PENDIDIKAN
Secara garis besarnya, fungsi struktur lembaga selain untuk mengatur hubungan
anggota, strtuktur juga berperan untuk menyeleksi peran angota berdasarkan tugas, dan
tanggung jawab yang diemban. Dalam praktiknya, hal ini kerap menimbulkan
miskomunikasi antar anggota hingan anggota dengan pimpinan sebuah lembaga,
sehingga konflik pada sebuah lembaga merupakan keniscayaan yang selalu mewarnai
roda perjalanan lembaga dalam mencapai tujuannya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Munardji (2019), diferensiasi sumber daya manusia pada lembaga berdasarkan struktur
sangat memungkinkan terjdainya konflik. Konflik pada lembaga atau organisasi dapat
terjadi baik dalam ranah individu (sesama anggota organisasi), antar individu dengan
kelompok baik sesama anggota lembaga maupun lintas lembaga.
Konflik dalam diri individu merupakan konflik internal yang terjadi pada diri
seseorang (intrapersonal conflict). Konflik ini terjadi saat seseorang berhadapan dengan
dua atau lebih opsi-opsi pilihan sebagai tujuan yang saling berkaitan. Handoko (1995)
mengemukakan bahwa konflik dalam diri individu terjadi apabila seorang individu
menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang diharapkan, apabila berbagai
permintaan pekerjaan saling bertentangan. Menurut Winardi (2007), terdapat tiga tipe
konflik pada tingkat individu.
a. Konflik vertikal terjadi antar kelompok dalam tingkatan sosial yang berbeda atau
terjadi antara pimpinan dan bawahan yang tidak sependapat tentang cara terbaik
untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya, konflik yang terjadi antara Kepala
Sekolah dan karyawan, antara Kepala Kurikulum dan ketua PPDB.
b. Konflik horizontal terjadi pada kelompok yang tingkatan sosialnya sama atau
terjadi antar pegawai yang memiliki hierarki yang sama dalam organisasi.
Misalnya, antar guru dengan guru.
c. Konflik lini-staf sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang
keterlibatan staf dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini.
Misalnya, konflik antara Kepala Sekolah dan Guru pelajaran.
d. Konflik peran terjadi karena seseorang memiliki lebih dari satu peran. Misalnya,
kepala Seolah yang merangkap sebagai ketua tim PPDB.
Konflik antar organisasi terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan
pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak negatif terhadap
organisasi lain.
Misalnya, konflik yang terjadi antara Lembaga pendidikan Islam dengan salah
satu Lembaga pendidikan formal bentukan pemerintah.Umumnya, konflik yang terjadi
dalam sebuah organisasi dapat diklasifikasi menjadi enam level sebagai berikut:
1. Konflik intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang.
Konflik intrapersonal akan terjadi ketika individu harus memilih dua atau lebih
tujuan yang saling bertentangan serta tidak mengerti mana yang harus dipilih
untuk dilakukan. Misalnya seorang manajer mungkin merasa konflik
intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi guru, loyalitas terhadap
pekerjaan dan loyalitas kepada peserta didik.
2. Konflik interpersonal, konflik ini terjadi antara dua orang atau lebih, di mana
nilai, tujuan, dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang
secara konstan berinteraksi dengan orang lain sehingga, ditemukan perbedaan-
perbedaan. Sebagai contoh seorang operator Sekolah sering mengalami konflik
dengan teman sesama operator, atasan, dan Wali Kelas.
3. Konflik intra kelompok, konflik ini terjadi ketika seseorang di dalam kelompok
melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan tujuan, dengan contoh, guru mata
pelajaran tidak meng-input nilai hasil ujian, sehingga hal ini akan meghambat
kinerja wali kelas dalam membagikan raport semester peserta didik.
4. Konflik intergrup, konflik ini terjadi antar kelompok. Konflik intergrup terjadi
karena adanya saling ketergantungan, perbedaan persepsi, perbedaan tujuan, dan
meningkatnya tuntutan keahlian. Konflik ini dapat timbul ketika masing-masing
kelompok bekerja untuk mencapai tujuan kelompoknya. Sumber konflik jenis ini
adalah hambatan dalam mencapai kualitas jasa layanan.
