Makalah Perbankan Syariah
Makalah Perbankan Syariah
Disusun oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, tak lupa juga kita kirimkan shalawat
beserta salam kepada nabi kita yakninya nabi besar Muhammad SAW karena
beliau telah membawa kita dari alam kebodohan kealam yang berilmu
pengetahuan seperti yang dapat kita rasakan pada saat sekarang ini.
Berikut adalah hasil diskusi kami jika terdapat kesalahan kami berharap
kritik dan saran pembaca agar makalah ini kedepannya lebih sempurna, atas
perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................4
A. Kesimpulan..........................................................................................................20
B. Saran....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Peraturan Mengenai Kelembagaan Pendirian
Bank ?
2. Apa Saja Permodalan Bagi Bank Syariah ?
3. Apa Saja Sumber daya insani Bank Syariah ?
4. Apa Saja Tingkat Kesehatan Bank syariah ?
C. Tujuan
4
3. Mengatahui Apa Saja Sumber daya insani Bank Syariah
4. Mengetahui Apa Saja Tingkat Kesehatan Bank syariah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Unit usaha syariah adalah unit usaha yang didirikan oleh bank
Konvensional berdasarkan prinsip syariah. Ketentuannta tercantum dalam UU No.
10 Tahun 1998 yang berbunyi:
”Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dapat juga
melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah melalui:
6
b. Pengubahan kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor yang
melakukan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah.
c. Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah tidak melakukan kegiatan usaha
secara konvensional.
Dalam rangka persiapan perubahan kantor bank, kantor cabang atau kantor di
bawah kantor cabang yang sebelumnya melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dapat terlebih dahulu membentuk unit tersendiri yang melaksanakan
kegiatan berdasarkan prinsip syariah di dalam kantor bank yang bersangkutan.
Dengan demikian, UU No. 10 Tahun 1998 secara khusus memperkenankan Bank
Umum konvensional melakukan kegiatan usaha secara sekaligus (double)
7
berdasarkan prinsip konvensional dan prinsip syariah, yang penyelenggaraannya
dilakukan secara terpisah. Namun, sebaliknya bagi Bank Umum yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sama sekali tidak dibenarkan
melakukan kegiatan usaha secara konvensional, sekalipun kegiatan tersebut
dilakukan dengan membuka suatu kantor cabang khusus yang hanya melakukan
usaha secara konvensional.1
Terdapat tiga bentuk bank syariah. Yaitu, Bank Umum Syariah, Bank
Perkreditan Rakyat Syariah, dan Unit Usaha Syariah.
1
Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, A. Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga KeuanganLain,
(Jakarta: Salemba Empat, 2000), hal. 22
8
f. Sumber dana modal disetor tidak boleh dari sumber yang diharamkan
termasuk untuk tujuan pencurian uang
g. Direksi tidak termasuk orang tercela
h. Direksi memilki kemampuan dan integritas yang baik
i. Direksi berpengalaman dalam operasional bank sebagai pejabat eksekutif
j. Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua
termasuk besan dengan anggota direksi lain atau anggota dewan komisaris
k. Direksi dilarang merangkap jabatan sebagai anggota dewan komisaris,
direksi, atau pejabat eksekutuf pada bank, perusahaan atau lembaga lain.
l. Direksi dilarang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama memiliki saham
melebihi 25% dari modal disetor pada perusahaan lain.
m. Harus mendapat ijin Direksi Bank Indonesia
n. Dilaporkan secara tertulis kepada direksi Bank Indonesia dan mendapatkan
persetujuan Menteri Kehakiman.
9
Pemberian ijin pada dua perbankan syariah diatas harus memenuhi dua pinsip.
