Anda di halaman 1dari 15

Analisis Tokoh Utama Dalam Film “A Bronx Tale” Menggunakan Teori Habitus Dan

Kapital

Thiandan Fajar (2017130016)


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan karya tulis ilmiah sebagai tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia dengan judul
“Analisis Tokoh Utama Dalam Film A Bronx Tale Menggunakan Teori Habitus Dan
Kapital”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Film adalah media yang bersifat audio dan visual untuk menyampaikan suatu pesan
secara masal kepada suatu kelompok (Effendy 1989:226). Sedangkan menurut Himawan
Pratista film adalah media audio-visual yang menyatukan dua unsure penting yaitu
sinematik dan naratif. Unsur naratif mempunyai hubungan dengan tema yang diusung, dan
sinematik mempunyai hubungan dengan plot atau alur cerita (Pratista, 2008). Pada website
bfi.org.uk tercantum 10 film bertemakan mafia terbaik sepanjang masa. Diantaranya
adalah; Goodfellas, The Godfather Trilogy, dan Once Upon A Time In America. Film yang
akan saya jadikan teliti berada di nomor 7. Film itu berjudul A Bronx Tale. A Bronx Tale
adalah salah satu film bertemakan mafia yang diangkat dari kisah nyata. Film ini diangkat
dari kisah nyata sang penulis naskah film ini yang bernama Calogero Lorenzo "Chazz"
Palminteri.

A Bronx Tale adalah film Amerika tahun 1993. Film ini menceritakan tentang
seorang bocah lelaki keturunan Italia-Amerika, Calogero Anello, yang tergoda dengan
kehidupan mafia karena sehari-sehari ia menyaksikan langsung tingkah polah para anggota
mafia dari teras apartemennya, ia berpikir bahwa orang-orang tersebut terlihat keren dan
gagah. Sebaliknya ayah dari Calogero yang bernama Lorenzo sangatlah membenci mereka
karena ia ingin memberikan contoh yang baik kepada putranya, menurut Lorenzo dirinya
yang hanya berprofesi sebagai pengemudi bus sebenarnya lebih terhormat, karena ia
mencari nafkah dengan jujur.Suatu hari ketika Calogero sedang bermain diteras, ia
menyaksikan bos mafia setempat yang bernama Sonny terlibat baku hantam dengan
seseorang sampai mengakibatkan satu nyawa melayang akibat dibunuh oleh Sonny. Setelah
itu Calogero di interogasi oleh kepolisian dan ia tidak mau buka mulut, hal ini membuat
Sonny menyukai Calogero dan mengangkatnya sebagai anak buah. Ketika Lorenzo
mengetahui bahwa anaknya bekerja untuk mafia ia pun marah dan melarang Calogero
bergaul dengan Sonny. Calogero merasa dilema antara menuruti perkataan ayahnya yang
jujur dan pekerja keras tetapi serba kekurangan atau kata-kata perkataan seorang bos mafia
yang sangat ia idolakan.

Dari konflik diatas tergambar jelas bahwa kedua karakter utama dalam film ini
memiliki habitus yang berbeda, yaitu karakter Lorenzo dan Sonny, dan karate Calogero
yang masih remaja seperti terjebak diantara konflik dingin kedua figure bapak yang ia
miliki. Seperti yang sudah dijelaskan tentang habitus diatas, habitus adalah kebiasaan,
keterampilan, dan watak yang telah berakar. Ini adalah cara individu memandang dunia
sosial di sekitar mereka dan bereaksi terhadapnya (Lizardo2004: 375-448). Maka hubungan
dari definisi tersebut dengan konflik yang dihadapi kedua karakter utama adalah Sonny dan
Lorenzo berusaha mempengaruhi karakter Calogero yang masih remaja dan masih dalam
masa pencarian jatidiri dengan masing-masing habitus yang mereka miliki. Sonny yang
berprofesi sebagai bos mafia di daerah Bronx dan Lorenzo yang berprofesi sebagai Supir
Bus. Begitu juga dengan kapital yang dimiliki kedua karakter utama tersebut. Kapital
(modal) adalah hal yang memungkinkan kita untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan
di dalam hidup. Ada banyak jenis kapital, seperti kapital intelektual (pendidikan), kapital
ekonomi (uang), dan kapital budaya (latar belakang dan jaringan). Kapital bisa diperoleh,
jika orang memiliki habitus yang tepat dalam hidupnya (Wattimena, 2012). Selain ketiga
jenis kapital yang telah disebutkan terdapat juga jenis kapital simbolik yang berupa prestise
dan kehormatan, ada pula jenis kapital yang terakhir yaitu kapital sosial yang berupa relasi
sosial individu. Lorenzo memiliki kapital intelektual yang memungkinkannya untuk
mencari rezeki secara halal karena menurutnya jika ia mencari rezeki dengan tidak halal
maka ia dapat berurusan dengan hukum dan akhirnya masuk penjara, sedangkan Sonny
memiliki kapital ekonomi dan sosial yang memungkinkannya untuk memiliki uang dan
jaringan dalam profesinya sebagai mafia. Maka dari itu penulis memilih teori bourdieu
untuk menganalisa lebih dalam tentang karakter utama dalam film ini, meliputi habitus,
kapital dan arena.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas muncul lah beberapa pertanyaan yang akan dijawab di
dalam makalah ini yaitu:

