Anda di halaman 1dari 54

Preeklamsi E-book

Jeli Jati Anggeria


@2023
"Bismillaahirrahmaanirrahiim”

"Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk


mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan
baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)
"Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan yang bermanfaat dan berikanlah aku
pemahaman yang baik" QS Thaha ayat 114
PENULIS

JELI
JATI
ANGGERIA
Jeli Jati Anggeria
Jeli Jati Anggeria
Jeli Jati Anggeria
Jeli_JAnggeria
dr.jelijatianggeria@gmail.com
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah


Subhanahu Wa Ta’ala, atas limpahan rahmat serta karunia
-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam selalu
dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta sahabat dan
keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin
Alhamdulillah saya telah berhasil menyelesaikan kegiatan
aktualisasi saya yaitu membuat ebook. Ebook ini berisi
tentang Preeklamsi. Didalamnya dibahas mengenai definisi,
faktor resiko, terapi sampai dengan komplikasinya. Ebook ini
bersumber dari beberapa buku panduan dan jurnal.
Semoga dengan adanya ebook ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua dalam memahami materi tentang
Preeklamsi. Saya menyadari dalam penulisan ebook ini masih
jauh dari sempura. Sehingga saya mengharapkan adanya
masukan, pendapat, kritik maupun saran dari pembaca dan
rekan-rekan sejawat.
Semoga ebook ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
mendapatkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Aamiin
Allahumma Aamiin . . . . .

Penajam, 14 Februari 2023


Penulis

dr. Jeli Jati Anggeria


Daftar Isi
I. TERMINOLOGI DAN
1 DIAGNOSIS

II. FAKTOR RESIKO 6

9 III. ETIOPHATOGENESIS

IV. PHATOPHYSIOLOGI 12

14 V. PENEGAKAN DIAGNOSIS

VI. TATALAKSANA 16

31 VII. PENCEGAHAN

VIII. KOMPLIKASI 34

38 IX. EKLAMSI

X. SINDROM HELLP 42

45 DAFTAR PUSTAKA
Preeklamsi
I. Terminologi dan Diagnosis
Klasifikasi menurut american college of obstetricians and
gynecologists (ACOG, 2013, 2020) dibagi menjadi empat
jenis penyakit hipertensi:

1. Preeklampsi dan sindrom eklampsi


2. Hipertensi kronis dari berbagai etiologi
3. Preeklampsi atas dasar hipertensi kronis
4. Hipertensi gestasional, di mana bukti definitif untuk
Sindrom preeklampsia tidak ditemukan dan hipertensi
akan sembuh dalam 12 minggu pascapersalinan.

Preeklamsi adalah timbulnya hipertensi yaitu TD sistolik ≥


140 dan diastol ≥90 mmhg dapat disertai proteinuri atau
tidak yang diakibatkan kehamilan, setelah umur kehamilan
20 minggu sampai berlangsung 3 bulan pascapersalinan
(Pogi 2018)

1
1. Preeklamsi
Diagnosis preeklamsi didasarkan atas timbulnya hipertensi
(sistolik antara 140-<160mmHg dandiastolik antara 90-<110
mmHg)disertai proteinuri (>300 mg/24 jam, atau 1+)

2. Preeklamsi berat
Bila didapatkan satu atau lebih gejala di bawah ini
preeklamsi digolongkan berat :
Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥110 mmHg.
Proteinuri >2 g/24 jam atau >2 + dalam pemeriksaan
kualitatif (dipstick)
Kreatinin serum > 1,2 mg% disertai oliguria(< 400 ml/ 24
jam)
Trombosit < 100.000/mm3
Angiolisis mikroangiopati (peningkatan kadar LDH)
Peninggian kadar enzim hati (SGOT dan SGPT)
Sakit kepala yang menetap atau gangguan visus dan
serebral
Nyeri epigastrium yang menetap
Pertumbuhan janin terhambat
Edema paru disertai sianosis
Adanya " HELLP Syndrome" (H : Hemolysis ;EL : Elevated
liver enzymes ; LP : Low Platelet count )

3. Eklamsi
Tanda-tanda preeklamsi disertai kejang konvulsif.

2
4.Hipertensi Kronis
Hipertensi pada ibuhamil yang sudah ditemukan sebelum
kehamilan atau yang ditemukan pada umur kehamilan
kurang dari 20 minggu, dan yang menetap setelah 12
minggu pasca persalinan.

5. Preeklamsi/eklamsi atas dasar hipertensi kronis


Timbulnya preeklamsi atau eklamsi pada pasien hipertensi
kronik.

