Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH PERUBAHAN SUHU TERHADAP


TINGKAH LAKU IKAN MAS

Dosen Pengampu : Eko Teguh Pribadi, S.KM., M.Kes.

Disusun Oleh :
Adibah Rihadatul A. (09010122001)
Annisa Oktalevia (09030122041)
Arista Aprilia (09040122047)
Elysia Zahra Helga S. (09040122053)
Fani Qurrota A’yun (090101220009)
Gischa Putri A. (09040122057)
Wanda Octa Adela (09020122039)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Asalamu'alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat melaksanakan tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia dengan menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul "Pengaruh Perubahan Suhu
Terhadap Tingkah Laku Ikan Mas" dengan baik.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. yang telah memebawa risalah islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik
di dunia maupun di akhirat kelak.

Adapun maksud dan tujuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai persyaratan
agar dapat memenuhi nilai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Kami menyadari bahwa
karya tulis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Dan keberhasilan dalam penyusunan
karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Eko Teguh Pribadi, SKM, M.Kes serta teman-teman yang turut
membantu hingga tersusunnya karya tulis ilmiah ini.

Demikian yang dapat kami usahakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan dari semua pihak mendapatkan berkah dari Allah
SWT. Akhir kata, kami mengucapkan mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini. Dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Amiin.

Surabaya, 10 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................2
1.3 TUJUAN PENELITIAN....................................................................................................2
1.4 MANFAAT PENELITIAN................................................................................................3
1.5 HIPOTESIS.....................................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................4
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Mas............................................................................4
2.2 Morfologi Ikan Mas.....................................................................................................5
2.3 Sistem Pernapasan Ikan Mas.......................................................................................5
2.3.1 Tahap Inspirasi.................................................................................................6
2.3.2 Tahap Ekspirasi................................................................................................7
2.4 Suhu.............................................................................................................................8
2.4.1 Suhu Ruang......................................................................................................8
2.4.2 Suhu Rendah.....................................................................................................9
2.4.3 Suhu Tinggi......................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................10
3.1 Rancangan Penelitian.................................................................................................10
3.1.1 Pendekatan Penelitian....................................................................................10
3.1.2 Jenis Penelitian...............................................................................................10
3.1.3 Sampel Penelitian...........................................................................................10
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................................10
3.3 Alat dan Bahan Penelitian..........................................................................................11
3.4 Variabel Penelitian.....................................................................................................11
3.4.1 Variabel Bebas...............................................................................................11
3.4.2 Variabel Terikat.............................................................................................11
3.4.3 Variabel Kontrol.............................................................................................11
3.5 Prosedur Penelitian....................................................................................................12
3.6 Teknik Analisis Data..................................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................13
BAB V PENUTUP...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan terdiri dari unsur-unsur biotik dan abiotik yang berasal dari alam atau
buatan manusia, keduanya dapat berinteraksi dan berdampak satu sama lain. Kelangsungan
hidup makhluk hidup akan dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan. Makhluk hidup
akan mati jika tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Persaingan untuk sumber daya, memperebutkan spesies, parasit, dan pemangsaan


adalah contoh faktor biotik yang membatasi jumlah makhluk hidup. Faktor abiotik yang
membatasi jumlah makhluk hidup antara lain suhu, air dan kelembaban, sinar matahari, gas
atmosfer, arus, tekanan, garam mineral, dan polutan (Djunaid dan Setiawati, 2018). Suhu
adalah faktor utama dalam menentukan sifat-sifat yang memungkinkan organisme hidup
untuk bertahan hidup.

Hewan diklasifikasikan sebagai endotermik dan ektotermik berdasarkan bagaimana


suhu tubuh mereka merespons lingkungan mereka. Hewan endotermik adalah hewan yang
mengontrol suhu tubuhnya melalui mekanisme fisiologis seperti hipotalamus yang mengatur
suhu tubuh sebagai pusat kendali suhu utama otak, untuk memastikan suhu tubuh stabil dan
tidak bergantung pada lingkungannya. Avens dan mamalia adalah contoh makhluk
endotermik (Rousdy dan Linda, 2018).

Ikan merupakan salah satu kelas vertebrata yang dikenal sebagai hewan ektotermik.
Ektotermik artinya suhu tubuh yang berubah-ubah sesuai dengan suhu lingkungannya
(Ratnasari, 2019:82). Ikan mampu beradaptasi dengan tingkatan suhu yang berbeda dalam
suatu lingkungan. Kisaran suhu Ikan dapat bertahan hidup antara 20°C dan 30°C. Perilaku
ikan berubah ketika suhu di bawah 20° C dan di atas 30° C. (Nugraha dkk, 2012).

