Anda di halaman 1dari 2

Bab 1

Langit hari ini terlihat begitu cerah tiada satupun getiran awan yang biasanya terlihat
membayangi ufuk, sinar mataharipun membuatku terpana akan kilaunya karena pada saat ini
adalah satu-satunya masa dimana panasnya sama sekali tidak mencerca tubuhku. Pagi yang
sempurna untuk mengawali hari, aroma wangi ala gatsby tercium dari tubuhku mungkin agak
terlalu menyengat tapi ini disebabkan oleh keteledoranku sendiri sebelum aku pergi
meninggalkan rumah. Saat itu aku menumpahkan terlalu banyak gel rambut yang membuatku
terpaksa membasuhkan semua benda lengket itu ke kepalaku, sungguh menjengkelkan. Aku
berjalan menyusuri jalan pertama yang belum pernah kulewati sebelumnya yang mungkin bagi
orang sekitar sini adalah jalan biasa yang selalu mereka gunakan setiap hari tapi bagiku ini
merupakan potongan kenangan baru yang akan tercatat ke dalam memoriku. Saat aku
menyusuri jalan terlihat seorang pedagang roti disebelah pertigaan jalan yang sedang berdiri
menunggu pelanggannya, ia menjajakan roti menggunakan sebuah sepeda motor yang terlihat
begitu usang, itu menandakan pemiliknya mungkin terlalu malas untuk membersihkannya atau
bisa juga ia sama sekali tidak memiliki waktu luang untuk membersihkannya, entahlah. Saat aku
mulai melewatinya ia menyapaku.
“Berangkat sekolah kah dek?”
“Iya pak.”
“Rajin sekali ya kamu, jam segini sudah berangkat”
“Kebetulan saya murid pindahan, jadi mau tidak mau saya harus berangkat pagi.”
“Begitu ya, moga-moga kamu betah disini.”
“iya pak mari...”
“Ya.”
Perkataannya itu kupikir mencerminkan kalau ia memang benar-benar akrab dengan wilayah
ini, dan cara menyapanya juga sama seperti orang tua biasa yang bertemu dengan seorang
anak SMA yang sedang berangkat sekolah di pagi hari.
Mungkin kurasa orang lain yang menemuiku nanti pun akan mengatakan hal yang sama karena
ya, aku ini memang siswa SMA sekaligus warga pindahan yang baru saja datang. Tak perlu
banyak berpikir orang-orang juga pasti akan melakukan interaksi yang general terhadap orang
baru yang asing di wilayah yang ia kenal. Ayahku merupakan seorang yang bisa dibilang sangat
sibuk karena itu setiap dia sampai dirumah terkadang hanya ada aku di ruang keluarga yang
menyambutnya. Sedangkan Ibuku adalah seorang wanita tangguh yang sangat pengertian,
walaupun ia bekerja dari pagi sampai sore ia masih menyempatkan diri untuk menyiapkan
sarapan dipagi hari dan makan malam untuk empat orang diriku beserta adikku, walaupun
terkadang kami juga makan malam tanpa Ayah tapi aku merasa cukup dengan semua itu,
karena waktu dan kebersamaan kami walaupun tak banyak bagiku adalah hal yang paling
berarti.
Adik perempuanku juga baru saja menjadi murid pindahan sepertiku, ia duduk dikelas sembilan
sedangkan Aku berada di kelas sebelas. Dia gadis yang terbilang cukup dewasa untuk umurnya
atau malah, terlalu dewasa bagiku. Sudah banyak kejadian diluar nalar yang telah kami alami
tapi karena ini baru permulaan mungkin akan aku ceritakan saja nanti.
Rutinitas kami setiap hari sama seperti keluarga pekerja pada umumnya, pagi hari kami bangun
lebih awal untuk bersiap-siap. Dan kadang aku membantu ibu untuk menyiapkan sarapan
didapur atau memberi makan ikan peliharaan yang kami bawa dari rumah kami sebelumnya.
Tapi sepertinya waktu kredibelku di pagi hari kali ini akan habis oleh rutinitas lampau paling
melelahkan jiwa dan pikiranku yang kembali terulang lagi, yaitu berusaha membangunkan
adikku yang masih terlelap seperti putri tidur. Benar-benar merepotkan.
Untuk pekerjaan rumah kami selalu menyewa jasa seorang asisten rumah tangga untuk
mencuci pakaian, bersih-bersih, dan lain-lain tapi untuk bagianku aku lebih suka
mengerjakannya sendiri. Tiap pulang sekolah aku selalu mengecek apakah pakaian kotor sudah
menumpuk atau belum, dan di akhir pekan aku selalu membersihkan daerah-daerah rumah
yang bisa kujangkau. Walau bagiku itu melelahkan tapi memang begitulah diriku, sewaktu kecil
aku selalu diajarkan untuk mengerjakan suatu hal yang setidaknya dapat mengurangi beban
orang lain. Dan sampai aku beranjak remaja sekarangpun aku masih konsisten melakukannya
karena bagi diriku sendiri itu sudah menjadi sebuah tanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai