Syarat sah
Macam perikatan
Menurut KUHPer, “memberikan sesuatu” bermakna sebagai kewajiban untuk menyerahkan
suatu kebendaan (bagian ke-2 Buku III KUHPer) merujuk ke Pasal 499 BW.
Perikatan bersyarat
Dasar hukum Pasal 1253 – Pasal 1267 BW
Berarti ada sesuatu kondisi atau keadaan.
Misal Pembayaran akan dilakukan apabila objek dari ‘X’ laku terjual, berarti pembayaran
baru bisa dilakukan setelah objek X terjual.
Perikatan bersyarat memungkinkan tidak terjadinya suatu syarat karena digantungkan kepada
suatu kondisi yang terjadi di kemudian hari, di mana kondisi atau keadaan peristiwa itu
mungkin terjadi atau tidak terjadi.
Perikatan dengan syarat tangguh perikatan timbul saat syarat ditangguhkan telah
terjadi apabila ada syarat belum terpenuhi, maka perikatan belum timbul
Perikatan bersyarat tidak bisa terjadi apabila syarat hanya berdasarkan kepada satu pihak
tertentu, ex: saya akan beli ketika membutuhkan (??)
Perikatan dengan syarat batal perikatan berakhir karena syarat-syarat batal yang
diatur di dalam perjanjian terjadi.
Misal ada orang ga bayar 3 kali berturut-turut, maka perikatan tersebut dapat batal
Pasal ini mengatakan bahwa seolah-olah tidak pernah ada suatu perikatan
Pasal 1266 ayat 3 kalaupun Pasal 1266 sudah disepakati untuk disimpangi di dalam
perjanjian, tetapi harus diminta dilakukan pengadilan.
Apabila, para pihak tidak mencantumkan kondisi-kondisi yang menyebabkan pembatalan tetapi
mencantumkan adanya penyimpangan Pasal 1266.
Pasal 1267 pilihan bagi kreditur untuk menentukan tindakan hukum bagi kreditur
Perikatan manasuka
Dalam perikatan manasuka, debitur atau kreditur memiliki pemilihan
Perikatan tanggung menanggug
Pihak di dalam perikatan tersebut lebih dari satu. Debitur dalam perjanjian lebih dari satu
orang. Di mana masing-masing debitur menanggung jumlah utang. Ex: