Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

BERHALA
Makala Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah AIK I

Disusun Oleh Kelompok 4:


1. SITTI NUR AFIAH (22214074)
2. SUHARNA (22214107)
3. SARVINA (22214082)
4. SUMARNI (22214078)
5. NIRWANA (22214110)
6. SRI MULIANA (22214090)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIDKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wa

Ta’ala karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan

tugas penulisan makalah tepat waktu. Adapun judul dari makalah ini

adalah “Berhala”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah AIK I

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Kendari

dan diharapkan dapat menambah wawasan penulis serta pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak

terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga makalah ini dapat

terselesaikan.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan

penyempurnaan, terutama pada bagian isi.

Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak. Apabila terdapat banyak kesalahan

pada makalah ini, kami memohon maaf.


Demikian yang dapat kami sampaikan.

Akhir kata, semoga makalah Pengantar Manajemen ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bombana, 16 Januari 2023

Penulis
BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Islam, Berhala adalah objek berwujud makhluk hidup

atau benda yang didewakan, disembah, dipuja dan diproduksi oleh

tangan manusia. Berlandaskan dengan salah satu surah di dalam

Al-Qur’ yang berbunyi:

“apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-

berhala yang tak dapat membuat sesuatupun sedangkan berhala-

berhala itu sendiri hasil pekerjaan orang” (al-a’raaf, 7:138)”

Menurut syariat islam, pada kala menjelang waktu yawm al-

qiyamah, hendak benar pertanda agung dari Hari Kebangkitan itu

ditandai dengan benarnya kaum yang hendak kembali

melaksanakan ajaran paganisme berlandaskan salah satu hadits

shahih imam

Ibnu katsir dalam kitabnya yang berjudul Qashash al-

Anbiyya menuliskan bahwa, berhala yang pertama kali diproduksi

adalah Wadd, Suwâ’, Yaghuts, Ya`uq dan Nasr, kesemuanya

adalah para ulama yang hidup pada masa sela Adam dan Nuh.
Mereka semua adalah anak dari Adam, Wadd anak tertua dan

sangat berbakti kepada Adam.

Ritual terpenting dari ajaran paganisme berkaitan dengan seks dan

perang. Segala wujud penyembahan berhala bertumpu pada

pemuasan hawa nafsu dan kekuatan fisik duniawi untuk sampai

surga duniawi. Tidak benar bidang transcendental dalam semua

ajaran paganisme. Sementara agama samawi menitik beratkan

pencapaian tertinggi dalam kehidupan bersifat transcendental,

dalam pemikiran kebahagiaan ruhaniyah yang kekal sesudah mati

dialam alam baka.

1. ETIMOLOGI

Kata berhala dalam Kamus Agung Bahasa Indonesia, sebagai

kata benda mempunyai guna patung dewa, kemudian penggunaan

kata berhala bertambah lapang menjadi makhluk/benda (matahari,

bulan, malaikat, binatang) apa saja yang disembah selain perintah

Allah adalah termasuk dalam kategori berhala.

Sedangkan kata kerja dari memberhalakan berfaedah memuja dan

mendewakan, dapat pula menjadi diproduksi menjadi kata kerja yang

berfaedah berlainan lagi, seperti memberhalakan sesuatu tidak selalu


berfaedah bahwa pemujanya mengatakan “inilah Tuhan yang mesti

disembah”. Tidak juga berfaedah bahwa beliau mesti bersujud

dihadapannya.

Kemudian kalimat memberhalakan pun bertambah lapang menjadi

dapat diartikan kepada rasa suka seseorang terhadap sesuatu melebihi

rasa sukanya kepada Allah. Misalnya, semakin takut kepada

seseorang/ benda dibanding rasa takut kepada Allah, atau semakin

mencintai seseorang/ benda dibanding cintanya kepada Allah.


BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi berhala dalam Al-Qur'an
Kata berhala di dalam Al-Qur'an dipergunakan untuk

mengartikan tiga istilah yang berlainan, masing-masing kata

tersebut dalam al-Qur'an mempunyai definisi yang berlainan

berlandaskan dengan konteks ketika kata itu disandarkan. Kalimat-

kalimat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Asnam (‫نم‬D‫ )ال اس‬adalah segala sesuatu yang terbuat dari kayu,

batu, emas, perak, tembaga dan semua jenis bahan berasal dari

bumi yang mempunyai wujud menyerupai makhluk hidup

seperti manusia, binatang dan tumbuhan serta mempunyai

wujud tubuh yang agung. Selain itu, al-asnam mengalami

perluasan definisi yang dipergunakan untuk menunjukkan

definisi majazi dari berhala.

2. Awsan (‫ان‬D‫ )آل أوس‬adalah terbuat dari bahan baku pembuatnya

sama dengan al-asnam, namun kata ini semakin umum daripada

al-asnam, karena dapat berupa segala sesuatu yang berwujud

dan tidak berwujud, adil kecil maupun agung. Sehingga, kata al-

asnam dapat diisi ke dalam kategori al-awsan.


3. Ansab (‫ )األنصب‬adalah batu yang tidak mempunyai wujud

tertentu yang dipergunakan untuk tempat menyembelih

binatang yang hendak dipersembahkan (altar) untuk berhala-

berhala. Al-ansab juga dipakai untuk jenis batu yang tidak

diwujudkan yang disembah apabila tidak mampu membuat al-

asnam.

