Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

“PENETAPAN MASSA BOBOT DAN MASSA JENIS”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

A. MUHAMMAD FADEL MAULANA 17.003.AF


NITA HAERANI 18.034.AF
NURUL ALFIONITA HUSMAR 18.185.AF
WINARTY LAURENSIA 18.197.AF
AISYAH RAHMADANY.S 20.081.AF
ALFIAN SAEPUTRA PRATAMA 20.082.AF
ANDI FEBRYAN PRATAMA 20.083.AF
ANDI MUHAMMAD RIDWAN 20.084.AF
ANDIKA DWI SAPUTRA 20.085.AF
ANNISA AMALIA AMANAH GAPPA 20.086.AF
ANNISYA AULIA SARI RACHMAN 20.987.AF
ASHARI MURTI 20.088.AF
AUDINAH UMROH AS. 20.089.AF
CHINDY SYAFUTRI 20.090.AF

LABORATORIUM FISIKA FARMASI AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASSAR

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM LENGKAP FISIKA FARMASI

AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASSAR 2021

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

KELAS : C20

DISETUJUI OLEH:

INSTRUKTUR

Apt. YUSRIANI ,S,Si.,M.Kes.

……………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menurut definisi, bobot jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam

desimal, dari berat suatu zat dari berat dari suatu standar atau volume yang

sama kedua zat mempunyai temperatur yang sama dan temperatur yang telah

diketahui. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut

cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat yang digunakan sebagai

standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan ( Ansel H.C, 1989).

Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-sifat

yang khas dari zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa

bagian yang luas. Salah satunya ialah sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat

ekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang diamati

(Anonim, 1979).

Cara menentukan bobot jenis yag sangat penting diketahui oelh mahasiswa

farmasi, karna dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui

kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan (Ansel H.C,

1989).

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat di bandingkan

dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25° C). berat jenis adalah

bilangan murni tanpa dimensi yang dapat di ubah menjadi kecepatan dengan

menggukan rumus yang cocok. Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan


bobot zat terhadap air dengan volume yang sama ditimbang di udara pada suhu

yang sama (Anonim, 1979).

Berat jenis untuk penggunakan praktis lebing sering didefinisikan sebagai

perbandingan massa dari suatu zat dari massa sejumlah volume air yang sama

pada suhu 4° atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering

ditemukan dalam pembacaan berat jenis 25° /25° ,25° /4° dan 4° /4° . Angka yang

pertama menunjukkan temperatur udara dimana zat ditimbang. Angka dibawah

garis miring menggunakan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi

resmi menggunakan 25° /25° untuk menyatakan berat jenis. Berat jenis dapat

ditentukan dengan menggunakan berbagai piknometer, neraca, mohr-westhpal,

hidrometer, dan alat-alat lain (Anonim, 2006).

Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin

tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap

volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi

dengan total volume. Sebuah benda yang memiliki massa jenis telah tinggi

akan memiliki volume yang lebih rendah. Suatu massa jenis aladah kologram

permeter kubit (kg/m3) (Ansel H.C, 1989).

Cara menentukan bobot jenis sangat penting diketahui oleh mahasiswa

farmasi, karna dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui

kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang benbentuk larutan (Ansel H.C

1989).
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN

a. Maksud Percobaan

Agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara penetatapan bobot

dan massa jenis.

b. tujuan percobaan

Menentapkan bobot jenis dan massa jenis zat cair yaitu minyak

goreng, gliserol, aquadest, alkohol, dan sirup dengan menggunakan alat

piknometer.

I.3 PRINSIP PERCOBAAN

a. Piknometer

Penentuan bobot jenis dan massa jenis zat cair yaitu minyak goreng,

gliserol, aquadest, alkohol, dan sirup dengan menimbang menggunakan

piknometer kemudian dibandingkan dengan massa air pada suhu 25° C

b. Hydrometer

Penentuan bobot jenis dan massa jenis zat cair yaitu minyak goreng,

gliserol, aquadest, alkohol, dan sirup dengan menggunakan Hydrometer

akan mengembang dan terlihat dari nilai pada permukaan zat terakhir.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

a. Massa jenis adalah perbandingan antara bobot zat dibandingkan dengan

volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25℃ ¿ biasanya dirumuskan

sebagai berikut :

massa m
ρ= ( )
volume v

Keterangan:

Satuan (SI/MKS) : Kg/m3

Cgs : g/cm3

b. Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat

pada suhu tertentu dan massa jenis air. Biasanya dirumuskan sebagai

berikut :

Mx
Sx =
Ma

Px
Sx =
Pa
Keterangan:

Mx = massa zat

Px = rho zat

Ma = massa air

Px = rho air

Massa suatu zat adalah kuantitas konsentrasi zat lain dinyatakan dalam

massa persatuan volume. Nilai massa jenis suatu zat dipengaruhi oleh

temperatur. Semakin tinggi temperature, kerapatan suatu zat semakin rendah

karena molekul-molekul yang saling berikatan akan terlepas (Young, 2002).

Bobot jenis [spesifik grafik (S)] suatu zat perbandingan antara bobot

suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya dan suhunya sama.

Sedangkan massa jenis adalah salah satu sifat yang pentung dari suatu

bahan. Didefenisikan sebagai massa persatuan volume (Young, 2002). Zat

yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air. Zat

yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air

(Ansel, 2006).

Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di

belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada

umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis

dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United

States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain (Ansel, 2006).


Metode penentuan untuk zat cairan :

a. Metode Piknometer.

Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan

penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan

wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian

metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman

tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini

terletak pada sekitar isi ruang 30 ml (Ansel, 2006).

b. Metode Neraca Hidrostatik.

Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda

yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat

volume cairan yang terdesak (Ansel, 2006).

c. Metode Neraca Mohr-Westphal.

Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan

yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan

bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-

Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah

dlaksanakan (Ansel, 2006).

d. Metode areometer.

Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan

benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya

tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung

ditutup dengan pelelehan (Ansel, 2006).


II.2 Uraian Bahan

1. Aqudest ( Depkes RI, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air suling

RM : H2O

Bobot jenis : 0,997 g/ml (250C)

Pemerian  : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;

tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah terutup baik

Kegunaan : Sebagai larutan uji, sebagai pelarut

2. Alkohol (Depkes RI, 1979) 

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain  : Alkohol, etanol, ethyl alkohol

Rumus molekul : C2H6O

Berat molekul : 46,07

Bobot Jenis : 0,8119

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas rasa panas, mudah

terbakar dan memberikan nyala biruyang tidak

berasap.

Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam kloroform, dan

dalam eter.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan  : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh

kuman.

3. Gliserol (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : GLYCEROLUM

Nama lain : Gliserin, gliserol

Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna;

tidak berbau; manis diikuti rasa hangat.

Kelarutan : dapat campur dengan air, dan dengan etanol

(95%); praktis tidak larut dalam kloroform,

eter, dan minyak lemak.

Kegunaan : Zat tambahan

4. Minyak kelapa (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : OLEUM COCOS

Nama lain : Minyak kelapa

Pemerian : Cairan jernih: tidak berwarna atau kuning

pucat; bau khas; tidak tengik.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) pada suhu

600C; sangat mudah larut dalam kloroform

dan eter.

Penggunaan : Zat tambahan


5. Sirupus Simplex (Depkes RI, 1979)

Nama resmi : SIRUPUS SIMPLEX

Nama lain : Sirop gula

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna

Penggunaan : Zat tambahan


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

A. Alat

1. Beker gelas 250 ml

2. Botol semprot

3. Cawan

4. Eksikator

6. Gelas ukur 500 ml

7. Hydrometer manual

8. Kain lap

9. Oven

10. Piknometer 25 ml & 50 ml

11. Timbangan analitik

12. Termometer

B. Bahan

1. Aquadest

2. Alkohol

3. Minyak Kelapa

4. Sirup

5. Gliserin

III.2 Prosedur Kerja

A. Mengukur massa jenis menggunakan piknometer


1. a. Dibersihkan piknometer 25 ml hingga tidak meninggalkan bebas

tetesan air. Setelah dibersihkan dengan aquadest dibilas dengan

etanol 70%.

b. Piknometer dimasukkan dalam oven hingga suhu 100° C selama 10-

15 menit. Kemudian dinginkan dalam eksikator selama 15 menit.

c. Ditimbang piknometer kosong dineraca analitik.

2. a. Piknometer diisi dengan sampel hingga penuh

b. Piknometer yang diisi sampel didinginkan dalam gelas piala yang

berisi es batu hingga suhu didalam piknometer 25° C, suhu pada

sampul di dalam piknometer di ukur menggunakan thermometer.

c. Setelah mencapai 25° C piknometer ditutupkan dikeringkan dengan

kain lap. Kemudian ditimbang secara teliti menggunakan neraca

analitik.

d. Diulangi cara kerja pada sampel ke 2 dan seterusnya dimulai dari

cara kerja kedua dan seterusnya.

e. Dihitung MJ sampel.
B. Mengukur MJ menggunakan Hydrometer / aerometer

a. Mengambil gelas ukur 500ml kurang lebih sebanyak 5 buah lalu diisi

dengan masing-masing sampel yang akan diukur

b. Diambil Hydrometer langsung dan manual dan bersihkan dahulu, lalu

dimasukkan Hydrometer langsung dan manual secara bergantian

kedalam gelas ukur berisi sampel.

c. Dicatat skala yang tertera pada permukaan cairan sampel yang

hydrometer lalu diukur suhunya lalu dicatat.