Jenis ikan yang dikenal sebagai ikan mas (Cyprinus carpio) dibudidayakan secara luas
di berbagai daerah yang menawarkan prospek bisnis yang menggiurkan (Syafar et al, 2017).
Morfologi ikan mas meliputi kepala pipih dorso lateral, tubuh agak memanjang, tubuh pipih
bilateral, mulut yang dapat menonjol dari tengah, sisik berbentuk cycloid, dan warna tubuh
punggung putih dan ventral kekuningan (Putri et al, 2014). Kisaran suhu 26°C–28°C sangat
ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan mas (Ridwantara et al, 2019).

1
Allah SWT menciptakan alam semesta ini tidah lah sia-sia seperti hewan berjenis ikan
yang sangat melimpah yang diperuntukan bagi seluruh makhluk hidup untuk dapat bertahan
hidup. Allah SWT telah menjadikan bagi makhluk-Nya, khususnya manusia dari sekian
makhluk-Nya yaitu seperti bumi sebagai tempat berpijaknya manusia untuk memudahkan
bagi makhluk-Nya untuk berjalan-jalan dimuka bumi, serta Allah SWT juga telah
menciptakan lautan, sungai dan danau yang mana didalamnya terdapat jenis hewan seperti
ikan dan hewan lainya, maka oleh sebab itu agar manusia mempergunakan sebaik-baiknya
untuk mencari rizki dan karunianya.

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT
pasti tidak akan sia-sia. Pada masa ini mungkin kita tidak asing dengan pendapat para filosofi
yang mengatakan bahwa kehidupan itu dimulai dari air, sebagaimana diterangkan dalam
firman Allah SWT :

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah perilaku gerakan renang (sirip dada) ikan mas pada suhu yang
berbeda?
b. Bagaimanakah gerakan bukaan operkulum ikan mas pada suhu yang berbeda?
c. Bagaimanakah perilaku makan dengan perlakuan suhu yang berbeda?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui gerakan renang (sirip dada) ikan mas pada suhu yang berbeda.
b. Mengetahui gerakan bukaan operkulum ikan mas pada suhu yang berbeda.
c. Dapat mengetahui perilaku makan ikan mas dengan perlakuan suhu yang
berbeda.

2
1.4 Manfaat Penelitian

a. Menambah wawasan dan pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan mahasiswa dalam meneliti tingkah laku ikan mas terhadap
perbedaan suhu.
b. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi yang diperlukan,
khususnya bagi para budidaya ikan mas.

1.5 Hipotesis

Setiap suhu yang berbeda memiliki pengaruh pada ikan mas dengan jumlah gerakan
renang (sirip dada) ikan mas, bukaan operkulum dan jumlah makan di setiap waktu tertentu.
Ikan dapat bereaksi atau tidak bereaksi tergantung dengan perubahan suhu air yang dihadapi
ikan mas.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Mas

Ikan mas merupakan ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang sedikit pipih ke
samping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 SM, di Cina. Di Indonesia
ikan mas mulai dipelihara tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan
mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan, dan Jepang.

Klasifikasi ikan mas menurut (Susanto, 2007) adalah sebagai berikut:

Phylum: Chordata

Class : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Family : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang ainya tidak terlalu
dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas
dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut (dpl)
dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang
ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%.

Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis
makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan
utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.

4
2.2 Morfologi Ikan Mas

Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan
[sudah tersebar luas di Indonesia. Ikan mas ini memiliki bentuk tubuh yang panjang dan pipih
atau biasa di sebut dengan sebutan comprossed. Belahan mulutnya terdapat pada bagian
depan.kepalanya atau lebih tepatnya berada pada bagian ujung hidungnya. Gigi
kerongkongannya terdapat pada ujung mulut bagian dalamnya. Terdapatdua pasang sungut
pada wilayah anteriornya.

Tubuh ikan mas digolongkan menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada
seluruh bagian tubuhnya diselimuti oleh sisik. Sisik ikan mas ini memiliki ukuran yang besar,
jika dibandingkan dengan sisi ikan yang lain akan sangat terlihat perbedaannya. Bentuk ekor
ikan mas ini memiliki bentuk yang berlekuk tunggal. Memiliki sirip punggung yang
memanjang. Letak sirip punggungnya berseberangan dengan letak sirip perutnya. Letak sirip
perutnya sangat dekat dengan sirip dadanya. Terdapat operkulum dan properkulum pada sirip
dadanya. Untuk menampung makanan, ikan mas menggunakan lambung palsunya. Insang
ikan mas terdiri dari beberapa bagian seperti tulang lengkung insang, tapis insang, dan
lembaran daun insang.

