Disusun Oleh :
Adibah Rihadatul A. (09010122001)
Annisa Oktalevia (09030122041)
Arista Aprilia (09040122047)
Elysia Zahra Helga S. (09040122053)
Fani Qurrota A’yun (090101220009)
Gischa Putri A. (09040122057)
Wanda Octa Adela (09020122039)
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat melaksanakan tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia dengan menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul "Pengaruh Perubahan Suhu
Terhadap Tingkah Laku Ikan Mas" dengan baik.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. yang telah memebawa risalah islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik
di dunia maupun di akhirat kelak.
Adapun maksud dan tujuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai persyaratan
agar dapat memenuhi nilai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Kami menyadari bahwa
karya tulis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Dan keberhasilan dalam penyusunan
karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Eko Teguh Pribadi, SKM, M.Kes serta teman-teman yang turut
membantu hingga tersusunnya karya tulis ilmiah ini.
Demikian yang dapat kami usahakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan dari semua pihak mendapatkan berkah dari Allah
SWT. Akhir kata, kami mengucapkan mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini. Dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Amiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................2
1.3 TUJUAN PENELITIAN....................................................................................................2
1.4 MANFAAT PENELITIAN................................................................................................3
1.5 HIPOTESIS.....................................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................4
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Mas............................................................................4
2.2 Morfologi Ikan Mas.....................................................................................................5
2.3 Sistem Pernapasan Ikan Mas.......................................................................................5
2.3.1 Tahap Inspirasi.................................................................................................6
2.3.2 Tahap Ekspirasi................................................................................................7
2.4 Suhu.............................................................................................................................8
2.4.1 Suhu Ruang......................................................................................................8
2.4.2 Suhu Rendah.....................................................................................................9
2.4.3 Suhu Tinggi......................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................10
3.1 Rancangan Penelitian.................................................................................................10
3.1.1 Pendekatan Penelitian....................................................................................10
3.1.2 Jenis Penelitian...............................................................................................10
3.1.3 Sampel Penelitian...........................................................................................10
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................................10
3.3 Alat dan Bahan Penelitian..........................................................................................11
3.4 Variabel Penelitian.....................................................................................................11
3.4.1 Variabel Bebas...............................................................................................11
3.4.2 Variabel Terikat.............................................................................................11
3.4.3 Variabel Kontrol.............................................................................................11
3.5 Prosedur Penelitian....................................................................................................12
3.6 Teknik Analisis Data..................................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................13
BAB V PENUTUP...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan terdiri dari unsur-unsur biotik dan abiotik yang berasal dari alam atau
buatan manusia, keduanya dapat berinteraksi dan berdampak satu sama lain. Kelangsungan
hidup makhluk hidup akan dipengaruhi oleh perubahan kondisi lingkungan. Makhluk hidup
akan mati jika tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Ikan merupakan salah satu kelas vertebrata yang dikenal sebagai hewan ektotermik.
Ektotermik artinya suhu tubuh yang berubah-ubah sesuai dengan suhu lingkungannya
(Ratnasari, 2019:82). Ikan mampu beradaptasi dengan tingkatan suhu yang berbeda dalam
suatu lingkungan. Kisaran suhu Ikan dapat bertahan hidup antara 20°C dan 30°C. Perilaku
ikan berubah ketika suhu di bawah 20° C dan di atas 30° C. (Nugraha dkk, 2012).
Jenis ikan yang dikenal sebagai ikan mas (Cyprinus carpio) dibudidayakan secara luas
di berbagai daerah yang menawarkan prospek bisnis yang menggiurkan (Syafar et al, 2017).
Morfologi ikan mas meliputi kepala pipih dorso lateral, tubuh agak memanjang, tubuh pipih
bilateral, mulut yang dapat menonjol dari tengah, sisik berbentuk cycloid, dan warna tubuh
punggung putih dan ventral kekuningan (Putri et al, 2014). Kisaran suhu 26°C–28°C sangat
ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan mas (Ridwantara et al, 2019).
