Anda di halaman 1dari 6

Gambar oleh Aditio Tantra Danang

Wisnu Wardhana dari Pixabay

Policy Brief
No. 05/PB/R02/CICP/2019

Sosialisasi
Sosialisasi Buddy
Buddy Program
Program
untuk
untuk mencegah
mencegah perundungan
perundungan di
di sekolah
sekolah

Penulis Pen eliti


L aven da Geshica, S .Psi. Dera An dhika Duana, M.Psi

Kecerdasan emosional ternyata dapat mengurangi kemungkinan


seseorang melakukan perundungan. Hal ini menjustifikasi pentingnya
buddy program untuk mengembangkan empati, salah satu aspek penting
kecerdasan emosional – untuk diintegrasikan dalam program anti
perundungan.
Perundungan (bullying) merupakan tindakan menyakiti seseorang
dengan sengaja oleh seseorang atau kelompok yang merasa lebih berkuasa
dan dapat berdampak negatif baik bagi para pelaku maupun penyintas.
Penelitian Center for Indigenous and Cultural Psychology (CICP) Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada menemukan adanya korelasi negatif
yang signifikan antara kecerdasan emosional dan kecenderungan untuk
melakukan perundungan. Hal ini membuktikan bahwa tingginya
kecerdasan emosional berhubungan dengan rendahnya kecenderungan
melakukan perundungan. Temuan ini menegaskan pentingnya
optimalisasi program yang mengasah kecerdasan emosional seperti buddy
program sebagai bagian dari program pencegahan perundungan di
sekolah menengah.
Gambar oleh Alexas_Fotos
dari Pixabay

Pendahuluan
Perundungan di kalangan anak telah
menjadi fenomena yang memprihatinkan. Data
dari Kementerian Sosial menunjukkan adanya
peningkatan kasus perundungan (bullying)
yang terjadi di Indonesia. Pada bulan Juni 2017, Tindakan preventif untuk mencegah
te rd a p a t 1 1 7 ka s u s p e r u n d u n g a n ya n g perundungan berbasis sekolah sangatlah
dilaporkan di mana sebagian besar kasus terjadi penting. Sekolah merupakan lingkungan di
pada seting sekolah menengah (Sejiwa, 2017). mana siswa paling banyak berpartisipasi,
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sehingga sekolah memiliki potensi optimal
mencatat terdapat 77 kasus perundungan anak untuk mempelajari perilaku perundungan,
(baik sebagai korban maupun pelaku) hingga mengembangkan program prevensi
bulan Mei 2018 (Nurita, 2018). Angka tersebut perundungan, hingga evaluasi terhadap
bisa saja lebih kecil dari data sebenarnya, program yang dikembangkan tersebut
mengingat adanya kemungkinan tidak semua (Merrel, Gueldner, Ross & Isava, 2008).
penyintas melaporkan perundungan yang ia Pemerintah telah memberikan perhatian
alami. terhadap kasus tindak kekerasan pada anak di
Sekolah menjadi salah satu tempat di lingkungan sekolah. Melalui Kementerian
mana banyak terjadi perundungan. Data Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah
menyebutkan bahwa 84 persen siswa mengaku menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
pernah mengalami kekerasan di sekolah, Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
sementara 75 persen siswa mengaku pernah 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
melakukan kekerasan di sekolah (Tempo.co, Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan
2018). Pendidikan. Dalam peraturan menteri ini, yang
dimaksudkan dengan tindak kekerasan yaitu
Perundungan berdampak negatif baik perilaku yang dilakukan secara fisik, psikis,
bagi penyintas maupun pelaku. Penyintas seksual, dalam jaringan (daring), atau melalui
perundungan umumnya mengalami rasa buku ajar yang mencerminkan tindakan agresif
kesepian yang tinggi, tingkat percaya diri dan penyerangan yang terjadi di lingkungan
rendah, serta kecemasan dalam berinteraksi satuan pendidikan dan mengakibatkan
sosial. Di sisi lain, pelaku perundungan juga ketakutan, trauma, kerusakan barang,
mengalami masalah dengan perilaku yang luka/cedera, cacat, dan atau kematian.
cenderung agresif dan hiperaktif. Mereka juga
cenderung mengabaikan tugas-tugas sekolah, Meskipun Pemerintah, khususnya
dan berisiko tinggi untuk menggunakan zat-zat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
terlarang (Vanderbilt, & Augustyn, 2010). menerbitkan kebijakan mengenai pencegahan
dan penanggulangan tindak kekerasan di sekolah,
Sebelum melakukan tindakan pencegahan namun kebijakan tersebut belum banyak
perundungan, penting untuk mengetahui faktor menyentuh aspek kecerdasan emosi siswa.
protektif dan risiko dari tindakan perundungan itu Temuan penelitian ini mengungkapkan potensi
sendiri. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan kecerdasan emosional dalam mengurangi
oleh Center for Indigenous and Cultural kecenderungan perundungan. Selama ini, aspek
Psychology (CICP) Fakultas Psikologi Universitas kecerdasan emosional belum banyak dimasukkan
Gadjah Mada menemukan bahwa kecerdasan sebagai bagian dari kebijakan. Untuk itu, aspek
emosional dapat menjadi faktor protektif terhadap tersebut perlu dilibatkan secara optimal pada
perilaku perundungan. program-program pencegahan perundungan
Kecerdasan emosional meliputi yang sudah ada.
kemampuan seseorang untuk mengendalikan
diri, pengelolaan diri, kesadaran diri, memotivasi
diri, empati dan keterampilan sosial (Goleman,
1999).

