Anda di halaman 1dari 13

Standar Kompetensi : BAB XIX

Memahami makna firman Allah, ajaran


Yesus, dan ajaran Gereja dalam Cita-Cita dan Karier
mengembangkan kehidupan bersama-sama
sesuai dengan kehendak Allah, sehingga Pengantar
mampu mewujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Cita-cita dan karier yang tinggi menjadi tujuan
Kompetensi Dasar : seseorang yang bergelut dalam studi. Cita-cita
Mengenal dan menyedari panggilan hidupnya
memperkaya dan menentukan langkah pada karier
sehingga mampu menentukan langkah yang
tepat untuk menjawab panggilan tersebut. yang didambakan. Usaha untuk mencapai cita-cita
Alokasi Waktu: 3 x 45 menit adalah memusatkan perhatian, menjalankan
Indikator kepemimpinan, dan bersikap demokratis. Tetapi
Peserta didik mampu : tidak setiap cita- cita dapat diraih. Pada saat tertentu
 Menganalisis kisah hidup seorang santo
atau santa (St. Ignatius Loyola, St. Thomas
kita perlu berubah dan menyesuaikan diri dengan
Aquinas, St. Fransiskus Asisi, St. Vincensius, berbagai perubahan yang terjadi. Kita harus siap
St. Theresia dan Kanak-kanak Yesus, dan berputar haluan pada saat yang tepat bila
sebagainya).
diperlukan. Dalam memilih pekerjaan setiap orang
 Menafsirkan kisah anak muda yang kaya
dalam Mat 19:16-26 dalam kaitannya harus memperhatikan faktor internal dan faktor
dengan cita-cita dan karier. eksternal dalam dirinya seperti bakat, minat, dan
 Mensharingkan cita-cita. potensi diri sendiri. Seluruh cita-cita, karier, dan
 Menjelaskan usaha-usaha untuk mencapai
cita-cita sesuai dengan kemampuan yang
tujuan hidup menghantar kita semakin dekat pada
dimiliki. Tuhan, sehingga setiap keberhasilan dan kesuksesan
 Menjelaskan bahwa tidak setiap cita-cita yang kita capai semakin membangun iman,
dapat diraih, bahkan sering terjadi orang
pengharapan dan kasih pada Tuhan.
bekerja tidak sesuai dengan cita-citanya.
 Menerangkan minat, bakat, dan kemampu-
an yang dimiliki dan kemudian menghubung-
kannya dengan cita-cita yang mau diraih.
 Menjelaskan apa tujuan hidup manusia yang
Sesungguhnya.
 Melakukan usaha-usaha untuk mencapai
cita-cita belajar rajin, mengembangkan bakat
yang dimiliki, dan sebagainya.

1. Kisah Hidup St. Fransiskus Assisi


Giovanni Fransesco Bernardone yang lebih akrab disebut Fransiskus Asisi lahir di Asisi,
daerah pegunungan Umbria, Italia Tengah pada tahun 1182. Ayahnya seorang pedagang kain
yang kaya raya dan ibunya seorang putri bangsawan Picardia Prancis. la sangat dimanjakan
ayahnya, sehingga berkembang menjadi seorang pemuda yang suka berfoya-foya dan pemboros.
Cita-citanya dan keinginan ayahnya adalah kelak Fransiskus akan meneruskan usaha dagang
kain ayahnya.
Pada umur 20 tahun ia dan teman-temannya tergabung sebagai prajurit dalam perang saudara
antara Asisi dan Perugia. Dalam pertempuran itu, ia tertangkap dan dipenjarakan selama satu
tahun hingga jatuh sakit setelah dibebaskan. Pengalaman pahit itu menandai awal hidupnya yang
baru, la tidak tertarik lagi pada usaha dagang ayahnya. Tapi ia lebih tertarik pada corak hidup
sederhana dan miskin meluangkan waktu lebih banyak untuk berdoa di gereja, mengunjungi
orang di penjara, serta melayani orang miskin dan sakit. Sungguh suatu keputusan pribadi yang
merubah hidupnya. Hal itu di luar dugaan orang tuanya dan orang banyak yang mengenalnya.
Tak lama kemudian ketika sedang berdoa di gereja St. Damiano di luar kota Asisi, ia
mendengar suara keluar dari Salib Yesus, "Fransiskus, perbaikilah rumahku yang hampir rubuh
ini." Fransiskus tertegun dan yakin itu adalah suara Yesus, segera ia lari ke rumah, mengambil
setumpuk pakaian mahal dari gudang ayahnya, menjual kain-kain itu, dan uangnya diserahkan
kepada Pastor Paroki St. Damiano untuk biaya memperbaiki Gereja itu. Namun, pastor menolak
pemberian itu.
Ayahnya marah besar, lalu memukuli dan mengurung dia. Kemudian Ibunya
membebaskannya dari kurungan ayahnya. Setelah itu, ia kembali ke gereja St. Damiano. Tetapi
ayahnya mengikuti dan memaksanya harus mengembalikan uang itu. Dia dipukuli lagi. Tetapi
uang itu sudah dibagi-bagikan Fransiskus kepada orang miskin. Ayahnya meminta bantuan
Uskup Asisi. Lalu di hadapan Uskup, Fransiskus melucuti pakaiannya dan mengembalikannya
kepada ayahnya, sehingga ia tidak punya apa- apa lagi. Uskup kasihan melihat Fransiskus, lalu
memberikan sehelai mantel dan ikat pinggang, yang kelak menjadi pakaian khas biara-biara
Fransiskus.
Kini Fransiskus bebas untuk melayani orang-orang miskin. Dia masuk biara untuk semakin
memperdalam pengetahuannya tentang agama. Selanjutnya ia ditahbiskan sebagai diakon.
Kariernya selanjutnya adalah sebagai pengkhotbah sambil mengemis. Uang yang diperolehnya
digunakan untuk membantu orang miskin dan orang yang sakit lepra. Dia sendiri hidup sangat
miskin, tetapi ia menjalani itu semua dengan gembira. Ia rajin memberi nasihat-nasihat Injili
sambil menulis dan membaca puisi- puisi.
Banyak yang mengikuti dia dan bergabung mengembangkan karyanya. Banyak pula yang
memberi sumbangan bantuan. Fransiskus mendirikan suatu komunitas persaudaraan yang disebut
Ordo Saudara-saudara Dina atau Ordo Fransiskan. Seperti di Keuskupan Agung Medan, pada
mulanya pastor-pastor yang berkarya adalah Ordo Fransiskan yang disebut OFM Cap (Ordo
Fratrum Minorum Capucinorum= Ordo Saudara Dina Kapusin). Kongregasi para suster yang
tergabung dalam pengikut Fransiskus disebut Kongregasi Fransiskanes. Fransiskus dijuluki
sebagai Sahabat alam semesta. Sebab rasa cintanya yang sangat besar kepada semua makhluk,
berdamai dengan semua makhluk yang disebutnya sebagai saudara.
Fransiskus banyak mendamaikan orang yang berselisih dan mempertobatkan orang berdosa.
Fransiskus meninggal pada tanggal 3 Oktober 1226 pada umur 44 tahun. Fransiskus adalah orang
kudus besar yang dikagumi oleh Gereja hingga kini. Kebesarannya terletak pada dua hal, yakni
kegembiraannya dalam hidup sederhana, menderita lapar dan sakit, serta pada cintanya yang
merangkul seluruh ciptaan Tuhan.

Pertanyaan
1. Apakah cita-cita Fransiskus pada masa muda?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………….
2. Bagaimana kenyataannya cita-cita dan kariernya?
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
3. Mengapa bisa demikian?
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

