TANGERANG SELATAN
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI…………………………………...........................................................…...................................3
Pengertian Tuberkulosis ( TBC )…………………………………......................................................................3
Tuberkulosis ( TBC ) pada kehamilan ........................…………………………………....................................4
Gejala Penyakit TBC .....................................................................................………………………………….5
Penyebab Penyakit TBC pada janin .............................................................…………………………………..5
Efek penyakit TBC pada janin .......................................................................………………………………….5
Pengaruh Tuberkulosis pada persalinan .....................................................……………………………………
6
Pengaruh Tuberkulosis pada bayi ................................................................
…………………………………..6
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................………………………
7
KLARIFIKASI KASUS TBC .................................................................................…………………………………
7
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS ..........................................................................………………………………..13
BAB III TATA LAKSANA ...............................................................................................……………………
13
Tata laksana TB pada kehamilan ..................................................................
………………………………..13
Wanita Hamil .................................................................................................………………………………14
Kehamilan .................................................................................................…………………………………..14
Ibu menyusui dan bayinya .......................................................................………………………………….…
15
Penderita TB pengguna kontrasepti ........................................................………………………………….…15
Penderita TB dengan infeksi HIV / AIDS ...................................................……………………………….……
15
Penderita TB dengan hepatitis akut ........................................................……………………………….
…….16
Penderita TB dengan kelainan hati kronik ..............................................
……………………………………..16
Penderita TB dengan gagal ginjal .............................................................
…………………………………….16
Penderita TB dengan Diabetes Melitus ....................................................……………………………………17
Penderita TB yang perlu mendapat tambahan Kortikosteroid ...............
……………………………………..17
Indikasi operasi ..........................................................................................
…………………………………..17
BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................................
………………….23
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUNDA CIPUTAT
NOMOR: 014-K/SK-DIR/RSIABC/I/2023
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN TB DOTS
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BUNDA CIPUTAT
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSIA BUNDA CIPUTAT TENTANG PANDUAN
PELAYANAN DAN TIM TB DOTS DI RSIA BUNDA CIPUTAT;
Pertama : Bahwa RSIA Bunda Ciputat melaksanakan pelayanan program TB mencakup
penemuan, pelayanan laboratorium dan mendiagnosa TB bagi pasien yang
dicurigai.
Kedua : Apabila terdapat pasien yang dinyatakan menderita penyakit TB maka anak
dirujuk ke rumah sakit yang melayani program TB DOTS
BAB I
DEFINISI
Prognosis bagi wanita hamil dengan penyakit tuberculosis yang aktif telah mengalami
perbaikan yang luar biasa selama waktu 30 tahun terakhir ini. Beberapa preparat
tuberculosis urutan pertama tidak terlihat memberikan efek yang merugikan bagi janin.
Penyakit tuberculosis yang aktif selalu dapat diobati paling tidak dengan dua .macam
preparat tuberculosis. Dalam suatu tinjauan (Snider,dkk 1980) tidak menemukan frekuensi
cacat lahir pada anak-anak yang ibunya mendapatkan pengobatan isoniazid, ethambutol
maupun rifampisin selama kehamilannya. Kelainan auditorius dan vestibuler yang ringan
pernah ditemukan pada terapi dengan streptomisin. Kalau isoniazid digunakan selama
kehamilan, piridoksin harus pula diberikan sebagai suplemen untuk mengurangi
kemungkinan neurotoksisitas yang potensial pada janin.
Bayi dari wanita yang menderita tuberculosis, mempunyai berat badan lahir rendah, 2 x
lipat meningkatkan persalinan premature, kecil masa kehamilan, dan meningkatkan
kematian perinatal 6 kali lipat.
Jika seorang wanita positif tuberculosis, riwayat penyakit harus dianamnesis dengan cermat
dan pemeriksaan fisik yang lengkap harus dilakukan dengan melakukan foto thorks dan
bagian abdomen dilindungi ketika pemeriksaan kardiologi itu dilakukan. Jika hasilnya
negative, pengobatan tidak diberikan sampai sesudah persalinan bayi, yaitu dengan
pemberian isoniazid selama satu tahun sebagai tindakan profilaksis. Bayi yang lahir dari ibu
dengan tuberculosis cukup rentan terhadap penyakit tersebut. Karena itu bayi harus
diisolasi segera dari ibunya yang dicurigai tuberculosis aktif. Karena adanya risiko untuk
terjadinya.