1
Fakta Hasil Penelitian
Penelitian CICP ini bertujuan untuk Diagram 2 menunjukkan bahwa 17%
melihat hubungan antara kecerdasan partisipan memiliki kecerdasan emosional
emosional siswa sekolah menengah tinggi, 66% partisipan memiliki kecerdasan
pertama (SMP) dengan kecenderungan emosional menengah, dan 15% partisipan
untuk melakukan perundungan di sekolah. memiliki kecerdasan emosional rendah. Hal
Partisipan dalam penelitian ini yaitu 93 ini menunjukkan bahwa hanya sebagian
siswa kelas delapan SMP, 45 di antaranya kecil partisipan yang memiliki kecerdasan
laki-laki dan 48 perempuan. Pengambilan emosional rendah.
data dilakukan melalui pengisian skala Sementara itu, hasil korelasi product
secara lapor diri (self- report), kemudian moment menunjukkan korelasi negatif
data dianalisis menggunakan uji korelasi y a n g s i g n i fi k a n a n t a r a ke c e r d a s a n
product moment melalui perangkat lunak emosional dan kecenderungan untuk
SPSS 11.5. melakukan perundungan (r=-0,203 dan
Diagram 1. Kecenderungan Melakukan p<0,05). Dengan demikian, individu dengan
Perundungan kecerdasan emosional rendah memiliki
ke c e n d e r u n g a n l e b i h t i n g g i u n t u k
melakukan perundungan. Artinya,
kecerdasan emosional berkorelasi terbalik
dengan kecenderungan perundungan.
Semakin tinggi kecerdasan emosional,
semakin rendah kecenderungan untuk
merundung. Siswa yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi akan mampu
berempati terhadap siswa lain, dan mampu
mengendalikan diri dari dorongan perilaku
yang mengarah kepada perundungan.
Siswa yang memiliki kemampuan sosial
yang baik juga akan cenderung tidak
merundung dibandingkan yang sebaliknya.
Dengan demikian, upaya pencegahan
Hasil pada diagram 1 menunjukkan perundungan di sekolah penting untuk
bahwa 15% partisipan memiliki kecenderungan melibatkan aspek kecerdasan emosional.
melakukan perundungan tinggi, 70% Sekalipun lingkungan sekolah sangat
perundungan menengah, dan 15% cenderung potensial sebagai tempat terjadinya
rendah. Maka, dapat disimpulkan bahwa perundungan, namun, sekolah juga
sebagian besar partisipan (85%) cenderung berpotensi menjadi agen yang mencegah
untuk merundung orang lain. terjadinya perundungan.
Diagram 2. Kecerdasan Emosional

2
Kecerdasan Emosi Salah satu bentuk pencegahan
perundungan yang sudah berjalan di Indonesia
yaitu buddy program. buddy program di