5. Konflik intra organisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu
organisasi. Konflik intraorganisasi meliputi empat sub jenis seperti berikut;
a. Konflik vertikal terjadi antara pimpinan dan bawahan yang tidak sependapat
tentang cara terbaik untuk menyelesaikan suatu persoalan.
b. Konflik horizontal adalah konflik yang terjadi antara individu dengan
individu yang memiliki kedudukan/ jabatan setingkat. Konflik ini juga dapat
disebut konflik yang terjadi antara unit, bagian/departemen satu dengan yang
lainnya dan memiliki kedudukan setingkat, atau konflik yang terjadi antara
pejabat satu dengan pejabat yang lainnya pada tingkatan eselonnya sama
dalam suatu organisasi. Terjadi antar karyawan atau departemen yang
memiliki hierarki yang sama dalam organisasi.
c. Konflik lini-staf terjadi karena adanya perbedaan persepsi tentang
keterlibatan staf dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer lini.
d. Konflik peran terjadi karena seseorang memiliki lebih dari satu peran.
Ditinjau dari tujuannya konflik dalam suatu organisasi, jenis konflik terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Konflik fungsional (konstruktif). Konflik ini dapat pula disebut dengan konflik
yang konstruktif karena keberadaan konflik ini dengan sengaja dikonstruksikan
atau diprogramkan oleh organisasi. Dengan demikian maka konflik tersebut
bersifat positif serta mendukung program-program penyempurnaan maupun
pengembangan organisasi dan jajarannya. Konflik fungsional tersebut banyak
dikembangkan organisasi-organisasi bisnis internasional guna diperlombakan
antara departemen yang satu dengan departemen yang lainnya dalam organisasi
untuk penyempurnaan produk barang dan jasa juga untuk mempercepat dan
memperlancar proses pemasaran produk. Dengan demikian segala perubahan
yang terjadi dalam organisasi maupun di luar organisasi senantiasa sudah dapat
dipantau, diprediksi dan diantisipasi sebelumnya, produk apa yang harus
dihasilkan, dipasarkan di mana, berapa konsumennya, serta berapa besar
keuntungan yang akan diperoleh. Konflik yang fungsional atau konflik yang
bermanfaat bagi organisasi ini menggambarkan adanya konfrontasi antara
kelompok-kelompok yang akan mempertinggi kinerja dan daya saing organisasi
yang sangat menguntungkan hasil karya organisasi. Untuk ini maka masing-
masing departemen harus banyak melakukan kreasi dan inovasi dengan
melakukan promosi yang gencar terhadap produk barang dan jasa yang akan
dipasarkan pada konsumen.
2. Konflik destruktif, konflik ini banyak didasarkan pada iri hati, sakit hati, emosi
dan pemikiran-pemikiran yang bersifat negatif. Oleh karena itu sudah dapat
dipastikan bahwa konflik yang destruktif ini akan menghambat dan tidak akan
mendukung proses pencapaian tujuan organisasi, bahkan dapat pula
menggagalkan tujuan organisasi yang pada akhirnya akan merugikan semua
pihak, baik individu, kelompok kelompok yang terlibat konflik maupun
organisasi (Sudarmanto dkk., 2021) .
Kesimpulan
Konflik sering muncul dalam aspek kehidupan, baik konflik di dalam individu
maupun konflik antar perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar
kelompok. Konflik juga muncul pada organisasi baik sektor publik maupun swasta
konflik tidak dapat dihindarkan. Sumber utama timbulnya konflik sesungguhnya dari
adanya perbedaan. Sumber konflik yang lain yaitu terbagi dari dalam dan luar individu.
Dari dalam diri individu misalnya adanya perbedaan tujuan, nilai, kebutuhan serta
perasaan yang terlalu sensitif. Dari luar diri individu misalnya adanya tekanan dari
lingkungan, persaingan, serta langkanya sumber daya yang ada. Meskipun demikian,
Konflik dan stres dalam lembaga pendidikan Islam tidak selalu berdampak negatif,
sebaliknya implikasi konflik dapat mendorong seluruh anggota lembaga melakukan
perubahan positif.
1. Apa yang di Maksud dengan koflik dan stres dalam ranah organisasi dan lembaga
pendidikan Islam?
2. Seperti apa bentuk konflik yang terjadi di dalam lembaga pendidikan Islam?
10
11