PRAKTIKUM XII
“PEMBUATAN FACIAL WASH KAOLIN ”
Di Susun Oleh :
Kelompok :B
YOGYAKARTA
2022
PRAKTIKUM XII
“PEMBUATAN FACIAL WASH KAOLIN ”
I. TUJUAN
kulit wajah yang rutin digunakan setiap hari sebagai pembersih untuk
membantu mengatasi masalah kulit wajah seperti mengangkat sel kulit mati,
maupun laki-laki. Setiap orang menginginkan wajah yang bersih, bagus dan
sehat. Karena pertama kali penampilan yang terlihat adalah wajah.. Banyak
cara yang digunakan untuk merawat wajah, dengan cara memakai cuci muka,
krim, masker atau perawatan wajah (Aziz & Karpen, 2019). Kulit merupakan
salah satu bagian terbesar dari tubuh dimana kulit membentuk 15% dari berat
pada kulit seperti pada folikel rambut maupun kantung kelenjar keringat.
seperti wajah, punggung dan batang tubuh (Sawarkar et al., 2010). Bakteri
epidermis (Melian, 2018). Jerawat muncul pada saat kelenjar minyak kulit
terlalu aktif, sehingga pori-pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak
keringat, debu dan kotoran lain, maka akan menyebabkan timbunan lemak
dengan bintik hitam di atasnya yang disebut komedo. Jika pada komedo itu
kaolinit, biasanya mineral kaolinit yang terkandung dalam kaolin sebesar 85-
sedikit berwarna. Kaolin terbuat dari lembaran kristal triklinik yang tipis,
Paul J., dan Marian E, 2009). Mekanisme adsorbsi kaolin adalah dengan
dibandingkan dalam keadaan basa (Rahman., Nayuki Ki., and Take o, 2015).
(Rowe., Paul J., dan Marian E, 2009). Kaolin berbentuk serbuk ringan, putih,
bebas dari butira kasar, tidak berbau, dan tidak berasa, serta licin
(Departemen Kesehatan RI, 1979). Ketika kaolin terbasahi oleh air, kaolin
juga digunakan sebagai pembawa suspensi. Kaolin praktis tidak larut dalam
dietileter, etanol 95%, air, pelarut organik lainnya, asam encer dingin, dan
larutan alkali hidroksida. Kaolin merupakan bahan atau material yang stabil
struktur kimia dengan panjang rantai karbon C12 hingga C16 atau C18 dan
a. Glassware,
b. magnetic stirrer,
c. timbangan
d. Mortir
e. Penanggas air
f. Gelas ukur
d. SLS i. Parfum
R/
Asam laurat 3.5%
Asam miristinat 1.25%
Asam oleat 1.5%
SLS 10%
KOH 1.8%
Kaolin 15%
PEG 8%
Aquadest 100%
V. CARA KERJA
dalam cawan penguap diatas penangas air hingga suhu 80°C -85°C dan
4. SLES dilarutkan dengan sisa air dengan pemanasan pada suhu 70°C
(Fase 3).
5. Setelah Fase 1 dan 2 telah mencapai 80°C -85°C, Fase II dimasukkan
homogen.
hingga homogen.
1. Uji organoleptik
2. Uji pH
1. Uji organoleptik
3. Rasa Jasmine
2. Uji pH 8
VII. PEMBAHASAN
facial wash kaolin. Formula sabun yang digunakan dalam formulasi kaolin facial
wash adalah formula sabun berbasis kombinasi sapo (asam lemak dan alkali) dan
surfakan. Sabun berbasis kombinasi sapo dan surfakan ini dapat meningkatkan
pada kulit, dan mengurangi iritasi kulit (Paye., Andre O., dan Maibach, 2006).
berkonsentrasi 15% terbukti dapat membilas bakteri yang terdapat pada air liur
anjing dalam satu kali bilasan (Eriatna, 2017). Oleh karena itu, pembuatan
facial wash pada penelitian ini menggunakan kaolin dengan konsentrasi 15%.
Adapun alat alat yang digunakan yaitu mortir dan stamper yang berfungsi
untuk menimbang bahan obat yang akan dibuat. Beker glass yang berfungsi sebagi
memanaskan cairan., gelas ukur yang berfungsi untuk mengukur volume larutan
atau zat cair dengan tepat, Pipet tetes digunakan untuk meneteskan bahan obat
meliputi asam laurat, asam oleat, asam miristat, sodium laurileter sulfat
(SLES), propilen glikol, KOH, aqua destilata, dan parfum. Pada proses pembuatan
facial wash terdapat tiga fase, yaitu fase minyak, fase air, dan surfaktan. Pada fase
minyak, asam laurat, asam miristat, dan asam oleat dilebur di atas penangas air
hingga suhu 80°C-85°C dan diaduk selama 5 menit sampai melebur sempurna.