1
Allah SWT menciptakan alam semesta ini tidah lah sia-sia seperti hewan berjenis ikan
yang sangat melimpah yang diperuntukan bagi seluruh makhluk hidup untuk dapat bertahan
hidup. Allah SWT telah menjadikan bagi makhluk-Nya, khususnya manusia dari sekian
makhluk-Nya yaitu seperti bumi sebagai tempat berpijaknya manusia untuk memudahkan
bagi makhluk-Nya untuk berjalan-jalan dimuka bumi, serta Allah SWT juga telah
menciptakan lautan, sungai dan danau yang mana didalamnya terdapat jenis hewan seperti
ikan dan hewan lainya, maka oleh sebab itu agar manusia mempergunakan sebaik-baiknya
untuk mencari rizki dan karunianya.
Telah dipaparkan sebelumnya bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT
pasti tidak akan sia-sia. Pada masa ini mungkin kita tidak asing dengan pendapat para filosofi
yang mengatakan bahwa kehidupan itu dimulai dari air, sebagaimana diterangkan dalam
firman Allah SWT :
a. Bagaimanakah perilaku gerakan renang (sirip dada) ikan mas pada suhu yang
berbeda?
b. Bagaimanakah gerakan bukaan operkulum ikan mas pada suhu yang berbeda?
c. Bagaimanakah perilaku makan dengan perlakuan suhu yang berbeda?
a. Mengetahui gerakan renang (sirip dada) ikan mas pada suhu yang berbeda.
b. Mengetahui gerakan bukaan operkulum ikan mas pada suhu yang berbeda.
c. Dapat mengetahui perilaku makan ikan mas dengan perlakuan suhu yang
berbeda.
2
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Hipotesis
Setiap suhu yang berbeda memiliki pengaruh pada ikan mas dengan jumlah gerakan
renang (sirip dada) ikan mas, bukaan operkulum dan jumlah makan di setiap waktu tertentu.
Ikan dapat bereaksi atau tidak bereaksi tergantung dengan perubahan suhu air yang dihadapi
ikan mas.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Ikan mas merupakan ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang sedikit pipih ke
samping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 SM, di Cina. Di Indonesia
ikan mas mulai dipelihara tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan
mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan, dan Jepang.
Phylum: Chordata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Family : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang ainya tidak terlalu
dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas
dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut (dpl)
dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang
ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%.
Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis
makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan
utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
4
2.2 Morfologi Ikan Mas
Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan
[sudah tersebar luas di Indonesia. Ikan mas ini memiliki bentuk tubuh yang panjang dan pipih
atau biasa di sebut dengan sebutan comprossed. Belahan mulutnya terdapat pada bagian
depan.kepalanya atau lebih tepatnya berada pada bagian ujung hidungnya. Gigi
kerongkongannya terdapat pada ujung mulut bagian dalamnya. Terdapatdua pasang sungut
pada wilayah anteriornya.
Tubuh ikan mas digolongkan menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada
seluruh bagian tubuhnya diselimuti oleh sisik. Sisik ikan mas ini memiliki ukuran yang besar,
jika dibandingkan dengan sisi ikan yang lain akan sangat terlihat perbedaannya. Bentuk ekor
ikan mas ini memiliki bentuk yang berlekuk tunggal. Memiliki sirip punggung yang
memanjang. Letak sirip punggungnya berseberangan dengan letak sirip perutnya. Letak sirip
perutnya sangat dekat dengan sirip dadanya. Terdapat operkulum dan properkulum pada sirip
dadanya. Untuk menampung makanan, ikan mas menggunakan lambung palsunya. Insang
ikan mas terdiri dari beberapa bagian seperti tulang lengkung insang, tapis insang, dan
lembaran daun insang.
5
Ikan membutuhkan oksigen dalam proses metabolismenya dan ikan membuang gas CO₂
yang merupakan sisa metabolisme dalam sel. Insang yang merupakan alat pernapasan utama
ikan adalah tempat oksigen terlarut dalam air masuk ke dalam tubuh dan gas CO₂
meninggalkan tubuh.
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran lembaran tipis berwarna
merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air,
sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran
insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis
(lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga
memungkinkan O₂ berdifusi masuk dan CO₂ berdifusi keluar.