6. Hipertensi gestasional
Timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang
tekanan darah sebelumnya normal dan tidak mempunyai
gejala-gejala hipertensi kronik atau preeklamsi/eklamsi
(tidak disertaiproteinuri). Gejala ini akan hilang dalam
waktu< 12 minggu pascasalin

Tabel 1. Klasifikasi dan diagnosa hipertensi dalam kehamilan (Cunningham,


2022. Williams Obstetrics, 26th ed.)

3
Tabel 2. Definisi dan diagnosa hipertensi dalam kehamilan (Berghella
Vincenzo, 2022. Maternal-Fetal Eviddence Based Guidelines, 4 th ed.)

4
Tabel 3. Indikator Keparahan (Cunningham, 2022. Williams Obstetrics, 26th ed.)

5
II. Faktor Resiko
Usia 40 tahun atau lebih meningkatkan risiko
preeklampsia hampir dua kali lipat baik pada
primipara maupun multipara. ( Usia 40 tahun 3 : 1, dan
usia 35 tahun 1.2 : 1 )
Nulipara memiliki risiko hampir 3 kali lipat
Multipara dengan riwayat Preeklamsi
Multipara dengan kehamilan oleh pasangan BARU
(primipaternitas)
Jarak antar kehamilan, wanita multipara dengan jarak
kehamilan sebelumnya 7-10 tahun atau lebih memiliki
risiko preeklampsia hampir sama dengan nulipara.
Riwayat preeklampsia sebelumnya, merupakan faktor
risiko utama yaitu meningkatkan risiko 7 kali lipat
Riwayat keluarga preeklampsia, meningkatkan risiko
hampir 3 kali lipat
Kehamilan multiple, kehamilan kembar meningkatkan
risiko preeklampsia hampir 3 kali lipat
Donor oosit, sperma dan embrio
Obesitas atau BMI ≥ 35 : Obesitas sangat berhubungan
dengan resistensi insulin, yang juga merupakan faktor
risiko preeclampsia. Obesitas meningkatkan risiko
preeklampsia sebanyak 2, 47 kali lipat.
Obesitas sebelum hamil
DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) :
meningkat risiko hampir 4 kali lipat.

6
Penyakit ginjal, angka kejadian
Antiphospolipid syndrom, angka kejadian
Takanan darah sistolik >130 dan diastolik ≥ 80 mmHg
ketika umur kehamilan <20 minggu
Proteinuria (dipstick ≥+1 pada 2 kali pemeriksaan
berjarak 6 jam atau secara kuantitatif 300 mg/ 24 jam)
Penyakit gigi
Sindrom antifosfolipid : adanya antibodi antifosfolipid
(antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus atau
keduanya) meningkatkan risiko preeklampsia hampir
10 kali lipat.
Hipertensi kronik
Ras kulit hitam resiko lebih tinggi
Hamil dengan proses bayi tabung (asissted
reproductions technology) angka kejadian
Riwayat solusio plasenta
Riwayat IUFD

7
Tabel 4. Faktor Resiko Preeklamsi (Cunningham, 2022. Williams Obstetrics,
26th ed.)

8
Tabel 5. Faktor Resiko Preeklamsi (ACOG, 2020.)

III. Etiophatogenesis
Penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum
diketahui. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan
tentang penyebab dari penyakit ini. berikut meknisme yang
menyebabkan preeklamsi :
Implantasi plasenta dengan invasi trofoblas yang
abnormal pada pembuluh darah uterus
Toleransi imunologi disfungsional antara maternal (ibu),
paternal (plasenta), dan janin

9
Maladaptasi ibu terhadap perubahan kardiovaskular atau
infeksi pada kehamilan normal
Faktor genetik yang meliputi gen predisposisi dan
pengaruh epigenetik.

Fase 1 : Placental Syndrome


Faktor imunologi
Faktor Genetik

Gambar 1. Implementasi plasenta yang normal dan yang abnormal pada


preeklamsi (Cunningham, 2022. Williams Obstetrics, 26th ed.)

10
Fase 2 : Maternal Syndrome
Disfungsi dan aktivasi dari endothelial
Vasospasm dan Hipertensi
Increased Pressor Responses
Angiogenic and Antiangiogenic Factors

Gambar 2. Disfungsi endotel pada Preeklamsi (Cunningham, 2022. Williams


Obstetrics, 26th ed.)

11
IV. PHATOPHYSIOLOGI
Perubahan respon imun.
Vaskular: Vasospasme dan hemokonsentrasi
menyebabkan kontraksi ruang intravaskular,
kebocoran kapiler dan penurunan tekanan onkotik
koloid dapat menyebabkan edema paru.
Ginjal: Vasospasme, hemokonsentrasi, dan penurunan
aliran darah ginjal yang menyebabkan oliguria (jarang
menyebabkan nekrosis tubulus akut, mungkin
menyebabkan gagal ginjal akut), proteinuria, dan
hematuria.