Selain itu, benar sebagian kamus-kamus bahasa Arab yang

menyamakan ketiga istilah tersebut sehingga definisi dari

ketiganya menjadi tidak jelas.

b. Sejarah Munculnya Berhala

Dalam sejarah penyembahan terhadap berhala

(paganisme), suatu kaum tak pernah melaksanakannya secara

langsung, melainkan secara bertahap. Kaum itu mengambil

tuhan lain dan menyembah pujaannya atau patung. Di zaman

Arab Jahiliyah banyak yang membuat atau mengadaptasikan

keberhalaan dari kaum lain untuk mereka puja. Salah seorang

pelopor pembawa ajaran keberhalaan di Jazirah Arab adalah

'Amr bin Luhay dan beliau seorang pemimpin dari suku

Khuza’ah.
Takkala musim haji tiba, berhala-berhala itu beliau

berikan kepada kabilah-kabilah yang datang, lalu mereka

membawa pulang berhala-berhala tersebut ke negeri mereka,

sehingga setiap kabilah bahkan setiap rumah mempunyai

berhala. Dalam hadits shahih Imam Bukhari dituturkan bahwa

berhala-berhala yang benar pada zaman Nuh hendak menjadi

berhala untuk Bangsa Arab setelahnya.

1. Arab Jahiliyah (Pra Islam)

Dalam kisah Al-Quran dan penelitian oleh sejarahwan

terhadap sejarah perkembangan ajaran paganisme dalam 100

tahun kedua Hijriyah, mengatakan bahwa sebelum

datangnya ajaran Islam, ajaran paganisme dalam wujudnya

yang beragam jenis mempunyai kedudukan/ tempat yang

tertinggi dikalangan orang-orang Arab.

Orang-orang Arab untuk mendekatkan diri kepada dewa-

dewa dalam wujud berhala, sering melaksanakan

persembahan kurban berupa binatang ternak terkadang pula

manusia. Salah satu contoh dari kasus ini adalah Abdul


Muthalib kakek dari Muhammad, nyaris mempersembahkan

Abdullah putranya sebagai kurban.

c. JENIS-JENIS BERHALA

Sesembahan-sesembahan pada zaman jahiliyah inipun

berbeda-beda pula sela sebutan berhala yang satu dengan yang

lainnya, sebutan lainnya adalah sebagai berikut:

1. Shanam adalah patung berwujud manusia yang terbuat dari

logam atau kayu,

2. Wathan adalah patung berwujud manusia yang terbuat dari

batu,

3. Nushub adalah batu karang tanpa suatu wujud tertentu.

Nama-nama berhala

Dikisahkan melalui hadits bahwa bangsa Arab Jahiliyah telah

menaruh berhala disekitar Kaabah sebanyak 360 berhala.[6] Berhala

yang disembah Arab Jahiliyah itu kebanyakan diberi nama dengan

nama-nama perempuan atau lelaki, berhala yang terkenal di selanya

adalah:
a. Hubal

Berhala yang diasumsikan sebagai "Dewa Bulan" ini

dibawa oleh 'Amr bin Luhay dari Ma'arib (Moab) suatu

kawasan di Balqa'. Menurut kisah dari Ibnu Hisyam, beliau

berbicara bahwa salah seorang dari orang mempunyai ilmu

berbicara kepadaku bahwa orang yang pertama mendatangkan

Berhala ke Makkah adalah 'Amr bin Luhay.

b. Lātta

Berhala berupa batu yang dipahat, yang dibangun sebuah

rumah di atasnya. Zaman dahulu Latta adalah seorang lelaki

yang shalih yang biasa mengadon tepung untuk memberi

makan jama’ah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang pun

mendirikan sebuah rumah di atas kuburannya dan menutupinya

dengan tirai-tirai. Berhala ini adalah sesembahan kaum Tsaqif

di Thaif dan pelayannya adalah dari Bani Muattab.

c. ‘Uzzá

Berhala pohon samurah dari Sallam yang terletak di

lembah Nakhlah yang terletak sela Mekkah dan Tha’if. Di

sekitarnya terdapat kontruksi, dan tirai-tirai. Berhala ini juga

mempunyai pelayan-pelayan (penjaga-penjaga). Uzza ini adalah


berhala milik suku Quraisy, Sulaim; Gathafan dan Jusyam serta

serta suku-suku yang benar di sekitarnya.

d. Manāt

Berhala berupa batu agung yang terletak tak jauh di

Gunung Qudayd di sela Mekkah dan Madinah. Berhala ini

adalah milik suku Khuza’ah, Aus, dan Khazraj. Bila sedang

berhaji (di masa pra-Islam), mereka berihram di sisinya, dan

mereka menyembahnya.

sSebenarnya keempat berhala ini hanyalah orang saleh yang

pernah hidup pada zaman Ibrahim. Sesudahnya mereka meninggal,

beberapa orang membuat berhala untuk menghormati orang-orang

soleh itu secara amat sangat. Mereka menganggapnya sebagai anak-

anak Tuhan. Tidak cukup dengan berhala-berhala agung tersebut itu

saja buat orang-orang Arab guna menyampaikan sembahyang dan

memberikan kurban-kurban dan sesaji, tetapi kebanyakan mereka itu

mempunyai pula patung-patung dan berhala-berhala dalam rumah

mereka masing-masing.
Berikut adalah beberapa berhala yang tidak begitu terkenal, namanya

tidak diceritakan di dalam Al-Qur'an, hanya diceritakan di dalam

hadits, literatur Arab klasik dan lain-lain. Ditengahnya adalah:

 Manaf

Berhala yang selalu dipuja oleh kaum wanita, tetapi ketika

wanita sedang mendapat haid, mereka dilarang mendekati

berhala tersebut. Kaum Quraisy sering menamakan anak

mereka dengan Abd al-Manaf (hamba Manaf), terutama di

kalangan Bani Hudzail. Manaf mempunyai guna "ketinggian"

atau "tempat tinggi".

 Dzual-Halaas

Berhala berwujud batu api putih yang dipahat dan di atas batu

tersebut benar sesuatu yang berwujud mahkota. Berhala ini

disembah oleh Bani Daws, Bani Khats’am dan Bani Bujailah, di

negeri Yaman dan di negeri Tabalah yang terletak sela Mekkah

dan Madinah. Pelayan berhala ini adalah Bani ‘Umamah dari

Bahilah bin A’shar.