d. Dilakukan hal yang sama untuk sampel yang kedua dan sampel yang

lainnya lalu dihitung MJ sampel.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

A. Hydrometer

NO Nama Sampel Volume BJ MJ Ket

Piknometer (g/ml)
(Grade)
Ukur (ml)

1. Aquadest 500 ml 1,794 1,000 -

2. Alkohol 500 ml 1,613 0,800 -

3. Minyak kelapa 500 ml 2,445 0,900 -

4. Sirup 500 ml 1,118 1,100 21

5. Gliserin 500 ml 1,2 1,200 33


B. Piknometer

NO Nama Sampel Volume BJ MJ Ket

Piknometer (g/ml)

Ukur (ml)

1. Aquadest 25,0 ml 1,000 1,094 c. ringan

2. Alkohol 25,0 ml 0,8183 0,8952 c. ringan

3. Minyak kelapa 50,0 ml 1,6399 0,8969 c. ringan

4. Sirup 50,0 ml 2,1182 1,1585 c. berat

5. Gliserin 25,0 ml 1,1468 1,2544 c .berat

DATA PENGAMATAN

IV.2 Perhitungan :

“HYDROMETER MANUAL”

E
S=
E−g

A). Gliserin

Dik : S gliserin 1,2

g gliserin 33

Dit : E gliserin....?
Penyelesaian:

E
1,2 =
E−33

1,2 (E – 33 ) = E

1,2 E – 39,6 = E

39,6 = 1,2E – E

39,6 = 0,2 E

39,6
E=
0,2

E = 198

B.) Sirup

Dik : S gliserin 1,2

E gliserin 198

g sirup 0,800

Dit : S sirup....?

Penyelesaian:

198
S sirup =
198−21

198
=
177

= 1,118
“MASSA JENIS PIKNOMETER ”

massa berat piknometer∧zat− piknometer kosong


MJ = :
volume volume piknometer

49,073−21,7258
A). MJ AQUADEST =
25,0 ml

27,347
= = 1,094 g/ml
25,0 ml

44,1064−21,7258
B). MJ ALKOHOL =
25,0 ml

22,3802
= = 0,8952 g/ml
25,0 ml

66,8748−21,7258
C). MJ MINYAK =
50,0 ml

44,8482
= = 0,8969 g/ml
50,0 ml

77,54−19,612
D). MJ SIRUP =
50,0 ml

57,928
= = 1,1585 g/ml
50,0 ml

53,37−22,008
E). MJ GLISERIN =
25,0 ml

31,362
= = 1,2544 g/ml
25,0 ml
“BOBOT JENIS PIKNOMETER”

MASSA ZAT
BOBOT JENIS =
MASSA AIR

MASSA ZAT
A) BJ AQUADEST =
MASSA AIR

27,347
=
27,347

= 1,000

MASSA ZAT
B) BJ ALKOHOL =
MASSA AIR

22,3802
=
27,347

= 0,8183

MASSA ZAT
C) BJ MINYAK KELAPA =
MASSA AIR

44,8482
=
27,347

= 1,6399

MASSA ZAT
D) BJ SIRUP =
MASSA AIR

57,928
=
27,347

= 2,1182
MASSA ZAT
E) BJ GLISERIN =
MASSA AIR

31,362
=
27,347

= 1,1468

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

A. Hydrometer (BJ)

1. Sirup = 1,100

2. Gliserin = 1,200

3.Aquadest =-

4. Alkohol =-

5. Minyak kelapa =-

B. Piknometer (MJ)

1. Aquadest = 1,094 g/ml

2. Alkohol = 0,8952 g/ml

3. Minyak kelapa = 0,8969 g/ml


4. Sirup = 1,1585 g/ml

5. Gliserin = 1,2544 g/ml

V.2 Saran

1. Untuk percobaan ini perlu adanya ketelitian dari praktikum.

2. Kebersihan alat-alat juga diperhatikan agar tidak ada kesalahan pada

percobaan.

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1979, Farmakope Indonesia

Edisi III

Ansel, Howart C 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta :

Universitas Indonesia

Sutoyo 1993, Fisika. Bina Usaha, Jakarta

Ansel, Howart C 2006, Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku

Kedokteran EGC : Jakarta

Anonim, 2013 Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas

Muslim Indonesia
LAMPIRAN

 Proses pemanasan piknometer menggunakan oven

 Proses mendinginkan piknometer dalam eksikator

 Penimbangan piknometer kosong


 Pengukuran suhu menggunakan thermometer

 Penimbangan Piknometer+zat
 Pengukuran Massa Jenis Zat menggunakan Hidrometer/Aerometer

 Pengukuran Grade Zat (Cairan Berat) menggunakan Hidrometer

Anda mungkin juga menyukai