2.3 Sistem Pernapasan Ikan

Pernapasan adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh


darah melalui permukaan alat pemafasan. Proses pengikatan oksigen tersebut dipengaruhi
oleh struktur alat pernapasan ikan, juga dipengaruhi perbedaan tekanan parsial O2antara
perairan dengan darah. Perbedaan tersebut menyebabkan gas-gas berdifusi ke dalam darah
atau keluar melalui alat pernafasan.

5
Ikan membutuhkan oksigen dalam proses metabolismenya dan ikan membuang gas CO₂
yang merupakan sisa metabolisme dalam sel. Insang yang merupakan alat pernapasan utama
ikan adalah tempat oksigen terlarut dalam air masuk ke dalam tubuh dan gas CO₂
meninggalkan tubuh.

Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran lembaran tipis berwarna
merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air,
sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran
insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis
(lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga
memungkinkan O₂ berdifusi masuk dan CO₂ berdifusi keluar.

Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang
(operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak
mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula kelompok ikan yang
bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (dipnoi). Insang tidak
hanya berfungsi sebagai alat pernapasan, tetapi juga berfungsi sebagai alat ekskresi garam-
garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.

Ikan mas merupakan ikan bertulang sejati. Insang ikan mas tersimpan dalam rongga
insang yang terlindung oleh tutup insang (operkulum). Insang ikan mas terdiri dari lengkung
insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang yang berfungsi untuk
menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Filamen
insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena
mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di
tempat inilah pertukaran CO₂ dan O₂ berlangsung.

Mekanisme pernapasan pada ikan secara umum sama, namun ada perbedaan antara
golongan Elasmobranchii dengan Teleostei. Dalam laporan ini hanya dibahas mekanisme
pernapasan ikan Teleostei karena ikan mas termasuk ke dalam golongan ikan Teleostei.
Mekanisme pernapasan kelompok ikan Teleostei berlangsung sebagai berikut :

2.3.1 Tahap Inspirasi

Operkulum tertutup rapat, mulut membuka pada saat beberapa


otot berkontraksi. Termasuk dalam otot yang berkontraksi adalah
sternohioid dan elevator lengkung palatin. Pada saat yang sama

6
jari-jari penyokong keping tutup insang mengembang dan merendah,
rongga bukofaring dan rongga insang mengembang. Terjadi tekanan air
yang rendah. Air dari luar masuk melalui mulut menuju rongga mulut.
Selanjutnya ruang antara insang dan operkulum meluas. Ketika
operkulum mengembang ke arah muka meskipun kulit penutup insang
tertutup di bagian posterior oleh tekanan air dari luar. Pada saat air dari
rongga mulut bergerak melewati insang, terjadi difusi dari lingkungan
luar (media air) menuju lingkungan dalam (kapiler darah) pada lamela
sekunder.

2.3.2 Tahap Ekspirasi

Mulut menutup, kemudian rongga bukofaring dan rongga


insang mulai menyempit, sementara katup mulut mencegah aliran air
keluar melalui mulut. Rongga mulut mulai berubah fungsi dari sebagai
pompa penghisap menjadi sebagai pompa penekan. Operkulum tetap
tertutup, telah mencapai kondisi yang lebih lanjut dari penyempitan dan
air berkumpul di luar insang. Pada kondisi ini celah insang terbuka. Air
bergerak keluar melalui celah insang. Secara skematis mekanisme
gerakan air yang terjadi pada proses pernafasan dapat dilihat pada
gambar.

7
2.4 Suhu

Suhu merupakan besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu
benda. Suhu menunjukan derajat panas benda, sehingga semakin tinggi suhu suatu benda
maka semakin panas pula benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur. Benda yang panas
memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan benda yang dingin. Alat yang digunakan untuk
mengukur suhu adalah termometer. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin
thermo yang berarti bahang dan meter yang berarti untuk mengukur, Prinsip kerja termometer
ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa. Namun,
dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengukur suhu masyarakat cenderung menggunakan
indera peraba.

Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur,
dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam mengatur
aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama disebabkan karena
suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan
kegiatan metabolisme, misalnya dalam hal respirasi. Respirasi sendiri merupakan proses
pertukaran gas oleh makhluk hidup terhadap lingkungan yang terjadi dengan dua cara yaitu
ekspirasi (mengeluarkan CO₂) dan inspirasi (O₂ masuk kedalam tubuh).