Klasifikasi Kasus TB :
1. Letak anatomis penyakit
• Tuberkulosis paru, yaitu kasus TB yang mengenai parenkim paru. Tuberkulosis milier
diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya terletak di dalam paru.
• Tuberkulosis ekstraparu, yaitu kasus TB yang mengenai organ lain selain paru seperti
pleura, kelenjar getah bening (termasuk mediastinum dan/atau hilus), abdomen,
traktus genitourinarius, kulit, sendi, tulang dan selaput otak.1,2
2. Hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi
• Tuberkulosis paru BTA positif, yaitu apabila : Minimal satu dari sekurang-kurangnya
dua kali pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang
memenuhi syarat quality external assurance(EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan
dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari. Saat ini di Indonesia sudah memiliki
beberapa laboratorium yang memenuhi syarat EQA. Pada negara atau daerah yang
belum memiliki laboratorium dengan syarat EQA, maka TB paru BTA positif adalah:
Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif, atau satu hasil pemeriksaan
dahak BTA positif dan didukung hasil pemeriksaan foto toraks sesuai dengan
gambaran TB yang ditetapkan oleh klinisi, atau satu hasil pemeriksaan dahak BTA
positif ditambah hasil kultur M. tuberculosis positif.
• Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila: Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil
kultur positif. Sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA negatif pada laboratorium
yang memenuhi syarat EQA. Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan
dahak BTA negatif untuk memastikan diagnosis terutama pada daerah dengan
prevalens HIV> 1% atau pasien TB dengan kehamilan ≥ 5%ATAU :
• Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negaif di daerah yang belum memiliki
fasilitas kultur M.tuberculosis
• Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai salah satu di bawah ini:
- Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai HIV, atau
- Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau prevalens HIV rendah), tidak
menunjukkan perbaikan setelah pemberian antibiotik spektrum luas (kecuali
antibiotik yang mempunyai efek anti TB seperti fluorokuinolon dan
aminoglikosida).
Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial (dalam 2
bulan) menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat
akan lebih mendukung. Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan
telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi.
Diagnosis Tuberkulosis
Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan
bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala Klinis
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala lokal dan gejala sistemik. Bila
organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal adalah gejala respiratori (gejala lokal sesuai
organ yang terlibat). Gejala respiratori terdiri dari batuk ≥ 2 minggu, batuk darah, sesak napas,
dan nyeri dada. Sedangkan gejala sistemik terdiri dari demam, malaise, keringat malam,
anoreksia dan berat badan menurun. Pada TB ekstraparu gejala tergantung dari organ yang
terlibat, misalnya limfadenitis TB akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening. Pada meningitis TB akan terlihat gejala meningitis. Sedangkan pada
pleuritis TB terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga
pleuranya terdapat cairan.
Pemeriksaan Fisik
Pada TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan
(awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan.
Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan
segmen posterior (S1 dan S2), serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
Pemeriksaan Bakteriologi
Bahan yang dapat digunakan untuk pemeriksaan bakteriologi adalah dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urine, feses dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum
halus/BJH). Untuk pemeriksaan dahak dilakukan pengambila dahak 2 kali dengan minimal satu
kali dahak pagi hari. Pemeriksaan mikroskopis biasa menggunakan pewarnaan Ziehl-Nielsen
dan mikroskopis fluoresens menggunakan pewarnaan auramin-rhodamin.
Pemeriksaan identifikasi M.tuberculosis dapat dilakukan dengan cara biakan (pada egg base
media, yaitu Lowenstein-Jensen, Ogawa, dan Kudoh; pada agar base media yaitu Middle
Brook, Mycobacterium growth indicator tube test, BACTEC), melalui uji molekular seperti PCR-
Based Methods of IS6110 Genotyping. Uji kepekaaan yang dapat digunakan antara lain hain
test (uji kepekaan terhadap R dan H), molecular beacon testing (uji kepekaan untuk R), dan
gene x-pert (uji kepekaan untuk R).
