Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PROFESI KEGURUAN

Oleh :

Kelompok 2

Akbar Waliyullah 1911040017


Azriel Anandsyah Murti 1911042017
Vicarianti 1911042009
Varah Umay'ah Husain 1911042015
Nur Risma Rusdi 1911042027
Fanny Armasari 1911040005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEAMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas ke hadirat Allah SWT,yang mana telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sebagai makhluk-Nya. Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah “ Konsep
Profesi Keguruan “.

Makalah ini disajikan secara sistematis dan dengan pemikiran- pemikiran yang relevan,
sehingga mempermudah pembaca untukmemahaminya. Dalam makalah ini diharapkan dapat
menambah wawasan pembaca mengenai materi yang disajikan.Akhir kata, tiada gading yang
tak retak, demikian pula dengan makalahini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini dan menjadi
perbaikan untuk penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................iii
BAB I ................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 6
2.1 Pentingnya Ilmu Keguruan .................................................................................................... 6
2.2 Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalitas, Profesionalisasi dan
Profesionalisme ........................................................................................................................... 8
2.3 Ciri-Ciri Profesi, Professional, dan Profesionalisme ................................................ 9
2.4 Keterkaitan antara Profesi, Professional dan Profesionalisme ............................................ 11
2.5 Sikap dan Sasaran Profesi Guru ........................................................................................... 11
2.6 Syarat Guru Profesional ...................................................................................................... 15
2.7 Guru Profesional Sebagai Fasilisator dan Komunikator ....................................................... 17
2.8 Fungsi dan Peran Guru dalam Pembelajaran ...................................................................... 19
BAB III ................................................................................................................................................ 25
PENUTUP .......................................................................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 25
3.2 Saran .................................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


“Apakah pekerjaan guru itu suatu profesi?” Pertanyaan ini muncul
karena disatu sisi guru adalah pendidik, sehingga banyak yang beranggapan
setiap orang dapat dan berhak mendidik, karena sebagaimana diketahui ibu dan
keluarga merupakan guru yang pertama dalam kehidupan. Namun dalam hal ini kita
akan membahas bagaimna menjadi guru sebagai tenaga pendidik dalam pendidikan
sehingga dapat mengetahui mengapa guru itu disebut sebagai profesi dan
mengetahui pentingnya ilmu keguruan dalam menunjang profesi keguruan.

Guru artinya memberikan ilmu dan didikan yang baik kepada para
peserta didik. Guru yang dibutuhkan dengan merasakan bahwa pekerjaannya
adalah pekerjaan mulia sehingga dapat mengabdikan seluruh hidup mereka
bagi dunia pendidikan. Dalam melaksanakan suatu proses pendidikan haruslah
dilakukan dengan bimbingan yang optimal oleh pendidik terhadap peserta
didik. Bimbingan yang dimaksud dimaknai sebagai pemberian bantuan,
arahan, petunjuk, nasehat, penyuluhan, dan motivasi yang diberikan kepada
peserta didik dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin timbul
dalam mengembangkan kemampuannya. Dalam upaya pembangunan
pendidikan nasional, diperlukan guru (pendidik) dalam standar mutu
kompetensi dan profesionalisme yang terjamin. Dalam menggerakan
dinamika kemajuan pendidikan diperlukan suatu proses pembinaan
berkesinambungan, tepat sasaran dan efektif, untuk dapat mencapai jumlah
guru professional.

Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran


suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam
kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan
guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya
kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret
manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan

4
gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari "citra" guru di
tengah-tengah masyarakat.

Indonesia sangat membutuhkan guru profesional yang mampu untuk


mendidik anak bangsa menjadi penerus bangsa yang memiliki kualitas.
Apabila seorang guru tidak punya sikap professional maka peserta didik akan
sulit untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan adanya guru yang
professional dan berkualitas maka akan mampu mencetak anak bangsa yang
berkualitas pula. Selain seorang guru professional, seorang guru juga
mempunyai tugas lain yaitu sebagai fasilitator dan komunikator untuk
mendidik, mengajar dan melatih anak didiknya. Seorang guru juga harus
mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas, dan konsep keilmuan yang
berhubungan dengan guru professional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pentingnya ilmu keguruan?
2. Apa pengertian profesi, profesional, profesionalitas, dan profesionalisme?
3. Bagaimana ciri-ciri profesi, professional, dan profesionalise?
4. Bagaimana keterkaitan antara profesi, professional dan profesionalisme?
5. Bagaimana sikap dan sasaran profesi keguruan?
6. Apa syarat guru professional?
7. Bagaimana guru professional sebagai komunikator dan fasilitator?
8. Apa fungsi dan peran guru dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pentingnya ilmu keguruan
2. Untuk mengetahui pengertian dari profesi, professional, profesionalitas,
profesionalisasi dan profesionalisme
3. Untuk mengetahui ciri-ciri profesi, professional, dan profesionalisme
4. Untuk mengetahui keterkaitan antara profesi, professional dan
profesionalisme
5. Untuk mengetahui sikap dan sasaran profesi keguruan
6. Untuk mengetahui syarat guru professional
7. Untuk mengetahui guru professional sebagai komunikator dan fasilitator
8. Untuk mengetahui fungsi dan peran guru dalam pembelajaran

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Ilmu Keguruan


Ilmu keguruan adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari bagaimana cara
berbagi atau mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada para peserta
didik. Wawasan yang dianut oleh pendidik dalam hal ini guru, tentang manusia akan
mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya.
Karena pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai
tujuan. Asumsi dasar pendidikan tersebut memandang pendidikan sebagai kegiatan
kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang
berlangsung sepanjang hayat. Tantangan utama di dalam pendidikan adalah
menentukan cara-cara yang tepat di dalam menterjemahkan tujuan umum yang
dimaksud ke dalam perbuatan pendidikan.

Dalam ilmu keguruan juga mempelajari Etika kerja, kode etik, dan etos kerja
merupaka tiga hal yang saling terkait dan mempunyai peranan besar dalam
mewujudkan proses dan kualitas kerja. Efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan akan
banyak tergantung pada tiga hal tersebut. Oleh karena itu, setiap guru sudah
seharusnya memahami, menghayati, dan mengamalkan ketiga hal itu dalam
keseluruhan kinerjanya. Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan
siswa sebagai subyek belajar dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal
pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi agar proses iti
dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

Etika pada hakekatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan


keputusan tentang moral manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Secara
umum, etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin yang filosofis yang sangat
diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-
pola perilaku sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang baik
sesuai norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian, akan tercipta hubungan
antar manusia yang baik dan harmonis seperti saling menghormati, saling menghargai,
tolong menolong dan sebagainya.

6
Dalam dunia pekerjaan, etika sangat diperlukan sebegai landasan perilaku
kerja para guru dan tenaga kependidikan lainnya. Etika kerja lazimnya dirumuskan
atas kesepakatan para pendukung pekerjaan itu dengan mengacu pada sumber-sumber
dasar nilai dan moral tersebut. Rumusan etika kerja yang disepakati itu disebut kode
etik. Kode etik dalam arti sederhana adalah aturan atau norma berperilaku. Dalam arti
yang lebih luas kode etik adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur tingkah laku
seseorang (Suara Guru, 1999:14). Dengan demikian kode etik adalah ketentuan atau
norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang dalam hubungannya dengan
profesinya atau jabatannya yang disepakati bersama, syah, dan berfungsi sebagai
pendorong masyarakat dan sebagai alat kontrol.

Dengan kode etik itu pula, perilaku etika para pekerja akan dikontrol, dinilai,
diperbaiki, dan dikembangkan. Adapun sifat-sifat yang yang digolongkan kedalam
moral-etika atau budi pekerti yang luhur yang wajib dimiliki oleh guru adalah bisa
berlaku jujur, bersikap adil terhadap siapa pun, cinta kepada kebenaran, bertindak arif
dan bijaksana, suka memaafkan, tidak pembenci dan pendendam, mau mengakui
kesalahan sendiri, ikhlas berkorban, tidak mementingkan diri sendiri, serta
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela.

Disamping seorang guru dituntut memiliki sifat yang baik, guru juga dituntut
pula memiliki sikap-sikap yang baik adalah bersikap sopan santun, bersikap tangkas
dan antusias, bersikap optimistis, mempunyai pandangan ke depan dan luas,
mempunyai perhatian penuh kepada siswa, mempunyai perhatian penuh terhadap
kegiatan-kegiatan kelas, bertabiat jujur dan sabar, berlaku ramah kepada siswa, selalu
rapi dalam berpakaian, bersikap disiplin, suka membantu persoalan-persoalan siswa,
serta dapat bekerja cermat dan teliti.

Guru yang profesional juga akan mampu mengembangkan tes dan sistem
pengujian yang tepat. Guru yang profesional juga akan mau terus mengembangkan
wawasannya untuk menunjang profesinya. Sebaliknya, calon guru yang selama ini
berasal dari generasi muda kelas bawah (karena gaji guru rendah), walaupun diikutkan
dalam berbagai kegiatan penataran dan lokakarya, mereka akan tetap tidak beranjak.
Karena secara akademis kemampuan dasar mereka memang lemah

7
2.2 Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalitas, Profesionalisasi
dan Profesionalisme
A. Profesi
Profesi secara etimologi berasal dari kata profession (inggris) yang berasal
dari bahasa Latin profesus yang berarti “mampu atau ahli dalam suatu
bentuk pekerjaan”. Profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau
jabatan yang menuntut keahlian, yang didapat melalui pendidikan dan
latihan tertentu, menurut persyaratan khusus memiliki tanggung jawab
dan kode etik tertentu. Pekerjaan yang bersifar profesional berbeda
dengan pekerjaan lainnya karena suatu profesi memerlukan kemampuan
dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya. Profesi juga
diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang
mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari
pendidikan akademis yang intensif. Jadi profesi adalah suatu pekerjaan
atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan
atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang
orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan
secara khusus (Musriadi, 2016: 27-30).
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatau pengetahuan khusus. Sebutan profesi selaalu
dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan
tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut sebagai profesi, karena
profesi menuntut keahlian para pemangkinya, artinya suatu pekerjaan atau
jabatan tidak dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatau
persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan
sebagainya.
B. Profesional
Profesional adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi. Seseorang dikatakan profesional
Apabila mereka mampu menawarkan jasa dan peraturan dalam

8
bidang yang dijalaninya dan juga bisa dikatakan profesional apabila
sudah menerima gaji sebagai upah atas jasanya.
C. Profesionalitas
Profesionalitas adalah keahlian yang dimiliki oleh seseorang untuk
dapat melakukan tugas-tugasnya. Profesionalitas lebih menggambarkan
suatu keadaan derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap,
pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan
tugasnya.
D. Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah suatu profesi yang mengarah pada proses
peningkatan kemampuan dalam mencapai kriteria yang standar
penampilannya sebagai profesi. Maksudnya adalah kita gambarkan
kepada jabatan guru, apabila guru tidak berusaha menambah
pengetahuannya yang baru, maka meteri sajian waktu mengajar akan
gersang.
E. Profesionalisme
Profesionalisme adalah sikap mental dalam bentuk komitmen dari
para anggota suatu profesi untuk mewujudkan dan meningkatkan
kualitas profesionalnya. Profesionalisme itu suatu tingkah laku keahlian
atau kualitas diri seseorang yang profesional atau bisa juga dikatakan
sebagai cerminan sikap mental untuk meningkatkan keahlian profesional
nya.

2.3 Ciri-Ciri Profesi, Professional, dan Profesionalisme


A. Ciri-ciri Profesi
Menurut Djam’an Satori (2007: 1.5) profesi mempunyai beberapa ciri-ciri
yaitu sebagai berikut:
1. Standar unjuk kerja;
2. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi
tersebut dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab;
3. Organisasi profesi;
4. Etika dan kode etik profesi;
5. Sistem imbalan;
6. Pengakuan dari masyarakat.

9
Ada beberapa ciri profesi yang melekat yaitu: pendidikan, pelatihan dan
pengalaman yang bertahun-tahun. Adapun secara khusus sifat yang selalu
melekat pada profesi adalah:
1. Adanya kaidah dan standar mmoral yang sangat tinggi.
2. Adanya pengetahuan khusus.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

B. Ciri-ciri professional
1. Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar
2. Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
3. Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
4. Keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi
pembelajaran
5. Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
6. Kemampuan mengorganisir dan problem solving
7. Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik

C. Ciri-ciri Profesionalisme
1. Menurut Panji Anoraga (2001:9). menyebutkan bahwa ciri-ciri profesionalisme
adalah
2. Memiliki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga dituntut
untuk pengalaman dan kebiasaan,
3. Menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat yang tidak mudah
4. Puas atau putus asa sampai selalu mencari peningkatan mutu,
5. Memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh
melalui hasil tercapai
6. Memerlukan adanya kebulatan fikirandan perbuatan, sehingga terjaga
efektifitas kerja yang tinggi

10
2.4 Keterkaitan antara Profesi, Professional dan Profesionalisme
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai suatu
kegiatan pokok yang dapat menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian.

Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang
dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi. Hal ini juga pengaruh
terhadap penampilan atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di
profesinya.

Profesionalisme adalah sama dengan orang yang hidup dengan cara


mempraktekkan keterampilan yang mereka miliki dan terlibat dengan kegiatan yang
sesuai dengan keahliannya tersebut. Profesionalisme sama dengan orang yang
menjalankan profesi atau pekerjaan yang sesuai dengan keahlian.

Jadi, profesi, profesional dan profesionalisme memiliki keterkaitan yang


sangat erat didalamnya. Karena sebuah profesi tidak berjalan tanpa adanya seorang
yang profesional yang berada pada Profesi tersebut. Seorang yang profesional tidak
dapat dikatakan profesional ketika belum mengembangkan ke profesionalismenya,
karena profesionalisme seorang yang profesional sangat dibutuhkan dalam
menjalankan sebuah profesi atau pekerjaan yang sesuai dengan keahlian.

2.5 Sikap dan Sasaran Profesi Guru


A. Sasaran Sikap Profesional Guru
Secara umum, sikap profesional seorang guru dapat dilihat dari faktor
luar, akan tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang
dimiliki guru sebagai seorang tanpa pendidik. Menurut PP No.74 Tahun 2008
pasal 1.1 tentang Guru dan UU. No.14 Tahun 2005 pasal 1.1 Tentang guru dan
Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Berikut ini yang dijadikan sasaran dengan
profesi keguruan yaitu meliputi sikap profesional keguruan terhadap: (1)
peraturan perundang-undangan, (2) Organisasi Profesi, (3) Teman Sejawat, (4)
Anak didik, (5) Tempat Kerja, (6) Pemimpin, dan (7) Pekerjaan.