1. Bagaimana tokoh utama digambarkan dalam film A Bronx Tale berdasarkan


teori bourdieu?
2. Bagaimana pandangan penulis naskah film A Bronx Tale terhadap
kehidupan remaja?

1.3 Tujuan Pembahasan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen dalam mata
kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, bagi diri kami pribadi makalah ini juga diharapkan bisa
digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa, khususnya dalam
bidang sastra.

1.4 Kerangka Teori

1. Teori Habitus

Habitus Menurut Lizardo (2004: 375-448) Habitus adalah kebiasaan, keterampilan,


dan watak yang telah berakar. Ini adalah cara individu memandang dunia sosial di sekitar
mereka dan bereaksi terhadapnya. Disposisi ini biasanya dimiliki oleh orang-orang dengan
latar belakang yang sama (seperti kelas sosial, agama, kebangsaan, etnis, pendidikan,
profesi, dll). kebiasaan, keterampilan, dan watak yang telah berakar. Ini adalah cara
individu memandang dunia sosial di sekitar mereka dan bereaksi terhadapnya. dan
merupakan kenyataan bahwa individu tersosialisasikan, yang mencakup pengalaman dan
peluang individu mereka. Dengan demikian, habitus mewakili cara budaya kelompok dan
sejarah pribadi dalam membentuk tubuh dan pikiran, dan sebagai hasilnya adalah bentuk
tindakan sosial suatu individu.

2. Teori Kapital

Selain konsep habitus, kelanjutan dari pemikiran Bourdieu adalah mengenai kapital
(modal). Kapital atau modal adalah hal yang memungkinkan kita untuk mendapatkan
beberapa kesempatan di dalam kehidupan. Ada banyak jenis kapital, seperti kapital
intelektual (pendidikan), kapital ekonomi (uang), dan kapital budaya (latar belakang dan
jaringan). Kapital bisa diperoleh, jika seorang individu memiliki habitus yang tepat di
dalam hidupnya (Wattimena, 2012).

1.5 Sumber Data

1.6 Teknik Pengumpulan Data


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Habitus dan Kapital Tokoh Utama

Habitus adalah kebiasaan, keterampilan, dan watak yang telah berakar. kebiasaan,
keterampilan, dan watak yang telah berakar. Ini adalah cara individu memandang dunia
sosial di sekitar mereka dan bereaksi terhadapnya. yang mencakup pengalaman dan peluang
individu mereka. (Lizardo, 2004: 375-448) Kapital (modal) adalah hal yang memungkinkan
kita untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan di dalam hidup (Wattimena, 2012).

