Anda di halaman 1dari 4

Hukum Perikatan pertemuan ketiga – 15 September 2022

Syarat sah

Buku III KUHPer sistemnya terbuka dan sifatnya mengatur

Macam perikatan
Menurut KUHPer, “memberikan sesuatu” bermakna sebagai kewajiban untuk menyerahkan
suatu kebendaan (bagian ke-2 Buku III KUHPer) merujuk ke Pasal 499 BW.

Perikatan untuk berbuat atau tidak berbuat


Untuk perikatan yang tidak berbuat sesuatu, apabila dia wanprestasi maka dia tidak dapat
dikatakan lalai.
Macam perikatan ditentukan oleh prestasinya  perikatan berbuat dan tidak berbuat.

Perikatan bersyarat
Dasar hukum Pasal 1253 – Pasal 1267 BW
Berarti ada sesuatu kondisi atau keadaan.
Misal  Pembayaran akan dilakukan apabila objek dari ‘X’ laku terjual, berarti pembayaran
baru bisa dilakukan setelah objek X terjual.
Perikatan bersyarat memungkinkan tidak terjadinya suatu syarat karena digantungkan kepada
suatu kondisi yang terjadi di kemudian hari, di mana kondisi atau keadaan peristiwa itu
mungkin terjadi atau tidak terjadi.

 Perikatan dengan syarat tangguh  perikatan timbul saat syarat ditangguhkan telah
terjadi  apabila ada syarat belum terpenuhi, maka perikatan belum timbul
Perikatan bersyarat tidak bisa terjadi apabila syarat hanya berdasarkan kepada satu pihak
tertentu, ex: saya akan beli ketika membutuhkan (??)

 Perikatan dengan syarat batal  perikatan berakhir karena syarat-syarat batal yang
diatur di dalam perjanjian terjadi.
Misal ada orang ga bayar 3 kali berturut-turut, maka perikatan tersebut dapat batal

Pasal ini mengatakan bahwa seolah-olah tidak pernah ada suatu perikatan

Pasal 1266 pembatalan harus dengan persetujuan hakim


Namun, karena Buku III sistemnya terbuka, Pasal 1266 dapat disimpangi apabila tertulis di
dalam perjanjian. Pembatalan perjanjian yang dilakukan secara sepihak, di mana tidak
menyimpangi Pasal 1266 maka dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum.
Alasan: pembatalan harus dilakukan oleh pengadilan, pembatalan dilakukan secara sewenang-
wenang (yang mengakibatkan wanprestasi)

Pasal 1266 ayat 3  kalaupun Pasal 1266 sudah disepakati untuk disimpangi di dalam
perjanjian, tetapi harus diminta dilakukan pengadilan.

Apabila, para pihak tidak mencantumkan kondisi-kondisi yang menyebabkan pembatalan tetapi
mencantumkan adanya penyimpangan Pasal 1266.

Pasal 1267 pilihan bagi kreditur untuk menentukan tindakan hukum bagi kreditur

Doktrin mengatur dua option pilihan

Perikatan dengan ketepatan waktu


Dasar hukum: Pasal 1268 – Pasal 1271 BW
“Perikatan dengan ketepatan waktu” itu pasti terjadi  waktunya precise, maka itu dikatakan
sebagai perikatan dengan ketepatan waktu
Kalo waktunya tidak precise kapan, maka itu perikatan bersyarat
Ex: Kalo si A meninggal dunia, maka B akan mendapatkan laptop dari si A

Perikatan tersebut memiliki tujuan untuk melindungi kepentingan debitur,

Perikatan manasuka
Dalam perikatan manasuka, debitur atau kreditur memiliki pemilihan
Perikatan tanggung menanggug
Pihak di dalam perikatan tersebut lebih dari satu. Debitur dalam perjanjian lebih dari satu
orang. Di mana masing-masing debitur menanggung jumlah utang. Ex:

Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi


Esensi perikatan ini adalah pada prestasinya  apakah dapat dibagi atau tidak dapat dibagi.
Dilihat pada prestasinya, dapat dibagi atau tidak dibagi. Dalam hal yang tidak dapat dibagi =,
masing2 debitur wajib memenuhi hak kreditur.
Dalam prestasi yang dapat dibagi, masing2 debitur hanya dapat memenuhi masing-masing
proporsi dari prestasi tersebut

Perikatan dengan ancaman hukuman


Suatu perikatan di mana debitur sebagai pelaksana perikatan diwajibkan untuk melaksanakan
sesuatu apabila perikatan tersebut tidak dipenuhi.
Ex: apabila pihak A telat melakukan pembayaran, maka A wajib membayar 5% dari jumlah
denda tsb.

Perikatan pokok dan perkatan accesoir


Perikatan pokok 
Syarat sahnya perjanjian
Syarat subjektif:
1. Sepakat
2. Cakap
Syarat objektif
3. Suatu hal tertentu
4. Kausa yang halal

Anda mungkin juga menyukai