11
B. Sikap Profesional Guru
1. Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Kode etik guru Indonesia pada butir kesembilan bahwasanya:”Guru
melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan”
(PGRI, 1973). Kebijakan pendidikan di negara ini dipegang oleh
pemerintah dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang
mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan
kebijakan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya antara lain: pembangunan
gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain
dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan,
pembinaan generasi muda dengan men-giatkan kekuatan karang taruna.
Guru merupakan unsur aparatur Negara dan abdi-Negara. Karena itu,
guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
merupakan kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan ialah segala peraturan peratutan baik yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Pusat maupun di daerah,
maupun departemen lain dalam rangka pembinaan pendidikan di negara kita.
Seperti peraturan tentang berlakunya kurikulum sekolah ternetu pembebasan
uang Sumbangan Pembiayaan.
2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Sementara guru
pada satuan madrasah sebagai payung organisasinya berada di bawah
naungan Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI) dasar ini menunjukkan
bahwa betapa pentingnya peranan organisasi profesi sebagai wadah dan
sarana pengabdian. PGRI dan PGMI sebagai organisasi profesi memerlukan
pembinaan, agar lebih berdaya guna dan berhasil guna sebagai wadah usaha
untuk membawakan misi dan menetapkan profesi guru. Keberhasilannya
sangat bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung
jawab dan kewajiban para anggotanya. Organisasi PGRI dan PGMI adalah
suatu sistem yang unsur pembentukannya adalah guru-guru. Oleh karena itu,
guru harus bertindak sesuai dengan tujuan sistem. Ada hubungan timbal balik

12
antara anggota profesi dengan organisasi, baik dalam melaksanakan
kewajiban maupun dalam mendapatkan hak.
3. Sikap Terhadap Teman Sejawat
Dalam ayat kode etiki guru disebutkan bahwa guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Ini
berarti sebagai berikut: (a) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara
hubungan sesama guru dealam lingkungan kerjanya, (b)Guru hendaknya
menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya. Dalam hal ini ditunjukkan
bahwa betapa pentingnya hubungan yang harmonis untuk menciptakan rasa
persaudaraan yang kuat di antara sesama anggota profesi khususnya di
lingkungan kerja yaitu sekolah, guru hendaknya menunjukkan suatu sikap
yang ingin bekerja sama, menghargai, pengertian, dan rasa tanggung
jawab kepada sesama personel sekolah. Sikap ini diharapkan akan
memunculkan suatu rasa senasib sepenanggungan, menyadari kepentingan
bersama, dan tidak mementingkan kepentingan sendiri dengan
mengorbankan kepentingan orang lain, sehingga kemajuan sekolah pada
khususnya dan kemajuan pendidikan pada umumnya dapat terlaksana. Sikap
ini hendaknya juga dilaksanakan dalam pergaulan yang lebih luas yaitu
sesama guru dari sekolah lain.
4. Sikap Terhadap Anak Didik
Dalam kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus
dipahami seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari- hari, yakni:
tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan
manusia indonesia yang seutuhnya. Tujuan pendidikan nasional sesuai
dengan UU. No. 2/1989 yaitu membentuk manusia indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik bukan
mengajar, atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Kalimat ini mengindikasikan
bahwa pendidikan harus memberi contoh, harus dapat memberikan
pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Prinsip manusia

13
seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang
bulat dan utuh, baiki jasmani maupun rohani, tidak hanya berilmu tinggi
tetapi juga bermoral tinggi pula. Dalam hal mendidik guru tidak hanya
mengutamakan aspek intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan
perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial,
maupun lainnya sesuai dengan hakikat pendidikan.
5. Sikap Tempat Kerja
Untuk menyukseskan proses pembelajaran guru harus bisa
menciptakan suasana kerja yang baik, dalam hal ini adalah suasana
sekolah. Dalam kode etik dituliskan bahwa guru menciptakan suasana
sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar. Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana
baik itu dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode yang
sesuai, maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup, serta
pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun pendekatan lain
yang diperlukan. Selain itu untuk mencapai keberhasilan proses
pembelajaran guru juga harus mampu menciptakan hubungan yang
harmonis antar sesama perangkat sekolah, orang tua siswa, dan juga
masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengundang orang tua
sewaktu pengambilan rapor, membentuk BP3 dan lain-lain.
6. Sikap Terhadap Pemimpin
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru
maupun yang lebih besar, guru akan selalu berada dalalm bimbingan dan
pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan
mulai dari cabang, daerah, sampai ke pusat. Begitu juga sebagai anggota
keluarga besar depdikbud, ada pembagian pengawasan mulai dari kepala
sekolah, kakandep, dan seterusnya samapai kementrian pendidikan dan
kebudayaan. Kerja sama juga dapat diberikan dalam bentuk ususlan dan
kritik yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan
bersama dan kemajuan organisasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif dan loyal terhadap
pimpinan.
7. Sikap Terhadap Pekerjaan

14
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1, tentang guru dan dosen
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip sebagai berikut: (a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
idealism, (b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Hal ini berarti seorang guru
sebagai pendidik harus benar-benar berkomitmen dalam memajukan
pendidikan. Guru harus mampu melaksanakan tugasnya dan melayani
peserta didik dengan baik. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan
masyarakat. Guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dengan
keinginan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan para orang tuanya.
Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, guru selalu dituntut untuk secara terus
menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya.

2.6 Syarat Guru Profesional


Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab, rasa
kesejawatan dan piawai dalam melaksanakan profesinya.

1. Karakteristik Guru Profesional


a. Memiliki kadar pengetahuan yang luas dalam mata pelajaran spesialisasinya
b. Berpengalaman mengajar
c. Ucapannya jelas dan tegas
d. Antusiasme tinggi
e. Peduli
f. Ceria dan santai
g. Sikap bekerja sama dengan guru lain maupun orang tua siswa
h. Berniat memperbaiki kecakapan mengajarnya dan memajukan
pendidikannya
i. Kelasnya secara struktural teratur baik untuk memaksimalkan waktu
mengajar
j. Menjaga waktu transisi antar kegiatan sesedikit mungkin
k. Masuk kelas dalam keadaan siap

15
l. Dorongan positif
m. Memonitor dan menangani gangguan dikelas
n. Mendisplinkan siswa secara adil dan wajar
o. Menyampaikan harapan akademik dan mampu memotivasi siswa untuk bisa
belajar optimal
p. Menunjukkan suatu tingkat perencanaan dan oragnisasi yang tinggi
2. Syarat menjadi guru Profesional
Komponen dasar dalam UU Guru dan Dosen. Guru dan Dosen bukan hanya
bermodal penguasaan materi dan penyampaian kepada siswa saja. Namun,
memerlukan pemikiran, latihan, kerja keras dan loyalitas yang tinggi dalam
mengemban tugas profesinya.
3. Kompetensi Guru
a. Kompetensi Pedagogik adalah membimbing anak, mengarah pada
keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan pendidikan yang semuanya dibimbing oleh
guru. Artilain disiplin yang berhubungan dengan teori dan praktek
pendidikan, sehingga menyangkut studi dan praktek bagaimana cara terbaik
guru untuk mengajar.
b. Kompetensi kepribadian yaitu guru harus mampu menilai diri sendiri
secara realisitik, mampu menilai situasi secara realistik, mampu menilai
prestasi, menerima dan melaksanakan tanggung jawab, memiliki sifat
kemandirian, dapat mengontrol emosi, penerimaan sosial (mau
berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat
dalam berhubungan dengan orang lain), serta memiliki filsafat hidup
(mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari
keyakinan agama yang dianutnya).
c. Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan.
d. Kompetensi Sosial adalah kemasyarakatan. Dengan demikian guru dalam
hal sikap, orientasi, atau perilakunya haruslah mampu menjadi contoh
ideal seorang guru, ia harus memiliki sikap yang ramah dalam
berhubungan dengan orang lain, mampu berkontribusi terhadap kegiatan

16
sosial, serta mampu berkomunikasi dengan cara yang baik terhadap
masyarakat pada umumnya

2.7 Guru Profesional Sebagai Fasilisator dan Komunikator


A. Guru profesional sebagai komunikator
Komunikasi dalam bahasa Inggris adalah communication, berasal dari kata
commonicatio atau dari kata comunis yang berarti “sama” atau “sama maknanya”.
Dengan kata lain komunikasi memberi pengertian bersama dengan maksud
mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melakukan yang diinginkan
oleh komunikator. Komunikasi berarti penyampaian informasi, gagasan,
pikiran, perasaan, keahlian dari komunikator kepada komunikan untuk
mempengaruhi pikiran komunikan dan mendapatkan tanggapan balik sebagai
feedback bagi komunikator. Sehingga komunikator dapat mengukur berhasil atau
tidaknya pesan yang di sampaikan kepada komunikan. Komunikasi mendapatkan
tempat strategis dalam dunia pendidikan.
Pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut
terlibat dua komponen yang terdiri dari guru sebagai komunikator dan siswa
sebagai komunikan. Tujuan pendidikan akan tercapai jika prosesnya komunikatif.
Pada umumnya pembelajaran berlangsung secara berencana di dalam kelas
secara tatap muka (face to face) dan kelompoknya relatif kecil. Meskipun
komunikasi antara siswa dan guru dalam ruang kelas itu termasuk komunikasi
kelompok, guru sewaktu-waktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi
antarpersonal. Terjadilah komunikasi dua arah atau dialog dimana siswa
menjadi komunikan dan komunikator. Mengingat pembelajaran merupakan
suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk
belajar, maka pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai
pembelajar dan guru sebagai fasilitator.
Guru sebagai komunikator dituntut mempunyai keterampilan
berkomunikasi yang baik agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal
dan memberikan kesan yang baik kepada siswa. Untuk itu, seorang guru harus
mengetahui kebutuhan, karakteristik, minat, serta hobi anak didiknya yang
menjadi pihak komunikan. Komunikasi dan performa guru menjadi titik pusat

17
perhatian siswa dalam belajar. Siswa akan senang belajar jika guru mampu
mengemas dan mendesain komunikasi pembelajaran dengan sebaik-baiknya,
walaupun hakekatnya siswa kurang suka terhadap materi yang disampaikan guru.
Begitu pula sebaliknya, apabila guru tidak peka dan tidak mampu
mengkomunikasikan dengan baik, maka siswa dipastikan akan kurang berminat
untuk belajar walaupun sebenarnya siswa menyukai terhadap materi
pembelajaranya.

B. Guru Profesional sebagai Fasilisator


Fasilitator adalah istilah Inggris yang telah di Indonesia kan. Fasilitator
bermakna bahwa guru juga harus berfungsi sebagai pemberi fasilitas atau
melakukan fasilitasi. Guru menjadi jembatan yang baik di depan para siswanya.
Dalam fungsinya ini guru lebih banyak melakukan sharing belajar, atau
bisa disebut belajar bersama. Ketika guru menyampaikan kompetensi dasar
sebuah mata pelajaran, ia tidak akan mengeksplorasi pelajaran itu, ia hanya
memancing pengetahuan yang ia yakin telah diketahui oleh para siswanya.
Kumpulan- kumpulan pengetahuan itu ketika dicakupkan akan menjadi
sistematika pengetahuan yang luar biasa.
Guru sebagai Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan
melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya. Guru Sebagai
Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegitan belajar anak didik, menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan. Salah satu fungsi dan tugas guru adalah sebagai seorang
fasilitator. Untuk memenuhi kriteria sebagai fasilitator, ada pendapat yang
menyebutkan batasan-batasan yang harus dimiliki guru tersebut. Batasan- batasan
tersebut dijelaskan pada poin-poin berikut.
Menurut E.Mulyasa (2008) ada tujuh sikap yang harus dimiliki guru,
seperti yang diidentifikasi Rogers (dalam Knowles, 1984) berikut.
1. Tidak berlebih mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang
terbuka.
2. Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan
perasaannya.
3. Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif dan kreatif, bahkan
yang sulit sekalipun.

18
4. Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik
seperti halnya terhadap bahan pelajaran

2.8 Fungsi dan Peran Guru dalam Pembelajaran


A. Fungsi Guru
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan peranan
yang penting, peranan guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi
seperti radio, internet maupun komputer yang paling modern. Banyak
unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi,
kebiasaan dan keteladanan yang diharapkan dari hasil proses
pembelajaran, yang tidak dapat dicapai kecuali melalui pendidik.
Demikianlah gambaran begitu pentingnya fungsi guru dan betapa
beratnya tugas dan tanggung jawab guru, terutama tanggung jawab moral
untuk digugu dan ditiru. Di sekolah seorang guru menjadi ukuran atau
pedoman bagi murid-muridnya, di masyarakat seorang guru menjadi sauri
tauladan bagi setiap warga masyarakat. Fungsi guru cukup berat untuk
diemban ini tentu saja membutuhkan sosok seorang guru atau pendidik
yang utuh dan tahu dengan kewajiban dan tanggung jawab sebagai
seorang pendidik. Pendidik itu harus mengenal Allah dalam arti yang luas,
dan rasul, serta memahami risalah yang dibawanya.
Adapun fungsi guru adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Sebagai Pengajar (Instruksional)
Yaitu fungsi untuk melaksanakan tugas mengajar (to teach), tugas
ini secara keguruan merupakan tugas tradisional. System instruksional
dibentuk oleh konsep, yaitu system dan instruction, yang diartikan
sebagai suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau
dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi.
Istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan suatu proses belajar
mengajar. Disamping itu juga ada unsure lainnya yang
menyempurnakan proses belajar mengajar ini, yaitu unsure komponen
dan proses. Antara tujuan, komponen, dan proses memiliki hubungan
yang saling menentukan.
2. Fungsi Sebagai Pemimpin (Managerial)

19
Pengertian pemimpin disini adalah, pemimpin bagi diri sendiri,
siswa maupun orang lain (masyarakat). Memimpin diri sendiri
maksudnya adalah dapat mengarahkan, mengawasi, mengorganisasi,
dan mengontrol kegiatan sendiri. Memimpin siswa adalah
memimpin/membimbing anak dalam belajar. Memimpin orang
lain/masyarakat artinya seorang guru ikut serta berpartisipasi dalam
kegiatan masyarakat, menjadi teladan dan menggabungkan pikiran
dari masyarakat. Dengan demikian tugas guru sebagai pemimpin tidak
hanya terbatas dalam kelas (internal kelas) tetapi juga eksternal
(diluar kelas).
B. Peran Guru
1. Pendidik
Mendidik dikenal sebagai tugas untuk memanusiakan
manusia. Siswa adalah manusia yang belum menjadi manusia
seutuhnya sehingga memerlukan bantuan orang dewasa. Melalui
proses pembelajaran, segala sikap dan tingkah laku siswa ditingkatkan
menjadi lebih baik sehingga terbentuk sebuah karakter yang baik.
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena
itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, sesuai dengan norma, berwibawa, mandiri
dan disiplin.
2. Pengajar
Sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswa. Mengajar bermakna
untuk menyentuh ranah intelektual dan kecerdasan siswa. Untuk
mengajar diperlukan berbagai strategi dan metode sehingga proses
transfer ilmu pengetahuan kepada siswa menjadi lancar. Pengertian
‘mengajar’ yang sesungguhnya adalah menciptakan situasi dan
kondisi supaya siswa belajar. Guru dikatakan belum mengajar kalau
siswa belum belajar. Jadi, orientasi proses pembelajaran di ruang kelas
berorientasi kepada proses belajar siswa.
3. Pembimbing
Potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat
mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka,