2. Menafsirkan Injil Matius 19:16-26


Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus
kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau
bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya satu yang baik, tetapi jikalau engkau ingin
masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah
yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh dan jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu, dan kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apalagi
yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah
segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta
di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar
perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar
sekali seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih
mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah." Ketika murid- murid mendengar itu sangat gemparlah mereka dan berkata:
"Jika demikian siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata:
"Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."
Seorang muda yang kaya datang dan berguru pada Yesus, sebab dia yakin Yesus adalah
guru yang baik. Anak muda itu berkeinginan mencapai cita-cita dan karier yang sangat mulia.
Namun, Yesus tidak mau menonjolkan kebaikan diri-Nya, sebab semua orang menurut Yesus
harus mampu melihat dan menyadari kebaikan Allah. Yesus juga mengingatkan bahwa kebaikan
itu sebenarnya sudah diatur dalam hukum Taurat. Kebaikan itu adalah: turutilah segala perintah
Allah. Namun, bagi Yesus jalan menuju hidup kekal bukan sekadar menuruti perintah-perintah
itu secara formalitas, tetapi melaksanakan perintah itu dengan cinta kasih. Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri. Keberhasilan menuruti perintah belumlah cukup, Yesus mau
setiap orang menjadi sempurna.
Kesempurnaan adalah sasaran yang harus dituju, dicapai, dan dicita-citakan oleh semua
orang. Hidup bukan sekadar hidup, bukan sekadar berhasil, tetapi harus menjadi manusia
sempurna sama seperti Allah Bapa di Sorga adalah sempurna. Orang muda itu ditantang untuk
mencapai kesempurnaan dengan cara menjual segala miliknya, membagikannya kepada orang
miskin. Itulah wujud cintanya kepada sesama.
Banyak orang Yahudi berpikir bahwa kekayaan adalah upah bagi orang benar, dan rahmat
dari Allah. Anak muda kaya raya itu tentulah dia orang benar dan saleh. Sebaliknya, ada
anggapan Yahudi bahwa kemiskinan adalah hukuman atau kutukan dari Allah. Yesus
menyuruhnya menjual segala miliknya dan membagikan kekayaannya, lalu hidup miskin. Anak
muda itu menjadi sedih, lalu pergi meninggalkan Yesus. Dia tidak mampu belajar pada Yesus
bagaimana cara mempersiapkan karier untuk mencapai cita-citanya. Dia gagal total.
Kisah anak muda yang kaya ini bertolak belakang dengan kisah St. Fransiskus Assisi. St.
Fransiskus Assisi ketika mendengar suara Yesus dari salib, dia yang waktu itu seorang putra
pengusaha yang kaya raya dengan segera melaksanakan permintaan Yesus. Bahkan rela
meninggalkan semua kekayaan orang tuanya, agar dapat menyatu dan melayani orang miskin. Si
anak muda yang kaya dalam Injil ini bercita-cita memperoleh hidup kekal. Namun gagal
mencapai kesempurnaan hidup sebagaimana yang diinginkannya. Sebaliknya St. Fransiskus pada
mulanya hidup berfoya-foya bercita-cita melanjutkan usaha ayahnya agar tetap hidup dalam
kemewahan. Namun, untuk hidup kekal dan untuk mencapai kesempurnaan hidup, semua itu
ditinggalkan demi Yesus Sang Penyelamat.

3. Men - sharing - kan Cita-Cita


Dalam sharing ini bentuklah kelompok 5 orang satu dalam kelompok. Dalam kelompok
bukan tetapi sharing, yakni tukar pengalaman. Tidak menggurui, sebab yang dibutuhkan adalah
keterbukaan untuk mendengar orang lain.
Bahan Sharing: KEKUATAN CITA-CITA
a) Tuliskan cita-cita yang ingin Anda capai dalam hidup Anda!
….………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………..
b) Tuliskan manfaat cita-cita tersebut bagi:
1) Keluarga
• Bagaimana standar hidup keluarga yang diharapkan?
..…..…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
• Model rumah yang dikehendaki:
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….................
• Bentuk rekreasi yang dijalankan:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
• Dukungan keuangan yang disiapkan untuk hari tua, pendidikan anak, menabung, dsb:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
2) Bidang usaha dan pekerjaan
• Tingkat pendapatan yang diinginkan:
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
• Tingkat tanggung jawab dalam pekerjaan yang diminati:
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
• Kekuasaan/ jabatan yang dikehendaki:
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
• Prestise yang diharapkan dari pekerjaan:
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
3) Hubungan sosial
• Tipe atau jenis teman/relasi yang ingin dimiliki:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
• Jenis kelompok sosial yang akan dimasuki:
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
• Kepemimpinan yang ingin diduduki:
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
• Hal-hal yang pantas diusahakan dalam masyarakat:
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
c) Apakah pola hidup Anda sekarang cukup mendukung cita-cita Anda? Bila belum,
bagaimana cara Anda mengubah pola hidup agar cita-cita itu tercapai?
………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………..