Gambar 3. Gambaran kapiler endotelium glumerular (Cunningham, 2022.


Williams Obstetrics, 26th ed.)

12
Jantung: Biasanya curah jantung menurun, volume
plasma menurun, resistensi vaskular sistemik
meningkat.
Hematologi: Trombositopenia dan hemolisis dengan
sindrom HELLP (juga peningkatan LDH), koagulasi
intravaskular diseminata (DIC).
Hati: Peningkatan AST, ALT; hematoma subkapsular
dan ruptur hati.
SSP: Eklampsia, perdarahan intrakranial, sakit kepala,
penglihatan kabur, skotoma, hiperrefleksia, kebutaan
sementara.
Perubahan Cairan dan Elektrolit
Perubahan Endokrin dan Hormon
Janin: Gangguan aliran darah uteroplasenta [FGR,
oligohidramnion, abrupsi, dan nonreassuring fetal
heart rate testing (NRFHT)].

13
V. Penegakan Diagnosis
A. Anamnesa :
1. Umur kehamilan > 20 minggu s/d 3 bulan pascasalin
2. Hipertensi
3. Faktor Resiko
4. Tidak ada : kejang, penurunan kesadaran, penglihatan
kabur, nyeri kepala hebat, nyeri ulu hati.

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum (generalis)
Pemeriksaan Khusus (lokal) atau obstetri

Pastikan apakah terdapat poin dibawah ini:


Perubahan kesadaran
Tekanan Darah, terdapat peningkatan tekanan darah
lebih dari 140/90mmHg. Tekanan darah pada
preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg
dan disertai kerusakan beberapa organ.
Takikardia
Takipnea
Edema paru
Hipertensi ensefalopati
Hiperefleksia
Pendarahan otak
Odem

14
C. Pemeriksaan Penunjang
Preeklamsi : urin lengkap
Preeklamsi Berat
Pemeriksaan laboratorium:(bila tersedia sarana &
prasarana
Pemeriksaan Hb, Ht, Lekosit, Trombosit, urin
lengkap.
Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca, dan Cl; kadar
glukosa, AGD
Ureum, Kreatinin (kadarnya meningkat disebabkan
penurunan volume intravaskuler dan penurunan
dari GFR)
SGOT dan SGPT (kadar enzim transaminase yang
meningkat)
Asam urat darah ( Asam urat: Hiperuresemia
merupakan gambaran laboratorium awal pada
preeclampsia berat)
PT dan aPTT (Faktor Koagulasi yang abnormal
terjadi peningkatan)
Pemeriksaan KTG (Kardiotokografi: Ini merupakan
tes standar untuk mengetahui stress fetal dalam
rahim dan dapat memonitor fetus secara
menetap)
Pemeriksaan foto rontgen thoraks
Pemeriksaan USG (Permeriksaan ini digunakan
untuk memeriksa status dari fetus)
CT-Scan kepala (Studi meenggunakan
pemeriksaan ini untuk mendeteksi adanya
perdarahan intrakranial)

15
VI. TATALAKSANA
Hanya persalinan obat dari preeklamsia. Pasien dengan PE
tidak berat perlu induksi setelah umur kehamilan 37 mgg.
Sebelumnya pasien biasanya diawasi dengan ketat atau
dirawat untuk perkembangan, perburukan atau komplikasi
PE, dan imaturitas janin ditangani ekspektatif dengan
pemberian kortikosteroid guna memacu pematangan paru
janin untuk persiapan persalinan prematur. Pasien dengan
PEB induksi persalinan seharusnya dilakukan setelah umur
kehamilan 34 mgg. Dalam kasus ini, memberatnya penyakit
dipertimbangkan dengan risiko prematuritas janin. Dalam
kondisi darurat kontrol TD dan kejang harus diprioritaskan.

16
VI. TATALAKSANA

Gambar 4. Tatalaksana Preeklamsi (PPK POGI JABAR, 2018)

17
Preeklamsi

Gambar 5. Tatalaksana Preeklamsi dan hipertensi gestasional (Berghella


Vincenzo, 2022. Maternal-Fetal Eviddence Based Guidelines, 4 th ed.)

18
Tatalaksana :

Gambar 6. Tatalaksana Preeklamsi Berat (PPK POGI JABAR, 2018)

19
Preeklamsi
Berat

Gambar 7. Tatalaksana Preeklamsi Berat dan usia kandungan <34 minggu


(Berghella Vincenzo, 2022. Maternal-Fetal Eviddence Based Guidelines, 4 thed.)

