Anda di halaman 1dari 11

ILMU AL-LUGHOH AL-IJTIMA’I WA NAFSI

“ Teori Pembelajaran Bahasa “

DOSEN PENGAMPU

Marhamah Ulfa, M.Pd

NAMA : Raja Putri Rahmadani

NIM : 181520263

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

BENGKALIS
TA 2022/2023

2
IMPLEMENTASI TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
ARAB ( KAJIAN TERHADAP PEMIKIRAN BF. SKINNER)

Raja Putri Rahmadani

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis

rajaputrira@gmail.com

Abstrak

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penerapan teori behavioristik
dalam pembelajaran bahasa Arab yang dikaji terhadap pemikiran BF. Skinner. Teori belajar behaviorisme
berorientasi pada “hasil yang dapat diukur, diamati, dianalisis, dan diuji secara obyektif”. Pengulangan dan
pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari
penerapan teori behavioristik adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan
mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau
penilaian didasarkan pada perilaku yang tampak dalam pembelajaran peserta didik. Dengan diterapkannya
pembelajaran berdasarkan proses dari teori belajar B.F Skinner diharapkan mampu memotivasi siswa dalam
semangat belajar. Adapun Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode jenis kualitatif dengan
pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan teori B.F
Skinner ini, siswa yang tadinya memiliki perilaku yang sulit diatur dan kurang dalam pembelajaran setelah
diterapkan teori ini motivasi belajar siswa menjadi meningkat.

Kata Kunci : Teori Behavioristik, Belajar dan Bahasa Arab

PENDAHULUAN

Mengajar bukan semata-mata mentransfer ilmu yang dimilki oleh pendidik kepada
peserta didiknya. Pendidik dan peserta didik bukanlah benda mekanik atau robot akan tetapi
pendidik maupun peserta didik dalam dunia pendidikan adalah manusia yang tentunya
memilki keragaman, karakteristik dan ciri khas, serta kelebihan dan kekurangannya masing-
masing.

Belajar tentunya memiliki berbagai macam teori yang telah dicetuskan oleh para
pakar yang punya keahlian di berbagai bidang keilmuan punya sumbangsih yang penting
dalam merumuskan teori belajar. Pemikiran-pemikiran mereka tentang manusia dan

1
lingkungannya telah digunakan oleh para praktisi pendidikan dan pembelajaran untuk
merumuskan teori belajar dan mempraktikkannya dalam kenyataan.1

Ketika berbicara masalah belajar dan pembelajaran kita akan menemukan banyak
tokoh dan berbagai macam teori belajar serta aliran-alirannya, mulai dari belajar menurut
pandangan kaum behaviorisme, kognitifisme, konstruktivisme, humanisme. Namun artikel
ini, akan lebih memfokuskan pada teori belajar menurut BF.Skinner yang merupakan salah
satu tokoh behaviorsme.

Teori behavioristik memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa
dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah
mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang
diinginkan, dan guru pemberi hadiah siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan
bermakna sedangkan penguatan negative diberikan kepada siswa yang tidak mampu
memperlihatkan perubahan makna.

Teori belajar behaviorisme ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun
dari semua pendukung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behaviorisme. Program-program pembelajaran seperti
pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak
pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan oleh skinner (Budiningsih, 2005:21).2

Adapun kesulitan belajar bahasa Arab siswa diidentifikasikan bersumber dari dua
problem pokok, yaitu problem kebahasaan dan problem non kebahasaan. Problem
kebahasaan terdiri dari kesulitan dalam berbicara bahasa Arab, kesulitan menulis dan
kesulitan membaca yang disebabkan rendahnya penguasaan kosakata bahasa Arab. Selain itu,
Kesulitan nonlinguistik terkait faktor internal dan eksternal siswa berupa motivasi yang
rendah, sikap negatif dalam belajar yang dominan seperti malas dalam belajar, gaduh ketika
proses pembelajaran berlangsung dan tidak konsentrasi yangdistimulasi oleh penggunaan
strategi dan pendekatan yang monoton dan tidak relevan, media pembelajaran yang tidak
berbasis teknologi modern dan lingkungan belajar yang tidak kondusif. Selain, latar belakang

1
Safaruddin Safaruddin, “TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK,” Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan 8,
no. 2 (22 April 2020): 119, https://doi.org/10.47435/al-qalam.v8i2.239.
2
Muhammad Mahmudi, “PENERAPAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (KAJIAN
TERHADAP PEMIKIRAN BF. SKINNER),” t.t., 429–30.

