Anda di halaman 1dari 3

BAI’ AL-MURABAHAH

1. Pengertian Bai’ Al-Murabahah


Murabahah berasal dari kata rabiha-yarbahu yang bermakna
mengambil keuntungan dengan cara menjual lebih tinggi dari harga beli.
Murabahah secara teknis perbankannya adalah akad jual beli antara bank
selaku penyedia barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli
barang. Dari transaksi tersebut bank mendapatkan keuntungan jual beli
yang disepakati bersama.
Didalam Bai’ Al-Murabahah ini penjual harus memberi tahu harga
asli dari barang yang dijual kepada pembeli dan menentukan margin
keuntungan sebagai tambahannya. Bai’ Al-Murabahah memberi banyak
sekali manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah adanya margin
keuntungan yang dihasilkan dari selisih harga beli dengan harga jual.
2. Landasan Syariah Murabahah
Bai’ Al-Murabahah merupakan akad jual beli yang diperbolehkan,
hal ini berdasarkan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Quran, Al-
Hadits ataupun ijma ulama. Daiantara dalil yang memperbolehkan praktik
jual beli murabahah sebagai berikut:
a. Qs. Al-Baqarah ayat 275
“... dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”
b. HR. Ibnu Majah
“sesungguhnya jual beli itu harus dasar suka sama suka”
3. Rukun Murabahah
a. Penjual, yaitu pihak yang membeli barang
b. Pembeli, yaitu orang yang membutuhkan barang
c. Barang yang akan diperjualbelikan
d. Akad
4. Syarat Bai Al-Murabahah
a. Penjual memberi tahu harga atau biaya modal kepada nasabah
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
c. Harus bebas dari riba
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila ada kecacatan atas
barang yang dijualnya
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian
Pada prinsipnya, jika syarat (a), (d), atau (e) tidak terpenuhi, pembeli
memiliki pilihan:
a. Melanjutkan pembelian
b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuannya atas
barang yang dijual
c. Membatalkan kontrak jual beli
5. Skema Bai’ Al-Murabahah

6. Contoh Murabahah
a. Contoh dalam Perbankan
 Pak Budi atau pembeli (Pihak Pertama)
 Bank syariah (Pihak kedua)
 Showroom mobil (Pihak ketiga)
Pak Budi ingin membeli mobil tetapi ia tidak punya uang yang
cukup. Lalu ia datang ke bank untuk meminta pembiayaan dalam
membeli mobil dan menjelaskan spesifikasi mobil yang ia
inginkan. Kemudian bank membeli mobil disalah satu showroom
dengan spesifikasi yang diinginkan oleh Pak Budi, terjadilah akad
jual beli antara pihak bank dan pihak showroom dan dengan harga
mobil Rp 250.000.000,-. Setelah itu pihak bank menjual kembali
mobil tersebut kepada Pak Budi dengan margin keuntungan untuk
bank senilai Rp 35.000.000,. Akan tetapi bank harus menjelaskan
harga pokok dari mobil tersebut kepada Pak Budi. Maka bank
menjual kembali mobil dengan harga Rp 280.000.000 dengan
keuntungan yang diketahui bersama.
b. Contoh dalam Pedagang
Pedagang eceran membeli baju dari grosir dengan harga Rp 300.000.
kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar 50.000, dan ia
menjual kembali baju tersebut kepada pembeli dengan harga Rp
350.000.

Referensi
Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Dr. M. Syafii Antonio, M.Ec.
Pengantar Fiqih Muamalah, Dr M. Syafii Antonio, M.Ec.

Nama : Siti Elawati


NIM : 18101056

Anda mungkin juga menyukai