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang
(operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak
mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada pula kelompok ikan yang
bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (dipnoi). Insang tidak
hanya berfungsi sebagai alat pernapasan, tetapi juga berfungsi sebagai alat ekskresi garam-
garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.
Ikan mas merupakan ikan bertulang sejati. Insang ikan mas tersimpan dalam rongga
insang yang terlindung oleh tutup insang (operkulum). Insang ikan mas terdiri dari lengkung
insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang yang berfungsi untuk
menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Filamen
insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena
mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di
tempat inilah pertukaran CO₂ dan O₂ berlangsung.
Mekanisme pernapasan pada ikan secara umum sama, namun ada perbedaan antara
golongan Elasmobranchii dengan Teleostei. Dalam laporan ini hanya dibahas mekanisme
pernapasan ikan Teleostei karena ikan mas termasuk ke dalam golongan ikan Teleostei.
Mekanisme pernapasan kelompok ikan Teleostei berlangsung sebagai berikut :
6
jari-jari penyokong keping tutup insang mengembang dan merendah,
rongga bukofaring dan rongga insang mengembang. Terjadi tekanan air
yang rendah. Air dari luar masuk melalui mulut menuju rongga mulut.
Selanjutnya ruang antara insang dan operkulum meluas. Ketika
operkulum mengembang ke arah muka meskipun kulit penutup insang
tertutup di bagian posterior oleh tekanan air dari luar. Pada saat air dari
rongga mulut bergerak melewati insang, terjadi difusi dari lingkungan
luar (media air) menuju lingkungan dalam (kapiler darah) pada lamela
sekunder.
7
2.4 Suhu
Suhu merupakan besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu
benda. Suhu menunjukan derajat panas benda, sehingga semakin tinggi suhu suatu benda
maka semakin panas pula benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur. Benda yang panas
memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan benda yang dingin. Alat yang digunakan untuk
mengukur suhu adalah termometer. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin
thermo yang berarti bahang dan meter yang berarti untuk mengukur, Prinsip kerja termometer
ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa. Namun,
dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengukur suhu masyarakat cenderung menggunakan
indera peraba.
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur,
dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam mengatur
aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama disebabkan karena
suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan
kegiatan metabolisme, misalnya dalam hal respirasi. Respirasi sendiri merupakan proses
pertukaran gas oleh makhluk hidup terhadap lingkungan yang terjadi dengan dua cara yaitu
ekspirasi (mengeluarkan CO₂) dan inspirasi (O₂ masuk kedalam tubuh).
Suhu media berpengaruh terhadap aktivitas enzim yang terlibat proses katabolisme
dan anabolisme. Enzim metabolisme berpengaruh terhadap proses katabolisme
(menghasilkan energi) dan anabolisme (sintesa nutrien menjadi senyawa baru yang
dibutuhkan tubuh). Jika aktivitas enzim metabolisme meningkat maka laju proses
metabolisme akan semakin cepat dan kadar metabolit dalam darah semakin tinggi. Tingginya
kadar metabolit dalam darah menyebabkan ikan cepat lapar dan memiliki nafsu makan tinggi,
sehingga tingkat konsumsi pakan meningkat. Konsumsi pakan yang tinggi akan
meningkatkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh. Energi ini akan digunakan untuk
proses-proses maintenance dan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan. Sebagaimana
halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang yang dapat ditolerir oleh
setiap jenis organisme.
8
ini kurang lebih antara (20° - 25° C), (68° - 77° F), (528° - 537° R), atau (293
298 K), walaupun nilai tersebut bukanlah suatu nilai yang ditentukan secara
persis. Untuk fasilitas perhitungan, sering digunakan angka 20° C atau 300° K.
Suhu kamar ini merupakan suhu yang dapat diukur dengan termometer yang
diambil dari udara di sekitarnya, sehingga jika diambil dari berbagai titik di
suatu daerah pada suatu waktu mungkin bervariasi. Untuk perhitungan ilmiah,
suhu kamar biasanya diambil sebagai 25° Celcius (293° atau 298° Kelvin, 68°
atau 77° Fahrenheit).
