Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI RUANG


PUBLIK
Muhammad Harits Izzuddin (A1B322011)
Pendidikan Bahasa Indonesia R001
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
Universitas Jambi

1. PENDAHULUAN

Era Industri 4.0 merupakan era kemajuan teknologi yang pesat. Segala sesuatu yang dulu dilakukan
dengan tangan difokuskan pada hal-hal digital. Perkembangan teknologi sekarang mempengaruhi semua
kehidupan dan masyarakat dengan menciptakan hal-hal baru. Tentu saja, perubahan ini diharapkan oleh
berbagai kalangan dimasyarakat terutama di kalangan milenial. Milenial sangat paham dengan
perkembangan teknologi saat ini. Teknologi digital merupakan cara yang harus dikuasai oleh kaum milenial
untuk mengakses informasi dan menggunakan cara tersebut sebagai wadah pembelajaran dan pertukaran
informasi.
Penggunaan media saat ini, khususnya media sosial sudah tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan
masyarakat terutama kaum milenial. Menggunakan berbagai jenis perangkat dan aplikasi kini sudah menjadi
bagian dari kehidupan setiap orang, terutama menggunakan media sosial untuk mengakses dan bertukar
informasi. Penggunaan berbagai media seperti Facebook, Instagram, Twitter, Youtube dan Tiktok menjadi
hal yang penting bagi setiap kalangan. Oleh karena itu, penggunaan media sosial memberikan dampak yang
besar baik dalam pemikiran maupun perilaku karena tidak ada hambatan dalam menggunakan media sosial.
Berinteraksi di media sosial tentunya tidak lepas dari cara kita berbicara, hal ini sangat erat kaitannya
dengan ragam bahasa yang digunakan generasi milenial untuk berkomunikasi di media social serta hal
tersebut harus didukung dengan peran generasi milenial yang harus tetap mewaspadai perkembangan
teknologi agar mampu bersaing dengan negara lain yang penggunaan teknologi semakin pesat dan
meningkat dari hari ke hari.

2. LANDASAN TEORI

A. Media Sosial Sebagai Ruang Publik

Ruang publik adalah bagian terpenting dari negara – negara yang memiliki ideologi demokrasi.
Demokrasi dapat bekerja dengan baik jika di negara ini memiliki ruang publik di mana setiap orang
memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dan menyuarakan ide serta pemikiran mereka (Littlejohn,
2009). Didalam pelaksanaannya, terdapat tiga prinsip utama yang diterapkan pada ruang publik yaitu :
(Saleh, 2004)
1. Akses yang mudah terhadap informasi
Teknologi modern memungkinkan anggota masyarakat untuk mengakses informasi. Pada awal
perkembangan ruang publik, kesempatan ini hanya didapatkan oleh segelintir orang, yaitu kaum
borjuis. Eksistensi masyarakat semakin meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan media
sosial. Media sosial semakin memberikan kesempatan kepada setiap orang di komunitas untuk
mengungkapkan pendapatnya dan mendiskusikannya di forum publik. Namun, keberadaan media
sosial di masyarakat menimbulkan masalah tersendiri ketika pemilik media berkonsentrasi pada
sekelompok kecil pengusaha media. Dikombinasikan dengan kepentingan politik pemilik media
juga memberikan warna pada isi berita. Inilah yang menyebabkan kurangnya pengakuan dalam
politik
2. Tidak ada hal yang istimewa (privilege) antar peserta.
Ini berarti bahwa setiap orang dalam komunitas adalah sama dalam hal komunikasi konseptual.
Tidak ada kelompok yang lebih dominan dari yang lain
3. Partisipan dapat mengemukakan alasan rasional dalam berdiskusi mencari konsensus.
Alasan yang rasional merupakan syarat yang diperlukan untuk pencapaian tempat umum yang
baik. Logika argumentasi akan membuat terjadinya argumentasi yang dapat dijelaskan kepada
sumber informasi yang benar dan tepat, sehingga terhindar dari peristiwa perdebatan sengit atau
adu emosi antar peserta.
Media sosial yang menjadi turunan internet saat ini menjadi ruang terbuka yang dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat digital. Menurut Poespowardojo “Pemahaman spontan mengenai ruang publik
sebagai ranah yang terbuka bagi setiap orang untuk terlibat di dalamnya secara bebas ternyata secara historis
berkembang meninggalkan maknanya yang bersifat spontan, dipahami menjadi sebuah konsep politik yang
mengajukan sejumlah syarat bagi setiap orang untuk terlibat di dalamnya. Habermas menyadari makna
ruang publik yang secara politis dikonsepkan sebagai sebuah sistem interaksi yang merefleksikan maknanya
yang spontan sebagai sebuah kemungkinan yang terbuka bagi siapa pun untuk terlibat didalamnya” (S
Poespowardojo, 2016).
Perkembangan media social sebagai representasi ruang publik masa kini. Hal ini didukung karena media
sosial memungkinkan setiap orang untuk berpartisipasi secara instan didalam forum – forum public yang
tersedia. Banyak orang menggunakan kesempatan ini untuk terlibat, beberapa orang menggunakan media
sosial untuk kegiatan berbagi informasi. Namun, banyak juga orang yang menggunakan media sosial untuk
menyebarkan informasi untuk menampilkan dirinya sebagai bentuk eksistansi keberandaan dirinya. Hal ini
terjadi pada berbagai macam lapisan masyarakat mulai dari kalangan masyarakat kelas atas dan bawah, tua
atau muda, laki-laki atau perempuan, bahkan dari pengamen hingga presiden, mereka menggunakan media
sosial untuk menyampaikan informasi tentang apa yang mereka lakukan.
B.
C.
3. PENUTUP

Penggunaan bahasa di media sosial tidak boleh mengikuti tren, khususnya dengan adanya penggunaan
kecil yang secara tidak langsung dapat merusak keutuhan bahasa Indonesia dengan cara yang tidak adil.
Kuatnya pengaruh media sosial saat ini merupakan cara yang tepat untuk melafalkan dan mendorong
generasi muda untuk menggunakan bahasa Indonesia agar perkembangan bahasa gaul tidak menguasai
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kebiasaan menggunakan bahasa gaul akan membuat
generasi milenial sulit menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah bahasa, terutama di lingkungan.
Banyak generasi milenial akan kesulitan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika
milenial terobsesi membuat lelucon dan ucapan dalam bahasa asing yang membuat bahasa Indonesia akan
berhenti menegaskan identitasnya sebagai bahasa negara.

4. BIBLIOGRAPHY

Littlejohn, F. (2009). Encyclopedia of Communication Theory. California: Sage Publications.


S Poespowardojo, A. (2016). Diskursus Teori-teori Kritis. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Saleh, R. (2004). Potensi Media sebagai Ruang Publik. Depok: Ilmu Komunikasi Departemen Ilmu .

Anda mungkin juga menyukai