Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

"PENYUSUNAN TES PENGETAHUAN (KOGNITIF)"

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
PJOK

Dosen:

Wahyu Saputra M. Pd AIFO

Disusun Oleh:

Tegar Wijaksana (2085210015)

Farhan Zaeri (2085210027)

Nurul Azizah (2085210025)

Rizki Hikmatullah (2085210026)

Aulia Dinul Kholis (2085210013)

Teguh Maulana (2085210017)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


UNIVERSITAS MANDIRI
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis telah dianugerahkan kekuatan dan


kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini. Selawat
dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabat sekalian yang telah membawa perubahan dari alam
jahiliyah ke alam yang penuh dengan hidayah.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung penulisan makalah ini, sehingga makalah ini
dapat dijadikan referensi bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan, untuk ini penulis mohon saran-saran dan
perbaikan dari semua pihak.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I.....................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................2

C. Tujuan Masalah...................................................................................2

BAB II...................................................................................................................3

PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pengertian Ranah Kognitif dan Pengukurannya................................3

B. Hakikat Penilaian................................................................................6

C. Penilaian Kognitif................................................................................8

D. Pengembangan Alat Ukur Atribut Kognitif........................................9

E. Teknik Penilaian Kognitif..................................................................11

BAB III................................................................................................................19

PENUTUP...........................................................................................................19

Kesimpulan...............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memiliki pengetahuan tentang pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan (PJOK) merupakan salah satu tujuan PJOK mulai dari
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Oleh sebab itu harus dilakukan
penilaian/evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pengajaran
PJOK itu telah dicapai oleh peserta didik. Perkembangan kemampuan
interpretif siswa yang dijajagi dengan kemampuan tes pengetahuan (ranah
kognitif) juga merupakan fokus perhatian dalam penyelenggaraan PJOK.
Dalam proses penilaian ranah kognitif ini alat evaluasi dapat menggunakan
tes tertulis bentuk objektif (objevtive test) dengan berbagai jenisnya, tes
tertulis bentuk uraian (essay test) maupun tes lisan. Ketiga jenis tes
tersebut tidak hanya mengukur pengetahuan tetapi dapat mengukur
pengertian atau bahkan pemahaman pembelajaran PJOK.
Penggunaan tes pengetahuan (tes ranah rognitif) dalam PJOK
jangan hanya dipergunakan untuk menilai hasil belajar peserta didik akhir
semester saja, namun guru PJOK dapat menggunakan tes tersebut di awal
proses pembelajaran untuk mengetahui seberapa banyak cakupan materi
pembelajaran yang akan diajarkan telah diketahui peserta didik sehingga ia
dapat menentukan apa yang telah dikuasai maupun yang belum dikuasai
oleh sebagian besar peserta didiknya. Tes pengetahuan yang singkat dapat
diberikan dalam proses menyampaiakan materi pelajaran untuk
memberikan penekanan substansi yang lebih banyak pada hal-hal yang
penting atau untuk membantu peserta didik dalam membuat kesimpulan
atau melihat kaitan materi pembelajaran, serta untuk memberikan latihan
dalam menggunakan pengetahuannya dalam situasi baru.

1
Tes pengetahuan dapat juga dipergunakan untuk penelitian, di
antaranya: untuk mengukur pengaruh ujian tertulis terhadap prestasi
belajar peserta didik, pengaruh pemberian kuis-kuis yang sering terhadap
prestasi belajar. Hasil-hasil penelitian ini ternyata memberi rekomendasi
kepada guru PJOK agar lebih memperbanyak pemberian tes tertulis untuk
meningkatkan prestasi belajar pengetahuan PJOK.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ranah kognitif dan seperti apa
pengukurannya?
2. Bagaimana prinsip-prinsip dalam hakikat penilaian?
3. Apa saja yang diukur dalam penilaian kognitif?