20
A. Medikamentosa :
Infus larutan Ringer Laktat, total cairan secara umum
dibatasi tidak lebih dari 80 mL/jam, atau 1 mL/kg/jam,
atau 60-125 ml/jam

Pemberian Obat:
1. Pemberian MgSO4
Pemberian melalui intravena secara kontinyu (infus
dengan infusion pump):
Dosis awal : 4 gram MgSO4 (10 cc MgSO4 40 %)
dilarutkan kedalam 100 cc ringer laktat,
diberikan selama 15-20 menit. (Tetesan ± 50
gtt/menit)
Dosis Pemeliharaan : 10 gram (25cc MgSO4
40%) dalam 500 cc cairan RL, diberikan dengan
kecepatan 1-2 gram/jam (20-30 tetes per
menit)

Syarat-syarat pemberian MgSO4 :


Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium glukonas
10% (1 gram dalam 10 cc) diberikan i.v dalam waktu 3-5
menit.
Refleks patella (+) kuat
Frekuensi pernafasan > 16 kali per menit
Tanda distress nafas (-)
Produksi urin > 30 cc dalam 1 jam sebelumnya (0,5 cc/kg
bb/jam)

21
Sulfas magnesikus dihentikan bila:
Ada tanda-tanda intoksikasi
Setelah 24 jam pascasalin
Dalam 6 jam pascasalin sudah terjadi perbaikan tekanan
darah (normotensif)

2. Anti Hipertensi
Diberikan terutama bila tekanan darah mencapai: 
Sistolik > 160 mmHg
Diastolik > 110 mmHg

Dapat diberikan : (Gawat Darurat)


Vasodilator yaitu Hydralazine 5-10 mg iv/ im, tiap 15-20
menit, sampai 3 dosis, atau syringe pump 0.5-10
mg/jam
Alpha dan beta blocker yaitu Labetalol adalah obat
pilihan banyak ahli saat ini. Labetalol memiliki aksi
vasodilatasi arteriol tambahan yang menurunkan
resistensi perifer. Onset aksi cepat (2 jam). Dosisnya
10 mg iv bolus, dilanjutkan 20 mg 20 menit kemudian,
kemudian 40 mg, kemudian 80 mg jika diperlukan,
atau syring pump 1-2 mg/menit, atau dosis dapat
dimulai dari 100 mg dua kali sehari, dengan dosis
maksimum 2400 mg sehari dalam 2-3 dosis terbagi.
Seperti obat lain, umumnya obat ini tidak boleh
dikombinasi dengan obat lain sampai dosis
maksimum obat pertama tercapai. Labetalol memiliki

22
efek samping, yaitu meningkatkan enzim hati (yang
mungkin kasusnya tumpang tindih dengan sindrom
HELLP), lesu, lelah, gangguan tidur, hipotensi
ortostatik, dan bronkokonstriksi. Labetalol memiliki
kontraindikasi pada pasien dengan asma, penyakit
jantung, atau gagal jantung kongestif

Calcium channel blokers yaitu Nifedipin adalah


pilihan pertama atau kedua. Dosisnya 10 mg per oral
dan dapat diulangi setiap 30 menit (maksimal 120
mg/24 jam) sampai terjadi penurunan MABP 20%.
Selanjutnya diberikan dosis rumatan 3x10mg
(pemberian nifedipine tidak diperkenankan diberikan
sub lingual). Nifedipin XL kerja panjang dapat dimulai
dengan dosis 30 mg, dengan dosis maksimum 120
mg. Meskipun amlodipine banyak digunakan pada
individu yang tidak hamil dengan hipertensi, ada
sedikit data penggunaannya pada kehamilan namun
tidak direkomendasikan. Efek samping yang umum
dari nifedipine dan amlodipine termasuk pusing, sakit
kepala, edema perifer, flushing, takikardia, dan ruam.
calcium antagonis lain seperti verapamil dan
diltiazem telah digunakan. Efek samping yang umum
dari verapamil dan diltiazem adalah pusing, sakit
kepala, edema, konstipasi, bradikardia, konduksi
atrioventrikular lambat, gagal jantung, lupus like rash.
Mereka harus digunakan dengan hati-hati pada
wanita yang juga menggunakan beta blocker.

23
Beta Blockers untuk keamanan masih kontroversial
karena dilaporkan menyebabkan persalinan
prematur, FGR, apnea neonatal, bradikardia, dan
hipoglikemia jika dibandingkan penelitian dengan
plasebo. Namun belum ada bukti kuat.
Diuretik dapat membahayakan perfusi plasenta. Efek
langsungnya menyebabkan redistribusi volume
intravaskular. Diuretik tidak dikontraindikasikan pada
kehamilan, kecuali pada kasus dimana perfusi
uteroplasenta sudah berkurang (yaitu, pre-eklampsia
dan FGR). Ini biasanya obat pilihan pertama untuk
beberapa orang dewasa yang tidak hamil dan harus
dipertimbangkan sebagai pilihan kesekian pada
wanita hamil. Furosemide atau obat serupa
digunakan sebelum persalinan bertujuan untuk
mengobati edema paru. Namun diuretik dapat
digunakan sebagai pengobatan hipertensi
postpartum. Wanita yang menggunakan diuretik
sejak awal kehamilan dia tidak akan mengalami
peningkatan fisiologis volume plasma, yang menjadi
perhatian teoritis karena pre-eklamsia dikaitkan
dengan penurunan volume plasma. Meskipun
demikian, penurunan volume plasma yang terkait
dengan diuretik tidak dikaitkan dengan efek
samping. Dosis awal hidroklorotiazid biasanya 12,5 mg
dua kali sehari, dengan dosis maksimum 50 mg/hari.
Dosis harus disesuaikan agar mencegah hipokalemi.

24
Diuretik lain seperti furosemide mungkin diindikasikan
pada wanita dengan kardiomiopati, riwayat gagal
jantung atau dengan gangguan ginjal sedang atau
berat. Evaluasi elektrolit yang hati-hati harus
dilakukan pada pasien yang menggunakan diuretik.
ACE inhibitors Obat ini juga dikontraindikasikan pada
trimester pertama kehamilan karena menyebakan
malformasi dua kali lipat, dan dikontraindikasikan juga
pada akhir kehamilan karena mengakibatkan FGR,
oligohidramnion, gagal ginjal neonatal, dan kematian
neonatus. Komplikasi postpartum meliputi oliguria
dan anuria.
Metildopa (Aldomet) Obat ini merupakan agen lini
pertama yang disukai secara historis, dan paling
banyak dipelajari. Karna obat ini dapat
mempertahankan aliran darah uteroplasenta yang
stabil dan menjaga hemodinamik janin, dan tidak ada
efek samping jangka panjang yang terlihat pada anak-
anak yang telah terpajan ketika ibunya hamil
(dokumentasi keamaanan obat ini hingga usia 7,5 ,
dan obat ini paling aman bagi janin dari obat
antihipertensi apa pun). Ini adalah agen antihipertensi
ringan dan memiliki onset kerja yang lambat (3-6 jam).
Namun obat ini memiliki kontra indikasi bagi pasien
yang mengalami gangguan hati. Dosis awal biasanya
250 mg dua sampai tiga kali sehari, dengan dosis
tertinggi 500 mg empat kali sehari (2 g/hari). Efek
Samping menyebabkan mulut kering yang signifikan,
mengantuk, dan sedasi.

25
B. Pengelolaan konservatif :
Indikasi :
Kehamilan preterm (< 34 minggu) tanpa disertai
tanda-tanda impending eklamsi dengan keadaan
janin baik.

2. Pengobatan medisinal :
Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan
secara aktif. Pemberian MgSO4 dihentikan bila sudah
mencapai tanda-tanda preeklamsi, selambat
lambatnya dalam waktu 24 jam.

Tabel 6. Terapi antihipertensi dan efek sampingnya (Cunningham, 2022.


Williams Obstetrics, 26th ed.)

26
Tabel 7. Terapi oral antihipertensi bagi pasien rawat jalan (Berghella Vincenzo,
2022. Maternal-Fetal Eviddence Based Guidelines, 4 th ed.)

27
3. Pengelolaan obstetrik :
Selama perawatan konservatif, tindakan observasi
dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, termasuk
pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk
memantau kesejahteraan janin
Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan maka
keadaan ini dianggap sebagai kegagalan perawat
konservatif, pengobatan medisinal dan sangat
dianjurkan untuk dilakukan diterminasi. Cara terminasi
sesuai dengan pengelolaan aktif.
Penyulit : Sindroma HELLP, gagal ginjal, gagal jantung,
edema paru, kelainan pembekuan darah.
Konsultasi : Disiplin ilmu Terkait (Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, ICU, Departemen Saraf, Departemen
Mata)
Perawatan Rumah Sakit
Terapi sesuai protokol
Izin Tindakan : Seksio sesarea, ekstraksi forsep,
embryotomi
Lama Perawatan sesuai protokol