dan Program Indonesia merupakan program yang diadaptasi


dari sistem persekolahan di Australia, dan
bertujuan untuk menghilangkan rasa ingin
Pencegahan menindas mereka yang lebih lemah (Ikhsanah,
2018). buddy program dilakukan secara
terintegrasi dengan program rutin sekolah
Tindak Kekerasan seperti MOS (Masa Orientasi Siswa) dan
ekstrakurikuler. Dalam buddy program, siswa
yang lebih senior akan dipasangkan dengan
UNCRC atau United Nations Convention on siswa yang junior, di mana siswa yang senior
the Rights of the Child (dalam Richardson & Hiu, akan mendampingi adik kelasnya tersebut
2018) berpendapat bahwa setidaknya ada dua dalam belajar serta melindunginya (Ikhsanah,
alasan mengapa menjawab persoalan 2018). Studi telah membuktikan bahwa buddy
perundungan menjadi penting. Yang pertama, program mampu meningkatkan empati
dari segi hak anak, setiap orang dewasa (Morhardt, 2018), serta menurunkan angka
bertanggungjawab untuk memastikan setiap perundungan (Ikhsanah, 2018). Selain itu, dalam
anak dalam pengawasannya aman dari program antibullying juga dikenal kegiatan circle
kekerasan fisik maupun mental. Kedua, time, yang bertujuan untuk mengembangkan
perundungan telah lama diketahui berkaitan kemampuan siswa berempati (Nurrochimawati,
dengan berbagai dampak negatif pada 2016). Olweus dan Susan P. Limber (dalam
kenyamanan (well-being) anak seperti Nurrochimawati, 2016) mengemukakan bahwa
kemampuan belajar menurun, terganggunya circle time merupakan pertemuan yang
kesehatan mental hingga munculnya keinginan melibatkan guru dan siswa untuk
bunuh diri atau menyakiti diri sendiri hingga mendiskusikan persoalan kelas, termasuk
dewasa. Lebih lanjut lagi, Richardson dan Hiu perundungan, dan bertujuan membangun
(2018) mengatakan bahwa perundungan di kohesivitas masyarakat serta meningkatkan
lingkungan sekolah ini dapat mengurangi pengetahuan dan kesadaran siswa mengenai
potensi anak untuk berkontribusi dalam persoalan yang dibahas. Mekanisme
pembangunan sosial ekonomi. pengawasan menggunakan papan informasi
Te rb i t nya Pe ra t u ra n M e n te ri N o. serta pemberian informasi melalui pemasangan
82/Tahun 2015 membuka celah terjalinnya poster juga dapat mendorong siswa agar lebih
kerjasama antara Pemerintah dan masyarakat mengendalikan perilaku. Cara-cara tersebut di
dalam mencegah dan menanggulangi atas memungkinkan siswa mengembangkan
perundungan di lingkup sekolah. Tindakan kemampuan empati, pengendalian diri, serta
pencegahan kekerasan melalui sekolah keterampilan sosial, yang merupakan aspek-
(satuan pendidikan) meliputi di antaranya aspek dalam kecerdasan emosional.
mewajibkan sekolah memasang papan
informasi untuk pelaporan dan permintaan
bantuan, mewajibkan guru segera
melaporkan kepada orangtua wali jika ada
dugaan kekerasan, mendorong pihak sekolah
untuk menyusun dan menerapkan Prosedur
Operasional Standar (POS) pencegahan
tindak kekerasan, membentuk tim
pencegahan kekerasan dari unsur guru, siswa,
dan orang tua, serta bekerjasama dengan
lembaga psikologi, pakar pendidikan dan
organisasi keagamaan untuk kegiatan
edukatif (Kemendikbud, 2016).

3 Gambar oleh Gino Crescoli dari Pixabay


Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay

Rekomendasi
Secara umum, pihak satuan 3. Siswa
pendidikan SMP perlu melaksanakan SMP khususnya
p ro g ra m a n t i p e r u n d u n g a n ya n g kelas VII dan VIII perlu
terintegrasi dengan kurikulum sekolah mendapatkan pelatihan sebagai
yang di dalamnya mencakup buddy relawan buddy program yang
program, kegiatan circle time, dan efektif dan mampu
m e n i n g k a t k a n p e n g a wa s a n d a n mengembangkan empati terhadap
pengetahuan warga sekolah melalui pihak yang lebih lemah.
pemasangan papan informasi dan poster
mengenai perundungan. buddy program 4. Kepala sekolah dan guru perlu mendapat
dan circle time lebih diarahkan untuk pelatihan untuk mengadakan circle time
mengembangkan kemampuan empati (yang merupakan pertemuan guru dan
dan menekan keinginan menindas siswa) yang efektif sebagai media untuk
teman yang lebih lemah. Agar program ini meningkatkan empati, kesadaran serta
efektif, pihak sekolah dapat bekerjasama pengetahuan terhadap bahaya pe-
dengan lembaga pemerhati pendidikan rundungan dan cara-cara pencegahan
atau akademisi untuk meningkatkan serta mengatasinya.
kapasitas warga sekolah (kepala sekolah, 5. Pihak sekolah perlu melakukan
guru, orangtua/wali siswa, dan siswa) pemasangan papan informasi untuk
dalam melaksanakan program mengakomodasi dan menindaklanjuti
antiperundungan. Berikut rincian laporan perundungan serta melakukan
rekomendasi: pemasangan poster dengan pesan
1. Kepala sekolah dan guru perlu antiperundungan yang bertujuan
berinisiatif membentuk tim meningkatkan kesadaran bahaya
pencegahan dan penanggulangan perundungan dan membentuk empati.
antiperundungan di sekolah yang 6. Pihak sekolah juga perlu secara rutin
terdiri atas guru, orang tua dan mengadakan pertemuan guru dan
siswa. orangtua (parent meeting) untuk
2. Kepala sekolah dan guru perlu meningkatkan kesadaran orangtua
mendapat pelatihan bagaimana bahwa kecerdasan emosi (seperti
mengampu buddy program yang kemampuan empati dan pengendalian
terintegrasi dalam kurikulum diri) dapat mencegah perundungan di
sehingga mampu meningkatkan sekolah, dan kesadaran ini dapat mulai
kemampuan empati siswa dan dikembangkan dari rumah.
menekan keinginan menindas.

4
Referensi
Goleman, D., Piélat, T., & Roche, D. (1999). Peraturan Menteri Pendidikan dan
Emotional intelligence . I read. Kebudayaan. Nomor 82 Tahun 2015 tentang
Ikhsanah, Annisa Nur (2018). Implementasi Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
Program Buddy Sebagai Solusi Kekerasan di Lingkungan Satuan
Menurunkan Perilaku Bullying di SD Pendidikan. Menteri Pendidikan dan
Kristen Kalam Kudus Yogyakarta. S1 Kebudayaan. Jakarta
thesis, Universitas Negeri Yogyakarta. Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Marrel, K.W. Gueldner, B.A., Ross, S.W., & 25 Januari 2016. Kementerian Pendidikan
Isava, D.M (2008). How effective are school dan Kebudayaan Republik Indonesia.
bullying intervention programs? A Meta Jakarta
analysis of intervention research. School Veanderbilt, D., & Augustyn, M. (2010). The
psychology quarterly, 23 (1), 26. effects of bullying. Pediatrics and Child
Morhardt, Darby. (2018). The Buddy Program Health, 20(7), 315-320.
Increases Medical Student Knowledge,
Empathy and Attitudes Toward Persons Media daring dan situs web
Living with Dementia. Conference Hilmi, Alfan. (2018). Hari Pendidikan, KPAI: 84
Persen Siswa Alami Kekerasan di Sekolah.
Abstract. Alzheimer’s & Dementia, Tempo.co.https://nasional.tempo.co/read/1
Volume 14, Issue 7, Supplement, July 2018, 084922/haripendidikan-kpai-84-persen-
Pages p1405-p1406 siswa-alami-kekerasan-di-sekolah.
Diakses 2 Mei 2018
Nurrochimawati, Citra Devi (2016). Kemendikbud. (2016). Tiga Tataran dalam
Implementasi Program Antibullying di Menghadapi Kekerasan di Lingkungan
SD Tumbuh 2 Yogyakarta.Jurnal Sekolah.https://www.kemdikbud.go.id/ma
in/blog/2016/05/tiga-tataran-dalam-
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 menghadapi-kekerasan-di-lingkungan-
Tahun ke-5. Universitas Negeri Surabaya. sekolah. Diakses 30 September 2019
Richardson, Dominic., &Hiu, Chii Fen. Nurita, Dewi. (2018). Hari Anak Nasional, KPAI
Catat Kasus Bullying Paling Banyak.
(2018).Developing a Global Indicator on Tempo.co.https://nasional.tempo.co/read/1
Bullying of School-aged Children. 109584/hari-anak-nasional-kpai-catat-
kasus-bullying-paling-
UNICEF Office of Research | Innocenti
banyak/full&view=ok. Diakses 25
Wo r k i n g P a p e r . D i u n d u h d a r i September 2019
https://www.unicef-irc.org › publications › Sejiwa. (2018). Stop bullying, start loving, stay
amazing. http://sejiwa.org/stop-bullying-
pdf start-loving-stay-amazing/. Diakses 2 Juli
2018

CICP | 2020
Editor: Melani Jayanti

Anda mungkin juga menyukai