Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL BOOK REVIEW (CBR)

OLEH :

PRETTY NAOMI SITOMPUL

(187018023)

Dosen Pengampu :

Dr. Ahmad Albar Tanjung, M.Si

Magister Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara

2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …...................………………………...…………………..……………..… 2

KATA PENGANTAR ……….……………………………………………........................ 4

I. PENDAHULUAN …..................……….…………………………………………….... 5

1.1. Latar Belakang CBR ............….………………………………………….. 5

1.2. Tujuan Penulisan CBR ……………………….…………………………….. 5

1.3. Manfaat CBR …………………………….……………………………….. 6

1.4. Identitas Buku …………………………….……………………………….. 6

II. RINGKASAN ISI BUKU …………………………………………………….. 8

2.1. Ringkasan Buku Utama ...........….………………………………………….. 8

2.2. Ringkasan Buku Pembanding I …………….…………………………….... 9

2.3. Ringkasan Buku Pembanding II …………….…………………………….... 9

2.4. Ringkasan Buku Pembanding III …………….…………………………….... 12

2.5. Ringkasan Buku Pembanding IV …………….…………………………….... 12

III. PEMBAHASAN ............................…….……………………………..……………... 14

3.1. Kritik Buku Utama .....................………….………….……….……..……... 14

3.2. Kritik Buku Pembanding I..........………….………….……….……..……... 14

3.3. Kritik Buku Pembanding II.........………….………….……….……..……... 15

3.4. Kritik Buku Pembanding III........………….………….……….……..……... 15

3.5. Kritik Buku Pembanding IV........………….………….……….……..……... 15

3.6. Perbandingan Buku Utama dan Keempat Buku Pembanding .……..…….... 16

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ..…….……………………………..……………... 17

2
4.1. Kesimpulan ..............................………….………….……….……..……... 17

4.2. Saran .........................................………….………….……….……..…….. 17

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...… 18

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
saya kesempatan dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga kritik buku (critical book
report) ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak
Dr. Ahmad Albar Tanjung, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah ekonomi industri yang
telah membimbing kami mahasiswa/i semester tiga tahun ajaran 2018/2019. Dalam makalah
ini membahas mengenai integrasi vertikal dengan buku utama yang berjudul The Economics
of Franchising oleh Roger D. Blair dan Francine Lafontaine serta buku pembanding I yang
yang berjudul Handbook of New Institutional Economics oleh Claude Ménard dan Mary M.
Shirley, buku pembanding II berjudul Hukum Persaingan Usaha oleh Dr. Andi Fahmi Lubis,
SE, ME, dkk, buku pembanding III berjudul Managerial Economics and Business Strategy
oleh Michael R. Baye, dan buku pembanding IV berjudul The Vertical Integration of
Production: Market Failure Considerations oleh Oliver E Williamson bertujuan untuk
memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang konsep serta pemahaman mengenai
integrasi vertikal di dalam pasar perdagangan. Selaku manusia biasa, saya menyadari bahwa
dalam hasil makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja.
Oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dansaran. Saya berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya pada mata kuliah ekonomi industri Magister Ilmu
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Medan, 20 Desember 2019

Penulis

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim di karenakan rendahnya minat


baca masyarakat pada saat ini. Mengkritik buku salah satu cara yang dilakukan untuk
menaikkan ketertarikan minat baca seseorang terhadap suatu pokok bahasan. Tinjauan
buku secara kritis (critical book review) ini adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai
sebuah hasil karya atau buku, baik berupa buku fiksi ataupun nonfiksi, juga dapat
diartikan sebagai karya ilmiah yang melukiskan pemahaman terhadap isi sebuah buku.

Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu
buku melainkan untuk menjelaskan apaa danya suatu buku yaitu kelebihan atau
kekurangannya yang akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku
kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku
tersebut. Yang lebih jelasnya dalam mengkritik buku, kita dapat menguraikan isi pokok
pemikiran pengarang dari buku yang bersangkutan diikuti dengan pendapat terhadap isi
buku.

Uraian isi pokok buku memuat ruang lingkup permasalahan yang dibahas
pengarang, cara pengarang menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan, konsep dan
teori yang dikembangkan, serta kesimpulan. Dengan demikian laporan buku atau resensi
sangat bermanfaat untuk mengetahui isi buku selain itu, akan tahu mengenai kekurangan
dan kelebihan dari isi buku yang telah dibaca. Untuk itu, diharapkan kepada pembaca
agar mengetahui dan memahami mengenai laporan buku atau resensi sehingga dapat
menilai isi buku tersebut dengan baik dan bukan hanya sekedar membaca sekilas buku
tersebut melainkan dapat memahami apa yang ada dalam buku tersebut secara
mendalam.