28
C. Pengelolaan Aktif :
Indikasi : Bila didapatkan satu/lebih keadaan di bawah ini:
Ibu :
Kehamilan > 34 minggu (dengan kortikosteroid
selama 2 hari telah diberikan, dan memberi tahu
bagian perinatologi sebelum pengakhiran kehamilan)
Adanya gejala impending eklamsi
Gagal perawatan konservatif
Janin :
Adanya tanda-tanda gawat janin
Adanya tanda-tanda IUGR
Laboratorik :
Adanya sindrom HELLP
D. Pengelolaan Obstetri (Cara terminasi kehamilan)
a. Gravida :
Dilakukan induksi persalinan:
Bila skor bishop ≥ 6. Bila perlu dilakukan pematangan
serviks dengan misoprostol. Induksi persalinan harus
sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak
tercapai, induksi persalinan dianggap gagal, dan
harus disusul dengan seksio sesarea.
Indikasi seksio sesarea :
Syarat persalinan pervaginam tidak terpenuhi
Terdapat kontraindikasi persalinan pervaginam
Induksipersalinangagal
Terjadi gawat janin
Kelainan letak
Bila umur kehamilan < 34 minggu

29
b. Inpartu :
1. Perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman.
2. Memperpendek kala II
3. Seksio sesarea dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu
dan gawat janin.
4. Bila skor bishop ≤ 6 direkomendasikan tindakan seksio
sesarea
5. Anestesia : disesuaikan dengan kemampuan sarana
kesehatan.

Catatan:
Pemeriksaan dalam, amniotomi dan tetes oksitosin
dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit setelah
pemberian pengobatan medisinal.
Kala II diselesaikan dengan partus buatan (Ektraksi
vakum atau Ektraksi Forsep) kecuali bila terdapat
kontraindikasi.

30
VII. Pencegahan
a. Pencegahan Primer, Menghindari terjadinya penyakit.
Pencegahan primer merupakan yang terbaik namun
hanya dapat dilakukan bila penyebabnya telah
diketahui dengan jelas sehingga memungkinkan
untuk menghindari atau mengkontrol penyebab-
penyebab tersebut atau dengan cara menghindari
faktor risiko preeklampsia.

b. Pencegahan Sekunder, memutus proses terjadinya


penyakit yang sedang berlangsung sebelum timbul
gejala atau kegawatdaruratan klinis.
Istirahat : istirahat di rumah 4 jam/hari atau 2x15
menit + Suplement, bermakna menurunkan risiko
preeklampsia dibandingkan tanpa pembatasan
aktivitas. Tirah baring tidak direkomendasikan
untuk memperbaiki luaran pada wanita dengan
hipertensi (dengan atau tanpa proteinuria).
Restriksi garam : restriksi garam (20 – 50
mmol/hari) dibandingkan diet normal tidak ada
perbedaan dalam mencegah preeklampsia,
kematian perinatal, perawatan unit intensif dan
skor apgar < 7 pada menit kelima. Pembatasan
garam untuk mencegah PE dan komplikasinya
selama kehamilan TIDAK direkomendasikan.

31
Aspirin dosis rendah : penggunaan aspirin dosis
rendah (60-80 mg) dalam mencegah terjadinya
preeclampsia, penurunan risiko relatif persalinan
preterm sebesar 8%, kematian janin atau neonatus
sebesar 14%, dan bayi kecil masa kehamilan
sebesar 10%. Aspirin dosis yang lebih tinggi
terbukti lebih efektif, namun risiko yang
ditimbulkan lebih tinggi, sehingga memerlukan
evaluasi yang ketat.
Suplementasi Kalsium : Suplementasi kalsium
berhubungan dengan penurunan kejadian
hipertensi dan preeklampsia, terutama pada
populasi dengan risiko tinggi untuk mengalami
preeklampsia dan yang memiliki diet asupan
rendah kalsium. Rerata risiko peningkatan tekanan
darah menurun dengan suplementasi kalsium (1,5 –
2 g kalsium elemental/hari).
Suplementasi antioksidan, disarankan konsumsi
vitamin C 1000 mg/hari atau vitamin E 400 IU/hari
namun pemberian vitamin C dan E dosis tinggi
tidak menurunkan risiko hipertensi dalam
kehamilan, preeklampsia dan eklampsia, serta
berat lahir bayi rendah, bayi kecil masa kehamilan
atau kematian perinatal.
Suplementasi minyak ikan : Minyak ikan yang kaya
dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3
PŲFA