Ketiga asam tersebut berfungsi sebagai basis pembentuk sabun (Paye., Andre O., dan
Maibach, 2006). Asam laurat dan asam miristat memiliki titik leleh 44°C-48°C,
sedangkan, asam oleat memiliki titik leleh 13°C-14°C (Rowe., Paul J., dan Marian
E, 2009) sehingga asam laurat dan asam miristat dipanaskan terlebih dahulu hingga
melebur, kemudian diikuti dengan asam oleat agar asam oleat tidak terlalu lama
1996). SLES memiliki kelarutan yang baik dalam air, pembentuk busa yang baik,
mudah mengental dalam garam, serta memiliki risiko iritasi yang rendah
dibandingkan dengan sodium lauril sulfat (SLS) (Spiess, 1996; EMA, 2015). Selain
itu, SLES efektif pada rentang pH yang luas, baik dalam larutanasam maupun basa,
serta dalam air sadah sehingga memungkinkan SLES menimbulkan busa lebih
Jenis alkali yang cocok untuk digunakan dalam formula facial wash yang
termasuk soap soft adalah kalium hidroksida (Paye., Andre O., danMaibach, 2006).
Pada fase air, terdapat KOH yang terlebih dahulu dilarutkan dalam sebagian aqua
desilata yang diikuti dengan penambahan propilen glikol, yang juga dipanaskan di
dalam beaker glass hingga suhu 80°C-85°C dan diaduk menggunakan magnetic
stirrer hingga jernih. Propilen glikol digunakan sebagai humektan, yaitu skin
conditioning agent yang dapat meningkatkan kelembaban kulit (Rowe., Paul J., dan
Marian E, 2009).
dimasukkan ke dalam fase air dan dilakukan pengadukan selama 30 menit hingga
sifat SLES yang mengental dalam garam (Spiess, 1996), SLES yang telah dilarutkan dalam
sisa aquadest (dengan pemanasan pada suhu 70° C dengan kecepatan pengadukkan 200
rpm) dimasukkan ke dalam sistem sabun yang telah terbentuk dan dilakukan pengadukkan
dalam campuran tersebut dan diaduk hingga terdispersi dalam sistem emulsi sabun dan
terbentuk campuran yang kalis, yang kemudian diikuti dengan penambahan parfum, serta
1. Uji organoleptik
wash yang dibuat memenuhi kriteria yang diinginkan. Parameter yang dinilai
pada uji ini meliputi bau, warna dan bentuk. Uji organoleptis dilakukan dengan
menggunakan panca indra. Hasil yang didapatkan dari uji organoleptik sediaan
facial wash kaolin ini yaitu sediaan berwarna putih gading, bau khas kaolin,
2. Uji pH
dibuat. Apabila suatu produk kosmetik memiliki pH yang jauh berbeda dengan
menyebabkan iritasi kulit sedangkan pH yang terlalu basa dapat membuat kulit
bersisik. Untuk kulit wajah, pH normal berada di kisaran angka 5,4-5,9. Namun
ada juga yang mengatakan antara 4,2-5,6. Biasanya, facial wash yang memiliki
hasil pH 8.
menghasilkan busa. Meskipun tidak ada syarat tentang batas maksimum dan
minimum tinggi busa untuk sediaan facial wash, namun nilai estetika yang baik
didapatkan dari kemampuan sediaan untuk menghasilkan busa dapat menarik
sebesar 8 cm. Kemampuan menghasilkan busa yang baik ini didapatkan karena
adanya kandungan sodium lauryl sulfat sebagai foaming agent. Sodium lauryl
sulfat merupakan surfaktan anion yang biasa ada dalam produk pembersih dan
lauryl sulfat sebagai foaming agent sediaan dikarenakan sifatnya yang kurang
wash baik.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
alternatif antijerawat
adalah formula sabun berbasis kombinasi sapo (asam lemak dan alkali)
dan surfakan. Sabun berbasis kombinasi sapo dan surfakan ini dapat
kelembutan yang lebih baik pada kulit, dan mengurangi iritasi kulit
4. Uji sediaan yang dilakukan yaitu meliputi uji organoleptik, uji pH, uji
sediaan berwarna putih gading, rasa jasmine, bau khas kaolin dan tekstur
kesehatan tubuh.
DepKes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
DepKes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit UI
Press.
Lachman, Leon et al. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Liebe, D.C., 1996, Packaging in Pharmaceutical Dosage Forms, in: Banker, G.S.
and Rhodes, C.T., 1996, Modern Pharmaceutics, 3rd ed. and expanded,
Marcel Dekker Inc., New York, p. 716-717.
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Syamsuni, H.A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.