C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan ranah kognitif serta seperti apa pengukurannya.
2. Memaparkan prinsip-prinsip dalam hakikat penilaian.
3. Memaparkan apa saja yang diukur dalam penilaian kognitif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ranah Kognitif dan Pengukurannya


Ramah kognitif adalah ranah pembahasan tentang tujuan
pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang berawal dari
tingkat pengetahuan hingga tingkat evaluasi pembelajaran. Dan sasarannya
meliputi : input (kemampuan dan kepribadian), sikap, intelegensi,
transformasi dan output (lulusan). Tingkatan ranah kognitif secara
hierarkis terdapat enam tingkatan, yaitu :
a. Knowlagde (Tingkat Pengetahuan) adalah kemampuan dalam
menghafal atau mengingat kembali setiap pengetahuan yang diterima.
Tipe pengetahuan ini termasuk tingkatan kognitif yang paling rendah,
yang cocok digunakan untuk siswa-i SD/MI antara kelas I-IV.
Kata kerja operasioanlnya adalah : menyebutkan, menunjukkan,
mengenal, mengingat kembali dan mendefinisikan. Tipe tes yang
digunakan adalah : completion type (tipe melengkapi), fiil-in (tipe
isian), true-false (tipe dua pilihan).
b. Comprehension (Tingkat Pemahaman) adalah kemampuan dalam
mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu
dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterima.
Kata kerja operasinalnya adalah : membedakan, mengubah,
mempersiapkan, menyajikan, mengatur, mengintrepertasikan,
menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan,
menentukan dan mengambil kesimpulan.
Pembagian tingkatan pengetahuan komprehensi adalah :
1. Pengetahuan komprehensif terjemahan, seperti dapat menjelaskan
fungsi hijau daun bagi suatu tanaman, dsb.
2. Pengetahuan komprehensif penafsiran, seperti dapat membedakan
yang pokok dari yang bukan pokok.

3
3. Pengetahuan komprehensif ekstrapolasi, dimana siswa-i
diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis atau membuat
ramalan tentang konsekuensi sesuatu atau dapat memperluas
persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus atau masalah.
c. Aplication (Tingkat Penerapan) adalah kemampuan siswa-i dalam
menerapkan pengetahuannya dalam memecahkan berbagai
permasalahan yang baru dalam kehidupan sehari-hari, baik berupa ide,
teori atau petunjuk teknis. Pengukuran kemampuan ini umumnya
menggunakan pendekatan problem solving (pemecahan masalah).
Contoh pengukuran menggunakan rumus :
Mean = ∑fx
N
Keterangan :
∑fx : Jumlah data
N : Banyak data
Kata kerja operasionalnya adalah : menggunakan, menerapkan,
mengggeneralisasikan, menghubungkan, memilih, mengembangkan,
mengorganisasi, menyusun, mengklarifikasi dan mengubah struktur.
Tipe-tipe aplikasi menurut Bloom adalah :
1. Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk
situasi yang baru dihadapi.
2. Dapat menyusun kembali problem untuk menetapkan prinsipnya.
3. Dapat memberikan spesifikasi batas relevansi prinsip yang sesuai.
4. Dapat mengenali hal-hal khusus yang menyimpang dari prinsip.
5. Dapat menjelaskan fenomena baru berdasarkan prinsip, seperti
melihat hubungan sebab-akibat atau menjelaskan proses terjadinya.
6. Dapat meramalkan hal yang terjadi berdasarkan prinsip tertentu
dan dapat menunjukkan dasar ramalan.
7. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam
menghadapi situasi baru dengan prinsip yang sesuai.
8. Dapat menjelaskan alasan penggunaan suatu prinsip disituasi baru.

