Anda di halaman 1dari 3

PATUHI PERINTAHMU

Oleh Yunita Pradnya Dewi

Seorang gadis kecil kelahiran tahun 2000 lahir dikeluarga yang sederhana. Dia tinggal bersama
ayahnya yang bernama Hadi Datanu, sedangkan ibunya sudah tiada saat melahirkannya. Gadis kecil
ini sangat cantik, sebut saja namanya Sacita Ayu Basagita yang artinya gadis cantik pembawa
kebahagiaan memiliki tutur kata yang indah. Sesuai dengan namanya, gadis ini memiliki paras yang
cantik dan tutur kata yang lemah lembut, tidak pernah membangkang terhadap ayahnya.

Tumbuh menjadi gadis yang lahir dikeluarga sederhana dan tinggal bersama ayahnya, bukan menjadi
halangan baginya meraih cita citanya karena Sacita memiliki tekad yang kuat untuk membuat ayahnya
menesteskan air mata karena bahagia. Cita citanya sangat sederhana namun itu sangat penuh dengan
ujian, perlu usaha yang cukup keras dan selalu meminta petunjuk tuhan. Begitu juga dengan ayahnya,
Hadi Datanu menjadi ayah yang sangat hebat. Dia mendidik anaknya dengan baik, menyayangi
anaknya, dan selalu berusaha untuk mewujudkan apa yang diinginkan oleh anaknya.

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, gadis kecil itu sudah menjadi seorang remaja yang sedang
bergelut dengan dunia perkuliahan semester 7. Gadis kecil yang sudah menjadi seorang remaja ini
adalah orang tidak kenal lelah dan tidak pantang menyerah demi gelar dokter dinamanya.

“Ayah, anak ayah sekarang mau berangkat kuliah. Nanti namaku bakal jadi dr. Sacita Ayu Basagita
cantik kan? doakan aku ya ayah semoga aku bisa memegang janjiku kepada ayah, dan membuktikan
kepada dunia jika aku berhasil membahagiakan orangtuaku.” ucapku sembari memeluk ayah untuk
berpamitan dan berlari menuju pintu gerbang.

“Iya anakku sayang, ayah akan selalu mendoakan putri kecil ayah. Hati hati dijalan ya nak” jawab
ayah sambil meneguk secangkir kopi yang dibuatkan oleh putri kesayangannya.

“ck, ayah aku bukan putri kecil lagi aku sudah besar. Huft yasudahlah aku akan tetap berhati hati
dijalan dan dalam memilih hati juga. Terimakasih ayah” balasku kepada ayah sambil melanjutkan
langkahku keluar pintu gerbang.

Langkah demi langkah aku aku derapkan menuju kampus tercintaku, karena jarak kampusku tidak
terlalu jauh dari rumah, hanya sekitar 10 menitan saja makanya aku memilih untuk berjalan kaki saja.
Lumayankan bisa menghemat ongkos. Sesampainya aku dikampus aku menuju ruangan dospem
karena hari ini ada jadwal bimbingan, beruntungnya dospemnya baik hati dan tidak galak dia sama
seperti ayahku, beruntungnya aku dikelilingi orang baik.
“Akhirnya selesai juga. Malam ini makan apa ya sama ayah, aku sangat lelah untuk memasak.”
gumam Sacita sembari memikirkan apa yang akan ia makan malam ini.

Sacita akhirnya sampai dirumahnya membawa sebungkus makanan kesukaan ayahnya yaitu nasi
padang. Pada saat perjalanan pulang sacita melihat ada penjual nasi padang, dan langsung
membelinya untuk makan malam bersama ayahnya.

Sacita berjalan kerumah dengan kaki yang pincang karena dia tidak sengaja disrempet oleh
pengendara motor kaki 3.

flashback on

Sebungkus nasi padang


Berisi lauk yang begitu banyak
Rendang, Ayam bakar, Kalio
Para dendeng dan para gulai
Menyatu dalam suatu kenikma-
Brukkk-

Puisi yang dirangkai Sacita terpotong begitu saja karena ia mengalami sebuah insiden, Sacita
terserempet oleh motor kaki 3.

“Tuhanku aku terjatuhh. Argh dasar motor kaki 3. Untung saja nasi padangku aman sentosa.” kesal
Sacita sambil berusaha untuk berdiri dan mengambil nasi padangnya. Anak itu lebih memikirkan
nasi padangnya dari pada dirinya sendiri.

Setelah berdiri dia merasakan ada sesuatu yang mengalir yang diikuti oleh rasa perih. Lalu dia
mendongakan kepalanya kebawah, dan benar saja.

“Astaga, kaki putri ayah lecet. Tapi gapapa deh its okey Sacita” Kata Sacita menguatkan dirinya,
sambil berusaha berjalan menahan rasa sakit dikakinya.

Seorang gadis yang tengah lecet itu akhirnya menginjakkan kakinya halaman rumahnya, dan ia
memasuki rumahnya berusaha untuk tidak menunjukan rasa sakit yang dialaminya. Sacita takut akan
membuat ayahnya khawatir. Kalau ketahuan ayahnya, nanti ayahnya bisa sangat heboh melebihi
orang demo.
“Ayah, anakmu pulang membawa sebuah berkah dari tuhan” teriak sacita dari luar.

“Sacita kebiasaan deh, jangan teriak teriak” ingat ayah Hadi kepada Sacita.

“Ayah ih, kan cuman mau ngasi tau ayah kalo aku bawa nasi padang” cicit Sacita sambil
mengerucutkan bibirnya menuju ke meja makan.

“Anak ayah yang cantik, jangan dong cemberut gitu. Terimakasih ya sayang, tau aja ayah lagi pengen
nasi padang” bujuk ayah sambil mencium kening anaknya.

“Ayah si, yaudah ah kita makan aja mumpung masih anget kasian nanti kalo dicuekin jadi kulkas tiga
pintu” seru sacita.

Suara pun menjadi senyap hanya dentingan sendok saja yang terdengar. Tiba tiba Sacita bergumam.

“Ayah, sekarang aku sudah semeter 7 yang artinya sebentar lagi aku akan menyelesaikan tugasku
sebagai mahasiswi. Terimakasih ya ayah sudah menyekolahkan Sacita sampai Sacita menjadi seperti
ini, aku harap aku bisa memenuhi mimpi ayah” gumam Sacita sambil terus menghabiskan
makanannya.

“Sama - sama anakku, Astungkara semoga kamu selalu seperti ini. Ingat pesan ayah jangan pernah
merasa dirimu tinggi walau kamu memang bisa, jangan pernah melakukan hal yang bisa membuatmu
terjerumus dan membuatmu jatuh. Ayah percaya padamu nak” Ucap sang ayah sambil berjalan
menghampiri Sacita yang tengah menangis mendengar perkataan ayah.

Ayah pernah memintaku untuk berjanji akan terus menjadi pribadi yang baik dan tidak akan
menghianatinya, dan menjadi seorang wanita yang kuat, berkarir serta akan terus mematuhi
perintahnya. Sampai nanti aku menjadi seorang dokter, aku akan memenuhi dan tidak menghianati
ayah.

Hari itu berlalu begitu menyenangkan. Enam bulan setelah itu, sampai tak terasa Sacita sudah akan
wisuda dan dia akan menjadi dokter. Rasa bahagia menyelimuti Sacita karena ia telah bisa
mewujudkan cita citanya yang membuat ayahnya menangis karena bahagia.

Anda mungkin juga menyukai