Yaitu:
a. Membentuk Unit Usaha Syariah (UUS), yaitu satuan kinerja setingkat yang
berfungsi sebagai kantor induk dari seluruh kantor cabang syariah. Unit
tersebut berada di kantor pusat bank dan dipimpin oleh seorang anggota direksi
atau pejabat satu tingkat di bawah direksi.
b. Memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yaitu badan independen yang
ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) pada bank. Tugas utama
DPS adalah untuk mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang dari
ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DPS
c. Bank yang telah membuka Unit Usaha Syariah, dapat membuka Kantor
Cabang Syariah dengan izin dari Dewan Gubernur Bank Indonesia, dengan
cara:
1. Membuka Kantor Cabang Syariah yang baru
10
2. Mengubah kegiatan usaha Kantor Cabang yang melakukan kegiatan usaha
secara konvensional menjadi Kantor Cabang Syariah
3. Meningkatkan status kantor di bawah Kantor Cabng yang melakukan
kegiatan usaha secara konvensional menjadi Kantor Cabang Syariah
4. Mengubah kegiatan usaha Kantor Cabang yang melakukan kegiatan usaha
secara konvensional yang sebelumnya telah membuka Unit Syariah
menjadi Kantor Cabang Syariah, dan atau
5. Meningkatkan status Kantor Cabang Pembantu yang melakukan kegiatan
usaha secara konvensional yang sebelumnya telah membuka Unit Syariah
menjadi Kantor Cabang Syariah.
6. Bank yang membuka Kantor Cabang Syariah wajib menyediakan modal
kerja kurang-kurangnya sebesar:
a. Rp 2 Miliar (dua miliar) untuk setiap Kantor Cabang Syariah yang
berkedudukan di wilayah Jabotabek, atau
b. Rp 1 Miliar (satu miliar rupiah) untuk setiap Kantor Cabang Syariah
yang berkedudukan di luar wilayah jabotabek.
7. Kantor bank yang telah mendapat izin pembukaan Kantor Cabang Syariah
wajib mencantumkan kata “Kantor Cabang Syariah” pada setiap penulisan
nama kantornya dan dilarang untuk mengubah kegiatan Kantor Cabang
Syariah menjadi kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional.2
B. Permodalan
Sumber utama modal bank syariah adalah modal inti (core capital) dan kuasi
ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri
dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan.
Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam rekening-rekening
bagi hasil (mudharabah). Modal inti inilah yang berfungsi sebagai penyangga dan
penyerap kegagalan atau kerugian bank dan melindungi kepentingan para
2
Ibid. hal 50
11
pemegang rekening titipan (wadi’ah) atau pinjaman (qard), terutama atas aktiva
yang didanai oleh modal sendiri dan dana-dana wadi’ah atau qard.
12
diperhitungkan sebesar 50 % sebagai modal inti. Bila tahun lalu rugi harus
dikurangkan terhadap modal inti
8. Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun
berjalan.Laba ini diperhitungkan hanya 50% sebagai modal inti.
9. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak perusahaan setelah
dikompensasikan dengan penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut.
B. Modal pelengkap.
1. Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk bukan dari
laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan
modal. Secara terinci modal pelengkap dapat berupa :
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap
b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
c. Modal pinjaman, yang mempunyai ciri-ciri :
1. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan
dengan modal dan telah dibayar penuh.
2. Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI
3. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal
memikul kerugian bank.
4. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan bila bank dalam keadaan
rugi.
d. Pinjaman subordinasi yang mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
1. Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan pihak
bank.
2. Mendapat persetujuan dari BI
3. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan
4. Minimal berjangka waktu 5 tahun
5. Pelunasan pinjaman harus dengan persetujuan BI
6. Hak tagih dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir
(kedudukannya sama dengan modal)
C. Modal Pelengkap
13
1. Modal Pelengkap adalah investasi subordinasi jangka pendek yang
memenuhi kriteria Bank Indonesia sebagai berikut :
a. Berdasarkan prinsip mudharabah atau musyarakah
b. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor
penuh
c. Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun3
14
etika kerja dan setiap karyawan diharuskan mempunyai sifat nilai nilai
keislaman. Menurut Rusmahafi (2017) ada macam macam karakter yang
wajib dimiliki oleh setiap karyawan perbankan syariah, yaitu :
1. Shiddiq Ialah benar. Benar pada artian mengambil keputusan yang
dinilai penting dalam perusahaan.Seorang karyawan perbankan
diharuskan memiliki karakter jujur ke nasabah maupun ke karyawan
yang lain, sehingga perusahaan menerapkan prinsip kejujuran.