Suhu media berpengaruh terhadap aktivitas enzim yang terlibat proses katabolisme
dan anabolisme. Enzim metabolisme berpengaruh terhadap proses katabolisme
(menghasilkan energi) dan anabolisme (sintesa nutrien menjadi senyawa baru yang
dibutuhkan tubuh). Jika aktivitas enzim metabolisme meningkat maka laju proses
metabolisme akan semakin cepat dan kadar metabolit dalam darah semakin tinggi. Tingginya
kadar metabolit dalam darah menyebabkan ikan cepat lapar dan memiliki nafsu makan tinggi,
sehingga tingkat konsumsi pakan meningkat. Konsumsi pakan yang tinggi akan
meningkatkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh. Energi ini akan digunakan untuk
proses-proses maintenance dan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan. Sebagaimana
halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang yang dapat ditolerir oleh
setiap jenis organisme.

2.4.1 Suhu Ruang

Suhu ruang atau suhu kamar, dalam penggunaan ilmiah merupakan


satu rentang suhu yang dianggap biasa atau nyaman oleh makhluk hidup. Suhu

8
ini kurang lebih antara (20° - 25° C), (68° - 77° F), (528° - 537° R), atau (293
298 K), walaupun nilai tersebut bukanlah suatu nilai yang ditentukan secara
persis. Untuk fasilitas perhitungan, sering digunakan angka 20° C atau 300° K.
Suhu kamar ini merupakan suhu yang dapat diukur dengan termometer yang
diambil dari udara di sekitarnya, sehingga jika diambil dari berbagai titik di
suatu daerah pada suatu waktu mungkin bervariasi. Untuk perhitungan ilmiah,
suhu kamar biasanya diambil sebagai 25° Celcius (293° atau 298° Kelvin, 68°
atau 77° Fahrenheit).

2.4.2 Suhu Rendah

Suhu rendah merupakan suhu yang lebih kecil derajatnya dari pada
suhu kamar. Suhu merupakan faktor lingkungan yang utama pada perairan
karena merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran
hewan, termasuk dari jenis ikan. Respon yang diperlihatkan oleh ikan biasanya
berupa perubahan tingkah laku maupun pergerakan ikan. Suhu menurun maka
semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup mulutnya karena
semakin rendah suhu air maka semakin menurun jumlah gerakan operkulum.
Hal ini disebabkan ikan mengalami batas stress minimum dengan penurunan
suhu. Jika air semakin dingin maka oksigen yang terlarut di dalam air semakin
sedikit, gerak operkulum semakin lambat dan tingkah laku ikan semakin pasif.

2.4.3 Suhu Tinggi

Suhu tinggi merupakan suhu yang lebih besar derajatnya dari pada
suhu kamar. Maka dari itu suhu menunjukkan derajat panas benda. Kenaikan
temperatur akan meningkatkan aktivitas fisiologis organisme. Kenaikan
temperature juga akan mengakibatkan kelarutan oksigen menjadi berkurang.
Suhu juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen dalam
air, apabila suhu naik maka kelarutan oksigen di dalam air menurun. Semakin
panas air maka oksigen yang terlarut di dalam air lebih rendah, maka gerakan
operkulum semakin cepat dan tingkah laku ikan semakin aktif.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif.


Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya
menggunakan rancangan acak-lengkap. Rancangan Acak Lengkap
adalah rancangan lapangan pada suatu lokasi yang homogen.
Rancangan ini dikatakan acak karena setiap satuan percobaan
mempunyai peluang yang sama untuk mendapatkan perlakuan
sedangkan dikatakan lengkap karenaseluruh perlakuan yang dirancang
dalam percobaan tersebut digunakan. Dalam rancangan ini sumber
keragaman yang diamati hanya perlakuan dan galat. Oleh karena itu,
rancangan acak-lengkap umumnya cocok digunakan untuk kondisi
lingkungan, alat, dan media yang homogen. Alasan dipilihnya jenis
penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui pengaruh suhu terhadap
tingkah laku ikan mas.

3.1.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen. Penelitian


eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat
yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja
oleh peneliti.