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar yang dapat digunakan adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas
indikasi yaitu foto lateral, top-lordotic, oblik, atau CT-Scan. Gambaran radiologi yang dicurigai
sebagai lesi TB aktif adalah:
• Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
• Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
• Bayangan bercak milier
• Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Wanita hamil
Gejala TBC adalah dimulai dengan batuk-batuk ringan, tetapi lama-lama tambah hebat
hingga keluar darah sedikit-sedikit. Gejala-gejala lainnya adalah: penderita tampak pucat,
badan lemah semakin kurus, suhu badan naik dan kalau malam hari mengeluarkan
keringat. Menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya sebagai daya pertahanan alam.
Menjuhi sumber penularan. Selain itu bagi yang biasa ke dokter, dapat juga minta
penyuntikan vaksin BCG. Seorang ibu yang menderita TBC paru-paru, sebaiknya tidak
menyusui anaknya selama belum sembuh.
Seseorang yang menderita penyakit tertentu, di samping TB, memerlukan pengobatan yang
berhati-hati sehingga tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
b. Kehamilan
Pada prinsipnya pengobatan Tuberkolosis (TB) pada kehamilan tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua Obat Anti Tuberkolosis
(OAT) aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada
kehamilan karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta.
Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan
yang menetap pada bayi yang yang akan dilahirkan.
Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting
artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan
terhindar dari kemungkinan tertular TB.
Selama fase akut prednison diberikan dengan dosis 30-40 mg per hari, kemudian
diturunkan secara bertahap. Lama pemberian disesuaikan dengan jenis penyakit dan
kemajuan pengobatan.
k. Indikasi operasi
Penderita-penderita yang perlu mendapat tindakan operasi (reseksi paru), adalah:
4) Untuk TB paru:
Penderita batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.
Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi
secara konservatif.
Penderita MDR TB dengan kelainan paru yang terlokalisir.
7. Pengobatan Lengkap
Adalah penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tapi tidak
ada hasil, pemeriksaan ulang dahak 2 kali berturut-turut negatif.
Tindak lanjut: Penderita diberitahu apabila gejala muncul kembali supaya memeriksakan
diri dengan mengikuti prosedur tetap. Seharusnya terhadap semua penderita BTA
positif harus dilakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai dengan petunjuk.
8. Pindah
Adalah penderita yang pindah berobat ke daerah kabupaten/kota lain.
Tindak lanjut : Penderita yang ingin pindah, dibuatkan surat pindah (Form TB.09) dan
bersama sisa obat dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatan penderita dikirim kembali
ke UPK asal, dengan formulir TB.10.
10. Gagal
Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan.
Tindak lanjut : Penderita BTA positif baru dengan kategori 1 diberikan kategori 2 mulai
dari awal.
Penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 dirujuk ke UPK spesialistik
atau berikan INH seumur hidup.
Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan ke 2 menjadi
positif.
Tindak lanjut: berikan pengobatan kategori 2 mulai dari awal :
BAB IV
DOKUMENTASI
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam sistem
informasi penanggulan TB. Semua unit pelaksana pengobatan TB harus melaksanakan suatu
sistem pencatatan dan pelaporan yang baku. Untuk itu pencatatan dibakukan berdasarkan
klasifikasi dan tipe penderita serta menggunakan formulir yang sudah baku pula.
Pencatatan yang dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan meliputi beberapa item/formulir
yaitu :
18. Kartu pengobatan TB
19. Register laboratorium TB
20. Formulir pindah penderita TB
21. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan
Cara pengisian formulir sesuai dengan buku pedoman penanggulan TB Nasional (P2TB)
Jika memungkinkan data yang ada dari formulir TB01 dimasukkan ke dalam formulir register TB
Catatan :
- Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB di luar paru, maka untuk kepentingan
pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru
- Bila seorang pasien ekstraparu pada beberapa organ, maka dicatat sebagai ekstraparu pada
organ yang penyakitnya paling berat