4. Usaha untuk Mencapai Cita-Cita


Cita-cita adalah keinginan, kehendak, dan harapan yang selalu ada dalam pikiran dan hati
kita. Hal itu merupakan tujuan yang sempurna yang akan dicapai atau dilaksanakan. Sebab
mempunyai cita-cita tinggi itu perlu, seperti yang dikatakan Bung Karno. "Gantungkanlah cita-
citamu setinggi bintang di langit." Namun, cita-cita tinggi harus bertitik tolak pada tata nilai
dalam kehidupan manusia. Membawa kebahagiaan pada orang lain serta mengangkat harkat dan
martabat mereka yang miskin, papa, dan terlupakan. Jangan seperti Hitler bercita-cita tinggi, tapi
egois penuh ambisi pribadi bahkan cenderung sakit jiwa.
Orang yang tidak mempunyai cita-cita, ibarat kapal yang tidak mempunyai kemudi,
terombang- ambing, dan tidak ada tujuan. Karena itu, kita harus mempunyai cita-cita dalam
hidup kita. Bila telah memilikinya, pusatkan semua perhatian dan tenaga pada pekerjaan yang
telah diserahkan Tuhan kepadamu, yang mendukung tercapainya cita-cita itu. Orang yang
mempunyai cita-cita, tidak duduk bermalas-malasan. Dia akan berjuang, berusaha, berani
menghadapi risiko apa pun untuk mendapatkan setiap kesempatan dalam meraih cita-cita itu.
Sejauh kesempatan itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Berbagai
kesempatan akan dimanfaatkan untuk kebaikan orang lain serta dirinya sendiri.
Setiap orang perlu merenungkan kembali cita-citanya. Hampir 75% siswa bahkan
mahasiswa kurang menyadari apa yang harus mereka kerjakan untuk meraih cita-citanya. Ada
orang yang selalu bersemangat dan dinamis. Bila setiap pekerjaan dilaksanakan dengan serius
dan sekuat tenaga, maka orang seperti ini akan berhasil meraih cita-citanya.
Cita-cita yang telah ditetapkan perlu dijadikan sebagai pusat perhatian. Untuk itu, cita-cita
tersebut harus ditulis, digoreskan berulang-ulang, bila perlu ditulis dan ditempelkan di tempat-
tempat yang strategis, seperti di cermin atau di mana saja yang dapat dilihat dan dibaca setiap
saat. Langkah berikutnya adalah belajar untuk menambah pengetahuan. Kemudian menyusun
rencana-rencana yang konkret, rencana yang besar, dan hebat. Dalam pengembangan karier,
seseorang akan meraih kesuksesan demi kesuksesan, apabila telah menyusun rencana untuk
meningkatkan sasaran, tujuan, pandangan, serta keinginan dari yang satu kepada yang lain. Cita-
cita harus dibangun di atas keberhasilan dan prestasi. Untuk itu, perlu memiliki rasa percaya diri
dan yakin akan kemampuan sendiri. Banyak kaum muda dan remaja selalu merasa cemas dan
salah tingkah, sebab mereka menganggap rendah kemampuannya, tidak yakin akan
kemampuannya, serta tidak mau menggunakan potensinya secara penuh.
Salah satu hal yang menentukan pencapaian cita-cita adalah penampilan dan wajah. Setiap
orang harus menata wajahnya. Bercerminlah bagaimana penampilan dan ekspresi wajah Anda!
Membuat orang simpatik atau tidak? Karena itu, perlu juga belajar tentang penampilan terutama
ekspresi wajah, tatapan mata, cara berbicara, cara berpakaian, bahkan mode serta gaya.
Ada tiga hal yang perlu dalam cita-cita:
 Pelayanan: Yesus mengajarkan pada kita untuk melayani sesama. Seorang beriman
yang memiliki semangat pelayanan saat akan melakukan sesuatu selalu berkata:
"Dengan bantuan Tuhan dan demi Tuhan aku mampu melakukannya."
 Kepemimpinan: memiliki semangat memimpin, karena kita dibutuhkan orang lain.
Tidak hanya menunggu perintah, tetapi pada saat yang tepat harus memberi perintah.
 Demokratis: saling mengisi dan saling memperkaya.

5. Tidak Setiap Cita-Cita Dapat Diraih


Tidak setiap cita-cita dapat diraih, sehingga sering kita saksikan orang bekerja atau berkarier
tidak sesuai dengan cita-citanya. Ada dua hal yang menghambat tercapainya cita-cita, yaitu
kecenderungan mengubah cita-cita sebelum terealisasi dan ambisi yang tidak terkendali atau
tidak terarah. Seorang penyanyi terkenal dengan reputasi hebat, tiba-tiba mengubah haluan
menjadi bintang film. Tidak dapat disangkal, sedikit banyaknya pasti mengalami kegalauan,
frustasi karena harus mempelajari bidang baru, bahkan menghancurkan prinsip serta praktik yang
telah membawanya ke jenjang kesuksesan.
Bidang pekerjaan sangat bermakna dalam hidup seseorang, karena sebagian besar waktu dan
perhatian akan dicurahkan pada pekerjaan itu. Orang yang tidak puas pada pekerjaannya sering
menjadi frustasi. Lalu berpindah pada pekerjaan lain yang lebih memuaskan. Hal ini terjadi demi
mengejar kepuasan, maka cita-cita pun ikut menyimpang. Perasaan jenuh dan bosan dalam
pekerjaan sering membuat orang bersikap menerima saja suatu pekerjaan, agar dapat menghidupi
diri dan keluarganya, lalu tanpa sadar dirinya sudah menyimpang jauh dari cita-citanya.
Ada dua macam perubahan yang mempengaruhi cita-cita, pertama perubahan dalam diri
karena umur, pengalaman dan perkembangan kepribadian. Kedua, perubahan yang terjadi di luar
diri, yakni perubahan kesempatan kerja akibat dari situasi dan kondisi sosial, ekonomi, budaya,
dan teknologi. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan perubahan perkembangan minat, sikap,
harapan maupun kemampuan. Karena itu, proses perkembangan karier serta cita-cita sangat
kompleks.
Kaum muda mau tidak mau harus menyesuaikan diri serta mempersiapkan diri terhadap
berbagai perubahan yang terjadi. Kelak akan terbuka berbagai peluang dan kesempatan kerja.
Maka seseorang harus siap berganti pekerjaan yang pada mulanya tidak pernah diharapkan atau
dicita-citakan. Ke mana arah perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) tidak ada
yang tahu pasti, tetapi kaum muda harus fleksibel, sehingga mampu berputar haluan bila
diperlukan.
Seorang sarjana yang telah memiliki ijazah dalam bidang ilmu tertentu tidak otomatis
mendapat pekerjaan sesuai dengan ilmu itu. Mungkin dia harus memperoleh pelatihan khusus
agar dapat memperoleh jabatan yang didambakannya.

6. Bakat, Minat, dan Kemampuan


Menetapkan cita-cita serta memilih lapangan pekerjaan, menghadapkan kaum muda pada
tantangan yang berat. Karena banyak hal harus diperhatikan dan diperhitungkan, misalnya nilai-
nilai kehidupan masa depan, minat, bakat khusus, kemampuan otak, sifat-sifat kepribadian,
harapan keluarga, prospek masa depan dari pekerjaan itu, tuntutan, dan tanggung jawab
pekerjaan, pasaran kerja serta studi akademik. Tentu tidak dapat diabaikan faktor lingkungan
alam, sosial, dan budaya. Keadaan alam menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat
serta taraf perekonomiannya. Juga perlu diperhitungkan kelas-kelas ekonomi, kelompok
mayoritas dan minoritas dalam masyarakat, keadaan ekonomi negara, atau pembagian tugas
antara pria dan wanita.
Setiap orang berbeda dalam kemampuan, bakat, minat, sifat kepribadian, dan sebagainya.
Karena itu, masing-masing dimungkinkan untuk memegang sejumlah pekerjaan dan jabatan.
Setiap jabatan dan pekerjaan menuntut sejumlah kualifikasi. Jadi, ada sejumlah orang yang dapat
berhasil dalam suatu jabatan atau pekerjaan.
Dalam memilih pekerjaan atau karier harus benar-benar memperhitungkan:
1) Faktor-faktor internal, antara lain:
 Bakat khusus: kemampuan yang menonjol di suatu bidang yang merupakan bawaan
lahir. Bakat menjadi bekal yang memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang
tertentu serta tingkatan yang lebih tinggi. Namun, bakat ini tidak menjamin bahwa
seseorang akan berhasil dalam pekerjaannya, sebab perlu diperhatikan usaha-usaha
persiapan.
 Minat: kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang pekerjaan tertentu
dan senang berkecimpung dalam pekerjaan itu. Hal ini akan memberi kepuasan
bekerja dan rasa tidak jenuh.
 Sifat-sifat kepribadian: memberi corak khas pada seseorang, yakni riang gembira,
ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, lekas gugup, ceroboh, pesimis, dan
sebagainya.
 Nilai-nilai kehidupan: menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup sampai tua.
menentukan gaya hidup, dan memberi motivasi.
 Taraf intelegensi: taraf kemampuan untuk mencapai prestasi, berpikir, menentukan
tujuan, kritis, dan sebagainya.
 Pengetahuan: ilmu yang di iliki tentang pekerjaan.
 Keadaan jasmani: ciri-ciri fisik, misalnya tinggi badan, ketampanan, penglihatan,
pendengaran, tenaga atau kekuatan, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor eksternal, antara lain:
 Situasi kondisi masyarakat, lingkungan sosial budaya, keadaan keluarga sangat
menentukan luhur atau rendahnya pekerjaan itu.
 Keadaan sosial ekonomi negara dan daerah: mempengaruhi lajunya pertumbuhan
perekonomian.
 Status sosial ekonomi keluarga: menentukan pendidikan yang bisa dijalankan oleh
anak untuk mempersiapkan cita-cita dan pekerjaan.
 Pengaruh dari keluarga inti dan keluarga besar: cita-cita itu sesuai dengan pandangan
serta status keluarga atau tidak.
 Pendidikan sekolah: sekolah favorit, guru-guru yang pantas menjadi teladan serta
memberi motivasi atau tidak.
 Pergaulan dengan teman: ikut mendukung atau menggagalkan cita-cita, sebab
pengaruh teman cukup kuat.
 Tuntutan yang melekat pada pekerjaan, misalnya program studi yang harus dimiliki,
pelatihan, dan sebagainya.

Dengan memperhitungkan faktor internal dan eksternal ini, kiranya seorang murid atau
seorang muda dapat memilih pekerjaan dan menetapkan cita-cita yang luhur, yang sesuai dengan
dirinya sendiri bukan sekadar ikut-ikutan.
7. Tujuan Hidup Manusia
Salah satu bentuk kesuksesan yang lain adalah mampu menentukan tujuan hidup. Tujuan
hidup dengan cita-cita berbeda. Cita-cita merupakan program jangka panjang. Tujuan hidup
harus jelas meskipun untuk mencapainya perlu waktu yang lama.
Ada tiga hal yang menjadi ciri tujuan hidup:
 Konkret: suatu aksi yang dapat dilakukan
 Dapat diukur: maju atau mundurnya kehidupan kita, semakin berkualitas atau semakin
tidak menentu.
 Jarak waktu tertentu: ada waktu yang ditetapkan, kapan, berapa lama target pencapaian.

Ada dinamika dalam menyusun dan menetapkan tujuan hidup. Hal ini dikonkretkan dengan
membuat suatu time table. Ada jadwal kegiatan yang telah tersusun serta terrencana dengan baik.
Misalnya, aku sudah bekerja, tujuanku dalam 10 tahun harus mempunyai rumah sendiri. Maka
aku harus menabung sekian rupiah tiap bulan. Jadi, orang harus sadar, kemana arahnya
melangkah. Seseorang harus mengetahui dengan pasti apa yang diinginkannya, lalu bertekad
untuk menemukan tujuan serta pantang menyerah.
Kita tidak tahu berapa panjang perjalanan hidup ini. Yang jelas kita harus melangkah.
Mulailah dengan langkah pertama: menyusun jadwal. Plato mengatakan, "Memulai sesuatu
dengan baik sama artinya dengan setengah pekerjaan selesai."
Untuk mencapai tujuan tentu perlu mengerahkan tenaga. Apa tenaga kita? Tenaga kita
adalah intensitas keinginan kita sendiri. Keinginan itulah yang membangkitkan tenaga. Semakin
besar keinginan mencapai tujuan hidup, akan diperoleh tenaga yang semakin besar pula. Karena
itu, perlu ada sarana dan fasilitas, seperti makanan sehat dan sempurna, istirahat yang cukup,
serta membuka diri, hati, dan pikiran pada Tuhan.
Seseorang menjadi dinamis selama pembentukan tujuan dan proses pencapaiannya. Bila
tujuan sudah tercapai dengan sendirinya penyusutan dinamika atau semangat pun terjadi. Banyak
orang pada tahap ini tidak lagi mencari tujuan baru, namun menarik diri dari segala aktivitas.
Namun, sebenarnya dia sudah mati, karena berhenti beraktivitas disaat tujuannya telah tercapai.
Seorang yang dinamis akan terus-menerus menetapkan tujuan hidupnya tanpa menjadikan usia
sebagai penghambat dalam mencapai tujuannya itu. Bila tujuan pertama sudah tercapai akan
dilanjutkan dengan tujuan yang berikutnya.
Untuk mencapai suatu tujuan, orang tentu harus berdisiplin. Seekor kuda tidak akan
sampai ke mana pun bila ia tidak dikendalikan. Tidak ada hidup yang berarti bila tidak
dikendalikan pada berbagai tujuan. Rasul Paulus mengatakan, "... Aku melupakan apa yang telah
di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada
tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (Fil
3:13-14).
Dari berbagai tujuan yang dapat dibuat, satu hal yang tidak dapat diabaikan ialah Tuhan
adalah titik Omega. Tuhan adalah Alpha dan Omega, yang awal dan akhir. Tujuan akhir manusia
dan seluruh alam semesta adalah Tuhan. Maka seluruh cita-cita, karier, tujuan hidup, semua
keberhasilan dan sukses harus dievaluasi dan direnungkan. Semuanya menghantar kita kepada
tujuan yang utama, yakni semakin dekat pada Tuhan. Langit dan bumi akan berlalu, namun satu
hal Firman Tuhan dan Tuhan sendiri akan tetap kekal. Semakin kita berhasil dan sukses
hendaknya semakin terbangun iman, pengharapan, dan kasih pada Tuhan.

Rangkuman
1. St. Fransiskus Assisi dalam perjalanan hidupnya, ketika mendengarkan panggilan Yesus, dia
rela meninggalkan segala-galanya. Dia mau hidup miskin untuk melayani Tuhan yang hadir
dalam diri kaum miskin dan semesta alam.

2. Dalam Injil Matius 19:16-26, si Anak Muda yang kaya gagal meraih cita-citanya untuk
memperoleh hidup yang kekal, karena tidak mau mengubah hidupnya seperti yang diajarkan
Yesus.

3. Setiap orang perlu mensharingkan cita-cita untuk saling memperkaya serta mampu
menentukan cita-cita untuk saling memperkaya dan mampu menentukan cita-cita yang jelas.
Dari sana mulailah disusun langkah- langkah pekerjaan atau karier yang didambakan serta
jenjang pendidikan yang harus ditempuh.

4. Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai cita-cita, misalnya menetapkan cita-cita
yang tinggi, memusatkan perhatian padanya, menjalankan pelayanan, kepemimpinan, dan
bersikap demokratis.

5. Tidak setiap cita-cita dapat diraih, maka pada saat tertentu kita perlu berubah dan
menyesuaikan diri dengan berbagai macam perubahan yang terjadi. Berubah bukan berarti
plin-plan. Kita siap berputar haluan pada saat yang tepat bila diperlukan.
6. Dalam memilih pekerjaan yang mendukung cita-cita, setiap orang harus memperhatikan
faktor internal dalam dirinya dan faktor eksternal, yakni lingkungan di luar diri. Mengenal
bakat, minat, potensi memang perlu, namun masih diperlukan pengenalan yang lebih luas
dan mendalam menyangkut faktor internal dan eksternal.

7. Menentukan tujuan hidup sama pentingya dengan menetapkan cita-cita. Bahkan tujuan
hidup lebih konkret. Dinamika seseorang tampak dari kemampuannya menyusun berbagai
tujuan hidup serta mencapainya langkah demi langkah.
Nilai-Nilai Luhur
I. Pilihan Berganda
Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar!
1. Sejak kecil cita-cita Giovanni Fransesco Bernardone atau Fransisikus Aisis adalah…
a. Pengusaha dagang kain
b. Prajurit dan panglima yang tangguh
c. Hidup sederhana dan miskin
d. Menjadi Iman dan Pastor
e. Mendirikan Ordo Fransiskan (OFM)

2. St. Fransiskus Assisi adalah seorang Kudus, yang kebesarannya terletak pada dua hal, yakni
kegembiraan dalam hidup sederhana, lapar, serta sakit dan...
a. Mendirikan Ordo OFMCap
b. Ahli ekonomi dan dagang
c. Cintanya yang merangkul seluruh ciptaan Tuhan
d. Pencinta alam
e. Pujangga Gereja

3. Seseorang yang bercita-cita memperoleh hidup yang kekal datang dan bertanya pada Yesus.
menurut Yesus jalan menuju hidup yang kekal adalah...
a. Menuruti perintah Allah
b. Menjual seluruh harta milik, tanpa harta kekayaan
c. Membagikan harta pada kaum miskin, penderma
d. Datang pada Yesus dan mengikuti Yesus
e. Mengamalkan iman dalam karier

4. Semua orang ingin dan bercita-cita menjadi kaya. Namun, Yesus mengigatkan orang kaya
sangat sukar masuk dalam Kerajaan Surga, bahkan kata Yesus, lebih mudah...
a.Memikul salib yang berat
b. Meninggalkan ayah, ibu dan keluarga
c. Seekor unta masuk dalam lubang
d. Menjual seluruh harta dan membagikannya pada orang miskin
e. Mencari jarum dalam jerami

5. Banyak hal perlu disharingkan tentang cita-cita, antara lain perlu direnungkan manfaat cita-
cita untuk keluarga:
a. pendapatan yang diiginkan
b. Prestasi yang diharapkan dari pekerjaan
c. Jenis kelompok sosial yang akan dimasuki
d. Tipe atau teman yang ingin dimiliki
e. Model rumah yang dikehendaki
6. Mempunyai cita-cita yang tinggi itu perlu, tetapi harus bertitik tolak pada:
a. Peraturan yang berlaku
b. Ambisi yang kuat
c. Tata nilai dan martabat hidup manusia
d. Pusat perhatian
e. Usaha belajar dan latihan

7. Ada tiga hal perlu selalu dilakukan untuk mencapai cita-cita, yakni Pelayanan, bersikap
demokratis, dan...
a. Penampilan
b. Kepemimpinan
c. semangat
d. Keberhasilan
e. Perencanaan

8. Tidak setiap cita-cita dapat diraih. Ada dua penghambat tercapainya cita-cita, yakni
kecendrungan mengubah Cita-cita sebelum terealisasi dan…
a. .Kegalauan dan frustasi
b. Makna hidup bagi seseorang
c. Ambisi yang tidak terkendali
d. Bidang pekerjaan yang dilakukan
e. Perubahan dalam diri karena umur

9. Faktor internal yang harus diiperhitungkan dalam memilih pekerjaan atau karier antara lain,
kecuali...
a. Bakat khusus
b. Keadaan ekonomi keluarga
c. Sifat-sifat dan minat
d. Taraf inteligensi
e. Keadaan jasmani

10. Apapun tujuan hidup masing-masing, namun satu hal tidak dapat diabaikan, tujuan hidup
orang beriman adalah...
a. Menjawab panggilan surgawi
b. Bersatu dengan Kristus Yesus
c. Tuhan yang adalah Alpha dan Omega
d. Firman Allah
e. Iman, harapan, dan cinta kasih

II. Test Uraian


1. Tuliskanlah 3 hal yang perlu untuk menentukan tujuan hidup!
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
2. Tuliskanlah faktor-faktor ekstemal untuk memilih karier!
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
3. Tuliskanlah hal-hal yang menyebabkan cita-cita tidak tercapai!
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
4. Jelaskanlah kemampuan apa yang harus digali dalam usaha mencapai cita-cita!
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….
5. Jelaskanlah pentingnya tujuan hidup serta apa tujuan hidup manusia?
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………….

NAMA KELOMPOK :
1. Adherence Laia
2. Angel trias Dakhi
3. Listen Duha
4. Elnis Gowasa

Anda mungkin juga menyukai