4
d. Analysis (Tingkat Analisis) adalah Kemampuan siswa-i menggunakan
pengetahuan untuk menganalisis situasi tertentu sehingga dapat
memecahkan masalah. Dan kemampuan analisis dibagi menjadi:
1. Analisis unsur (kemampuan merumuskan dan mengidentifikasi
unsur-unsur penting dan dapat membedakan antara fakta dan nilai).
2. Analisis hubungan (Dapat mengenal unsur dan pola hubungan).
3. Analisis prinsip yang terorganisasi (kemampuan menganalisis
pokok-pokok yang melandasi tatanan suatu organisasi).
Kata kerjanya adalah : membedakan, menemukan, menganalisis,
mengklasifikasikan, mengategorikan, dan membandingkan.
e. Syntesis (Tingkat Sintesis) adalah kemampuan siswa-i dalam
mengaitkan berbagai elemen dan unsur pengetahuan, sehingga dapat
menjadikan siswa-i menjadi kreatif. Hasil dari keterkaitannya adalah :
1. Tulisan (menggabungkan tulisan untuk dibuat kesimpulannya
melalui analisis).
2. Rencana atau mekanisme (sintesis dibuat untuk membuat rencana
atau mekanisme yang baik).
Kata kerja operasionalnya adalah : menggabungkan, menghasilkan,
mengkhususkan, mengembangkan, menggabungkan, mengorganisasi,
menyintesis, mengklasifikasi dan menyimpulkan. Tipe sintesis adalah:
1. Kemampuan menemukan hubungan yang unik untuk dapat
mengkomunikasikan gagasan, perasaan, atau pengalaman dalam
bentuk tulisan, gambar atau simbol ilmiah.
2. Kemampuan menyusun rencana atau langkah operasioanal.
3. Kemampuan mengabstraksi sejumlah fenomena, data, atau hasil
observasi menjadi : teori, proporsi, hipotesis, skema atau model.
f. Evaluation (Tingkat Evaluasi) adalah kemampuan siswa-i mengambil
keputusan berdasarkan pengetahuan, konsep dan situasinya.
Kriteria untuk evaluasi dapat bersifat intern (berasal dari situasi atau
keadaan yang dievaluasi), dan bersifat ekstern (yang berasal dari luar
situasi atau kejadian yang dinilai/dievaluasi).

5
Kata kerja operasional evaluasi adalah : menafsirkan, menilai,
menentukan, mempertimbangkan, membandingkan, melakukan,
memutuskan, dan mengargumenkan. Dan klasifikasinya adalah:
1. Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau
dokumen. (ketapatan internal)
2. Dapat memberikan evaluasi tentang keajegan dalam
memberikan argumentasi, evidensi dan kesimpulan, logika dan
organisasi. (keajegan internal)
3. Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai dalam
mengambil keputusan. (kriteria internal)
4. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan membandingkannya
dengan karya lain yang relevan. (kriteria eksternal)
5. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria
yang telah ditetapkan. (kriteria eksternal)
6. Dapat memberikan evaluasi suantu karya dengan menggunakan
sejumlah kriteria yang eksplisit.

B. Hakikat Penilaian
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari
kegiatan pembelajaran secara umum. Semua kegiatan pembelajaran yang
dilakukan harus selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Kiranya
merupakan suatu hal yang tidak lazim jika terjadi adanya kegiatan
pembelajaran yang dilakukan seorang guru di kelas tanpa pernah diikuti oleh
adanya suatu penilaian. Tanpa mengadakan suatu penilaian, guru tidak
mungkin dapat menilai dan melaporkan hasil pembelajaran peserta didik secara
objektif.
Pada hakikatnya kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata
untuk meraih hasil belajar peserta didik saja, melainkan juga berbagai faktor
yang lain, antara lain kegiatan pembelajaran yang dilakukan itu sendiri.
Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari penilaian terhadap hasil
belajar peserta didik itu dapat pula dipergunakan sebagai salah satu sarana

6
untuk menilai kualitas pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, penilaian juga
dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik kegiatan pembelajaran yang
selanjutnya.
Pelaksanaan penilaian yang dilakukan secara benar seseuai dengan rambu-
rambu dalam banyak hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran.
Data hasil penilaian amat dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan
program pembelajaran selanjutnya. Penilaian hasil pembelajaran merupakan
bagian integral dari keseluruhan proses belajar mengajar. Semua komponen
sistem pembelajaran saling memengaruhi dan menentukan satu dengan yang
lain sehingga jika semua komponen berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil
kegiatan penilaian sebelumnya kita akan mengetahui kompetensi apa yang
sudah, belum, atau kurang dikuasai peserta didik dan karenanya dapat
dilakukan tindakan selanjutnya yang sesuai.
Penilaian hasil belajar peserta didik memperhatikan prinsip-prinsip
penilaian sebagai berikut:
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan. Dan
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

C. Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan
peserta didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian
ini berkaitan dengan ketercapaian Kompetensi Dasar pada KI-3 yang dilakukan
oleh guru mata pelajaran. Penilaian kognif dilakukan dengan berbagai teknik
penilaian. Pendidik menetapkan teknik penilaian sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan pada
saat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu
pada silabus.
Penilaian kognitif, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah
mencapai ketuntasan belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan
kekuatan penguasaan pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran
(diagnostic). Oleh karena itu, pemberian umpan balik (feedback) kepada
peserta didik oleh pendidik merupakan hal yang sangat penting, sehingga hasil
penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran.
Ketuntasan belajar untuk pengetahuan ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan batas standar minimal nilai Ujian Nasional yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
Secara bertahap satuan pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan
belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing
satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.

8
D. Pengembangan Alat Ukur Atribut Kognitif
Langkah-langkah pengembangan alat ukur atribut kognitif meliputi
penyusunan alat ukur yang hendaknya isinya menyeluruh, rinci dan
spesifik. Pertimbangan spesifikasi alat ukur meliputi :
1. Menentukan wilayah yang akan dikenai pengukuran.
Hal-hal yang akan dikenai pengukuran secara teknis adalah :
a. Atribut kognitif (Hasil belajar, intelegensi dan potensi intelektual).
b. Atribut non kognitif.
2. Menentukan dasar konseptual atau dasar teoritis yang akan digunakan
sebagai landasan. Dan penerapannya berupa treatment atau perlakuan
terhadap manusia. Adapun macam-macam dasar konseptual adalah :
a. Dasar konseptual mengenai hal belajar
b. Dasar konsetual mengenai intelegensi.
c. Dasar konseptual menegenai potensi intelektual.
3. Menentukan subjek yang akan dikenai pengukuran.
Subjek yang akan dikenai tes sangat mempengaruhi karakteristik
tes yang akan dikembangkan. Sehingga obyek tes ditentukan diawal.
4. Menentukan tujuan pengukuran.
5. Menentukan materi alat ukur.
Materi yang dapat digunakan dalam bidang tes adalah :
a. Materi projektif adalah yang digunakan untuk menyusun instrumen
dalam mengukur atribut non kognitif.
b. Materi non projektif yang digunakan untuk menyusun instrumen
dalam mengukur atribut kognitif. seperti : materi verbal, non verbal
dan materi yang berupa tugas penampilan (Performance).
6. Menentukan tipe soal materi non prijektif dengan memperhatikan :
a. Alat ukur menuntut subyek merespon dengan uraian. Tes berupa
uraian atau esai.
b. Alat ukur menuntut subyek memilih alternatif jawaban yang
disajikan atau ditawarkan. Ters berupa soal obyektif.

9
Pertimbangan dalam pemilihan tipe soal adalah :
a. Tujuan testing.
b. Cara penyekoran
c. Kegiatan penyelenggaraan tes.
d. Pencetakan tes.
7. Menentukan jumlah soal untuk keseluruhan alat ukur dan masing-
masing bagiannya. Faktor dalam penentuan banyak soal tes adalah :
a. Hubungan antara banyaknya soal dengan bobot soal.
b. Hubungan antara banyak soal dan reabilitas tes.
Variasi rumus Spearman-Brown tentang taraf reabilitas adalah :
a. Hubungan antara banyaknya soal dengan waktu tes.
b. Hubungan antara banyaknya soal dengan uji coba tes.
8. Menentukan taraf kesukaran soal dan distribusinya.
Kesukaran soal adalah : proporsi atau presentase subyek yang
menjawab soal dengan benar. Rumus indeknya adalah : p = B/T
dengan keterangan :
P : Indeks kesukaran soal.
B : Banyaknya subyek yang menjawab soal dengan benar.
T : Banyaknya subyek yang mengerjakan soal.
9. Menyusun kisi-kisi atau “test blue print.
Tujuan penyusunanya adalah : sebagai petunjuk efektif bagi
penyususn tes. Dan panduan yang digunakan untuk pengukuran
potensi dan intelektual adalah : kontruksi teoritis yang disusun
berdasarkan teori untuk melandasi pengukurannya.
10. Merencanakan tugas-tugas untuk para penulis soal.
11. Mererncanakan perakitan soal.
12. Merencanakan jadwal penerbitan alat ukur.

10
E. Teknik Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanya-
jawab dan percakapan serta dan penugasan (Permendikbud nomor 104 tahun
2014).
Teknik dan bentuk instrumen penilaian kompetensi pengetahuan dapat
dilihat pada tabel 1.1 berikut:

1. Tes Tertulis
Instrumen tes tulis umumnya menggunakan soal pilihan ganda dan
soal uraian. Soal tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-
soal yang menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri,
seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian menghendaki peserta didik
mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk uraian
tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya
mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Pada
pembelajaran kimia yang menggunakan pendekatan scientific, instrumen
penilaian harus dapat menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS,
“Higher Order thinking Skill”) menguji proses analisis, sintesis, evaluasi
bahkan sampai kreatif. Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik,
soal-soal untuk menilai hasil belajar Kimia dirancang sedemikian rupa
sehingga peserta didik menjawab soal melalui proses berpikir yang sesuai
dengan kata kerja operasional dalam taksonomi Bloom. Misalnya untuk
menguji ranah analisis peserta didik pada pembelajaran Kimia, guru dapat
membuat soal dengan menggunakan kata kerja operasional yang termasuk
ranah analisis seperti menganalisis, mendeteksi, mengukur, dan

11
menominasikan. Ranah evaluasi contohnya membandingkan, menilai,
memprediksi, dan menafsirkan.

Bentuk Soal
Bentuk soal yang akan dibahas untuk penilaian hasil belajar kimia
meliputi soal pilihan ganda, soal uraian, lembar observasi (lembar
pengamatan/check list) untuk tes uji petik kerja.
a. Soal Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda terdiri dari bagian pokok soal dan pilihan
jawaban. Pada pilihan jawaban terdiri dari pilihan yang benar dan
pengecoh. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat
kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif
sama dengan kunci jawaban. Kaidah penulisan soal pilihan ganda
harus memperhatikan materi soal dan konstruksinya. Materi soal
sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
1) Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan
indicator dalam kisi-kisi.
2) Pengecoh harus bertungsi, pengecoh dianggap yang berfungsi
dengan baik dipilih lebih banyak oleh kelompok rendah
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya,
satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.
Konstruksi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti
berikut ini.
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Kemampuan
atau materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas. Setiap butir
soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
3) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.

12
4) Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
5) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar
dan logis ditinjau dari segi materi. Semua pilihan jawaban harus
berasal dari konsep yang sama seperti yang ditanyakan pokok soal,
penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus
berfungsi.
6) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
7) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan
jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".
8) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis.
9) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang
terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
10) Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang
bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-
kadang.
11) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
b. Soal Uraian
Soal bentuk uraian yaitu soal yang menuntut peserta didik untuk
mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-
katanya sendiri. Kaidah penulisan soal uraian sebaiknya
memperhatikan beberapa hal baik dari materi soal maupun
konstruksinya. Kriteria soal uraian adalah sebagai berikut.
1) Soal harus sesuai dengan indikator.
2) Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang
diharapkan.
3) Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran.
4) Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang atau tingkat
kelas.

13
Konstruksi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti
berikut ini.
1) Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
2) Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3) Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
4) Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan
jelas, terbaca, dan berfungsi.

Contoh Soal Pilihan Ganda


a. Dibawah ini manakah teknik dasar yang termasuk kedalam
permainan sepakbola ?
b. Passing, dribling, dan shooting
c. Melempar, memukul, dan menangkap
d. Smash, servis, dan passing
e. Menekuk badan dan berputar

Contoh Soal Uraian


a. Sebutkan teknik dasar permainan sepakbola dan bulutangkis yang
kamu ketahui!
b. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang permainan bola besar dan
permainan bola kecil!
c. Sebutkan contoh gerakan lokomotor dan nonlokomotor sesuai yang
kamu ketahui!

14
Pengembangan Soal “Higher Order Thinking Skill” (HOTS)
Untuk mengembangkan soal HOTS guru memerlukan pemahaman
dulu dalam hal pengertian HOTS, “Higher Order Thinking Skill”
(HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi
empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan,
berpikir kritis dan berpikir kreatif (Presseisen dalam Costa, 1985).
Dalam pembentukan sistem konseptual IPA proses berpikir tingkat
tinggi yang biasa digunakan adalah berpikir kritis. Indikator
keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi lima kelompok (Ennis
dalam Costa, 1985) yaitu ; memberikan penjelasan sederhana,
membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan
lebih lanjut serta mengatur strategi dan taktik.
Keterampilan pada kelima kelompok berpikir kritis ini dirinci lagi
sebagai berikut:
a. Memberikan penjelasan sederhana terdiri dari keterampilan
memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan
menjawab pertanyaan.
b. Membangun keterampilan dasar terdiri dari menyesuaikan dengan
sumber, mengamati dan melaporkan hasil observasi.
c. Menyimpulkan terdiri dari keterampilan mempertimbangkan
kesimpulan, melakukan generalisasi dan melakukan evaluasi.
d. Membuat penjelasan lanjut contohnya mengartikan istilah dan
membuat definisi.
e. Mengatur strategi dan taktik contohnya menentukan suatu
tindakan dan berinteraksi dengan orang lain dan berkomunikasi.
Keterampilan berpikir kritis peserta didik antara lain dapat dilatih
melalui pemberian masalah dalam bentuk soal yang bervariasi.

15
Berikut ini contoh soal HOTS pilihan ganda
1. Perhatikan tahapan tentang teknik dasar menendang bola di bawah
ini!
a) Pegelangan kaki yang akan digunakan mengumpan bola
diputar keluar dan dikunci
b) Tarik kaki yang akan digunakan mengumpa ke belakang lalu
ayun ke depan ke arah bola
c) Perkenaan kaki pada bola tepat pada tengah-tengah bola

Pernyataan di atas, merupakan gerakan menendang bola dengan


kaki bagian.....

a. Luar
b. Dalam
c. Samping
d. Kura-kura
2. Badan condong ke depan, bagian kaki yang digunakan untuk
menahan menghadap arah datangnya bola, sehingga tumit
menempel tanah, teknik ini merupakan cara menahan bola dengan
menggunakan....
a. Kura-kura kaki
b. Kaki bagian luar
c. Kaki bagian dalam
d. Telapak kaki

2. Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan


Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan
melalui observasi terhadap diskusi, tanya jawab, dan percakapan. Teknik
ini adalah cerminan dari penilaian autentik. Ketika terjadi diskusi, guru
dapat mengenal kemampuan peserta didik dalam kompetensi pengetahuan
(fakta, konsep, prosedur) seperti melalui pengungkapan gagasan yang

16
orisinal, kebenaran konsep, dan ketepatan penggunaan
istilah/fakta/prosedur yang digunakan pada waktu mengungkapkan
pendapat, bertanya, atau pun menjawab pertanyaan. Hasil observasi
digunakan untuk mendeteksi kelemahan/kekuatan penguasaan
kompetensi pengetahuan dan memperbaiki proses pembelajaran
khususnya pada indikator yang belum muncul. Contoh format observasi
terhadap diskusi dan tanya jawab.

Keterangan: diisi dengan cek list (v)


3. Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang
dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok
sesuai dengan karakteristik tugasnya. Instrumen penugasan berupa
pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau
kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Untuk penilaian tugas guru dapat membuat rubriknya disesuaikan
dengan tugas yang diberikan pada peserta didik.
Rambu-rambu penugasan.
1) Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
2) Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik, selama proses pembelajaran
atau merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.
3) Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
4) Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
5) Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas
diberikan secara kelompok.

17
6) Pada tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota
kelompok.
7) Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara
jelas.
8) Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.

18
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin


dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara umum. Pelaksanaan
penilaian yang dilakukan secara benar seseuai dengan rambu-rambu
dalam banyak hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran.
Data hasil penilaian amat dibutuhkan untuk menyusun dan
mengembangkan program pembelajaran selanjutnya. Ranah Kognitif
berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R.


Krathwohl di jurnal Theory into Practice, aspek kognitif dibedakan
atas enam jenjang yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Penilaian kognitif
merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik
berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif,
serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian kognitif
dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanya-jawab dan
percakapan serta dan penugasan (Permendikbud nomor 104 tahun 2014).

19
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kampus-digital.com/2017/04/makalah-kapsel-pendidikan-kimia.html

http://rishelcha.blogspot.com/2012/10/sistem-evaluasi-pada-kawasan-
kognitif.html

20

Anda mungkin juga menyukai