Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID

PRAKTIKUM XII
“PEMBUATAN FACIAL WASH KAOLIN ”

Di Susun Oleh :

Nama : siti amanah tunggal putri


NIM 34210394
Kelas : A/DF/III

Kelompok :B

Instruktur : apt. Ari Wahyudi, S.Farm.,M.Pharm.

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID


PRODI DIII FARMASI STIKES SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA
2022
PRAKTIKUM XII
“PEMBUATAN FACIAL WASH KAOLIN ”

I. TUJUAN

Dapat membuat dan mengevaluasi pembuatan facial wash kaolin dan

mengetahui fungsi masing masing alat dan bahan yang digunakan.

II. DASAR TEORI

Facial wash atau sabun muka merupakan sediaan kosmetik perawatan

kulit wajah yang rutin digunakan setiap hari sebagai pembersih untuk

membantu mengatasi masalah kulit wajah seperti mengangkat sel kulit mati,

meremajakan kulit, meghilangkan kotoran, minyak dan memberikan

kelembapan. Sabun wajah lebih sering digunakan sebagai alternatif

antijerawat karena telah dikenal masyarakat luas dan lebih praktis

penggunaannya dan ekonomis, serta menghasilkan busa yang lembut untuk

penggunaan pada wajah.

Wajah merupakan hal yang sangat diperhatikan baik oleh perempuan

maupun laki-laki. Setiap orang menginginkan wajah yang bersih, bagus dan

sehat. Karena pertama kali penampilan yang terlihat adalah wajah.. Banyak

cara yang digunakan untuk merawat wajah, dengan cara memakai cuci muka,

krim, masker atau perawatan wajah (Aziz & Karpen, 2019). Kulit merupakan

salah satu bagian terbesar dari tubuh dimana kulit membentuk 15% dari berat

badan. Kulit sangat penting sebagai pertahanan tubuh terhadap penyakit.


Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah terbuka

pada kulit seperti pada folikel rambut maupun kantung kelenjar keringat.

Penyakit yang biasanya terjadi di kulit adalah jerawat (Munifatul Lailiyah,

Anggi Restyana, 2019).

Jerawat adalah gangguan kulit yang sangat umum terjadi sehingga

dapat mempengaruhi daerah yang mengandung kelenjar minyak terbesar

seperti wajah, punggung dan batang tubuh (Sawarkar et al., 2010). Bakteri

penyebab jerawat antara lain Propionibacterium acnes dan Staphylococus

epidermis (Melian, 2018). Jerawat muncul pada saat kelenjar minyak kulit

terlalu aktif, sehingga pori-pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak

yang berlebihan (Handayani, 2016). Jika timbunan itu bercampur dengan

keringat, debu dan kotoran lain, maka akan menyebabkan timbunan lemak

dengan bintik hitam di atasnya yang disebut komedo. Jika pada komedo itu

terdapat infeksi bakteri.

Kaolin merupakan tanah liat Cina yang mengandung 10-95% mineral

kaolinit, biasanya mineral kaolinit yang terkandung dalam kaolin sebesar 85-

95 %. Selain mengandung mineral kaolinit, kaolin juga mengandung quartz

dan mika, serta mengandung sebagian kecil feldspar, illite, montmorillonite,

ilmenite, anastase, haematite, bauxite, zircon, rutile, kyanite, silliminate,

graphite, attapulgite, dan, halloysite (WHO, 2005). Kaolin terbentuk akibat

pelapukan batu granit. Kaolin berwarna putih, putih keabu-abuan, atau

sedikit berwarna. Kaolin terbuat dari lembaran kristal triklinik yang tipis,

pseudoheksagonal, dan fleksibel dengan diameter 0,2 - 12 um, serta memiliki


kerapatan 2,1 2,6 g/cm3. Kaolinit dapat mengadsorbsi molekul kecil seperti

substansi lechitin, quinolin, paraquat dan diquat, protein, poliakrilonitril,

bakteria, dan virus (WHO, 2005).

Oleh karena itu, kaolin dapat berfungsi sebagai adsorben (Rowe.,

Paul J., dan Marian E, 2009). Mekanisme adsorbsi kaolin adalah dengan

pertukaran kation karena kaolin memiliki muatan negatif yang

memungkinkan pertukaran ion bermuatan positif di permukaannya (Otto dan

Haydel, 2013). Dalam pertukuran kation tersebut, terdapat istilah kapasitas

tukar kation yang merupakan suatu kemampuan kapasitas mineral untuk

mengadsorbsi suatu molekul melalui pertukaran kation. Kapasitas pertukaran

kation kaolinit jauh lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas pertukaran

kation monmorilonit (mineral yang banyak terdapat dalam bentonit), yaitu

sebesar 2 - 10 meq/100 g tergantung pada ukuran partikel. Namun, laju

reaksi pertukarannya cepat, hampir seketika (WHO, 2005).