 Dzu as-Shara

Berhala yang berwujud batu berwarna hitam dan

berwujud tak memakai aturan, disembah oleh suku Arab


keturunan Ismail, yaitu kaum Nebayot dan kaum Duma.

Diasumsikan sebagai "anak dari seorang gadis" dan "dewa

kesuburan." Nama lain berhala ini adalah Dusares/Dzu Syura,

yang mendapat julukan "Sang Dewa Gunung Shara". Kabilah

Bani al-Harits juga mempunyai berhala ini.

 Dzu al-Kaffayn

Berhala milik Amr bin Hamamah dari Bani Daws, yang

dihancurkan oleh Thufayl bin Amr al-Dawsi atas perintah

rasulallah. Berhala ini mempunyai guna "dia yang mempunyai

kedua telapak tangan."

 Al-Fals

Berhala berwujud manusia terbuat dari batu merah yang

benar di tengah-tengah Gunung Aja. Pemelihara berhala ini

adalah dari Bani Bawlan, Bawlan sendiri adalah salah seorang

yang memulai penyembahan terhadap berhala ini. Keturunan

dari Bani Bawlan terakhir yang menyembah berhala ini

bernama Sayfi.

 Al-Ya'bub
Berhala para kaum Jadilah terletak di Thayyi.

Sebelumnya mereka mempunyai berhala yang berlainan, tetapi

Bani Asad mengambilnya. Sehingga mereka mengadopsi al-

Ya'bub sebagai penggantinya.

 Asaf Naylah

Asaf bin Ya'la dan Naylah binti Zayd adalah sepasang

kekasih dari Yaman, kemudian mereka melaksanakan ziarah ke

Mekkah. Setibanya di Mekkah, mereka masuk kedalam Ka'bah

dan mereka mengambil kesempatan untuk berzinah di

dalamnya, ketika kondisi sepi. Kemudian mereka berganti

menjadi 2 batu, yang pada kesudahannya dibawa keluar dan

diletakkan ditempatnya masing-masing. Kedua batu itu

kemudian di sembah oleh Bani Khuza'ah dan Quraisy, serta

disembah pula oleh orang-orang yang datang berziarah ke

Rumah Suci. Yang pertama kali mengadopsi berhala-berhala

dan memberikan nama masing-masing, berlandaskan dengan

tradisi yang sedang berlangsung di sela mereka, di sela Bani

Ismail dan suku lainnya adalah Hudhayl bin Mudrikah.

 At–Thuraiya
Berhala yang diasumsikan sebagai dewa yang

melimpahkan hujan. Thuraiya mempunyai guna "yang benar

dalam banyak banyak".

 Jadd

Berhala yang sangat dihormati oleh orang-orang semit.

Namanya diambil dari prasasti Nabath, tetapi dalam wujud

Gadda.

 Kuthrā

Diasumsikan sebagai "dewa terkaya". Biasa

dipergunakan sebagai nama anak lelaki oleh Suku Thai' "Abd

Kuthrā".

 Awf

Berhala yang diangap sebagai "burung agung pemangsa".

 Quzah

Berhala dewa guntur, diasumsikan dapat melepaskan petir dari

busurnya.
 Duwar

Berhala gadis yang biasa dikelilingi oleh wanita muda dalam

prosesi pemujaan terhadapnya.

 Ri'am

Berhala yang berwujud rumah pemujaan terletak di San'a milik

Bani Rabi’ah bin Ka’ab bin Sa’ad bin Zaid, dan Manat bin

Tamim.

 Rudha

Berhala yang diasumsikan sebagai dewi "perbuatan baik" atau

"kemurahan hati". Berhala ini milik Bani Rabi’ah bin Ka’ab bin

Sa’ad bin Zaid bin Manat bin Tamim.

 Al-Ka’abat

Berhala milik Kabilah Bakr bin Wail dan Taghib bin Wail, serta

kabilah Iyad di kawasan Sandad.

 Sa’ad

Berhala milik Bani Kinanah, yaitu Bakr bin Kinanah, Malik bin

Kinanah dan Mulkan bin Kinanah. Berhala ini berwujud batu

panjang, terletak di Pantai Juddah.


 Syams

Berhala milik suatu kaum dari ‘Udzrah. Sering dipergunakan

sebagai nama Abd Syams (Hamba matahari}

 'Amm-Anas

Berhala milik Kabilah Khawlan. Nama lainnya adalah

‘Umyanis.

 Al-Uqaysir

Berhala miliki Kabilah Qudi’ah, Lakhm, Judzam, ‘Amilah dan

Ghathafan, terletak didaerah perbukitan Syria.

 Nuhm

Berhala milik Kabilah Muzaynah, mereka biasa menamakan

anak mereka dengan nama Abd Nuhm (Hamba Nuhm).

Pemelihara berhala ini bernama Khuza'i bin 'Abd Nuhm.

 Su'ayr

Berhala milik Kabilah ‘Anazah.

 Dzu al-Rijl

Berhala yang berfaedah "dia yang mempunyai kaki".


 Al-Qalas

Berhala milik Bani Thayyi’ sukses dihancurkan oleh pasukan

perang dibawah kepemimpinan Ali bin Debu Thalib. Berhala

ini juga disembah oleh penduduk Himyar dan Yaman di San'a.

 Al-Qais

Berhala yang diceritakan dalam prasasti Nabath dari Al Hijr.

 Shai’ al-Qawm

Berhala yang tertulis dalam prasasti Nabath dan Palmyra,

diasumsikan sebagai dewa perang, sang malam, dan penjaga

kafilah. Mendapat julukan "dewa yang tidak pernah minum

anggur."

Berhala-berhala kecil seperti Dzu al-Halaas, Dzu as-Shara, Dzu

al-Kaffayn dan Dzu al-Rijl kebanyakan diberi nama berlandaskan

dengan nama tempat berhala itu benar.

