Anda di halaman 1dari 3

JULI YANI HASIBUAN

CGP ANGKATAN-7
SMAN 1 LAWE BULAN
KAB. ACEH TENGGARA

TUGAS MANDIRI (1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol)


A. Siapa yang Mengatakan
1. “Saya kecewa sekali dengan kamu…”
 Pemantau
 Teman
 Pembuat orang merasa bersalah 
 Penghukum

2. “Ibu kejar aku karena Ibu guru sayang aku.”


 Kesenangan
 Cinta dan Kasih sayang
 Penguasaan
 Kebebasan

3.“Aku hebat kan,  bisa bikin Ibu guru kejar aku.”


 Cinta dan Kasih sayang
 Penguasaan
 Kesenangan
 Kebebasan

4.“Aku bosen belajar mewarnai terus di dalam kelas”.


 Kesenangan
 Cinta dan Kasih sayang
 Penguasaan
 Kebebasan

Dari pernyataan nomor 1 terlihat bahwa kalimat yang dikatakan oleh guru bermakna lebih
halus namun kata-katanya cenderung menyalahkan murid. Posisi kontrol pada kasus ini adalah
membuat orang merasa bersalah karena menyatakan hal-hal yang merasa kesalahan ada pada
murid dengan membuat seolah-olah guru menderita akibatnya murid akan merasa rendah diri dan
menarik diri dari lingkungan.
Untuk pernyataan nomor 2 sampai dengan nomor 4 (berisi tentang kebutuhan dasar manusia)
tidak memiliki relevansi terhadap pernyataan nomor 1 pada tugas siapa yang mengatakan.
Seharusnnya untuk nomor 2-4 berisi tentang pernyataan lain yang dipergunakan pada posisi
kontrol lainnya.
B. Saat ini Anda Di mana?

1 2 3 4 5
Penghukum Pembuat Rasa Bersalah Teman Pemantau Manajer

(Di Rumah)

1 2 3 4 5
Penghukum Pembuat Rasa Bersalah Teman Pemantau Manajer

(Di sekolah)

Pada saat di rumah saya berperan sebagai bibi yang berada di posisi kontrol pemantau. Saat
di posisi pemantau, saya cenderung mengawasi perilaku keponakan saya. Sebelumnya saya
seringkali mengingatkan keponakan saya yang masih kecil terkait bahaya apabila melakukan
sesuatu yang dilarang. Kemudian apabila keponakan saya tetap melakukannya,sebagai contoh
saya mengatakan apabila keponakan saya memanjat jendela nanti dia akan jatuh dan sakit dan
bisa membuat dia menangis. Nah ketika hal tersebut terjadi, maka saya tidak perlu menguras
emosi dengan marah-marah padanya, karena dia sudah menerima konsekuensinya yaitu jatuh dan
menangis. Biarpun pada akhirnya saya mendiamkannnya juga.
Sementara ketika di sekolah, saya memerankan posisi kontrol sebagai penghukum. Karena
saya sering kali berhadapan dengan masalah-masalah yang diperbuat oleh murid di sekolah
sebagaimana peran saya sebagai wakil kepala sekolah yang diperbantukan membantu wakil yang
lain dalam mendisiplinkan murid. Saya juga terpaksa melakukan kekerasan fisik seperti
menghukum mereka yang cabut dari sekolah untuk membersihkan WC, perkarangan sekolah dan
lainnya, sementara untuk kekerasan verbal seperti “kamu-kamu aja yang bermasalah”, berapa
kali lagi kamu harus dihukum di minggu ini? “Nanti saya kembali, semuanya harus sudah bersih
ya!”. Saya senantiasa mempercayai bahwa hanya ada satu cara agar disiplin bisa berjalan
dengan baik dan berhasil, yaitu dengan cara saya. Dan saya meyakini bahwa perbuatan yang
sepihak tersebut sering membuat murid saya sakit hati dan mendongkol.
Saya memperlakukan keponakan dan murid saya dengan cara yang berbeda. Karena dari
segi umur, saya tidak mungkin menghukum keponakan saya. Sementara kalau di sekolah saya
berlaku sebagai penghukum karena di sekolah ada tata tertib peraturan sekolah yang harus
dijalankan dimana di dalam tata tertib tersebut ada sanksi yang juga harus dijalankan agar
menjadi contoh bagi teman yang lainnya. Kalau di rumah, saya hanya menerapkan konsekuensi
untuk keponakan saya sendiri.

1 2 3 4 5
Penghukum Pembuat Rasa Bersalah Teman Pemantau Manajer

(Setelah mengikuti pelatihan)

Setelah mendapat pelatihan ini, saya memposisikan diri saya pada posisi kontrol sebagai
manajer. Untuk bisa sampai ke sana, saya berusaha berkolaborasi dengan murid untuk
mengerjakan sesuatu bersama-sama termasuk membuat keyakinan kelas. Saya juga terus
berusaha untuk memotivasi mereka dalam mempertanggungjawabkan perilakunya serta tetap
mendukung murid dalam menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh murid itu
sendiri. Maka dari itu, saya juga harus memiliki keterampilan sebagai teman dan juga sebagai
seorang pemantau. Dengan demikian, bisa jadi dalam waktu tertentu saya bertindak sebagai
teman dan juga sebagai pemantau atau kedua-duanya jika diperlukan dalam waktu yang
bersamaan. Namun langkah terakhir yang tak boleh diabaikan adalah saya akan tetao mendoakan
murid saya agar mereka menjadi generasi yang beriman dan berakhlak mulia, bertanggung
jawab pada dirinya sendiri dan juga orang lain serta berguna bagi sesama.

Anda mungkin juga menyukai