Suhu rendah merupakan suhu yang lebih kecil derajatnya dari pada
suhu kamar. Suhu merupakan faktor lingkungan yang utama pada perairan
karena merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran
hewan, termasuk dari jenis ikan. Respon yang diperlihatkan oleh ikan biasanya
berupa perubahan tingkah laku maupun pergerakan ikan. Suhu menurun maka
semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup mulutnya karena
semakin rendah suhu air maka semakin menurun jumlah gerakan operkulum.
Hal ini disebabkan ikan mengalami batas stress minimum dengan penurunan
suhu. Jika air semakin dingin maka oksigen yang terlarut di dalam air semakin
sedikit, gerak operkulum semakin lambat dan tingkah laku ikan semakin pasif.
Suhu tinggi merupakan suhu yang lebih besar derajatnya dari pada
suhu kamar. Maka dari itu suhu menunjukkan derajat panas benda. Kenaikan
temperatur akan meningkatkan aktivitas fisiologis organisme. Kenaikan
temperature juga akan mengakibatkan kelarutan oksigen menjadi berkurang.
Suhu juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen dalam
air, apabila suhu naik maka kelarutan oksigen di dalam air menurun. Semakin
panas air maka oksigen yang terlarut di dalam air lebih rendah, maka gerakan
operkulum semakin cepat dan tingkah laku ikan semakin aktif.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
Pengamatan mengenai tingkah laku ikan mas terhadap suhu yang berbeda di
laksanakan di Sukodono-Sidoarjo (rumah Adibah) pada 28 Oktober-15 November.
Dalam praktikum ini menggunakan alat, antara lain toples sebagai tempat ikan
sebelum dan setelah diamati, termometer air untuk mengukur suhu air, timer/stopwatch untuk
mengamati waktu, dan hand counter untuk menghitung banyak perilaku ikan mas. Bahan-
bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain ikan mas sebanyak 3 ekor, air panas
untuk mengubah suhu air normal menjadi panas, es batu untuk mengubah suhu air normal
menjadi dingin, pakan ikan untuk makanan ikan.
Variabel bebas adalah suatu variabel yang apabila dalam suatu waktu
berada bersamaan dengan variabel lain, maka (diduga) akan dapat berubah
dalam Keragamannya. Variabel bebas pada penelitian ini adalah ikan.
11
12
3.5 Prosedur Penelitian
Langkah pertama yang dilakukan, air direbus untuk sampel ikan yang bersuhu 37°C,
lalu untuk air dengan suhu 17°C diberi es batu hingga suhu di rasa stabil, selanjutnya untuk
suhu normal masukkan air sesuai dengan suhu ruangan yaitu 27°C. Lalu siapkan tiga toples
kemudian diisi air dengan volume yang sama. Setelah memastikan suhu stabil sesuai dengan
penelitian, ikan dimasukkan pada masing-masing toples yang bersuhu 37°C, 17°C dan 27°C.
Kemudian menunggu ikan untuk beradaptasi dengan suhu lingkungannya selama 30 menit.
Terakhir lakukan pengamatan gerakan renang (sirip dada), bukaan operkulum dan seberapa
banyak makanan yang di makan ikan mas dalam waktu 5 menit dengan pengulangan
sebanyak 6 kali.
Analisis data pada parameter seperti perilaku yang berbeda pada beberapa ikan mas
dengan suhu lingkungan yang berbeda pula dilakukan dengan menggunakan deskripsi
kuantitatif. Hal itu dilakukan dengan cara menghitung maupun mengamati secara langsung
dan memperoleh sebuah data secara fakta dan secara berurutan. Selain itu, uji parametrik
sidik ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) dilakukan dengan derajat signifikasi 5%
akan dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh masing-masing perlakuan
pada parameter yang diamati. Dilanjutkan dengan uji Anova one-way dan menunjukkan nilai
signifikasi < 0,05, maka hipotesis penelitian diterima serta dapat dilanjutkan uji Duncan
Multiple Range test pada taraf 5%.