1. Ninawa (Yunus)
Sebuah berhala yang sukses digali oleh para arkeologis di Iraq.

Nabi Yunus diutus Allah untuk berdakwah di sebuah kota

bernama Ninawa di kerajaan Asiria, dimana penduduknya

menyembah berhala Marduk, Ishtar, Nabu, Syamas dan lainnya,

berlandaskan dengan ajaran turun-temurun sejak zaman nenek

moyang mereka. Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu untuk para penduduk

Ninawa adalah hal yang baru yang belum pernah mereka dengar

sebelumnya. Karenanya mereka tidak dapat menerimanya untuk

menggantikan ajaran dan kepercayaan nenek moyang mereka, yang

sudah menjadi adat adat mereka. Mereka menantang Nabi Yunus

untuk menimpakan azab terhadap mereka, pada kesudahannya Nabi

Yunus pergi dengan marah sambil berharap Allah menghukum

mereka.

Sepeninggal Nabi Yunus, kaum Ninawa gelisah, karena cuaca

dikota mendung gelap, binatang peliharaan gelisah, wajah mereka

pucat pasi, dan angin bertiup kencang yang membawa suara


bergemuruh. Mereka takut ancaman Nabi Yunus benar-benar terjadi

menimpa mereka. Kesudahannya mereka sadar bahwa Nabi Yunus

adalah orang yang adil dan ajarannya berasal dari Allah, kemudian

menyesali afal mereka. Mereka lari tunggang langgang dari kota

mencari Yunus sambil berteriak berharap pengampunan Allah atas

dosa mereka. Allah kesudahannya mengampuni mereka dan segera

seluruh kondisi pulih seperti sedia kala. Penduduk Ninawa kemudian

tetap berupaya mencari Yunus agar beliau dapat mengajari agama dan

menuntun mereka di jalan yang adil.

2. Bangsa Funisia & Bani Israel (Ilyas)

Patung Ba'al dari 100 tahun ke 14 SM-12 SM

Menurut buku yang berjudul Atlas Al-Quran karya

Syauqi Debu Khalil, Ilyas diutus oleh Allah kepada Bangsa

Funisia di kawasan Ba'albek kota Funisia (Phoenisia), yang

terletak di kawasan sebalah barat Damaskus, yang sekarang

masuk wilayah Libanon. Kaumnya menyembah berhala

bernama Ba'al, yang berwujud wanita. Ilyas berulang kali


memperingatkan kaumnya, namun mereka tetap ingkar.

Karena itulah Allah menurunkan musibah kekeringan

selama bertahun-tahun, sehingga mereka baru tersadar.

Setelah kaumnya sadar, Ilyas berdoa kepada Allah agar

musibah kekeringan itu dihentikan. Namun setelah musibah

itu beristirahat dan perekonomian mereka memulih, mereka

kembali mempraktekkan politeisme. Kesudahannya kaum

Ilyas kembali ditimpa musibah yang semakin berat daripada

sebelumnya, yaitu dengan azab kekeringan yang panjang.

Kemudian pada tahun 323 SM – 64 SM oleh Bangsa

Yunani nama kota Ba'albek diubah menjadi “Heliopolis”

(Kota Matahari). Pada tahun 64 SM, kota ini menjadi koloni

Bangsa Romawi pada masa pemerintahan Julius Caesar.

Dalam masa pendudukan bangsa ini, kuil-kuil batu dibangun

didedikasikan untuk dewa mereka, yaitu Jupiter.

3. Kaum Saba' (Sulayman)

Kisah penyembahan Kaum Saba' terhadap matahari dan bulan,

berlandaskan berita yang dibawa oleh burung hud hud, yang

pernah melintasi kawasan Yaman Selatan. Saba adalah nama


kerajaan di zaman dahulu, dengan ibu kotanya Ma'rib yang

letaknya tidak jauh kota Shan'â ibu kota Yaman sekarang. Kisah

tersebut tercantum dalam Surat An-Naml 20-44.

Burung Hud berbicara kepada Sulayman bahwa beliau melihat

kaum Saba' menyembah matahari, selain Allah; kemudian syaitan

telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan

mereka. Kemudian Sulayman tidak lantas mempercayai kabar

burung Hud tersebut, lalu memerintahkan burung Hud agar

membawa surat dan menjatuhkan surat tersebut kepada Ratu

Balqis.

Surat itu berisikan ajakan untuk berserah diri kepada Sulayman untuk

tunduk dan meyakini Allah sebagai Sang Penguasa dunia semesta.

Setelah benar pertemuan sela Balqis dan para pembesar istana Saba,

mereka berencana untuk mengirimkan hadiah kepada Sulayman.

Penelitian yang dilakukan terhadap reruntuhan mengungkapkan

bahwa seorang ratu yang pernah benar di kawasan ini hidup sela 1000

- 950 SM dan beliau pernah melaksanakan perjalanan ke Utara

menuju Jerusalem. Pada kesudahannya Ratu Balqis pun berserah diri

kepada Sulayman, menurut kisah lain dituturkan bahwa Balqis pada


kesudahannya menjadi istri Sulayman. Namun di kalangan masyarakat

Quraisy tidak benar catatan khusus tentang kepercayaan penyembahan

terhadap matahari dan bulan tersebut.

4. Bani Israel (Musa)

Patung Hathor sebagai seekor sapi.


Salah seorang umat Musa yang mempunyai ilmu sihir

Samiri, pernah membuat patung anak sapi betina terbuat dari

emas. Samiri telah membuat berhala itu untuk bani Israel,

selama Musa pergi untuk mendapat wahyu. Oleh Samiri diisi

segumpal tanah, diyakini tanah itu bekas dilalui tapak kaki

kuda malaikat Jibril ketika Musa dan pengikutnya

menyeberangi Laut Merah. Sehingga mulut sapi betina itu

dapat mengeluarkan suara.