1.2. Tujuan Penulisan Critical Book Report (CBR)

Tinjauan buku secara kritis (critical book review) ini dibuat sebagai salah satu
referensi ilmu yang bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca
dalam mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu buku, menjadi bahan pertimbangan,

5
dan juga menyelesaikan salah satu tugas individu mata kuliah Ekonomi Industri
Magister Ilmu Ekonomi Sumatera Utara.

1.3. Manfaat Penulisan Critical Book Report (CBR)


1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah
buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
3. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang
sama atau penulis lainnya.
4. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi buku.

1.4. Identitas Buku

BUKU UTUMA
• Judul Buku : The Economics of Franchising 1
• Penulis : Roger D. Blair dan Francine Lafontaine
• Penerbit : Cambridge University Press
• Tebal Buku : 350 halaman
• Tahun Terbit : 2005
• ISBN-10 : 0521772524
• ISBN-13 : 978-0521772525

BUKU PEMBANDING I
• Judul Buku : Handbook of New Institutional Economics2
• Penulis : Claude Ménard dan Mary M. Shirley
• Penerbit : Springer, Berlin, Heidelberg
• Tebal Buku : 884 halaman
• Tahun Terbit : 2008
• ISBN : 978-3-540-69305-5

6
BUKU PEMBANDING II
• Judul Buku : Hukum Persaingan Usaha3
• Penulis : Dr. Andi Fahmi Lubis, SE, ME, dkk
• Penerbit : Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
• Tebal Buku : 454 halaman
• Tahun Terbit : 2017
• ISBN : 978-602-97269-0-9

BUKU PEMBANDING III


• Judul Buku : Managerial Economics and Business Strategy4
• Penulis : Michael R. Baye
• Penerbit : McGraw-Hill
• Tebal Buku : 620 halaman
• Tahun Terbit : 2006
• ISBN : 0072983892, 9780072983890

BUKU PEMBANDING IV
• Judul Buku : The Vertical Integration of Production: Market Failure
Considerations5
• Penulis : Oliver E Williamson
• Penerbit : The American Economic Review
• Tebal Buku : 11 halaman
• Tahun Terbit : 1971

7
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1. Ringkasan Buku Utama

Pada saat perusahaan hulu memutuskan untuk mendistribusikan serta memproduksi


produknya, atau memiliki semua outletnya, maka akan sepenuhnya terintegrasi secara
vertikal. Kinerjanya sebagai perusahaan yang terintegrasi secara vertikal memberikan tolak
ukur yang bermanfaat terhadap berbagai pengaturan kerjasama yang dapat diukur sebagai
alternatif yang sesuai. Karena perusahaan yang terintegrasi secara vertikal menghasilkan dan
mendistribusikan produknya, fungsi keuntungannya di pasar hilir dapat dituliskan sebagai
berikut:

Π = P Q – (MCP + MCR)Q,

di mana harga dan kuantitas yang dijual di pasar ini adalah P and Q, masing-masing, marjinal
(dan rata-rata) biaya produksi adalah MCP, dan marjinal (dan rata-rata) biaya ritel adalah
MCR. Kondisi pertama untuk memaksimum adalah :

d Π / d Q = P + Q d P / d Q - MCP - MCR = 0,

P*

π
C* MCP + MCR
MCP

MR D
MCR

0 Q* Q

Gambar 1. Hasil Integrasi Vertikal

8
Pendapatan marjinal harus sama dengan jumlah dari biaya marjinal produksi dan
distribusi. Hal ini ditunjukkan pada gambar 1 untuk kasus sederhana dari permintaan linear
dan biaya marginal konstan. Harga dan kuantitas optimal ditunjukkan sebagai P* dan Q*.
Dapat dilihat bahwa pada Q* pendapatan marjinal (MR) sama dengan jumlah dari biaya
marjinal produksi dan ritel. Berdasarkan asumsi tersebut, perusahaan yang terintegrasi
secara vertikal akan menghasilkan laba maksimum yang dapat diperoleh dari pasar ini, yaitu:

Π* = (P* - C*) Q*,

Dimana C* menunjukkan jumlah dari MCP dan MCR. Solusi ini memberikan tolak ukur yang
dapat menilai kemanjuran berbagai kerjasama perusahaan.