Kapasitas adsorbsi tanah kaolin meningkat dalam keadaan asam

dibandingkan dalam keadaan basa (Rahman., Nayuki Ki., and Take o, 2015).

Menurut Departemen Kesehatan RI (1979), kaolin adalah alumunium silikat

hidrat alam yang telah dimurnikan dengan pencucian dan pengeringan,

mengandung bahan pendispersi dengan rumus kimia Al2O3.2SiO2.2H2O

(Rowe., Paul J., dan Marian E, 2009). Kaolin berbentuk serbuk ringan, putih,

bebas dari butira kasar, tidak berbau, dan tidak berasa, serta licin

(Departemen Kesehatan RI, 1979). Ketika kaolin terbasahi oleh air, kaolin

akan tampak keruh dan menimbulkan bau seperti tanah.


Kaolin digunakan sebagai diluen dalam formulasi tablet dan kapsul,

juga digunakan sebagai pembawa suspensi. Kaolin praktis tidak larut dalam

dietileter, etanol 95%, air, pelarut organik lainnya, asam encer dingin, dan

larutan alkali hidroksida. Kaolin merupakan bahan atau material yang stabil

dan tidak beracun, serta tidak toksik.

Sabun merupakan surfaktan atau campuran surfaktan yang memiliki

struktur kimia dengan panjang rantai karbon C12 hingga C16 atau C18 dan

memiliki sifat mengurangi tegangan permukaan serta tegangan antarmuka

sehingga jika digunakan dengan air dapat membersihkan lemak (kotoran)

(Aufa, 2010; Mitsui, 1997).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan :

a. Glassware,

b. magnetic stirrer,

c. timbangan

d. Mortir

e. Penanggas air

f. Gelas ukur

Bahan yang digunakan :

a. Asam laurat f. Kaolin

b. Asam miristinat g. PEG

c. Asam oleat h. Aquadest

d. SLS i. Parfum

e. KOH j. Asam laktat


IV. FORMULA

R/
Asam laurat 3.5%
Asam miristinat 1.25%
Asam oleat 1.5%
SLS 10%
KOH 1.8%
Kaolin 15%
PEG 8%
Aquadest 100%

V. CARA KERJA

1. Timbang bahan sesuai kebutuhan

2. Asam laurat, asam miristat, dan asam oleat (Fase 1) dipanaskan di

dalam cawan penguap diatas penangas air hingga suhu 80°C -85°C dan

Diaduk selama 5 menit.

3. Pada saat bersamaan KOH dilarutkan dengan sebagian air dan

dimasukkan ke dalam gelas beaker ditambah propilen glikol (Fase 2)

dipanaskan hingga suhu 80°C -85°C dan diaduk dengan magnetic

stirrer hingga jernih.

4. SLES dilarutkan dengan sisa air dengan pemanasan pada suhu 70°C

dan diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 200 rpm

(Fase 3).
5. Setelah Fase 1 dan 2 telah mencapai 80°C -85°C, Fase II dimasukkan

dalam Fase I diaduk dengan magnetic stirrer selama 30 menit (suhu

dijaga 80°C -85°C) hingga terbentuk sistem sabun (garam) yang

homogen.

6. Sistem sabun ditambah Fase 3 diaduk dengan magnetic stirrer hingga

terbentuk massa kental.

7. Kaolin dimasukkan sedikit demi sedikit dengan pengadukan perlahan

menggunakan magnetic stirrer hingga terbentuk campuran yang

kalis .dan homogeny.

8. Parfum ditambahkan ke dalam campuran secukupnya dan diasuk

hingga homogen.

Uji sediaan yang dilakukan :

1. Uji organoleptik

2. Uji pH

3. Uji tinggi busa

4. Uji kemampuan membusa


VI. HASIL PENGAMATAN

1. Uji organoleptik

No Uji organoleptik Hasil

1. Warna Putih gading

2. Bau Khas kaolin

3. Rasa Jasmine

4. Tekstur Foam (busa)

No Uji sediaan Hasil

1. Uji kemampuan busa Baik

2. Uji pH 8

3. Uji tinggi busa 8

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini melakukan percobaan mengenai pembuatan

facial wash kaolin. Formula sabun yang digunakan dalam formulasi kaolin facial

wash adalah formula sabun berbasis kombinasi sapo (asam lemak dan alkali) dan

surfakan. Sabun berbasis kombinasi sapo dan surfakan ini dapat meningkatkan

skin tightness effect yangditimbulkan, memberikan kelembutan yang lebih baik

pada kulit, dan mengurangi iritasi kulit (Paye., Andre O., dan Maibach, 2006).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa kaolin merupakan salah satujenis

mineral yang dapat membilas (mengadsorbsi) bakteri bersamaan denganair, yang

sangat terbukti pada Staphylococcus aureus


Serta memiliki nilai estetika yang paling baik dibandingkan jenis mineral lainnya

(bentonit, veegum, marl). Di samping itu, sabun dengan kandungan kaolin

berkonsentrasi 15% terbukti dapat membilas bakteri yang terdapat pada air liur

anjing dalam satu kali bilasan (Eriatna, 2017). Oleh karena itu, pembuatan

facial wash pada penelitian ini menggunakan kaolin dengan konsentrasi 15%.