13
BAB IV
Hasil penelitian perlakuan suhu yang berbeda terhadap bukaan operkulum, gerakan renang (sirip dada) dan aktivitas makan tersaji pada
tabel dan gambar berikut.
Tabel 1. Perlakuan Suhu Berbeda Terhadap Gerakan Renang Ikan Mas Pada Sirip Dada
Suhu
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
(17 ° C) (27 ° C) (37 ° C)
Menit ke- Menit ke- Menit ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
3 16 19 20 21 13 17,8 110 136 101 126 111 116,8 114 123 120 133 127 123,4
14
Hasil pengamatan terhadap tingkah laku gerakan renang pada sirip dada ikan mas
dengan suhu yang berbeda tersaji pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1, ikan mas pertama dengan
suhu kontrol 17°C ikan berada pada dasar aquarium, gerakan renang lambat setiap menitnya
dengan gerakan renang rata-rata sebanyak 17,83 kali selama 5 menit. Suhu lingkungan yang
rendah menyebabkan degenerasi sel darah merah sehingga proses respirasi terganggu, laju
metabolisme turun, ikan menjadi pasif dan tidak mau berenang (Sihombing, 2018). Aktivitas
renang ikan diperairan akan bergerak dengan tenang dan beraturan dengan kisaran suhu 27°C
dan rata-rata gerakan renang sebanyak 66,86 kali selama 5 menit (Deniro dkk, 2017). Laju
metabolisme ikan dengan suhu normal diperuntukkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
serta reproduksi sehingga ikan melakukan aktivitas renang dengan teratur (Ardianty dkk,
2013). Ikan mas dengan perlakuan suhu 37°C menunjukkan gerakan renang rata-rata
sebanyak 106,26 kali. Perlakuan suhu tersebut, aktivitas gerak renang atau berpindah tempat
menjadi cepat, ikan berenang cepat tidak beraturan dengan menabrak kaca aquarium dan
sering muncul ke permukaan dan ke dasar aquarium yang menunjukkan tanda kritis tingkah
laku ikan mas terhadap kenaikan suhu. Suhu di atas kisaran normal akan menaikkan laju
metabolisme dengan kebutuhan oksigen yang bertambah, namun dengan suhu yang tinggi
akan menurunkan jumlah oksigen terlarut dalam lingkungan air sehingga ikan akan
kesusahan bernapas dan gerakan renang tidak beraturan. Ikan mas dengan perlakuan suhu di
atas dan di bawah kisaran normal akan menurunkan daya adaptasi kelangsungan hidupnya
(Kelabora, 2010).
15
Tabel 2.Perlakuan Suhu Berbeda Terhadap Gerakan Operkulum Ikan Mas
Suhu
Rata-rata
(17 ° C) (27 ° C) (37 ° C)
Rata-rata
Rata-rata
Menit ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
16
Berdasarkan tabel 2, ikan mas dengan perlakuan suhu normal 27°C nampak gerakan
bukaan operkulum ikan mas rata-rata sebanyak 91,6 kali selama 5 menit. Pergerakan bukaan
operkulum ikan, umumnya dengan suhu normal 28°C, operkulum membuka dengan teratur,
normal, dan tidak terlalu cepat atau lambat (Aliza dkk, 2013). Kemudian dengan perlakuan
suhu dingin 17°C, gerakan operkulum melambat dengan jumlah bukaan operkulum rata-rata
sebanyak 72,96 kali selama 5 menit. Hal ini dikarenakan suhu dingin membuat enzim dalam
tubuh ikan mas tidak bekerja dan menyebabkan laju aktivitas berkurang dengan ikan sedikit
berenang di dasar aquarium. Umumnya suhu yang dingin akan membuat enzim dalam tubuh
mahluk hidup ataupun pada ikan yang termasuk hewan berdarah dingin akan sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sehingga apabila suhu lingkungan turun akan memperlambat
laju aktivitas enzim, metabolisme dan gerakan operkulum (Ridwantara dkk, 2019).
Sebaliknya ikan mas dengan perlakuan suhu 37°C menunjukkan gerakan bukaan operkulum
rata-rata sebanyak 99,43 kali selama 5 menit. Suhu di atas kisaran normal membuat enzim
dalam tubuh ikan bekerja cepat menyebabkan gerakan bukaan operkulum membuka dengan
cepat untuk membantu insang dalam pengambilan oksigen yang terlarut dalam air aquarium
agar ikan tetap dapat melakukan respirasi (Firdaus dkk, 2018). Namun, perlakuan suhu yang
tinggi selain membuat gerakan operkulum membuka dengan cepat juga menurunkan tingkat
kelangsungan hidup ikan mas dengan tegangan yang dihadapi ikan mas untuk beradaptasi
dengan suhu yang tinggi dan jumlah oksigen yang berkurang sehingga perlahan akan
membuat ikan kelelahan, susah bernapas dan bergerak tidak beraturan (Azwar dkk, 2016).
17
Tabel 3.Perlakuan Suhu Berbeda Terhadap Jumlah Pakan Ikan Mas
Suhu
Jumlah
(17 ° C) (27 ° C) (37 ° C)
Jumlah
Jumlah
Menit ke- Menit ke- Menit ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 0 0 0 0 1 1 4 3 2 1 0 10 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 1 0 2 2 0 5 0 0 0 0 0 0
3 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 1 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 2 1 0 0 1 4 1 0 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0
6 0 0 2 1 2 5 0 0 2 0 1 3 0 0 0 0 0 0
18
Pengamatan terhadap aktivitas makan ketiga ikan mas tersaji pada tabel 3. Hasil
pengamatan terhadap ikan mas pada suhu normal 27°C, ikan memakan habis pakan
konsentrat rata-rata sebanyak 3,5 butir selama 5 menit. Kemudian ikan mas dengan suhu
17°C memakan pakan dengan rata-rata sebanyak 2,3 butir. Pada suhu dingin ini membuat
gerakan ikan menjadi lamban menanggapi rangsangan akan datangnya makanan dan ikan
selalu berada di dasar aquarium serta jarang melakukan pergerakan renang. ikan dengan
kisaran suhu 27°C tersebut adalah suhu yang optimal untuk budidaya ikan dengan selera
makan yang baik dan ikan dengan suhu dibawah 17°C akan membuat selera makan ikan
berkurang (Arifin, 2016). Perlakuan ikan mas pada suhu 37°C membuat ikan mas menjadi
agresif akan tetapi selera makan ikan berkurang drastis dibanding ikan mas suhu kontrol
27°C dan pada suhu dingin. Tingginya suhu dalam lingkungan air yang tidak sesuai dengan
suhu habitat aslinya membuat ikan mengalami stres dengan meningkatnya kadar glukosa
darah untuk mengatasi homeostasis dan menyebabkan ikan merasa kenyang serta tidak
bernafsu untuk makan (Masjudi dkk, 2016).
Gambar 1. Perlakuan suhu berbeda terhadap ketiga ikan mas dengan pengamatan gerakan
renang, bukaan operkulum dan aktivitas makan
19
Asumsi:
a. distribusi data tidak normal
20
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Perlakuan suhu yang berbeda terhadap ketiga ikan mas dengan 3 perlakuan
pengamatan yaitu gerakan renang pada sirip dada, bukaan operkulum dan aktivitas makan.
Ikan mas dengan suhu normal 27°C, gerakan renang dan bukaan operkulum normal, aktivitas
makan normal dengan jumlah pakan yang habis selama 5 menit. Kemudian uji perlakuan ikan
mas pada suhu dingin 17°C gerakan renang dan bukaan operkulum menjadi lambat ditandai
dengan tanggapan rangsang yang lambat serta aktivitas makan menurun. Ikan mas dengan
suhu 37°C, gerakan renang dan bukaan operkulum menjadi cepat tidak beraturan dengan ikan
naik turun permukaan aquarium, aktivitas makan ikan mas berkurang bahkan tidak nafsu
makan. Menandai ikan stres terhadap kenaikan suhu air aquarium. Dengan demikian dari
penelitian ikan mas dengan rentang suhu yang berbeda, suhu 27°C merupakan suhu yang
optimal untuk budidaya ikan mas dengan jumlah pakan yang dimakan normal, ikan mas
melakukan aktivitas gerakan renang dan bukaan operkulum dengan normal, budidaya ikan
yang cocok untuk lingkungan daerah tropis
21
DAFTAR PUSTAKA
Aliza, D., Winaruddin., dan Sipahutar, L.W. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap
Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi, dan Hispatologi Insang Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus).Jurnal Medika Veterinaria 7 (2) : 142-145.