Di dalam film A Bronx Tale terdapat perbedaan habitus yang terlihat sangat kontras
antara kedua karakter utama. Karakter Sonnyyang berprofesi sebagai bos mafia di daerah
Bronx mempunyai watak yang cerdas dan juga tangguh, sehingga karakter utama dalam
film ini yaitu Calogero yang masih anak-anak menganggapnya keren sampai-sampai
terkadang ia meniru tingkah lakunya “Nobody's cooler than you, Sonny.”(Palminteri,
1993), tetapi pada periode ini Sonny masih belum mengenal atau bahkan memperhatikan
Calogero. Disisi lain karakter Lorenzo yang merupakan bapak dari Calogero memiliki
habitus seorang pekerja keras. Walaupun ia Cuma seorang supir bus tetapi ia bangga akan
profesinya itu, karena ia mencari nafkah dengan cara halal“We'll see who's really tough.
The working man is tough.” (Palminteri. 1993)

Suatu hari Calogero sedang duduk di teras apartemennya sampai tiba-tiba ada dua
orang yang sedang mencoba untuk parkir terlibat perseteruan, perseteruan itu berlangsung
sengit sampai-sampai salah satu orang tersebut mengeluarkan baseball bat dan memukul
kaca mobil milik orang yang satunya. Tiba-tiba sonny menembak orang yang sedang
memukul kaca mobil tersebut dan menolong orang yang sedang dipukuli. Calogero menjadi
saksi dalam kejadian ini.

“When Sonny looked at me, I went deaf. I couldn't hear. All I could see was Sonny with the
gun in his hand.” (Palminteri. 1993)
Setelah menyaksikan pembunuhan tersebut Calogero diinterogasi oleh kepolisian
dan Calogero terbukti dapat menyimpan rahasia dan tidak memberitahu kepolisian siapa
pelaku pembunuhan tersebut. Disini Sonny mulai menyukai Calogero karena Calogero
dinilai memiliki habitus yang cocok untuk masuk kedalam dunia mafia karena ia tidak
membeberkan pembunuhan yang dilakukan oleh Sonny.

“I did a good thing for a bad man. I didn't understand that at nine years old. All I knew
was... a rat was the lowest thing you could be in my neighborhood... and I didn't rat.”
(Palminteri. 1993)

Istilah “rat” menurut Oxford Dictionaries merupakan slang yang berarti dapat
berarti orang yang tidak loyal atau seorang informan. Calogero baru saja membuktikan
kepada Sonny bahwa ia layak menjadi mafia. Dikarenakan Calogero terbukti dapat
menyimpan rahasia Sonny menawarinya pekerjaan di bar miliknya dimana tempat itu
adalah tempat berkumpulnya para mafia, dan ia menerima pekerjaan tersebut. Berbeda
dengan Lorenzo yang menolak saat ditawari pekerjaan oleh Sonny karena ia tidak mau
ditangkap polisi karena terlibat dalam aktivitas mafia. Suatu hari Lorenzo menemukan
segepok uang di lemari milik Calogero dan ia menanyakan dari mana asal uang itu,
Lorenzo menjadi murka saat ia tahu bahwa selama ini anaknya telah bekerja di bar milik
mafia.

Lorenzo bertemu dengan Sonny dan ia mengingatkan Sonny untuk menjauhi


Calogero. Sonny yang mengatakan bahwa Calogero sudah seperti anaknya sendiri pun tidak
terima dan mengusir Lorenzo dari barnya. Lorenzo keluar dari bar itu setelah ia
meninggalkan uang milik Calogero yang merupakan hasil dari pekerjaannya di bar mafia.
Calogero yang masih belum cukup umur tidak mengerti mengapa ayahnya melakukan hal
itu “Sonny was right. The working man is a sucker.”(Palminteri, 1993).

“Wrong! Pulling a trigger doesn't take strength. Get up every day and work for a living!
Let's see him try that! We'll see who's really tough. The working man is tough. Your father's
the tough guy!” (Palminteri, 1993)

Calogero mengatakan bahwa “The working man” atau orang yang jujur itu payah,
itu adalah kata-kata yang diajarkan Sonny. Sebaliknya Lorenzo mengatakan bahwa orang
tangguh yang sebenarnya adalah orang yang jujur seperti dirinya tidak seperti Sonny. Disini
kita dapat melihat bahwa Calogero memiliki dua figure bapak dengan dua habitus yang
berbeda. Calogero lebih terpengaruh oleh Sonny karena ia memiliki kapital ekonomi yang
kuat sedangkan Lorenzo tidak, seperti yang dikatakan Lorenzo kepada Sonny saat mereka
berargumen“It's not what you say, it's what he sees... clothes, cars, money.” (Palminteri,
1993). Lorenzo tidak ingin Calogero mengikuti Sonny karena ia tahu pilihan hidup Sonny
bukanlah pilihan terbaik untuk anaknya. Lorenzo tidak ingin Calogero menyianyiakan
bakatnya “You're my only son. I'm looking out for your best interests. The saddest thing in
life is wasted talent.” (Palminteri, 1993)

