Disusun oleh:
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN
BAB III..................................................................................................................8
PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Periodisasi perawi sudah disebutkan secara implisit sejak awal sejarah
islam. Sebagaimana dalam hadist riwayat Imam Bukhari (w. 870 M) laporan
dari sahabat imran bin hushain ra yang menjelaskan pernyataan Nabi Saw
mengenai periodisasi generasi; "Ummat terbaik adalah generasi masaku,
kemudian generasi setelahnya, lalu generasi setelahnya" 1 (Al-Bukhari, 1422 H,
hal. 3650).
Franz Rosenthal (w. 2003 M), seorang pakar pevel akademik paling tinggi
sebagai sterling Professor di Yale University dalam bidang Bahasa Arab dan
Sejarah Islam, mengakui dalam salah satu bukunya bertajuk The Classical
Heritage in Islam, Ilmu at- Tarikh inda al-Muslimin bahwa "Klasifikasi-
Periodik (Tawsim at-Thabaqat) adalah tradisi asli dalam Islam. Klasifikasi
periodik ini merupakan metode tertua dalam hal klasifikasi waktu yang pernah
dikenal pada sejarah tradisi ilmiah pemikiran alami para Sahabat Nabi, yang
kemudian berkembang pada abad kedua Hijriyah sebagai metode kritik sanad
Hadits2 (Rosenthal, 1983, hal, 133-134).
David Samuel Margoliouth (w. 1940 M) seorang orientalis kawakan awal
abad 20, Profesor bidang ilmu-ilmu Arab dan Islma di University of Oxford.
Sejalan dengan Rosenthal, ia mengakui hal yang sama dalam bukunya yang
bertajuk Lectures on Arabic Historians bahwa "Metode thabaqat adalah
metode paling efektif dalam diskursus sejarah. Sebab, metode ini menekankan
adanya keberlanjutan yang menjadi essensi dari sejarah itu sendiri. Teknik
urutan yang digunakan ilmuwan muslim pada periodisasi para tokoh
berdasarkan pada yang lebih terdahulu memeluk islam adalah salah satu
pertimbangan dalam membuat periodisasi sejarah islam" 3 (Margoliouth, 2010,
hal.19, 59).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Thabaqat Ruwat ?
2. Apa saja komsep implementasi dalam Thabaqat Ruwat?
3. Apa Pengaruh Thabaqat dalam klasifikasi hadits?
4 Ibn Shalah, Ma'rifat Anwa' Ulum Al-Hadits, 1986, juz 1, hal. 399
2
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui definisi Thabaqat Ruwat
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam ajaran Islam, Al-Hadits menjadi salah satu sumber hukum yang
penting. Hadist merupakan perkataan dan tindakan Nabi yang dijadikan
sumber hukum dalam Islam. Oleh sebab itu, para ulama merumuskannya
dalam ilmu Al-hadits.
Tetapi pada dasarnya mengetahui tingkatan hadits sangatlah penting. Kita
perlu tahu bagaimana periwayat hadits meriwayatkan hadits, sehingga dapat
diketahui hadits itu shahih atau daif. Dalam menentukan dhaif dan shahihnha
sebuah hadist, perlu pengkajian mendalam tentang perawi/periwayat. Salah
satu cabang ilmu yang membahas mengenai hal tersebut adalah thabaqat
ruwat.
Mengetahui thabaqah para rawi sangat besar manfaatnya, yaitu untuk
mengetahui terjaminnya orang-orang yang serupa nama, maupun yang
semacamnya. karena dengannya dapat diketahui sejumlah rawi yang memiliki
keserupaan , meniadakan banyak kerancuan, bisa terhindar dari kekliruan
lantaran kesamaan antar-rawi dalam nama dan kunyah-nya, dapat mengetahui
hakikat dibalik tadlis atau meneliti maksud ‘an’anah (pernyataan seorang rawi:
‘an Fulan), apakah ia dalam bentuk sanad yang muttashil atau munqathi’.