32
Suplementasi ßeta-carotene, CoQ10,
N-Acetylcysteine , asam lipoik.
c. Pencegahan Tersier, Pencegahan tersier berarti
pencegahan dari komplikasi yang disebabkan oleh
proses penyakit, sehingga pencegahan ini juga
merupakan tatalaksana.
Diuretik : tidak terbukti mencegah terjadinya
preeklamsi bahkan memperberat hipovolemia
Anti hipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya
preeklamsi
Kalsium : 1500 – 2000 mg/ hari, dapat dipakai
sebagai suplemen pada risiko tinggi terjadinya
preeklamsi, meskipun belum terbukti bermanfaat
untuk mencegah preeklamsi.
Zinc : 200 mg/hari
Magnesium : 365 mg/hari
Obat anti thrombotik :
Aspirin dosis rendah
Dipyridamole
Obat lain : vitamin C, vitamin E, ßeta-carotene,
CoQ10, N- Acetylcysteine, Asam lipoik.

Tabel 8. Beberapa cara mencegah preeklamsi (Cunningham, 2022. Williams


Obstetrics, 26th ed.)

33
VIII. Komplikasi
1. Ibu
Sistem saraf pusat seperti perdarahan serebral,
trombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati,
edema serebri, makular atau retina detachment dan
kebutaan korteks.
HELLP Syndrome
Gastrointestinal-hepatik: subskapular hematoma
ruptur, ruptur kapsul hepar
Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut
Hematologik: DIC, trombositopenia, dan hematoma
luka operasi
Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik/
nonkardiogenik, depresi pernafasan, cardiac arrest,
iskemia miokardium
Solusio Plasenta
Kejang Eklamsi
Lain-lain: asites, edema laring, hipertensi tak
terkendali
Kematian

34
Gambar 8. Perdarahan serebral akibat komplikasi Preeklamsi (Cunningham,
2022. Williams Obstetrics, 26th ed.)

Gambar 9. Perdarahan hepar akibat komplikasi Preeklamsi (Cunningham,


2022. Williams Obstetrics, 26th ed.)

35
Tabel 9. Resiko jangka panjang wanita dengan riwayat Preeklamsi
(Cunningham, 2022. Williams Obstetrics, 26th ed.)

36
2. Janin
IUGR (intrauterine growth restriction)
Oligohidramnion
Solusio plasenta
Preterm
Sindroma distres pernafasan
Sepsis
Kematian perinatal
Perdarahan intreventrikular
Necrotizing enterocolitis
Cerebral palsy
Trauma hipoksemia-nerologik
Morbiditas kardiovaskular jangka panjang

Gambar 6. Solusio Placenta (Berghella Vincenzo, 2022. Obstetric Evidence


Based Guidelines, 4th ed.)

37
IX. Eklamsi
Definisi : Eklamsi adalah kelainan akut pada preeklamsi atau
preklamsi berat, dalam kehamilan, persalinan atau nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang dengan atau tanpa
penurunan kesadaraan (gangguan sistem saraf pusat).
Eclampsia sine eclampsia adalah eklamsi yang ditandai oleh
penurunan kesadaran tanpa kejang.
Anamnesis :
Umur kehamilan > 20 minggu
Hipertensi
Kejang
Penurunan kesadaran
Penglihatan kabur
Nyeri kepala hebat
Nyeri ulu hati
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : somnolen sampai koma
Tanda vital : Tekanan darah >140/90mmHg
Proteinuria minimal +1
Penurunan kesadaran tanpa disertai
Kejang
Tetanus
Diagnosis Banding :
Epilepsi
Ensefalitis
Meningitis
Kejang karena kelainan SSP

38
Terapi :
a. Pengobatan medisinal:
1. Infus larutan ringer laktat
2. Pemberian obat: MgSO4
b. Cara pemberian MgSO4 sama dengan preeklamsi berat :
Bila timbul kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan
2g MgSO4 40% IV selama 2 menit, sekurang- kurangnya
20 menit setelah pemberian loading dose terakhir. Dosis
tambahan 2 g hanya diberikan sekali saja. Bila setelah
diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka
diberikan amobarbital 3-5 mg/kg/bb/IV pelan-pelan atau
segera perawatan intensif.
c. Perawatan pasien dengan serangan kejang :
Dirawat di kamar isolasi yang cukup terang.
Masukkan sudip lidah/mayo ke dalam mulut pasien.
Kepala direndahkan: daerah orofaring dihisap.
Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup longgar
guna menghindari fraktur.
d. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada :
a. edema paru
b. payah jantung kongestif
e. Antihipertensi diberikan sesuai dengan preeklamsi berat
f. Kardiotonika :
Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila ada tanda-
tanda payah jantung.
Perawatan dilakukan bersama dengan Bagian Penyakit
Jantung

39
g. Lain-lain :
Obat-obat antipiretik
Diberikan bila suhu rektal diatas 38,5 ° C
Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol
Antibiotika
Diberikan atas indikasi
Anti nyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat
diberikan petidin HCl 50-75 mg sekali saja.
h. Pengobatan Obstetri :
Sikap terhadap kehamilan
Sikap dasar :
Semua kehamilan dengan eklamsi dan impending
eklamsi harus diakhiri tanpa memandang umur
kehamilan dan keadaan janin.
Gejala impending eklamsi :
Penglihatan kabur
Nyeri ulu hati
Nyeri kepala yang hebat
Saat pengakhiran kehamilan : Terminasi kehamilan
impending eklamsi adalah dengan pervaginam, SC bila
ada indikasi obstetri atau pertimbangan lain.
Perawatan rumah sakit : Diperlukan perawatan di ruang
rawat intensif, dan ruang HCU (High Care Unit), bila
tersedia.
Penyulit: Gagal ginjal, gagal jantung, edema paru,
kelainan pembekuan darah, perdarahan otak, kematian

40
Gambar 7. Tatalaksana Eklamsi (PPK POGI JABAR, 2018)

41
X.Sindrom HELLP
Definisi Sindrom HELLP adalah kumpulan gejala hemolysis,
Elevated liver enzym dan Low Platelets. Berikut tanda-tanda
Sindrom HELLP :
Hemolisis
Adanya sel-sel spherocytes, schistocytes, triangular,
dan sel Burr pada apus darah perifer
Kadar bilirubin total > 1,2 mg%
Kenaikan kadar enzim hati
Kadar SGOT > 70 IU/L 
Kadar LDH > 600 IU/L
Trombosit < 100.000 /mm3
Jika semua kriteria terpenuhi maka disebut “complete”; jika
hanya terdapat 1 atau 2 maka disebut “partial HELLP”

Pengelolaaan :
Pada prinsipnya, pengelolaan terdiri dari:
Atasi hipertensi dengan pemberian obat antihipetensi
Cegah terjadinya kejang dengan pemberian MgSO4
(sesuai dengan panduan preeklamsi )
Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemberian transfusi trombosit apabila kadar trombosit
<30.000/mm3 untuk mencegah perdarahan spontan.
Kortikosteroid digunakan untuk pematangan paru janin.
Deksametason 2 x 6mg (2 hari), Betametason 1 x 12 mg (2
hari).

42
Dianjurkan persalinan pervaginam, kecuali bila ditemukan
indikasi seperti serviks yang belum matang (skor Bishop
<6), PJT, atau ada kontraindikasi persalinan pervaginam.
Bila akan dilakukan operasi seksio sesarea, dianjurkan
kadar trombosit > 50.000/mm3 bila kurang dari nilai
tersebut, merupakan indikasi untuk melakukan transfusi
suspensi trombosit.
Bila akan melakukan persalinan pervaginam dianjurkan
trombosit >30.000/mm3
Pemasangan drain intraperitoneal dianjurkan untuk
mengantisipasi adanya perdarahan intraabdominal.
Perawatan pasca bedah di ICU atau HCU merupakan
indikasi untuk monitor komplikasi gagal jantung kongestif
dan sindroma distres pernafasan ( sesuai SOP faskes
setempat).

43
HELLP
Syndrom

Gambar 8. Tatalaksana HELLP Syndrom (Berghella Vincenzo, 2022. Maternal-


Fetal Eviddence Based Guidelines, 4 th ed.)

44
DAFTAR PUSTAKA

ACOG. Gestational Hypertension and Preeclampsia.


Wolters Kluwer Health Inc,133(1):e1-e25., 2020
Berghella V, Maternal-Fetal Eviddence Based Guidelines, 4
th Edition. Hypertensive Disorders. United States of
America; 2022. p. 19-43
Berghella Vincenzo, Obstetric Evidence Based Guidelines,
4th Edition. Placental Abruptoin. United States of
America; 2022. p. 361-369
Cunningham FG. Williams Obstetrics, 26th Edition.
Chapter 40-41, Preeclampsia syndrome - Clinical
Management of the Preeclampsia Syndrome. United
States of America: McGraw-Hill Education; 2022. p. 1.777-
1892
PPK, PerkumpulanObstetri dan Ginekologi
Indonesia Jawa Barat, Diagnosis dan Tatalaksana
Preeklampsia, 2018

45
Preeklamsi E-book

Jeli Jati Anggeria


@2023
Preeklamsi
Jeli Jati Anggeria
@2023

Anda mungkin juga menyukai