Delapan tahun kemudian Calogero menjadi remaja. Selama ini Calogero masih
tetap bertemu dengan Sonny secara sembunyi-sembunyi “I never listened to my father
about staying away from him. The bar was so close. I'd sneak away any chance I got.”
(Palminteri, 1993). Perilaku tidak mengindahkan larangan dari orang tua macam inilah
yang sering dilakukan oleh remaja yang sedang mencari jati dirinya. Suatu hari Calogero
diajak oleh teman-temannya untuk menyerang geng remaja kulit hitam yang selama ini
telah menjadi rival mereka. Tiba-tiba saat mereka dalam perjalan mereka dihadang oleh
Sonny. Sonny memerintahkan Calogero untuk tidak ikut dalam penyerangan itu. Tetapi
beberapa saat kemudian Calogero melihat mobil yang dikendarai oleh teman-temannya
sudah hangus terbakar akibat dilempar Molotov oleh salah satu orang dari geng kulit hitam.
Calogero yang awalnya merasa kesal dengan Sonny pun berlari ke bar mafia untuk
berterima kasih kepada Sonny karena ia telah menyelamatkan hidupnya. Saat Calogero
melihat Sonny di dalam bar ia juga melihat seseorang yang sedang memegang pistol dan
orang itu menembak sonny di kepala, ternyata orang itu adalah anak dari orang yang
dibunuh Sonny delapan tahun yang lalu.

Di acara pemakaman Sonny, Lorenzo datang dan ia berterima kasih kepada Sonny
karena telah menyelamatkan nyawa anaknya. Lorenzo juga berbicara kalau ia tidak pernah
membenci Sonny, ia hanya marah karena membuat Lorenzo tumbuh begitu cepat.

“I want to thank you for saving my kid's life. I never hated you. I guess it's... that I was mad
at you because you made him grow up so fast.” (Palminteri, 1993)

2.2 Pandangan Chazz Palminteri Terhadap Kehidupan Remaja


Kita telah mengetahui bahwa A Bronx Tale diangkat dari kisah nyata penulis
naskahnya yaitu Chazz Palminteri. Karakter Calogero adalah penggambaran kehidupannya
saat remaja. Masa remaja adalah masa pencarian jatidiri bagi setiap orang, dan biasanya
remaja khususnya remaja laki-laki terkadang dapat terlibat dalam suatu kenakalan dan yang
dihadapi Chazz adalah kedekatannya dengan dunia hitam saat ia remaja.

“I was sitting on my stoop - I would hang out there a lot of the time - and these two cars
were in front of my house, trying to get the same parking space. They were blowing their
horns and cursing, and one guy got out with a baseball bat and broke a window. And the
other guy came out with a gun and killed him. He was about six feet from me. Then he
turned around. He looked at me, I looked at him, and then my father grabbed me by the arm
and pulled me upstairs. I never saw him again.

'I grew up with guys like that, used to throw the dice for them at crap games when I was a
kid. I enjoyed it, it was fun. And I got into trouble, small stuff. I was offered a life of
crime.” (Palminteri dalam Johnston, 1994)

Dalam kutipan diatas tergambar jelas bahwa Chazz memiliki masa lalu yang dekat
dengan dunia hitam yang dekat dengan kekerasan di lingkungannya ketika ia masih remaja.
Bahkan ia telah menyaksikan suatu pembunuhan di depan teras rumahnya sendiri,
Tergambar jelas bagaimana lingkungan tempatnya tinggal pada waktu itu.