Adapun alat alat yang digunakan yaitu mortir dan stamper yang berfungsi

sebagai tempat mengerus bahan-bahan yang akan dibuat, timbangan digunakan

untuk menimbang bahan obat yang akan dibuat. Beker glass yang berfungsi sebagi

wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, dan

memanaskan cairan., gelas ukur yang berfungsi untuk mengukur volume larutan

atau zat cair dengan tepat, Pipet tetes digunakan untuk meneteskan bahan obat

kedalam wadah. Waterbath digunakan untuk memanaskan bahan. Cawan porselin

digunakan sebagai wadahmya.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kaolin facial wash

meliputi asam laurat, asam oleat, asam miristat, sodium laurileter sulfat

(SLES), propilen glikol, KOH, aqua destilata, dan parfum. Pada proses pembuatan

facial wash terdapat tiga fase, yaitu fase minyak, fase air, dan surfaktan. Pada fase

minyak, asam laurat, asam miristat, dan asam oleat dilebur di atas penangas air

hingga suhu 80°C-85°C dan diaduk selama 5 menit sampai melebur sempurna.

Ketiga asam tersebut berfungsi sebagai basis pembentuk sabun (Paye., Andre O., dan

Maibach, 2006). Asam laurat dan asam miristat memiliki titik leleh 44°C-48°C,

sedangkan, asam oleat memiliki titik leleh 13°C-14°C (Rowe., Paul J., dan Marian

E, 2009) sehingga asam laurat dan asam miristat dipanaskan terlebih dahulu hingga

melebur, kemudian diikuti dengan asam oleat agar asam oleat tidak terlalu lama

dipanaskan (tidak teroksidasi).


Sodium Laurileter Sulfat (SLES) merupakan surfaktan anionik yang paling

banyak digunakan untuk kosmetik atau produk-produk perawatan diri (Spiess,

1996). SLES memiliki kelarutan yang baik dalam air, pembentuk busa yang baik,

mudah mengental dalam garam, serta memiliki risiko iritasi yang rendah

dibandingkan dengan sodium lauril sulfat (SLS) (Spiess, 1996; EMA, 2015). Selain

itu, SLES efektif pada rentang pH yang luas, baik dalam larutanasam maupun basa,

serta dalam air sadah sehingga memungkinkan SLES menimbulkan busa lebih

banyak dibandingkan dengan SLS (EMA,2015).

Jenis alkali yang cocok untuk digunakan dalam formula facial wash yang

termasuk soap soft adalah kalium hidroksida (Paye., Andre O., danMaibach, 2006).

Pada fase air, terdapat KOH yang terlebih dahulu dilarutkan dalam sebagian aqua

desilata yang diikuti dengan penambahan propilen glikol, yang juga dipanaskan di

dalam beaker glass hingga suhu 80°C-85°C dan diaduk menggunakan magnetic

stirrer hingga jernih. Propilen glikol digunakan sebagai humektan, yaitu skin

conditioning agent yang dapat meningkatkan kelembaban kulit (Rowe., Paul J., dan

Marian E, 2009).

Setelah kedua fase mencapai suhu 80°C-85°C, fase minyak

dimasukkan ke dalam fase air dan dilakukan pengadukan selama 30 menit hingga

terjadi reaksi saponifikasi dan sistem sabun (garam) terbentuk. Mengingat

sifat SLES yang mengental dalam garam (Spiess, 1996), SLES yang telah dilarutkan dalam

sisa aquadest (dengan pemanasan pada suhu 70° C dengan kecepatan pengadukkan 200

rpm) dimasukkan ke dalam sistem sabun yang telah terbentuk dan dilakukan pengadukkan

hingga terbentuk campuran homogen yang kental. Selanjutnya, kaolin ditambahkan ke

dalam campuran tersebut dan diaduk hingga terdispersi dalam sistem emulsi sabun dan

terbentuk campuran yang kalis, yang kemudian diikuti dengan penambahan parfum, serta

dilakukan peng-adjust-an pH menggunakan asam laktat sebanyak 11 ml.


Uji sediaan yang dilakukan yaitu meliputi uji organoleptik, uji pH, uji tinggi

busa dan uji kemampuan membusa.