Ardianty, N.R., Amir, S., dan Abidin, Z. 2013.Tingkat Penetasan Telur dan Pertumbuhan
Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) pada Suhu yang Berbeda.Jurnal
Perikanan Unram3 : 40-47.
Arifin, M.Y. 2016. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis.Sp) Strain Merah
dan Strain Hitam yang Dipelihara pada Media Bersalinitas.Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi 16 (1) : 159- 166.
Azwar, M., Emiyarti., dan Yusnaini. 2016.Critical Thermal dari Ikan Zebrasoma scopas yang
Berasal dari Perairan Pulau Hoga Kabupaten Wakatobi. Jurnal Sapa Laut 1 (2) : 60-
66.
Deniro., Baru Sadarun., dan Yusnaini. 2017. Pengaruh Kenaikan Suhu Air Laut Terhadap
Tingkah Laku Ikan Karang (Amblyglyphidodon curacao) pada Wadah Terkontrol.
Jurnal Sapa Laut 2 (3) : 61-67.
Djunaid, R dan Setiawati, H. 2018.Gastropoda di Perairan Budidaya Rumput Laut
(Eucheuma sp) Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang. Jurnal Bionature 19 (1) : 35-46
Firdaus, M.W., Fitri, A.D.P., dan Jayanto, B.B. 2018. Analisis Adaptasi Perubahan Salinitas
dan Survival Rate Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella) Sebagai Alternatif Umpan
Hidup pada Pole And Line. Journal of Fisheries Resources Utilization Management
and Technology 7 (2) : 19- 28.
Kelabora, D.M. 2010.Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva
Ikan Mas (Cyprinus carpio).Jurnal Berkala Perikanan Terubuk 38 (1) : 71-81.
Masjudi, H., Tang, U.M., dan Syawal, H. 2016. Kajian Tingkat Stres Ikan Tapah (Wallago
leeri) yang Dipelihara dengan Pemberian Pakan dan Suhu yang Berbeda.Jurnal
Berkala Perikanan Terubuk 44 (3) : 69-83.
Nugraha, D., Supardjo, M.N., dan Subiyanto. 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap
Perkembangan Embrio, Daya tetas Telur dan Kecepatan Penyerapan Kuning Telur
Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) pada Skala Laboratorium. Journal of
Management of Aquatic Resources, 1 (1) : 1-6.
Putri J, D.S., Abulias, M.N., dan Bhagawati, D. 2014. Studi Kekerabatan Ikan Familia
Cyprinidae yang Tertangkap di Sungai Serayu Kabupaten Banyumas.Scripta.
Biologica 1 (2) : 129-135.
Ridwantara, D., Buwono, I.D., dan Handaka S, A.A. 2019.Uji Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Benih Ikan Mas Mantap (Cyprinus carpio) pada Rentang Suhu yang
Berbeda.Jurnal Perikanan dan Kelautan 10 (1) : 46- 54.
22
Rousdy, D.W. dan Linda, R. 2018. Hematologi Perbandingan Hewan Vertebrata : Lele
(Clarias batracus), Katak (Rana sp.), Kadal (Eutropis multifasciata), Merpati
(Columba livia) dan Mencit (Mus musculus). Bioma 7 (1) : 1-13.
Sihombing, P.C. 2018. Pengaruh Perbedaan Suhu Air Terhadap Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Medan. pp. 10.
Syafar, L.A., Mahasri, G. dan Rantam, F.A. 2017. Blood Description, Parasite Infestation and
Survival Rate of Carp (Cyprinus carpio) Which is Exposed by Spore Protein
Myxobolus koi on Rearing Pond as Immunostimulan Material. Jurnal Biosains
Pascasarjana 19 (2017) : 158-179.
23