini dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan
darah yang banyak selama operasi atau terjadi oliguria atau tanda-
tanda lain yang mengisyaratkan hipovolemia.
8) Menyusui
Menyusui dapat dimulai pada hari pasca operasi sectio caesarea.
9) Pencegahan infeksi pasca operasi
Morbiditas demam cukup sering dijumpai setelah sectio
caesarea. Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab
tersering dari demam dan tetap terjadi pada sekitar 20% wanita
walaupun telah diberi antibiotik profilaksis.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN NIFAS SC


1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
b. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
c. Riwayat Persalinan
• Tempat persalinan
• Normal atau terdapat komplikasi
• Keadaan bayi
• Keadaan ibu
d. Riwayat Nifas Yang Lalu
• Pengeluaran ASI lancar / tidak
• BB bayi
• Riwayat ber KB / tidake)
e. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum pasien
• Abdomen
• Saluran cerna
• Alat kemih
• Lochea
• Vagina
• Perinium + rectum
• Ekstremitas
• Kemampuan perawatan diri
f. Pemeriksaan psikososial
• Respon + persepsi keluarga
• Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema.
2) Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan.
3) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek
anastesi.
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunanHb, prosedur invasive, pecah ketuban, malnutrisi
5) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal, trauma
mekanis,edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan distensi
kandung kemih.
6) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan,kehilangan cairan berlebih ( muntah , hemoragi ,
peningkatankeluaran urine )
7) Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan
dengankurangnya pengetahuan ketidakefektifan model peran stressor

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Nyeri akut b.d. trauma Setelah dilakukan Observasi
tindakan a. Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi,
mekanis
keperawatan selama frekuensi, kualitas, intensitasnyeri
3 kali pertemuan b. Identifikasi skalanyeri
diharapkan tingkat
nyeri menurun Terapeutik
dengan kriteriahasil: a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
a. Kemampuan mengurangirasa nyeri
menuntaskan
b. aktivitas Edukasi
membaik a. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Keluhan nyeri b. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
c. Meringis
menurun Kolaborasi
d. Gelisah menurun a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
e. Kesulitan tidur perlu
menurun
f. Frekuensi nadi
membaik
g. Nafsu makan
membaik
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Observasi :
menyusui b.d. tingkat tindakan a. Identifikasi kesiapan dan
pengetahuan keperawatan selama kemampuan menerima informasi
3 kali pertemuan b. Identifikasi tujuanatau keinginan
diharapkan status menyusui
menyusui membaik
dengan kriteria hasil: Teraupetik :
a. Pelekatan bayi a. Sediakan materi dan media pendidikan
pada payudaraibu kesehatan
meningkat b. Jadwalkan pendidikan kesehatan
b. Miksi bayi sesuaikesepakatan
lebih dari 8 c. Berikan kesempatan untukbertanya
kali/ 24 jam d. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan
meningkat diridalam menyusui
c. Berat badan
bayi Edukasi :
meningkat a. Berikan konselingmenyusui
d. Tetesan/ b. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibudan
pancaran ASI bayi
meningkat c. Ajarkan 4 (empat)posisi menyusui dan
e. Suplai ASI perlekatan dengan benar
adekuat d. Ajarkan perawatanpayudara postpartum
meningkat
f. Lecet pada
puting susu
menurun
g. Bayi rewel
menurun
Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan Observasi :
tindakan a. Monitor tanda dangejala infeksi lokaldan
infeksi b.d. trauma
keperawatan selama sistemik
jaringan, 3 kali pertemuan
diharapkan tingkat Teraupetik :
penurunanHb,
infeksi menurun a. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
prosedur invasive, dengan kriteriahasil: dengan pasien danlingkungan pasien
a. Kebersihan
pecah ketuban
tangan Edukasi :
meningkat a. Jelaskan tanda dangejala infeksi
b. Kebersihan b. Ajarkan cara mencuci tangandengan
badan benar
meningkat c. Ajarkan cara memeriksa kondisiluka atau
c. Nyeri luka operasi
menurun
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian imunisasi, jikaperlu
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Observasi:
intervensi 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik
keperawatan fisik lainnya
selama 3x24 jam 2. Identifkasi toleransi fisik melakukan
diharapkan pergerakan
mobilitas fisik 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
meningkat denga darah sebelum memulai mobilisasi
kriteria hasil: 4. Monitor kondisi umum selama melakukan
1. Pergerakan mobilisasi
ekstremitas
meningkat (5) Terapiotik:
2. Kekuatan otot 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
meningkat (5) bantu
3. Nyeri menurun 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
(5) perlu
4. Kaku sendi 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
menurun (5) dalam meningkatkan pergerakan
5. Gerakan
terbatas Edukasi:
menurun (5) 1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
6. Kelemahan 2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
fisik menurun 3. Ajarkan mobilisasi sederhanayang harus
(5) dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur)
Daftar Pustaka

Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media Sudi Amus
(08095)Diposkan oleh Diary of Effata Zebaoth di 00.45
Cardenito, L.J. 2012. Buku Saku Doagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta :
EGC
Helen Farrer, 2011. Perawatan Maternitas. Jkarta : EGC
Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
PendidikanBidan : Jakarta EGC
Judi Januadi Endjun.2012. Persalinan Sehat. Puspa Swara Mansjoer,
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal .
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Reeder, Sharon j. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi &
Keluarga .Jakarta: EGC
Saleha, Siti. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas . Jakarta: Salemba Medika
Suherni , dkk. 2012 Perawatan Masa Nifas . Yogyakarta : Fitramaya.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
(Institute of Health Science)
Jl. Letkol Istiqlah No. 109 Telp.(0333) 421610 / Fax. (0333) 425270
BANYUWANGI
Website : http://stikesbanyuwangi.ac.id/
LEMBAR KONSULTASI MAHASISWA

NO HARI/TANGGAL HASIL KONSULTASI TANDA TANGAN

Anda mungkin juga menyukai