Samiri membuat patung tersebut terpengaruh oleh

agama/adat istiadat Mesir Kuno, beliau meniru dewa Hathor,

adalah salah satu dewi Mesir kuno, disembah sebagai sapi

dewata dari kesudahan 2700 S.M. selama dinasti kedua.


5. Penduduk Rass, Madyan & Aykah (Syu'aib)

Kaum Rass adalah kaum penyembah berhala, nama kaum

ini diambil dari nama sebuah telaga, yaitu "Rass" yang sudah

kering airnya. Mereka adalah penduduk salah sebuah

kampung yang terletak di sebuah kawasan di Yamamah

yang bernama Falaj, Tsamud. Mereka menyembah pohon

sanobar, yang diberi nama Syah Dirakht, secara bahasa

mempunyai guna "Raja Pohon." Orang yang pertama kali

menanam pohon itu adalah Yafith bin Nuh pasca badai topan

di tepian mata air yang diberi nama Rowsyan Oub.

Mereka telah diutus seorang nabi yang bernama Hanzalah

bin Sofuan, namun mereka mendustakannya, sampai mereka

sukses membunuhnya dan dicampak ke dalam telaga.

Setelah mereka sukses membinasakan nabi itu, karenanya

kampung ini menjadi kemarau yang dahsyat, sehingga kaum

ini hilang dari muka bumi.

Dalam Al-Qur'an, Ashab al-Rass atau penduduk Rass ini

diceritakan sebanyak dua kali. Masing-masing terdapat pada

surah Al-Furqan (25) ayat 38 dan surah Qaf (50) ayat 12.
Sedangkan penduduk Madyan dan Aykah adalah kaum

yang tinggal di pesisir Laut Merah di tenggara Gunung

Sinai. Aykah ialah sebuah tempat yang berhutan di kawasan

Madyan, kemudian tempat itu menjadi sesembahan oleh

mereka, mereka menyembah sebidang tanah gurun yang

ditumbuhi pepohonan. Dewa yang mereka sembah selain

Aykah adalah Ba'al serta Asyera. Dituturkan bahwa Syu'aib

diutus oleh Allah kepada tiga kaum tersebut, yang kemudian

dalam kisahnya mereka telah hancur karena bencana melalui

do'a Syu'aib.

6. Bangsa Kaldeā (Ibrahim)

Nabu karya Lee Lawrie (1939). Gedung John Adams Amerika.

Pada zaman kerajaan Babilonia yang dipimpin oleh

Namrudz menganut politeisme dan disimbolkan dengan


banyaknya berhala-berhala untuk di sembah. Berhala sangat

terkenal yang disembah oleh Bangsa Kaldeā pada zaman ini,

adalah Marduk dan Nabu, yang diasumsikan sebagai anak

Marduk. Berhala itu terletak di Gunung Namrudz di Debu

al-Gharab, Iraq.

Kemudian benar pula berhala Tuhan yang mereka anggap

sangat penting, Śïn yaitu dewa bulan. Tuhan mereka ini

digambarkan sebagai seorang manusia yang berjenggot

panjang, memakai pakaian panjang membawa bulan sabit

diatasnya. Mereka membuat adunan gambar-gambar secara

timbul dan pahatan-pahatan (patung) dari tuhan mereka dan

itulah yang mereka sembah. Kemudian Syamas dewa

matahari dan Ishtar dewi kesuburan, cinta, perang, dan seks.

Hal ini adalah sistem kepercayaan yang tersebar lapang

ketika itu, yang mendapat tempat persemaiannya di Timur

Dekat, dimana keberadaannya terpelihara dalam jangka

waktu yang lama. Orang-orang yang tinggal di wilayah

tersebut terus menyembah tuhan-tuhan tersebut sampai

sekitar tahun 600 M. Sebagai dampak dari kepercayaan itu,


banyak kontruksi yang dikenal dengan nama ziggurat yang

dahulu kala dipergunakan sebagai observatorium (tempat

penelitian bintang-bintang) sekaligus sebagai kuil, tempat

peribadatan yang dibangun terbentang sejak dari

Mesopotamia sampai ke kedalaman Anatolia, disinilah

beberapa tuhan, terutama dewa(i) rembulan yang bernama

"Sin" disembah oleh orang-orang ini.

Pada kala itu Ibrahim menghancurkan berhala dengan

kapaknya. Ironisnya ayah Ibrahim yang bernama Azar

adalah seorang pembuat berhala. Risalah Ibrahim di Kaldeā

ini mempunyai tujuan menyebarkan ajaran tauhid dan

mengikis praktik-praktik pemujaan terhadap dewa-dewa.

Dalam buku Sejarah Nabi-nabi Allah, Ahmad Bahjat,

mengungkapkan bahwa kala itu Ibrahim menghadapi tiga

golongan penyembah berhala. Golongan penyembah berhala

itu menurut Ahmad Bahjat di selanya adalah:

a. Penyembah patung-patung yang terbuat dari kayu dan

batu,

b. Penyembah benda-benda langit dan,


c. Penyembah raja-raja atau penguasa.

7. ʿĀd (Hud)

Hud di utus di tengah suku ʿĀd, mereka suka membuat

patung-patung dan mereka beri nama Shamud dan Al-Hattar.

Patung-patung itu yang disembah sebagai tuhan mereka, yang

menurut kepercayaan mereka, dapat memberi kebahagiaan,

kegunaan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan,

kerugian dan segala musibah. Kenikmatan hidup yang

mereka terima, diasumsikan sebagai karunia dari berhala

tersebut. Tanah yang subur dan menghasilkan hasil tanaman

yang melimpah ruah. Karenanya mereka tidak putus-putus

bersujud kepada berhala itu dan mensyukurinya sambil

memohon perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah

berupa penyakit atau kekeringan.

8. Bani Rasib (Nuh)

Menurut kisah dari Ibnu Abbas, awal mula munculnya

penyembahan terhadap berhala terjadi pada zaman Nuh. Asal

muasal nama-nama berhala itu diambil dari nama-nama


ulama mereka yang pernah hidup bersama mereka

sebelumnya. Dengan dalih untuk mengenang keshalihan dan

jasa-jasa mereka serta untuk memacu semangat peribadatan

umat ketika itu, karenanya dibuatlah patung, gambar, simbol-

simbol visualisasi fisik mereka. Namun lambat laun dengan

berproses dan bergantinya generasi, patung-patung itu justru

disembah dan menjadi sebagai sosok tuhan.

Pada masa Nabi Nuh berhala yang disembah adalah:

a. Wadd

Bani Kayb mengadopsi berhala ini, yang diasumsikan

sebagai tuhan lelaki di Dimât al-Jandal.

b. Suwâ

Bani Hudzail mengadopsi berhala ini kemudian

diletakkan di Kawasan sekitar Yanbû tidak jauh Madinah. Suwâ

diasumsikan sebagai tuhan perempuan, di Ruhat Sedangkan

pemelihara berhala ini adalah Bani Lihyan.


c. Yaghūts

Berhala Bani Murad yang diasumsikan sebagai tuhan singa,

kemudian untuk Bani Ghuthoif dilereng bukit yang terletak di

kota Saba dan penduduk Huras di Madzhaj, Yaman, serta Bani

An’um di Thayyi’. Menurut yang disampaikan oleh Ibnu Kalbi

berhala ini disembah pula oleh Bani Madzhij dan Bani Jurasy.

d. Ya`ûq

Berhala untuk Bani Hamdân dan Bani Kinânah yang

diasumsikan sebagai tuhan kuda. Diletakkan disebuah desa

yang bernama Khaywan,[20] dengan jarak selama 2 malam

perjalanan menuju Mekkah.

e. Nasr

Berhala untuk Bani Himyar di Balkha, [21] Yaman, yang

diasumsikan sebagai tuhan hering, sesembahan keluarga Dzi

Kila.

“dan mereka berbicara, “jangan sekali-kali kamu

meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan

pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan

jangan pula suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr.” (Nuh 71:23).”


Tiap-tiap kabilah mempunyai berhala yang mereka

sembah, hendak tetapi berhala-berhala itu mempunyai letak

yang berbeda-beda. Penyembahan berhala-berhala itu kemudian

turun, yakni berpindah kepada bangsa Arab. Karenanya terdapat

pulalah pada bangsa Arab berhala-berhala yang dinamai dengan

nama-nama yang pernah dipakai oleh kaum Nuh itu.

Penyembahan lainnya

1. Penyembahan bintang

Bintang-bintang adalah unsur yang sangat penting untuk

masyarakat di Jazirah Arab, khususnya menolong mereka dalam

menunjukkan arah dalam perjalanan di malam hari. Namun, pada

perjalanannya, bintang-bintang ini menjadi sesuatu yang

diasumsikan sakral dan mempunyai unsur-unsur ketuhanan.

Setelah hal tersebut karenanya lahirlah agama penyembahan

terhadap bintang ini dan menyebar di beberapa wilayah di Jaziran

Arab. Agama ini umumnya dianut oleh kaum Haran, Bahrain dan

beberapa wilayah pedalaman.


Ajaran tersebut dibawa oleh Debu Kabsyah ke Mekkah, beliau

menyembah bintang Syara. Ajarannya didampingi oleh Bani

Lakhm dan Bani Khuza’ah. Namun orang-orang Quraisy secara

umum tidak terlalu tertarik dan hanya sedikit saja yang

menganutnya.

Berkaitan dengan hal ini, Muhammad pernah diejek dengan

julukan Ibnu Debu Kabsyah (putra Debu Kabsyah) karena ajaran

Islam diasumsikan sama menyimpangnya dengan ajaran Debu

Kabsyah tersebut, dan bertentangan dengan kepercayaan

masyarakat Quraisy secara keumuman.

2. Penyembahan api

Simbol dari agama Majusi (Mazdaisme).

Ajaran ini adalah ajaran yang lahir dari negeri Persia, sekitar

1700 SM[22] - 500 SM[23] yang bernama Majusi atau yang semakin

terkenal dengan sebutan Zoroastrianisme. Ajaran ini meyakini

kekuatan keseimbangan yang memengaruhi dunia semesta, dan


kekuatan yang tertinggi dalam ajaran tersebut adalah kekuatan

kebenaran, yang dilambangkan dengan api sebagai cahaya, dan

kekuatan kejahatan yang dilambangkan dengan kegelapan. Pada

praktiknya, mereka memuja api sebagai tuhan mereka dan

mempunyai api kekal yang selalu dijaga agar tidak padam.

Ajaran Majusi arus zindiq menyebar di Makkah dari

kawasan Hirah. Orang Quraisy yang dikenal menganut ajaran ini

adalah Arqa’ bin Habis dan Debu Suud. Sementara penganut

Majusi di wilayah Tamim yang cukup dikenal adalah Zurarah at-

Tamimi dan anaknya yang bernama Hajib bin Zurarah. Ajaran ini

menyebar pula di wilayah Hajar dari Bahrain.

3. Penyembahan binatang

Sang banteng Apis, yang diasumsikan sebagai perwujudan dari Ptah oleh
bangsa Mesir kuno.

Bangsa Mesir kuno menyembah beberapa binatang yang

mereka yakini sebagai perwujudan dari tiap-tiap dewa tertentu.


Hewan-hewan itu dipilih berlandaskan dari tanda-tanda suci

tertentu yang diyakini menunjukkan peran tepat untuk binatang

tersebut. Beberapa binatang yang dikultuskan hendak

dipertahankan sebagai dewa sampai kesudahan hidupnya, seperti

banteng Apis yang disembah di Memphis dan diasumsikan sebagai

perwujudan dari Ptah. Sedangkan binatang lainnya dipilih untuk

periode yang jauh semakin singkat.