2
kemampuan berbahasa Arab yang berbeda serta sarana prasarana yang tidak mendukung
dalam pembelajaran bahasa Arab.3

Oleh karena itu, ruang lingkup yang akan dibahas dalam artikel ini adalah pandangan
teori behavioristik tentang belajar menurut tokoh behaviorisme BF. Skinner serta
implementasi teori behavioristik dalam pembelajaran bahasa Arab.

PENELITIAN RELEVAN

Penelitian mengenai penerapan teori behavioristik dalam pembelajaran bahasa Arab


juga pernah dilakukan oleh Akla (2021) dengan judul Pengajaran Bahasa Arab Dengan
Pendekatan Behavioristik. Kesimpulan studi tersebut menunjukkan bahwa apa yang selama
ini dikatakan tentang belajar bahasa Arab sulit dan motivasi belajar siswa rendah tidak
terdapat alasan yang kuat. Studi tersebut menghasilkan temuan bahwa penggunaan
pendekatan behavioristik telah menstimulasi tumbuhnya motivasi siswa dalam belajar.
Motivasi belajar siswa telah memunculkan perilaku tekun, ulet, dan riang dalam mengikuti
proses pembelajaran. Selain peningkatan motivasi siswa dalam belajar, kemampuan bahasa
Arab siswa juga meningkat. Kemampuan ini meliputi penguasaan mendengar, kosakata,
membaca dan menulis. Penggunaan pendekatan behavioristik yang didesain sesuai dengan
perkembangan siswa menjadikan belajar mudah dan menyenangkan. Rasa mudah dan senang
dalam belajar telah meningkatkan penguasaan bahasa Arab siswa.4

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam artikel ini menggunakan metode atau pendekatan
kepustakaan (library research), Studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian ( Zed, 2003:3). Dalam penelitian studi pustaka
setidaknya ada empat ciri utama yang penulis perlu perhatikan diantaranya :Pertama,bahwa
penulis atau peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash)atau data angka, bukan dengan
pengetahuan langsung dari lapangan. Kedua,data pustaka bersifat “siap pakai” artinyapeniliti
tidak terjung langsung kelapangan karena peneliti berhadapan langsung dengan sumber data
yang ada di perpustakaan. Ketiga, bahwa data pustaka umumnya adalah sumber sekunder,
dalam arti bahwa peneliti memperoleh bahan atau data dari tangan kedua dan bukan data
orisinil dari data pertama di lapangan. Keempat, bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi
3
Akla Akla, “Pengajaran Bahasa Arab Dengan Pendekatan Behavioristik,” An Nabighoh 23, no. 1 (30 Juni 2021):
88–89, https://doi.org/10.32332/an-nabighoh.v23i1.3223.
4
Akla, 104.

3
oleh ruang dan waktu (Zed, 2003:4-5). Berdasarkan dengan hal tersebut diatas, maka
pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menelaah dan/atau mengekplorasi
beberapa Jurnal, buku, dan dokumen-dokumen (baik yang berbentuk cetak maupun
elektronik) serta sumber-sumber data dan atau informasi lainnya yang dianggap relevan
dengan penelitian atau kajian.5

KAJIAN TEORI

Teori Behavioristik

Pendiri aliran behaviorisme adalah John Broadus Watson (1878-1958), yang


mengatakan bahwa kesadaran hanya dapat dipelajari melalui proses intropeksi, sebuah alat
riset yang bisa diandalkan. Watson menganggap bahwa perhatian utama psikolog adalah
perilaku dan bagaimana prilaku bervariasi berdasarkan pengalaman yang beragam.

Poin utama behavioris adalah bahwa perilakulah yang seharusnya dipelajari karena
perilaku dapat dipelajari secara langsung. Kejadian-kejadian mental seharusnya diabaikan
karena tidak bisa dikaji secara langsung. Behaviorisme berpengaruh besar terhadap teori
belajar di Amerika. Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandang psikologi belajar tertentu.
Dengan perkembangan psikologi dalam pendidikan, maka dengan itu muncul berbagai teori
tentang belajar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan
tentang belajar, maka psikologi pendidikan di zaman mutakhir ini memunculkan secara
beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan. Salah satunya ialah teori belajar behavioristik
yang menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang menimbulkan
hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.

Dengan demikian, menurut teori behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang di anggap telah
belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.6

Belajar

5
Supriyadi Supriyadi, “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan antar Pustakawan,”
Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan 2, no. 2 (23 Februari 2017): 85,
https://doi.org/10.14710/lenpust.v2i2.13476.
6
Ulfiani Rahman, Memahami Psikologi dalam Pendidikan (Teori dan Aplikasi) (Makasar: Alauddin University
Pres, 2014), 20–21.

4
Hamalik (2009:55) menjelaskan bahwa belajar merupakan komponen ilmu
pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat
eksplisit maupun implisit. Belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerja
sama dan komprehensif integral.

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan yang
paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan. Sepenggal kalimat yang
pernah dikemukakan oleh Havighurst (1953) yang berbunyi living is learning, memberikan
gambaran bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting, sehingga tidaklah
mengherankan bahwa banyak orang ataupun ahli yang membicarakan masalah belajar.
Hampir semua pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku manusia dibentuk, diubah dan
berkembang melalui belajar. Kegiatan belajar dapat berlangsung dimana dan kapan saja. Oleh
sebab itu dibutuhkan cara belajar yang tepat untuk menghasilkan perubahan sikap yang baik
pula.7

Bahasa Arab

Bahasa merupakan modal utama dalam menjalin komunikasi antar sesama. Memasuki
era globalisasi, suatu era yang menjadikan umat manusia karena kemajuan teknologi,
komunikasi dan informasi menjadi satu kesatuan baik dalam bidang ekonomi, kebudayaan,
pendidikan, pandangan hidup, maupun bidang-bidang lainnya. Bahasa adalah alat dalam
berinteraksi, sebagai sarana untuk saling memahami, bertukar ide, pendapat dan perasaan,
bahkan bahasa itu adalah pondasi pertama dalam kemajuan peradaban dan meluasnya
berbagai karya ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan.

Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling tinggi kedudukannya dibandingkan


dengan bahasa-bahasa lain yang pernah ada dalam sejarah manusia. Ketinggiannya bersifat
mutlak disebabkan keistimewaan yang dihadiahkan Allah swt karena dipilihnya menjadi
bahasa kitab suciNya yang paling mulia yaitu al-Qur’an al karim. Linguis terkenal Ferguson
menyebutkan: “ Bahasa Arab itu dengan melihat jumlah pemakainya dan melihat
pengaruhnya terhitung bahasa Semit yang paling agung sekarang ini dan layak dianggap
sebagai salah satu bahasa yang paling penting di dunia.” Dan diakui oleh PBB sebagai bahasa
resmi keenam di dunia disamping bahasa Inggris, Perancis, Spanyol, Rusia dan China.8

7
Mahmudi, “PENERAPAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (KAJIAN TERHADAP
PEMIKIRAN BF. SKINNER),” 429.

5
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, pembelajaran bahasa Arab
sebagai bagian dari proses pendidikan nasional dituntut untuk terus melakukan pembaruan
dalam metodologi, perbaikan materi bahan ajar, pembenahan sarana dan prasarana
pendidikan termasuk diantaranya adalah media pembelajaran dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia pengajar agar profesional, inovatif, dan mempunyai daya saing atau
kompetitif. Proses pendidikan merupakan hal yang sangat kompleks, yang didalamnya
terlibat banyak unsur yang saling terkait, mulai dari guru, siswa, sarana, metode, strategi,
media dan lain-lain. Pendidikan bukan saja bicara tentang hasil, tapi lebih kompleks lagi,
sebenarnya pendidikan berkaitan dengan bagaimana proses untuk mencapai hasil.9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi teori behavioristik dalam pembelajaran bahasa Arab

Para pakar Psikologi belajar bahasa penganut faham Behaviorisme berpendapat


bahwa belajar bahasa berlangsung dalam lima tahap, yaitu:

a.Trial and error

b.Mengingat-ingat

c.Menirukan

d.Mengasosiasikan

e.Menganalogika

Dari kelima langkah tersebut dapat disimpulkan bahwa berbahasa pada dasarnya
merupakan proses pembentukan kebiasaan. Dalam teori behaviorisme, segala tingkah laku
manusia menjadi suatu prilaku berbahsa yang menjadi manifestasi stimulus dan respon yang
dilakukan terus-menerus menjadi suatu kebiasaan. Berdasarkan teori ini, pembelajaran
bahasa dilakukan dengan mendahulukan pengenalan keterampilan mendengar dan berbicara
daripada keterampilan lainnya, pemberian latihan-latihan dan penggunaan bahasa secara aktif
dan terus menerus, penciptaan lingkungan berbahasa yang kondusif, penggunaan media
pembelajaran yang memungkinkan siswa mendengar dan berinteraksi dengan penutur asli,
pembiasaan motivasi sehingga berbahsa asing menjadi sebuah prilaku kebiasaan.10
8
Masnun, “TEORI LINGUISTIK DAN PSIKOLOGI DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB DI LEMBAGA PENDIDIKAN
ISLAM,” Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (Juli 2018): 172–73.
9
Masnun, 174.
10
Mahmudi, “PENERAPAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (KAJIAN TERHADAP
PEMIKIRAN BF. SKINNER),” 433.