“I'm not writing Mary Poppins, y'know what I'm saying? You have to write, sometimes, the
bad to say the good. I wanted to explore Sonny, but Lorenzo's is the philosophy that wins
out in the end. Sonny dies.Being in the Mafia's bad. The boy lives. Lorenzo wins.My film is
upbeat. It's a good message, it's a great message for the kids today, about the saddest thing
in life being wasted talent: don't waste your life 'cos you only got one life. A lot of people
could write but they're too damn lazy. I did. I started to work harder and I got successful.
I'm proof that it happens.” (Palminteri dalam Johnston, 1994)

Dalam pernyataan diatas Chazz mengemukakan bahwa karena habitusnya yang baik
ia dapat menemukan jatidirinya yang sesungguhnya yaitu menjadi penulis naskah. Filosofi
yang nampaknya ia dapatkan dari ayahnya Lorenzo, dan ia mencoba menginfluence para
remaja yang juga sedang mencari jatidiri mereka agar jangan membuang talenta yang
mereka miliki dengan terlibat di dalam dunia hitam.

“Well it was kind of . . . just the form of some things that . . . I didn't wanna be involved in.
It wasn't me. I couldn't do it. It's very simple: if you don't do the right thing, you will fall.
It's like the domino effect. Crime is a short-term high. You reap what you sow.”(Palminteri
dalam Johnston, 1994)
Dalam pernyataan diatas Chazz kembali mengingatkan bahwa jika kita tidak
memilih langkah yang benar dalam hidup maka kita akan menghadapi kejatuhan.
Khususnya jika sampai terlibat dengan dunia mafia, karena kita pasti akan menerima
akibatnya di kemudian hari.
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Film A Bronx Tale adalah film bertemakan mafia yang berfokus pada karakter
remaja yang bernama Calogero. Calogero dalam masa pencarian jati dirinya telah
dipengaruhi oleh dua figur bapak dengan masing-masing habitus dan kapital yang berbeda.
Ayahnya yang bernama Lorenzo mempunyai kapital intelektual yang memungkinkannya
untuk mencari nafkah secara halal. Sonny yang merupakan bos mafia di daerah Bronx ia
mempunyai kapital ekonomi dan budaya yang memungkinkannya untuk sukses di dalam
profesinya sebagai mafia. Diantara kedua figur bapak tersebut Calogero harus menentukan
jati diri hidupnya. Melalui karakter Calogero kita dapat menyimpulkan bahwa Chazz
Palminteri mencoba menggambarkan kembali masa remaja yang pernah dilaluinya.

3.2 Saran
Daftar Pustaka

Effendy, Onong . 1989. KAMUS KOMUNIKASI. Bandung: PT. Mandar Maju.

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film.Yogyakarta: Homerian Pustaka.

Lizardo, Omar. 2004. “Journal for the Theory of Social Behaviour.” Philpapers. 28 Januari
2009. Diunduh dari https://philpapers.org/rec/LIZTCO /27/12/2019.

Wattimena, Reza. 2012. “Berpikir Kritis bersama Pierre Bourdieu.” Rumah Filsafat. 14


April 2012. Diunduh dari https://rumahfilsafat.com/2012/04/14/sosiologi-kritis-dan-
sosiologi-reflektif-pemikiran-pierre-bourdieu/ /27/12/2019.

Lunn, Oliver. 2017. “10 great mafia films From The Godfather to GoodFellas, magnificent
mobster movies you can’t refuse.” British Film Institute. 25 September 2017. Diunduh dari
https://www.bfi.org.uk/news-opinion/news-bfi/lists/10-great-mafia-films /27/12/2019.

Palminteri, Chazz. 1993. “Bronx Tale Script - Dialogue Transcript.” Script-O-Rama. 29


September 1993. Diunduh dari http://www.script-o-rama.com/movie_scripts/b/bronx-tale-
script-transcript.html /28/12/2019.

Johnston, Sheila. 1994. “FILM / A tale of Bob, the Mob and me: Chazz Palminteri could
have been a gangster, but he chose to be an actor. Then Robert De Niro - the capo of the
movies - made him a star. Sheila Johnston listened to his life story.” Independent. 11
Februari 1994. Diunduh dari https://www.independent.co.uk/arts-entertainment/film-a-tale-
of-bob-the-mob-and-me-chazz-palminteri-could-have-been-a-gangster-but-he-chose-to-be-
an-1393377.html /28/12/2019.

Anda mungkin juga menyukai