Pengkultusan ini kemudian tumbuh semakin populer di

kemudian waktu, dan banyak tempat peribadatan mulai menaikkan

saham dari hewan-hewan tersebut yang ditunjuk sebagai

penjelmaan dewa. Praktek yang terpisah dikembangkan dalam

Dinasti ke-dua puluh enam, ketika orang mulai memumikan setiap

anggota suatu spesies binatang tertentu sebagai korban kepada

dewa yang mewakili spesies tersebut. Jutaan mumi kucing, burung,

dan binatang lain dimakamkan di kuil-kuil untuk menghormati

para dewa Mesir. Untuk mendapat mumi dari binatang yang terkait

dengan dewa tersebut, para penyembah biasa membayar kepada

pendeta dari dewa tertentu, yang kemudian mumi itu hendak

diletakkan dalam pemakaman tidak jauh pusat kultus dewa.


Patung Bastet terbuat dari perunggu dalam wujud kucing.

Penyembahan terhadap kucing yang diasumsikan oleh Bangsa

Mesir kuno sebagai Dewi Kucing Bastet terjadi pada Dinasti kedua

Mesir. Hal ini terbukti kala ditemukan 300.000 mumi di kuil Bast.

Bastet dilambangkan dengan tubuh wanita dengan kepala kucing

yang diartikan sebagai dewi kesuburan, kehidupan dan kematian.

Bangsa Mesir kuno juga percaya, bahwa kucing mempunyai

kekuatan magis untuk melihat kebenaran dan kehidupan.

Menurut seorang ahli kucing, Bangsa Mesir kuno itu

menganggap kucing sebagai penyelamat wabah yang disebarkan

oleh tikus. Setelah tikus musnah karena dimangsa oleh kucing,

karenanya wabah menjangkiti kawasan tersebut hilang. Berkat afal

yang berguna kucing, penduduk Mesir yang masih menyembah

berhala menganggap kucing sebagai dewa penolong untuk mereka.

4. Penyembahan makanan
Suku Baduy yang hidup nomaden, biasa membuat berhala dari

kue atau roti, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh klan Bani

Hanifah. Mereka membuat patung dari kurma yang dicampur

dengan minyak samin. Lalu mereka menyembahnya sampai waktu

yang lama, tetapi ketika mendapat musibah, mereka menganggap

Tuhan mereka telah gagal. Lalu memakan berhala itu, sebagian

untuk diri mereka sebagian lagi dipersembahkan kepada berhala

lain.

Namun ketika mereka merasa lapar, mereka hendak kembali

dan memakannya sambil berbicara bahwa berhala itu tidak mampu

menjaga babaknya. Adat ini sering pula dilakukan oleh Umar bin

Khattab ketika beliau belum memeluk Islam.

5. Kepercayaan para pagan di dalam Al Qur'an

Allah mengumpamakan kepercayaan orang-orang musyrik

terhadap kekuatan berhala-berhala yang disembahnya sama dengan

kepercayaan laba-laba terhadap kekuatan sarangnya, seperti

termaktub dalam surah Al 'Ankabuut (laba-laba) pada ayat 41 surat

ini, dimana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah

berhala-berhala itu, dengan laba-laba yang percaya kepada


kekuatan rumahnya sebagai tempat beliau berlindung dan tempat

beliau menjerat mangsanya, jikalau dihembus angin atau ditimpa

oleh suatu benda/barang yang kecil saja, sarang itu hendak hancur.

Surah Al 'Ankabuut: 41.

“perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-

pelindung selain ALLAH adalah seperti laba-laba yang membuat

rumah. Dan sesungguhnya rumah yang sangat lemah adalah rumah

laba-laba sekiranya mereka mengetahui. (Al-Ankabuut: 41)


Daftar Pustaka

1. Hadits shahih riwayat Imam Muslim No. 5173. Kisah dari Debu

Hurairah, beliau berkata: Rasulullah saw. bersabda: Kiamat

tidak hendak terjadi sebelum pinggul-pinggul kaum wanita

Suku Daus bergoyang di sekeliling Dzu al-Khalashah, yaitu

sebuah berhala yang disembah Suku Daus di Tabalah pada

zaman Jahiliyah. (Tabalah adalah nama kawasan di Yaman)

2. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Uwah bin az-Zubayr, bahwa

beliau berkata: "Wadd, Suwâ’, Yaghuts, Ya`uq dan Nasr adalah

anak-anak Adam. Sedangkan Wadd adalah yang sangat tua dan

yang sangat berbakti kepada Adam." Qashash al-Anbiyya

(Kisah Para Nabi & Rasul) karya Ibnu Katsir, Kisah Nabi Nuh,

Hal. 105.

3. "Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah

berhala,..." (Az-Zumar 39:38)

4. http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/02/agama-bangsa-arab-

jahiliyah-dalam-syiir.html Agama Bangsa Arab Jahiliyah dalam

Syair.
5. asy Syaikh Sholih al Fauzaan: “Adapun bangsa `Arab terbagi

kepada dua golongan: Golongan yang pertama mereka

mengikuti agama-agama terdahulu seperti agama Yahudi,

Nashraniy dan al Majuusiyah. Sedangkan golongan yang kedua

adalah mereka yang benar di atas al Hanafiyyah (Din/Agama

yang lurus), Din/Agama Nabi Ibraahim `Alaihis Sholaatu was

Salaam, lebih-lebih di negeri al Hijaaz di bumi Makkatul

Mukarramah.”