2.2. Ringkasan Buku Pembanding I

Berdasarkan penelitian Paul L. Joskow disimpulkan bahwa tidak ada satu pun teori
integrasi vertikal tunggal itu ada pada saat ini atau kemungkinan ada di masa depan. Ada
banyak jenis ketidaksempurnaan pasar yang dapat menyebabkan pihak-pihak yang
bertransaksi beralih ke integrasi vertikal sebagai pengaturan tata kelola alternatif untuk
transaksi pasar, yang mengakui bahwa integrasi vertikal adalah salah satu dari banyak
alternatif tata kelola dengan mengandalkan kerjasama pasar. Beberapa teori mendukung
motivasi efisiensi untuk integrasi vertikal. Beberapa karya teoritis juga mendukung motivasi
pengurangan anti persaingan untuk integrasi vertikal. Secara keseluruhan, Paul L. Joskow
berpendapat bahwa ada dukungan substansial dalam literatur empiris untuk berbagai
motivasi efisiensi integrasi vertikal. Ada juga dukungan empiris minimal untuk motivasi
pengurangan antikompetitif.

Ini menunjukkan bahwa ada sedikit dukungan empiris pada kecurangan dan hukum
tradisional undang-undang antimonopoli terhadap integrasi vertikal dan pengaturan
kerjasama vertikal non-standar terkait, kecuali dalam kondisi ekstrim di mana perusahaan
mengendalikan kemacetan fasilitas monopoli yang memiliki insentif dan kemampuan untuk
melakukan strategi pengurangan yang anti-kompetitif.

2.3. Ringkasan Buku Pembanding II

Ketika suatu pelaku usaha ingin pangsa pasar yang dimilikinya menjadi lebih besar,
pertumbuhan perusahaan dan perolehan laba yang semakin meningkat, tingkat efesiensi
yang semakin tinggi dan juga untuk mengurangi ketidakpastian akan pasokan bahan baku
yang dibutuhkan dalam berproduksi dan pemasaran hasil produksi, biasanya perusahaan

9
akan melakukan penggabungan ataupun kerja sama dengan pelaku-pelaku usaha lain yang
secara vertikal berada pada level yang berbeda pada proses produksi, maka kerja sama ini
disebut integrasi vertikal. Jadi integrasi vertikal terjadi ketika satu perusahaan melakukan
kerja sama dengan perusahaan lain yang berada pada level yang berbeda dalam suatu proses
produksi, sehingga membuat seolah-olah mereka merupakan satu perusahaan yang
melakukan dua aktivitas yang berbeda tingkatannya pada satu proses produksi.

Kalau pelaku usaha ingin meningkatkan penghasilan (revenue), biasanya yang umum
dilakukan adalah dengan cara meningkatkan produksi. Namun bagi perusahaan yang sudah
berproduksi dalam kapasitas penuh, rasanya sangat sulit untuk dapat meningkatkan
penghasilan yang lebih tinggi lagi. Dalam hal ini, maka peningkatan produksi hanya dapat
dilakukan pelaku usaha tersebut dengan meningkatkan skala perusahaannya. Terjadi
peningkatan dalam skala perusahaan akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan
produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan yang lebih tinggi lagi
dibandingkan sebelum pelaku usaha tersebut meningkatkan skala perusahaannya. Salah satu
jalan yang dilakukan pelaku usaha untuk meningkatkan skala perusahaan adalah melalui
penggabungan/integrasi dengan perusahaan lain yang berada pada level yang berbeda.

Dengan terjadinya integrasi vertikal (ke bagian hulu), maka risiko akan kekurangan
bahan baku tentunya menurun. Dan dari segi pengelolaan, jika sebelumnya dikelola secara
terpisah, maka setelah integrasi dapat menjadi manajemen tunggal. Dengan pengelolaan di
bawah manajemen tunggal, maka pengembangan pemasaran mungkin dapat dilakukan lebih
baik, sehingga dengan terjadinya integrasi antar pelaku usaha, perusahaan pelaku usaha
tersebut dapat meningkatkan efisiensinya, yang kemudian pada akhirnya dapat
menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi. Integrasi antar pelaku usaha
dapat juga dilakukan untuk saling menutupi kelemahan dari masing masing pelaku usaha
yang melakukan integrasi, karena sudah pasti setiap pelaku usaha memiliki kelemahan-
kelemahan tersendiri, misalkan satu perusahaan memiliki kelemahan dalam pengelolaan
sumber daya manusia, tetapi unggul dalam berproduksi dapat bergabung dengan pelaku
usaha lain yang mungkin memiliki kelebihan dalam pengelolaan sumber daya manusia tetapi
kurang dalam proses produksi, kemudian diharapkan dengan terjadinya integrasi kelemahan-
kelemahan yang ada dapat ditutupi atau bahkan dihilangkan.

Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang integrasi vertikal juga dapat
menimbulkan efek-efek negatif bagi persaingan di antara pelaku usaha, seperti:

10
1. Integrasi vertikal ke arah hulu (upstream) dapat mengurangi kompetisi di antara
penjual di tingkat hulu (upstream level), contohnya: seandainya pelaku
usaha/perusahaan perakitan kendaraan dihadapkan pada suatu keadaan di mana
pelaku usaha tersebut harus membeli bahan baku dari pelaku usaha pemasok bahan
baku (perusahaan pembuat besi baja) dengan harga oligopoli (umumnya pada
industri pembuatan besi baja hanya terdapat beberapa perusahaan besar saja). Dalam
keadaan seperti ini perusahaan perakitan kendaraan akan lebih menguntungkan jika
melakukan integrasi vertikal dengan perusahaan pembuat besi baja, sehingga
perusahaan perakitan kendaraan memiliki perusahaan pembuat besi baja sendiri,
yang kemudian perusahaan perakitan mobil tidak lagi menjadi korban dari perilaku
oligopoli (yang biasanya menerapkan harga di atas kewajaran) dari perusahaan
pembuat besi baja, tetapi kemungkinan nantinya perusahaan pembuat besi baja yang
melakukan integrasi vertikal dengan perusahaan perakitan kendaraan tidak bisa lagi
menjual produknya ke perusahaan perakitan kendaraan lain. Akibatnya harga besi
baja untuk perusahaan perakitan dapat menjadi lebih mahal lagi, karena semakin
berkurangnya pemasok besi baja bagi perusahaan-perusahaan perakitan kendaraan.
Dan ini juga dapat menjadi insentif bagi perusahaan perakitan kendaraan untuk
melakukan integrasi vertikal dengan perusahaan pembuat besi baja, yang pada
akhirnya semakin berkuranglah persaingan di antara perusahaan pembuat besi baja
yang memasok untuk industri perakitan kendaraan.
2. Memfasilitasi kolusi di antara pelaku usaha di tingkat hulu (upstream level),
di mana dengan semakin meluasnya integrasi vertikal dapat memfasilitasi kolusi
antar perusahaan manufaktur karena pemotongan harga terlalu mudah dideteksi
(alasan yang digunakan untuk kasus ini sama dengan yang digunakan untuk
menolak resale price maintenance).
3. Integrasi vertikal ke arah hilir (downstream integration) dapat memfasilitasi
diskriminasi harga, di mana integrasi sampai di tingkat retailer dapat memungkinkan
perusahaan manufaktur mempraktikan diskriminasi harga tanpa harus
mengkhawatirkan terhadap tindakan dari perusahaan retailer lainnya. Contohnya
sebuah perusahaan manufaktur yang menjual produknya di boutique dan di toko
diskon, harga yang diterapkan oleh boutique terhadap produknya biasanya lebih
mahal dibandingkan dengan harga yang diterapkan oleh toko diskon, hal tersebut
terjadi karena pemilik boutique melakukan mark-up yang setinggi-tingginya

11
terhadap pruduk yang dijual di gerainya untuk mendapatkan keuntungan yang
sebanyak-banyaknya. Memperhatikan perilaku dari boutique ini terkadang membuat
tidak jarang perusahaan manufaktur juga membuat sendiri boutique yang akan
menjual produk mereka dengan harga yang jauh lebih tinggi, sehingga dapat
menikmati juga keuntungan sebagai pemilik boutique.
4. Meningkatnya hambatan masuk (entry barriers) di mana pelaku usaha yang
harus melalui dua tahap jika ingin masuk ke dalam pasar, dengan semakin meluasnya
praktik integrasi vertikal, kemudian membuat perusahaan manufaktur yang ingin
masuk kedalam suatu industri, harus memiliki perusahaan pemasok sendiri yang
menjamin pasokannya karena perusahaan pemasok yang ada sudah terintegrasi
dengan perusahaan manufaktur yang lain, atau perusahaan manufaktur untuk
memasarkan produknya terpaksa harus memiliki perusahaan ritel tersendiri karena
perusahaan ritel yang ada juga sudah terintegrasi dengan perusahaan manufaktur
yang lain.

2.4. Ringkasan Buku Pembanding III

Integrasi vertikal mengacu pada situasi di mana berbagai tahapan dalam produksi
produk tunggal dilakukan dalam satu perusahaan. Misalnya, produsen mobil yang
memproduksi baja sendiri, menggunakan baja untuk membuat badan dan mesin mobil
dan akhirnya menjual mobil yang terintegrasi secara vertikal. Ini berbeda dengan
perusahaan yang membeli badan mobil dan mesin dari perusahaan lain dan kemudian
merakit semua bagian yang disediakan oleh pemasok yang berbeda. Merger Vertikal
adalah integrasi dua atau lebih perusahaan yang menghasilkan komponen untuk satu
produk. Dalam buku dengan topik integrasi vertikal ini dipelajari bahwa perusahaan
berintegrasi secara vertikal untuk mengurangi biaya transaksi terkait dengan
memperoleh input.

2.5. Ringkasan Buku Pembanding IV

Pasar produk adalah koordinasi properti yang luar biasa, setidaknya di antara para
ekonom, ini merupakan posisi yang aman. Pada saat pasar produk mengalami kegagalan
dalam berbagai hal dan pada saat organisasi internal dapat disubstitusikan terhadap
beberapa pasar. Perlakuan sistematis terhadap kegagalan pasar seperti inilah yang terjadi
pada integrasi vertikal.

12
Sebagian hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian pada organisasi internal:
sifat luar biasa perusahaan yang membedakan internal dari koordinasi pasar telah
diabaikan. Tetapi sifat terpecah-pecah dari literatur kegagalan pasar seperti yang
dikenakan pada integrasi vertikal juga berkontribusi terhadap kondisi ini; yaitu
beragamnya keadaan di mana internalisasi cenderung tidak sepenuhnya dihargai.

13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Kritik Buku Utama

Buku utama yang berjudul The Economics of Franchising merupakan buku karangan
Roger D. Blair dan Francine Lafontaine yang dalam bagian ini membahas mengenai
integrasi vertikal. Buku ini diterbitkan oleh Cambridge University Press dengan tebal buku
350 halaman.

Dalam pembahasannya menganai integrasi vertikal, buku ini sudah sangat bagus dan
cukup jelas karena dalam bab ini di jelaskan secara lengkap mengenai pengertian integrasi
vertikal yaitu dimana suatu perusahaan hulu memutuskan untuk mendistribusikan serta
memproduksi produknya, atau memiliki semua outletnya. Topik integrasi vertikal dalam
buku ini juga disertai dengan model serta grafik yang menunjukkan hasil integrasi vertikal.

3.2. Kritik Buku Pembanding I

Buku pembanding I berjudul Handbook of New Institutional Economics yang di buat


oleh Claude Ménard dan Mary M. Shirley yang dalam bagian ini membahas mengenai
integrasi vertikal. Buku ini diterbitkan di Springer, Berlin, Heidelberg dengan tebal buku
884 halaman.

Buku ini berisi tentang kumpulan penelitian beberapa orang yang membahas
beberapa topik. Dalam makalah ini yang di bahas yaitu mengenai integrasi vertikal yang
dilakukan oleh Paul L. Joskow, dimana hasil kesimpulan dari penelitian Paul L. Joskow
mengatakan bahwa tidak ada satu pun teori integrasi vertikal tunggal itu ada pada saat ini
atau kemungkinan ada di masa depan. Ada banyak jenis ketidaksempurnaan pasar yang
dapat menyebabkan pihak-pihak yang bertransaksi beralih ke integrasi vertikal sebagai
pengaturan tata kelola alternatif untuk transaksi pasar, yang mengakui bahwa integrasi
vertikal adalah salah satu dari banyak alternatif tata kelola dengan mengandalkan kerjasama
pasar.

Dalam buku ini hanya di bahas secara deskriptif mengenai integrasi vertikal. Buku
ini sudah cukup baik bahwa secara teori dapat di mengerti mengenai integrasi vertikal. Akan

14
tetapi buku ini belum memberikan penjelasan melalui grafik yang menunjukkan hasil
integrasi dan juga tidak menggunakan model dalam penelitiannya.

3.3. Kritik Buku Pembanding II

Buku pembanding II berjudul Hukum Persaingan Usaha yang di buat oleh Dr. Andi
Fahmi Lubis, SE, ME, dkk yang dalam bagian ini membahas mengenai integrasi vertikal.
Buku ini diterbitkan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dengan tebal buku
454 halaman.

Buku ini berisi tentang hubungan bidang perekonomian dengan bidang hukum.
Dalam pembahasan mengenai integrasi vertikal di buku ini, lebih rinci di jelaskan mengenai
pengertian integrasi vertikal tersebut dan di tambahkan lagi dengan penjelasan efek-efek
negatif dari integrasi vertikal bagi persaingan di antara pelaku usaha.

Karena buku ini merupakan buku yang berhubungan dengan hukum perekonomian,
dalam buku ini tidak dijelaskan model maupun grafik terkait dengan dengan hasil integrasi
vertikal.

3.4. Kritik Buku Pembanding III

Buku pembanding III berjudul Managerial Economics and Business Strategy yang
di buat oleh Michael R. Baye yang dalam bagian ini membahas mengenai integrasi vertikal.
Buku ini diterbitkan oleh McGraw-Hill dengan tebal buku 620 halaman.

Buku ini hanya sekilas saja membahas mengenai integrasi vertikal. Sehingga tidak
cukup jelas untuk mendalami ilmi pengetahuan mengenai integrasi vertikal antar
perusahaan.

3.5. Kritik Buku Pembanding IV

Buku pembanding IV berjudul The Vertical Integration of Production: Market


Failure Considerations yang di buat oleh Oliver E Williamson yang dalam bagian ini
membahas mengenai integrasi vertikal. Buku ini diterbitkan di The American Economic
Review dengan tebal buku 11 halaman.

15
Ini merupakan jurnal penelitian mengenai integrasi vertikal. Penelitiannya sudah
sangat lama dilakukan yaitu pada tahun 1971. Akan tetapi pembahasannya tetap sama dan
sesuai dengan teori integrasi vertikal.

3.6. Perbandingan Buku Utama dan Keempat Buku Pembanding

Berdasarkan isi dari buku utama dan keempat buku pembanding, semuanya sudah
cukup jelas membahas mengenai integrasi vertikal. Buku utama sangat baik apabila ingin
dijadikan referensi dalam penelitian karena buku ini lengkap membahas mengenai
pengertian, model dan juga grafik hasil integrasi vertikal.

Meskipun isi dari buku utama dan keempat buku pembanding berbeda-beda dalam
menjelaskan mengenai integrasi, akan tetapi apabila digabungkan, kelima buku ini bisa
menjadi referensi yang lengkap karena dari tiap bukunya membahas pengertian dengan
contoh-contoh integrasi vertikal yang berbeda namun intinya tetap sama dan juga lengkap
menjelaskan mengenai model, grafik dan juga efek negatif dari integrasi vertikal tersebut.

16
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Integrasi vertikal adalah sebuah keadaan dimana seluruh tahap dalam rantai suplai
dimiliki oleh sebuah perusahaan. Integrasi ini berbeda dengan Integrasi Horizontal, dimana
sebuah perusahaan akan mengintegrasikan produksi beberapa produk yang masih dalam satu
tahap dalam rantai suplai. Integrasi vertikal dapat menjadi strategi bisnis yang sangat baik,
tetapi sangat sulit untuk diimplementasikan, dan jika gagal mengimplementasikannya, akan
sangat mahal untuk memperbaikinya.

4.2. Saran

Buku utama dan keempat buku pembanding sebaiknya bisa saling mengisi
kekurangannya. Bisa meningkatkan semangat penulis ketika ingin merevisi masing-masing
buku tersebut. Baik dari segi fisik buku maupun isi yang kurang baik dapat diperbaiki
dengan melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing buku. Materi yang kurang
jelas pemahamannya didalam buku utama maupun keempat buku pembanding hendaknya
bisa diperluas.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Blair, R. D. & Lafontaine, F. The Economics of Franchising. The Economics of
Franchising (2005) doi:10.1017/CBO9780511753879.
2. Ménard, C. & Shirley, M. M. Handbook of New Institutional Economics. (2008)
doi:10.1007/978-3-540-69305-5.
3. Lubis, A. F. et al. Hukum Persaingan Usaha. (Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU), 2017).
4. Baye, M. R. Managerial Economics and Business Strategy, Fifth Edition. (2006).
5. Williamson, O. E. The Vertical Integration of Production: Market Failure
Considerations. Am. Econ. Rev. 61, 112–123 (1971).

18

Anda mungkin juga menyukai