20
sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang
sebagai individu yang mandiri dan produktif. Siswa adalah individu
yang unik. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun
secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, tetapi pada
hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat,
kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga
adalah makhluk yang sedang berkembang.
4. Pelatih
Dalam pemahaman penulis, ‘model pelatihan dan
pendampingan berbasis satuan pendidikan’ merupakan model dalam
kegiatan pelatihan yang berlangsung di satuan pendidikan setempat
(sekolah yang ditunjuk sebagai Sekolah Rintisan Penerapan
Kurikulum 2013), dengan sasaran seluruh guru dan tenaga
kependidikan yang ada di satuan pendidikan setempat. Seluruh guru
sama-sama belajar tentang Kurikulum 2013 dan menerima materi
pelatihan secara langsung dari sumber utama yang terpercaya, bukan
dari sumber-sumber lain yang mungkin sudah jauh terdistorsi. Setiap
guru di ‘Sekolah Rintisan Penerapan Kurikulum 2013’ dipantau dan
dibimbing secara intensif tingkat kemampuannya dalam
mengimplementasikan hasil pelatihan,
Guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas untuk
melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai
dengan kompetensi masing-masing. Pelatihan yang dilakukan, di
samping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar,
juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik,
dan lingkungannya. Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak
mencakup semua hal, dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal
itu tidaklah mungkin.
5. Penasehat
Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik, bahkan bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai
penasihat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasihati orang. Dalam setiap langkah kehidupan, manusia tidak
terlepas dari masalah karena masalah adalah bagian dari manusia yang

21
hidup. Begitu pula halnya dengan peserta didik. Seringkali peserta
didik mengalami kesulitan-kesulitan, seperti kesulitan belajar,
kesulitan memecahkan masalah pribadi, kesulitan memecahkan
masalah sosial, kesulitan mengambil keputusan, kesulitan
menemukan jati diri, dan sebagainya. Kesulitan tersebut pasti akan
mempengaruhi proses pembelajaran dan menentukan hasil dalam
pencapaian tujuan. Untuk itu seorang guru harus bertindak sebagai
konsultan yang siap memberikan nasihat kepada peserta didik.
Menjadi guru pada tingkat mana pun berarti menjadi penasihat dan
menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaran pun
meletakkannya pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa
berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam
prosesnya akan lari kepada gurunya.
6. Kreator
Kreativitas, jika apa yang dikerjakan guru sekarang lebih baik
dari yang sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang
lebih baik dari sekarang. Tak seorang pun dapat mengajar sesuatu
pada anak, dan anak harus melakukan sendiri kegiatan belajar, tetapi
tidak berarti bahwa guru tidak membantu.
7. Aktor
Anak-anak tidak pandai mendengarkan gurunya, tetapi mereka
tidak pernah gagal dalam meniru mereka. Sebagai seorang aktor, guru
harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah disusun
dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada
penonton. Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan
mengakibatkan para penonton tertawa, mengikuti dengan sungguh-
sungguh, dan bisa pula menangis terbawa oleh penampilan sang aktor.
Untuk bisa berperan sesuai dengan tuntutan naskah, dia harus
menganalisis dan melihat kemampuannya sendiri, persiapannya,
memperbaiki kelemahan, menyempurnakan aspek-aspek baru
dari setiap penampilan, mempergunakan pakaian, tata rias
sebagaimana yang diminta, dan kondisinya sendiri untuk
menghadapi ketegangan emosinya dari malam ke malam serta
mekanisme fisik yang harus ditampilkan.