6. Hadis riwayat Imam Muslim No.3333, kisah dari Abdullah bin

Mas`ud, beliau berkata: Ketika Nabi saw. memasuki Mekkah,

di sekitar Kakbah terdapat patung berhala sebanyak tiga ratus

enam puluh buah. Mulailah Nabi saw. merobohkannya dengan

tongkat kayu ditangannya seraya membaca ayat: Telah datang

kebenaran dan musnahlah kebatilan, karena sesungguhnya

kebatilan itu adalah sesuatu yang pasti musnah. Kebenaran telah

datang dan yang batil itu tidak hendak memulai dan tidak pula

hendak mengulangi. Ibnu Debu Umar menambahkan: Peristiwa

itu terjadi pada kala penaklukan kota Mekah.

7. Buku Kisah-kisah berhala musyrikin jahiliyah, Penerbit Gema

Ilmu Yogyakarta tahun 2008, Hal. 69-70


8. Ishtiqaq, p. 108.

9. Buku Kisah-kisah berhala musyrikin jahiliyah, Penerbit Gema

Ilmu Yogyakarta tahun 2008, Hal. 68-69

10. Kitab Al-Atsnam min Abi al-Mundzir Hisyam bin Muhammad

bin Al-Sa’b al-Kalbi (Cairo: Al-Dar al-Qaumiyah lil thaba’ah

wa al-Nasyr, 1965),h.9.

11. Penggunaan Bahasa Arab, Khususnya Kata Allah, di

lingkungan Kristen

12. Kisah mendalam tentang Kabbalah

13. Majalah Hidayah tahun 3-edisi 32-maret 2004, "Menengok

Peninggalan Raja Namrud" hal. 54-57.

14. Wilkinson, p. 24

15. Menurut Imam Bukhari, Ibnul Munzir, Ibnu Mardawaih dari

Ibnu `Abbas "Kemudian berpindahlah berhala-berhala itu

kepada bangsa Arab, karenanya jadilah Wad, nama kabilah

Kalb; Suwa, nama berhala kabilah Huzail; Yagus, nama berhala

kabilah Gutaif; Ya'uq nama berhala kabilah Hamdan dan Nasr

adalah nama kabilah berhala kabilah Himiar". Hadits riwayat

Imam Bukhari no. 4920.


16. G. Ryckmans, Les Nom Profres Sud-Semitiques, Louvain,

1934, vol. 1, p.23; Wellhausen, pp.18-19.

17. ibid., vol. iv, pp.1038-1039.

18. Buldan, vol. ii, p. 878.

19. Ishtiqaq, p.109.

20. Buldan, Vol.II, p. 512.

21. Buldan, vol.1, p. 714, vol. iv, pp.780-781.

22. Boyce (1979), p. 2

23. Verlag (2008), p. 80

24. "Memilih dan Merawat Kucing Kesayangan", Tangerang:

Agromedia Pustaka,tahun 2006 karya Ir. Yuliana Susanty.

25. Al-Allamah Ali Al-Qari berkata: “Definisi “saling

melantunkan syair” adalah syair yang benar intinya tauhid,

targhib (mendorong ketaatan) dan tarhib (mencela kemaksiatan)

seperti syair Ibnu Rawahah.” Dia juga berkata: “Di sela

“perkara jahiliyah” yang diceritakan adalah bahwa di sela

mereka benar yang berkata: “Tidak benar berhala yang memberi

definisi selain berhalaku.” Yang lainnya bertanya: “Mengapa?”

Beliau berkata: “Aku membuat berhala dari roti. Ketika

paceklik datang karenanya aku makan berhala itu sedikit demi


sedikit.” Yang lain menimpali: “Benar 2 musang yang naik ke

atas kepala berhalaku lalu mengencinginya. Karenanya aku

berkata: “Masa benar berhala yang kepalanya dikencingi oleh

binatang. Karenanya aku datang kepadamu wahai Nabi! Dan

aku masuk islam.” Karenanya mereka semua tertawa dan

rasuallah pun tersenyum.” (Mirqatul Mafatih: 14/17).

Referensi

 Definisi berhala di KKBI

 Berhala dalam Al-Qur'an (Studi Ma'ani al-Qur'an atas Kata al-

Asnam, al-Ausan dan al-Ansab)

 El Roi, “Dewa” Air dan Allah: Dari Ismael sampai Bangsa

Arab Sekarang oleh Bambang Noorsena

 Berhala di Globalfreemasonry.com

 Aneka Berhala & Kesyirikan.

 'Amr bin Luhay adalah Orang Yang Pertama Mendatangkan

Berhala ke Makkah.

 Kisah Dakwah Nabi Nuh.

 Kelainan terhadap ajaran tauhid, pertama kali terjadi dikalangan

umat nabi Nuh.


 Arab pra-Islam

 Oudtestamentische Dhu al-Shara Halaman 290

 Kaum Saba dan Banjir Arim di Harun Yahya.com

 Nabi Sulaiman dan Ratu Saba di Harun Yahya.com

 "Muhammad Sang Nabi - Penelusuran Sejarah Nabi

Muhammad Secara Detail" karya Omar Hashem, Januari 2005.

 Quranic society: menelusuri pemikiran masyarakat ideal dalam

Al-Qur'an By Arum Titisari

 Hukum Memajang Foto Orang Shalih?

Pranala luar

 Penghancuran berhala

 Asal-usul Hubal

 Ashab Al-Rass Kehancuran Kaum Penyembah Patung di

Koran.Republika

 Kaum-kaum yang 'dibinasakan' oleh

Allah....muhamadarifazali.blogspot.com

 The Book of Idols (Kitab Al-Asnam) by Hisham

1. Ansab (‫ )األنصب‬adalah batu yang tidak mempunyai wujud

tertentu yang dipergunakan untuk tempat menyembelih


binatang yang hendak dipersembahkan (altar) untuk berhala-

berhala. Al-ansab juga dipakai untuk jenis batu yang tidak

diwujudkan yang disembah apabila tidak mampu membuat al-

asnam.

Anda mungkin juga menyukai