1. Uji organoleptik

Pengujian organoleptik digunakan untuk mengetahui apakah sediaan facial

wash yang dibuat memenuhi kriteria yang diinginkan. Parameter yang dinilai

pada uji ini meliputi bau, warna dan bentuk. Uji organoleptis dilakukan dengan

menggunakan panca indra. Hasil yang didapatkan dari uji organoleptik sediaan

facial wash kaolin ini yaitu sediaan berwarna putih gading, bau khas kaolin,

rasa jasmine dan tekstur foam.

2. Uji pH

Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman sediaan yang

dibuat. Apabila suatu produk kosmetik memiliki pH yang jauh berbeda dengan

pH penerimaan kulit maka akan menyebabkan iritasi dan kulit kering

(Kurnianto et al., 2017). Sediaan dengan pH yang terlalu asam dapat

menyebabkan iritasi kulit sedangkan pH yang terlalu basa dapat membuat kulit

bersisik. Untuk kulit wajah, pH normal berada di kisaran angka 5,4-5,9. Namun

ada juga yang mengatakan antara 4,2-5,6. Biasanya, facial wash yang memiliki

kandungan pH rendah, mempunyai tekstur menyerupai gel, atau lotion, dan

tidak menghasilkan banyak busa. Dari percobaan yang dilakukan mendapatkan

hasil pH 8.

3. Uji tinggi busa

Pengujian tinggi busa dilakukan untuk menentukan apakah sediaan mampu

menghasilkan busa. Meskipun tidak ada syarat tentang batas maksimum dan

minimum tinggi busa untuk sediaan facial wash, namun nilai estetika yang baik
didapatkan dari kemampuan sediaan untuk menghasilkan busa dapat menarik

konsumen. Dari percobaan yang dilakukan mendapatkan hasil tinggi busa

sebesar 8 cm. Kemampuan menghasilkan busa yang baik ini didapatkan karena

adanya kandungan sodium lauryl sulfat sebagai foaming agent. Sodium lauryl

sulfat merupakan surfaktan anion yang biasa ada dalam produk pembersih dan

memiliki kemampuan menghasilkan busa (Dewi, 2013). Pemilihan sodium

lauryl sulfat sebagai foaming agent sediaan dikarenakan sifatnya yang kurang

mengiritasi kulit, menurunkan tegangan permukaan air dan mampu

membersihkan minyak dan kotoran.

4. Uji kemampuan membusa

Dari percobaan yang dilakukan mendapatkan hasil kemampuan membusa facial

wash baik.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Facial wash atau sabun muka merupakan sediaan kosmetik perawatankulit

wajah yang rutin digunakan setiap hari sebagai pembersih untuk

membantu mengatasi masalah kulit wajah seperti mengangkat sel kulit

mati, meremajakan kulit, meghilangkan kotoran, minyak dan

memberikan kelembapan. Sabun wajah lebih sering digunakan sebagai

alternatif antijerawat

2. Formula sabun yang digunakan dalam formulasi kaolin facial wash

adalah formula sabun berbasis kombinasi sapo (asam lemak dan alkali)

dan surfakan. Sabun berbasis kombinasi sapo dan surfakan ini dapat

meningkatkan skin tightness effect yang ditimbulkan, memberikan

kelembutan yang lebih baik pada kulit, dan mengurangi iritasi kulit

3. Pada formula ini yang membedakan yaitu SLES nya.

4. Uji sediaan yang dilakukan yaitu meliputi uji organoleptik, uji pH, uji

tinggi busa dan uji kemampuan membusa.

5. Dari perocbaan yang dilakukan uji organoleptik mendapatkan hasil

sediaan berwarna putih gading, rasa jasmine, bau khas kaolin dan tekstur

foam. Uji ph mendapatkan hasil ph 8, kemampuan membusa baik dan

tinggi busa mencapai 8 cm.


B. SARAN

1. Sebaiknya dalam melakukan praktikum dilakukan dengan hati hati agar

tidak terjadi kecelakaan dalam praktikum

2. Dalam melakukan penimbangan bahan dilakukan dengan teliti agar tidak

terjadi kelebihan atau kekurangan bahan kaena dapat berdampak pada

kesehatan tubuh.

3. Disarankan untuk selalu menggunakan APD.

4. Selalu mnjaga kebersihan laboratorium

5. Diharapkan praktikan sebelum melakukan praktikum harus mempelajari

prosedur kerja dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
DepKes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit UI
Press.
Lachman, Leon et al. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Liebe, D.C., 1996, Packaging in Pharmaceutical Dosage Forms, in: Banker, G.S.
and Rhodes, C.T., 1996, Modern Pharmaceutics, 3rd ed. and expanded,
Marcel Dekker Inc., New York, p. 716-717.
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Syamsuni, H.A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai