Stipp mengemukakan bahwa, Ibn Rusyd memperkuat posisi akal dan meletakkannya
pada posisi yang lebih tinggi daripada agama (wahyu). Agaknya pandangan ini
didasarkan pada pemahamannya bahwa Ibn Rusyd adalah seorang Aristotelian
murni.
Padahal, sebagai seorang Muslim yang taat, Ibn Rusyd tidak pernah
mempertentangkan antara ke duanya, apalagi menempatkan akal di atas wahyu.
Bahkan dalam hal ini, Ibn Rusyd mengatakan bahwa akal (filsafat) dan agama
(wahyu) keduanya tidak saling bertentangan, tetapi berjalan beriringan.
Di sini jelaslah bahwa Ibn Rusyd dan para filsuf/ ilmuwan Muslim lainnya
tidak menerima mentah-mentah pemikiran filsafat Yunani Kuno yang tidak
berdasarkan pada agama. Karena rasionalisme Yunani adalah rasionalisme-
materialistik.
Hubungan antara agama dan akal justru menimbulkan pertentangan yang hebat
antara pemuka agama (kaum gereja) dengan para ilmuwan.