22
8. Emansipator
Guru harus mengenal kebutuhan peserta didik akan
pengalaman, pengakuan, dan dorongan. Guru yang emancipator,
ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang
tak berharga, merasa dicampakkan orang lain, selalu diuji dengan
kesulitan sehingga hampir putus asa, dibangkitkan kembali menjadi
pribadi yang percaya diri.
Guru sebagai emancipator ini dikatakan berhasil jika semua
peserta didik kita itu merasa percaya diri, meskipun banyak diantara
mereka yang mungkin lemah, mungkin kelainan atau mungkin
berbeda dengan anak yang lain, tapi dia merasa percaya diri dengan
potensi yang dimiliknya, ini disebut guru sebagai emancipator yang
berhasil dalam mengembangkan potensi siswa.
9. Inovator
Guru harus berusaha agar terlihat “baru” di hadapan peserta didik,
modelnya, penampilannya, strateginya daan pemikirannya. Karena
guru yang hebat merupakan guru yang selalu ditunggu-tunggu
kedatangannya oleh siswa.
10. Peneliti
Metode, strategi, media pengajaran yang diterapkan di suatu
sekolah belum tentu cocok untuk sekolah yang lain. Begitu
pula dengan perlakuan guru yang ditunjukkan di suatu daerah, belum
tentu dapat diterima di daerah yang lain. Dengan demikian, apabila
seorang guru ingin sukses menjadi ‘guru yang profesional’,
hendaknya selalu mengadakan penyesuaian yang terlebih dahulu
melakukan penelitian, untuk menghindari perlakuan yang salah dalam
proses pembelajaran peserta didik.
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya
memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan.
Untuk itu,diperlukan berbagai penelitian, yang di dalamnya
melibatkan guru. Oleh karena itu, guru adalah seorang pencari atau
peneliti. Dia tidak tahu dan dia tahu bahwa dia tidak tahu, oleh karena
itu dia sendiri merupakan subjek pembelajaran. Dengan kesadaran
bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia berusaha mencarinya

23
melalui kegiatan penelitian. Usaha mencari sesuatu itu adalah
mencari kebenaran, seperti seorang ahli filsafat yang senantiasa
mencari, menemukandan mengemukakan kebenaran.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Profesi adalah pekerjaan yang
dilakukan sebagai suatu kegiatan pokok yang dapat menghasilkan nafkah
hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Secara etimologi, profesi
berasal dari kata profession yang memiliki arti pekerjaan. Dalam KBBI,
mengartiakn bahwa profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian seperti ketrampilan, kejuruan dan lain sebagainya.
Sedangkan secara isrilah, profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang
pekerjaan yang didasari akan keahlian tertentu. Akan tetapi tidak semua orang
yang memiliki kapasitas dan kahlian tertentu saja akan tetapi ada syarat yang
mengharuskan bahwa orang yang memiliki keahlian tersebut akan
mengabdikan dirinya pada jabatannya itu.

Kedudukan guru sebagai profesi bukan karena hasil dari cetakan sosial,
melainkankan karena seorang guru mengandung seperangkat teori yang
sistematis. Selain itu seorang guru memiliki otoritas terhadap anak didiknya
dan orang tua dari peserta didiknya. Dan yang terakhir adalah seorang guru
memiliki klaim atas uang negara berupa gaji yang diterimanya. Profesi guru
merupakan sebuah jabatan yang sangat mulia dan mengemban tugas dalam
suatu pembelajaran. Tugas pokok tersebut mencakup secara keseluruhan
dalam proses belajar-mengajar. Dan tugas pokok tersebut harus dilaksanakan
secara profesional.

3.2 Saran
Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap agar wawasan kita
mengenai konsep-konsep profesi keguruan. Penulis sangat merekomendasikan agar
makalah ini menjadi bahan bacaan, karena dalam penulisan makalah ini, penulis
mengutip dari berbagai referensi untuk menambah kelengkapan pembahasan,
ditambah dengan pengertian di akhir kutipan yang penulis buat.

25
Penulisan makalah ini tidak akan terlepas dari kesalahan baik yang
tersengaja atau tidak. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca sekalian untuk perbaikan penulis dalam menulis di
kesempatan berikutnya. Semoga setelah membaca makalah ini pembaca
mampu memperhatikan perkembangan profesi dan hal-hal yang mendasari
tentang profesi baik profesional, profesionalitas, dan profesionalisme dalam
rangka mencerdaskan generasi bangsa ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

Aminullah. 2018. Profesionalisme dan Kualitas Pelayanan (Telaah Implementasi dalam


Penyelenggaraan Diklat Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan). Jurnal
Diklat Teknis. Vol 4 (1): 90

Anwar, Aep Saepul dan Fatkhul Mubin. 2020. Pengembaqan sikap profesionalisme guru
mlalui kinerja guru pada satuan pendidikan guru pada satuan pendidikan Mts
Negeri 1 Serang. Jurnal Pendidikan Islam. Vol 2 (1): 153-161

Dewan Pendiidkan. 2017. Standar Yang Dipersiapkan untuk Menjadi Guru Einstein,
Idha. 2016. Guru professional sebagai komunikator dan fasilitator.
http://idhaeinsteinnizda.blogspot.com/2016/04/guru-profesional-

Susanto, Heri. 2020. Profesi Keguruan. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.

Syarifuddin. 2015. Guru professional: Dalam Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi). Jurnal
Kajian Ilmu dan Budaya Islam. Vol 3 (1): 67-81

Yumna, Aulia. 2016. Devinisi Profesi, Profesional dan Profesionalisme.


https://www.academia.edu/23740809/Devinisi_Profesi_Profesional_dan
profesionalisme

27

Anda mungkin juga menyukai