6
Ada beberapa kegiatan pembelajaran bahasa Arab yang dapat dikembangkan
berdasarkan teori ini, diantara yang penting adalah:

a. Pengenalan keterampilan mendengar dan berbicara sebagai awal dalam pembelajaran


sebelum ketrampilan membaca dan menulis.
b. Latihan dan penggunaan bahasa secara aaktif dan terus menerus agar pembelajar
memiliki ketrampilan berbahasa dan berbentuk kebiasaan menggunakan bahasa.
c. Penciptaan lingkungan berbahsa yang kondusif agar mendukung proses pembiasaan
berbahasa secara efektif.
d. Penggunaan media pembelajaran yang memungkinkan pembelajar mendebgar dan
berinteraksi dengan penutur asli.
e. emotivasi guru bahasa untuk tampil berbahsa secara baik dan benar, sehingga dapat
menjadi teladan yang baik bagi para siswanya dalam berbahasa.

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan menentukan keberhasilan dalam
proses pembelajaran bahasa arab adalah lingkungan (bi’ah, einvironment), tak terkecuali
lingkungan berbahasa. Dan tujuan penciptaan lingkungan berbahasa Arab, tak lain adalah:

1. Untuk membiasakan dalam memanfaatkan bahasa Arab secara komunikatif, melalui


praktek percakapan (muhadatsah), diskusi (munaqasyah), seminar (nadwah), ceramah
dan berekpresi melalui tulisan (ta’bir dan tahriry)
2. Memberikan penguatan (reinforcement) pemerolehan baha yang sudah dipelajari di
kelas.
3. Menumbuhkan kreativitas dan aktivitas berbahasa Arab yang terpadu antara teori dan
praktik dalam suasana informal yang santai dan menyenangkan.

Aplikasi teori ini menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis atau tes. Penyajian materi pelajaran mengikuti
urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evalusi menekan pada hasil, dan
evaluasi menuntut jawaban yang benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan belajaranya.

Guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak
banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat

7
diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan
supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.11

KESIMPULAN

Karakteristik teori behaviorisme terhadap pembelajaran bahasa diantaranya adalah:


penyajian materi lebih banyak dengan hiwar, lebih banyak melakukan peniruan dan
menghafal idiom-idiom, menyajikan satu kalimat dalam satu situasi, tidak menyajikan
strukstur nahwu secara terpisah, dan lebih baik dengan sistem deduktif, lebih menitik
beratkan pada ujaran, lebih banyak menggunakan bahasa dalam komunikasi dan banyak
menggunakan lab bahasa, memberikan reward bagi respon positif, mensuport untuk
berbahasa, perhatian lebih pada bahasa bukan isi bahasa.

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dan menentukan keberhasilan proses
pembelajaran bahasa adalah lingkungan (bi'ah, environment), tak terkecuali lingkungan
berbahasa. Dan tujuan penciptaan lingkungan berbahasa Arab , tidak lain adalah (1) untuk
membiasakan dan membiasakan dalam memanfaatkan bahasa Arab secara komunikatif,
melalui praktik percakapan (muhadatsah), diskusi (munaqasyah), seminar (nadwah), ceramah
dan berekspresi melalui tulisan (ta'bir tahriry); (2) memberikan penguatan (reinforcement)
pemerolehan bahasa yang sudah dipelajari di kelas; dan (3) menumbuhkan kreativitas dan
aktivitas berbahasa Arab yang terpadu anatara teori dan praktik dalam suasana informal yang
santai dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Akla, Akla. “Pengajaran Bahasa Arab Dengan Pendekatan Behavioristik.” An Nabighoh 23,
no. 1 (30 Juni 2021): 87. https://doi.org/10.32332/an-nabighoh.v23i1.3223.

11
Mahmudi, 444.

8
Mahmudi, Muhammad. “PENERAPAN TEORI BEHAVIORISTIK DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB (KAJIAN TERHADAP PEMIKIRAN BF.
SKINNER),” t.t.
Masnun. “TEORI LINGUISTIK DAN PSIKOLOGI DALAM PENGAJARAN BAHASA
ARAB DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM.” Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1
(Juli 2018): 33.
Rahman, Ulfiani. Memahami Psikologi dalam Pendidikan (Teori dan Aplikasi). Makasar:
Alauddin University Pres, 2014.
Safaruddin, Safaruddin. “TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK.” Jurnal Al-Qalam: Jurnal
Kajian Islam & Pendidikan 8, no. 2 (22 April 2020): 119–35.
https://doi.org/10.47435/al-qalam.v8i2.239.
Supriyadi, Supriyadi. “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan
antar Pustakawan.” Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan, Informasi
dan Kearsipan 2, no. 2 (23 Februari 2017): 83.
https://doi.org/10.14710/lenpust.v2i2.13476.

Anda mungkin juga menyukai