3.1.3 Sampel Penelitian

Sampel adalah anggota dari populasi yang diselidiki, dan


temuannya dipandang sebagai cerminan dari populasi asli tetapi bukan
populasi itu sendiri. Sampel dianggap khas dari populasi karena
hasilnya mencerminkan semua gejala yang telah diperhatikan. Sampel
dalam penelitian kami adalah 3 ikan mas dengan suhu 17°C, 27°C, dan
37°C.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

10
Pengamatan mengenai tingkah laku ikan mas terhadap suhu yang berbeda di
laksanakan di Sukodono-Sidoarjo (rumah Adibah) pada 28 Oktober-15 November.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

Dalam praktikum ini menggunakan alat, antara lain toples sebagai tempat ikan
sebelum dan setelah diamati, termometer air untuk mengukur suhu air, timer/stopwatch untuk
mengamati waktu, dan hand counter untuk menghitung banyak perilaku ikan mas. Bahan-
bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain ikan mas sebanyak 3 ekor, air panas
untuk mengubah suhu air normal menjadi panas, es batu untuk mengubah suhu air normal
menjadi dingin, pakan ikan untuk makanan ikan.

3.4 Variabel Penelitian

2.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah suatu variabel yang apabila dalam suatu waktu
berada bersamaan dengan variabel lain, maka (diduga) akan dapat berubah
dalam Keragamannya. Variabel bebas pada penelitian ini adalah ikan.

2.3.2 Variabel Terikat

Variabel dependen atau variabel terikat adalah suatu variabel yang


keberadaannya menjadi sebuah akibat dikarenakan adanya variabel bebas.
Disebut sebagai variabel terikat karena kondisi atau variasinya dipengaruhi
atau terikat oleh variasi variabel yang lain. Variabel terikat pada penelitian ini
adalah suhu.

2.3.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibatasi


pengaruhnya sehingga tidak berpengaruh terhadap gejala yang diteliti. Atau
bisa juga dikatakan bahwa dampak dari variabel bebas terhadap variabel
terkait tidak dipengaruhi oleh adanya faktor luar yang tidak diteliti. Variabel
kontrol biasanya digunakan peneliti apabila hendak melakukan sebuah
penelitian yang sifatnya membandingkan, selain itu digunakan untuk
mengurangi kompleksitas permasalahan yang sedang diteliti. Variabel Kontrol
pada penelitian ini adalah ikan dalam suhu normal.

11
12
3.5 Prosedur Penelitian

Langkah pertama yang dilakukan, air direbus untuk sampel ikan yang bersuhu 37°C,
lalu untuk air dengan suhu 17°C diberi es batu hingga suhu di rasa stabil, selanjutnya untuk
suhu normal masukkan air sesuai dengan suhu ruangan yaitu 27°C. Lalu siapkan tiga toples
kemudian diisi air dengan volume yang sama. Setelah memastikan suhu stabil sesuai dengan
penelitian, ikan dimasukkan pada masing-masing toples yang bersuhu 37°C, 17°C dan 27°C.
Kemudian menunggu ikan untuk beradaptasi dengan suhu lingkungannya selama 30 menit.
Terakhir lakukan pengamatan gerakan renang (sirip dada), bukaan operkulum dan seberapa
banyak makanan yang di makan ikan mas dalam waktu 5 menit dengan pengulangan
sebanyak 6 kali.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data pada parameter seperti perilaku yang berbeda pada beberapa ikan mas
dengan suhu lingkungan yang berbeda pula dilakukan dengan menggunakan deskripsi
kuantitatif. Hal itu dilakukan dengan cara menghitung maupun mengamati secara langsung
dan memperoleh sebuah data secara fakta dan secara berurutan. Selain itu, uji parametrik
sidik ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) dilakukan dengan derajat signifikasi 5%
akan dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh masing-masing perlakuan
pada parameter yang diamati. Dilanjutkan dengan uji Anova one-way dan menunjukkan nilai
signifikasi < 0,05, maka hipotesis penelitian diterima serta dapat dilanjutkan uji Duncan
Multiple Range test pada taraf 5%.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian perlakuan suhu yang berbeda terhadap bukaan operkulum, gerakan renang (sirip dada) dan aktivitas makan tersaji pada
tabel dan gambar berikut.

Tabel 1. Perlakuan Suhu Berbeda Terhadap Gerakan Renang Ikan Mas Pada Sirip Dada
Suhu

Pengulangan Ikan Mas 1 Ikan Mas 2 Ikan Mas 3

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata
(17 ° C) (27 ° C) (37 ° C)
Menit ke- Menit ke- Menit ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 34 23 12 10 8 17,4 54 55 56 53 55 54,6 133 101 106 92 88 104

2 20 24 6 9 33 18,4 59 65 60 58 61 60,6 126 117 122 136 130 126,2

3 16 19 20 21 13 17,8 110 136 101 126 111 116,8 114 123 120 133 127 123,4

4 15 16 14 18 19 16,4 49 51 48 49 51 49,6 83 90 86 98 95 90,8

5 18 17 15 19 20 17,8 55 49 57 60 62 56,6 89 92 94 96 97 93,6

6 25 20 17 15 19 19,2 58 60 65 70 62 63 98 99 102 109 90 99,6

14
Hasil pengamatan terhadap tingkah laku gerakan renang pada sirip dada ikan mas
dengan suhu yang berbeda tersaji pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1, ikan mas pertama dengan
suhu kontrol 17°C ikan berada pada dasar aquarium, gerakan renang lambat setiap menitnya
dengan gerakan renang rata-rata sebanyak 17,83 kali selama 5 menit. Suhu lingkungan yang
rendah menyebabkan degenerasi sel darah merah sehingga proses respirasi terganggu, laju
metabolisme turun, ikan menjadi pasif dan tidak mau berenang (Sihombing, 2018). Aktivitas
renang ikan diperairan akan bergerak dengan tenang dan beraturan dengan kisaran suhu 27°C
dan rata-rata gerakan renang sebanyak 66,86 kali selama 5 menit (Deniro dkk, 2017). Laju
metabolisme ikan dengan suhu normal diperuntukkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
serta reproduksi sehingga ikan melakukan aktivitas renang dengan teratur (Ardianty dkk,
2013). Ikan mas dengan perlakuan suhu 37°C menunjukkan gerakan renang rata-rata
sebanyak 106,26 kali. Perlakuan suhu tersebut, aktivitas gerak renang atau berpindah tempat
menjadi cepat, ikan berenang cepat tidak beraturan dengan menabrak kaca aquarium dan
sering muncul ke permukaan dan ke dasar aquarium yang menunjukkan tanda kritis tingkah
laku ikan mas terhadap kenaikan suhu. Suhu di atas kisaran normal akan menaikkan laju
metabolisme dengan kebutuhan oksigen yang bertambah, namun dengan suhu yang tinggi
akan menurunkan jumlah oksigen terlarut dalam lingkungan air sehingga ikan akan
kesusahan bernapas dan gerakan renang tidak beraturan. Ikan mas dengan perlakuan suhu di
atas dan di bawah kisaran normal akan menurunkan daya adaptasi kelangsungan hidupnya
(Kelabora, 2010).

15
Tabel 2.Perlakuan Suhu Berbeda Terhadap Gerakan Operkulum Ikan Mas
Suhu

Pengulangan Ikan Mas 1 Ikan Mas 2 Ikan Mas 3

Rata-rata
(17 ° C) (27 ° C) (37 ° C)

Rata-rata

Rata-rata
Menit ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 75 68 72 76 60 70,2 81 79 89 93 84 85,2 87 90 110 104 83 94,8

2 70 60 67 73 75 69 84 71 90 80 88 82,6 103 75 88 91 95 90,4

3 71 60 85 75 73 72,8 99 81 93 96 85 90,8 103 102 100 105 108 103,6

4 69 75 81 65 78 73,6 94 101 95 85 98 94,6 107 109 98 89 99 100,4

5 85 73 78 69 81 77,2 99 107 98 105 89 99,6 108 110 99 105 102 104,8

6 69 78 83 70 75 75 99 100 98 101 89 96,8 102 74 105 112 120 102,6

16
Berdasarkan tabel 2, ikan mas dengan perlakuan suhu normal 27°C nampak gerakan
bukaan operkulum ikan mas rata-rata sebanyak 91,6 kali selama 5 menit. Pergerakan bukaan
operkulum ikan, umumnya dengan suhu normal 28°C, operkulum membuka dengan teratur,
normal, dan tidak terlalu cepat atau lambat (Aliza dkk, 2013). Kemudian dengan perlakuan
suhu dingin 17°C, gerakan operkulum melambat dengan jumlah bukaan operkulum rata-rata
sebanyak 72,96 kali selama 5 menit. Hal ini dikarenakan suhu dingin membuat enzim dalam
tubuh ikan mas tidak bekerja dan menyebabkan laju aktivitas berkurang dengan ikan sedikit
berenang di dasar aquarium. Umumnya suhu yang dingin akan membuat enzim dalam tubuh
mahluk hidup ataupun pada ikan yang termasuk hewan berdarah dingin akan sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sehingga apabila suhu lingkungan turun akan memperlambat
laju aktivitas enzim, metabolisme dan gerakan operkulum (Ridwantara dkk, 2019).
Sebaliknya ikan mas dengan perlakuan suhu 37°C menunjukkan gerakan bukaan operkulum
rata-rata sebanyak 99,43 kali selama 5 menit. Suhu di atas kisaran normal membuat enzim
dalam tubuh ikan bekerja cepat menyebabkan gerakan bukaan operkulum membuka dengan
cepat untuk membantu insang dalam pengambilan oksigen yang terlarut dalam air aquarium
agar ikan tetap dapat melakukan respirasi (Firdaus dkk, 2018). Namun, perlakuan suhu yang
tinggi selain membuat gerakan operkulum membuka dengan cepat juga menurunkan tingkat
kelangsungan hidup ikan mas dengan tegangan yang dihadapi ikan mas untuk beradaptasi
dengan suhu yang tinggi dan jumlah oksigen yang berkurang sehingga perlahan akan
membuat ikan kelelahan, susah bernapas dan bergerak tidak beraturan (Azwar dkk, 2016).

17
Tabel 3.Perlakuan Suhu Berbeda Terhadap Jumlah Pakan Ikan Mas
Suhu

Pengulangan Ikan Mas 1 Ikan Mas 2 Ikan Mas 3

Jumlah
(17 ° C) (27 ° C) (37 ° C)

Jumlah

Jumlah
Menit ke- Menit ke- Menit ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 0 0 0 0 1 1 4 3 2 1 0 10 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 1 0 2 2 0 5 0 0 0 0 0 0

3 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 1 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 2 1 0 0 1 4 1 0 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0

6 0 0 2 1 2 5 0 0 2 0 1 3 0 0 0 0 0 0

18
Pengamatan terhadap aktivitas makan ketiga ikan mas tersaji pada tabel 3. Hasil
pengamatan terhadap ikan mas pada suhu normal 27°C, ikan memakan habis pakan
konsentrat rata-rata sebanyak 3,5 butir selama 5 menit. Kemudian ikan mas dengan suhu
17°C memakan pakan dengan rata-rata sebanyak 2,3 butir. Pada suhu dingin ini membuat
gerakan ikan menjadi lamban menanggapi rangsangan akan datangnya makanan dan ikan
selalu berada di dasar aquarium serta jarang melakukan pergerakan renang. ikan dengan
kisaran suhu 27°C tersebut adalah suhu yang optimal untuk budidaya ikan dengan selera
makan yang baik dan ikan dengan suhu dibawah 17°C akan membuat selera makan ikan
berkurang (Arifin, 2016). Perlakuan ikan mas pada suhu 37°C membuat ikan mas menjadi
agresif akan tetapi selera makan ikan berkurang drastis dibanding ikan mas suhu kontrol
27°C dan pada suhu dingin. Tingginya suhu dalam lingkungan air yang tidak sesuai dengan
suhu habitat aslinya membuat ikan mengalami stres dengan meningkatnya kadar glukosa
darah untuk mengatasi homeostasis dan menyebabkan ikan merasa kenyang serta tidak
bernafsu untuk makan (Masjudi dkk, 2016).

(a) (b) (c)

Gambar 1. Perlakuan suhu berbeda terhadap ketiga ikan mas dengan pengamatan gerakan
renang, bukaan operkulum dan aktivitas makan

19
Asumsi:
a. distribusi data tidak normal

maka digunakan uji statistik non parametrik (Kruskal Wallis)

Hasil Uji Hipotesis (α = 0.05)


a. terdapat perbedaan signifkan antara perlakuan dengan Gerakan Renang (Sig. 0.010 ≤ 0.05)
b. terdapat perbedaan signifkan antara perlakuan dengan Operkulum (Sig. 0.000 ≤ 0.05)
c. terdapat perbedaan signifkan antara perlakuan dengan Konsumsi Pakan (Sig. 0.001 ≤ 0.05)

Jenis perlakuan yang memberikan hasil terbaik


a. Gerakan Renang : suhu 37°C dengan mean rank 49,08
b. Operkulum : suhu 37°C dengan mean rank 51,82
c. Konsumsi Pakan : suhu 27’C dengan mean rank 52.83

20
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Perlakuan suhu yang berbeda terhadap ketiga ikan mas dengan 3 perlakuan
pengamatan yaitu gerakan renang pada sirip dada, bukaan operkulum dan aktivitas makan.
Ikan mas dengan suhu normal 27°C, gerakan renang dan bukaan operkulum normal, aktivitas
makan normal dengan jumlah pakan yang habis selama 5 menit. Kemudian uji perlakuan ikan
mas pada suhu dingin 17°C gerakan renang dan bukaan operkulum menjadi lambat ditandai
dengan tanggapan rangsang yang lambat serta aktivitas makan menurun. Ikan mas dengan
suhu 37°C, gerakan renang dan bukaan operkulum menjadi cepat tidak beraturan dengan ikan
naik turun permukaan aquarium, aktivitas makan ikan mas berkurang bahkan tidak nafsu
makan. Menandai ikan stres terhadap kenaikan suhu air aquarium. Dengan demikian dari
penelitian ikan mas dengan rentang suhu yang berbeda, suhu 27°C merupakan suhu yang
optimal untuk budidaya ikan mas dengan jumlah pakan yang dimakan normal, ikan mas
melakukan aktivitas gerakan renang dan bukaan operkulum dengan normal, budidaya ikan
yang cocok untuk lingkungan daerah tropis

21
DAFTAR PUSTAKA

Aliza, D., Winaruddin., dan Sipahutar, L.W. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap
Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi, dan Hispatologi Insang Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus).Jurnal Medika Veterinaria 7 (2) : 142-145.
Ardianty, N.R., Amir, S., dan Abidin, Z. 2013.Tingkat Penetasan Telur dan Pertumbuhan
Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) pada Suhu yang Berbeda.Jurnal
Perikanan Unram3 : 40-47.
Arifin, M.Y. 2016. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis.Sp) Strain Merah
dan Strain Hitam yang Dipelihara pada Media Bersalinitas.Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi 16 (1) : 159- 166.
Azwar, M., Emiyarti., dan Yusnaini. 2016.Critical Thermal dari Ikan Zebrasoma scopas yang
Berasal dari Perairan Pulau Hoga Kabupaten Wakatobi. Jurnal Sapa Laut 1 (2) : 60-
66.
Deniro., Baru Sadarun., dan Yusnaini. 2017. Pengaruh Kenaikan Suhu Air Laut Terhadap
Tingkah Laku Ikan Karang (Amblyglyphidodon curacao) pada Wadah Terkontrol.
Jurnal Sapa Laut 2 (3) : 61-67.
Djunaid, R dan Setiawati, H. 2018.Gastropoda di Perairan Budidaya Rumput Laut
(Eucheuma sp) Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang. Jurnal Bionature 19 (1) : 35-46
Firdaus, M.W., Fitri, A.D.P., dan Jayanto, B.B. 2018. Analisis Adaptasi Perubahan Salinitas
dan Survival Rate Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella) Sebagai Alternatif Umpan
Hidup pada Pole And Line. Journal of Fisheries Resources Utilization Management
and Technology 7 (2) : 19- 28.
Kelabora, D.M. 2010.Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva
Ikan Mas (Cyprinus carpio).Jurnal Berkala Perikanan Terubuk 38 (1) : 71-81.
Masjudi, H., Tang, U.M., dan Syawal, H. 2016. Kajian Tingkat Stres Ikan Tapah (Wallago
leeri) yang Dipelihara dengan Pemberian Pakan dan Suhu yang Berbeda.Jurnal
Berkala Perikanan Terubuk 44 (3) : 69-83.
Nugraha, D., Supardjo, M.N., dan Subiyanto. 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap
Perkembangan Embrio, Daya tetas Telur dan Kecepatan Penyerapan Kuning Telur
Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) pada Skala Laboratorium. Journal of
Management of Aquatic Resources, 1 (1) : 1-6.
Putri J, D.S., Abulias, M.N., dan Bhagawati, D. 2014. Studi Kekerabatan Ikan Familia
Cyprinidae yang Tertangkap di Sungai Serayu Kabupaten Banyumas.Scripta.
Biologica 1 (2) : 129-135.
Ridwantara, D., Buwono, I.D., dan Handaka S, A.A. 2019.Uji Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Benih Ikan Mas Mantap (Cyprinus carpio) pada Rentang Suhu yang
Berbeda.Jurnal Perikanan dan Kelautan 10 (1) : 46- 54.

22
Rousdy, D.W. dan Linda, R. 2018. Hematologi Perbandingan Hewan Vertebrata : Lele
(Clarias batracus), Katak (Rana sp.), Kadal (Eutropis multifasciata), Merpati
(Columba livia) dan Mencit (Mus musculus). Bioma 7 (1) : 1-13.
Sihombing, P.C. 2018. Pengaruh Perbedaan Suhu Air Terhadap Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Medan. pp. 10.
Syafar, L.A., Mahasri, G. dan Rantam, F.A. 2017. Blood Description, Parasite Infestation and
Survival Rate of Carp (Cyprinus carpio) Which is Exposed by Spore Protein
Myxobolus koi on Rearing Pond as Immunostimulan Material. Jurnal Biosains
Pascasarjana 19 (2017) : 158-179.

23

Anda mungkin juga menyukai