Didalam pembahasan thabaqat ruwat terdapat ilmu yang mempelajari para
perawi hadits tersebut yaitu Tarikh ar-Ruwat. Ilmu ini berkembang bersama
berkembangnya ilmu riwayat. Perhatian para ulama tentang ilmu ini didorong
oleh suatu maksud untuk mengetahui dengan sebenarnya hal ihwal para rwi
hadits (rijalus sanad). Atas dasar motif tersebut mereka menanyakan kepada
para rawi yang bersangkutan mengenai umur dan tanggal kapan mereka
menerima hadists dari guru-guru mereka, disamping para ulama tersebut
meneliti tentang identitas para rawi itu.
5
C. Pengaruh thabaqat dalam klasifikasi hadist
Mengetahahui tanggal lahir dan wafatnya para rawi adalah sangat penting
untuk menolak pengakuan seorang rawi yang mengku pernah bertemu dengan
seoranag guru yang pernah memberikan hadits kepadanya, padahal setelah
diketahui tanggal lahir dan wafat gurunya, jadi mungkin sekali mereka tidak
saling bertemu, disebabkan kematian gurunya mendahului daripada
kelahirannya. Jika demikian halnya, maka hadist yang mereka riwayatkan itu
sanadnya tidak bersambung. Dengan kata lain faedah mempelajari ilmu tarikh
hadits ialah mengeetahui muttasil atau munqothinya sanad hadits dan untuk
mengetahui marfu’ atau mursalnya pemberian hadits.
Mengetahui kampung halaman rawi pun besar faedahnya, yaitu untuk
membedakan rawi-rawi yang kebetulan sama nama-namanya akan api berbeda
marga dan kampunghalamannya. Sebab sebagaimana diketahui bahwa raw-
rawi itu banyak yang namanya sama, akan tetapi tempat tinggal mereka
berbeda. Tampak faedahnya pula dalam hal ini apabila rawi yang namanya
bersamaan itu sebagiannya ada yang tsiqat, sehingga dapat diterima haditsnya,
sedang sebagian yang lain adalah tidak tsiqat yang menyebabkan harus ditolak
haditsnya.
Ilmu thabaqat itu termaasuk bagian dari ilmu rijalul hadits, karena obyek
yang dijadikan pembahasannya ialah rawi-rawi yang menjadi sanad suatu
hadits. Kalau didalam ilmu rijalul hadits para rawi dibicarakan secara umum
tentang hal ihwal, biografi, cara-cara menerima dan memberikan hadits dan
lain sebagainya, maka dalam ilmu thabaqat, menggolongkan para rawi
tersebut dalam satu atau beberapa golongan, sesuai alat pengikatnya.
Imam as- Sakhawi mengatakan, “faedah ilmu thabaqat ini adalah
keamanan dari bercampurnya almutsyabihin (para rijal hadits yang memiliki
keamanan): seperti yang atau kuniyahnya atauyng lai, kitaga dapat menelaah
terjadinya tadlis secara jelasdan menyingkap hakikat an’anah untuk
mengetahui hadits yang mursal atau munqathi’ dan membedakannya dari
yanag musnad”.
6
7
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thabaqat ar-Ruwat adalah pengelompokan orang yang menerima,
memelihara dan menyampaikan hadits yang hidup dalam satu generasi atau
satu masa dan dalam perriwayaatan ataau isnad yang sama atau sama dalam
periwayatan saja. Maksud berdekatan dalam isnad adalah satu perguruan atau
satu guru atau diartikan berdekatan dalam berguru. Jadi . para gurunya
periwayat juga menjadi guru bagi sebagian perawi lain.
Ilmu Thabaqat merupakan bagian dari Ilmu rijal al hadits, dalam Ilmu
Thabaqat obyek yang dijadikan pembahasannya ialah rawi-rawi yang menjadi
sanad suatu hadits. Kalau dalam Ilmu rijal al hadits para rawi dibicarakan
secara umum tentang hal ihwal, biografi, cara-cara menerima dan memberikan
Al Hadits dan lain sebagainya, maka dalam Ilmu Thabaqat, menggolongkan
para rawi tersebut dalam satu atau beberapa golongan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10