2. Amanah ialah dapat dipercaya dan tanggung jawab.
3. Fathonah, yang artinya “kecerdasan”, dan diartikan
kebijaksanaan/kecerdikan. Pimpinan ataupun karyawan bank syariah
wajib memiliki sifat cerdas dan harus mamahami segala aktivitas
dalam perbankan syariah.
4. Tabligh dapat diartikan sebagai sifat komunikatif dan argumentatrif.
Karyawan harus mempunyai sifat argummentatif agar dapat
menyampaikan pesan dengan tutur kata yang tepat.5
15
c. Kegiatan bank dalam menyalurkan dana yang telah didapatkan
kepada masyarakat yang membutuhkan dana tersebut.
d. Kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada para
nasabah, pemegang saham, pemilik modal, karyawan yang bekerja
pada bank tesebut, masyarakat, dan lain-lain.
e. Kemampuan bank dalam mematuhi dan melaksanakan peraturan
yang telah ditetapkan dalam undang-undang, peraturan oleh Bank
Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan lain-lain.
6
Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, A. Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga
KeuanganLain, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), hal. 22
16
yang berlaku mengenai penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum Syariah.
b. Penilaian Faktor Good Corporate Governance (GCG)
1) Penilaian faktor Good Corporate Governance bagi Bank
Umum Syariah merupakan penilaian terhadap kualitas
manajemenbank atas pelaksanaan 5 (lima) prinsip Good
Corporate Governance yaitu transparansi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran.
Prinsipprinsip Good Corporate Governance dan fokus
penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance tersebut berpedoman pada ketentuan Good
Corporate Governancey ang berlaku bagi Bank Umum Syariah
dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha
bank.
2) Bank Umum Syariah dalam menilai peringkat faktor Good
Corporate Governance menggunakan parameter/indikator.
3) Dalam rangka memastikan penerapan 5 (lima) prinsip Good
Corporate Governance sebagaimana dimaksud dalam angka 1),
Bank Umum Syariah harus melakukan penilaian sendiri
(selfassessment) secara berkala yang paling kurang meliputi
11(sebelas) faktor penilaian pelaksanaan Good Corporate
Governance sebagaimana diatur dalam ketentuan
GoodCorporate Governance yang berlaku bagi Bank Umum
Syariah.
c. Penilaian Faktor Rentabilitas
1) Penilaian faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja
Rentabilitas, sumber-sumber Rentabilitas, kesinambungan
(sustainability) Rentabilitas, manajemen Rentabilitas, dan
pelaksanaan fungsi sosial. Penilaian dilakukan dengan
mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas
Rentabilitas Bank Umum Syariah, dan perbandingan kinerja
Bank Umum Syariah dengan kinerja peer group¸ baik melalui
17
analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan
peer group, Bank Umum Syariah perlu memperhatikan skala
bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha Bank Umum
Syariah serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.
Bank Umum Syariah dalam menilai faktor Rentabilitas
menggunakan parameter/indikator.
2) Penetapan peringkat faktor Rentabilitas dilakukan berdasarkan
analisis yang komprehensif dan terstruktur terhadap
parameter/indikator Rentabilitas sebagaimana dimaksud pada
angka
(1) dengan memperhatikan signifikansi masing-masing
parameter/indikator serta mempertimbangkan permasalahan
lain yang mempengaruhi Rentabilitas Bank Umum Syariah.
3) Penetapan peringkat faktor Rentabilitas dikategorikan dalam 5
(lima) peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2, peringkat
3,peringkat 4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor
Rentabilitas yang lebih kecil mencerminkan kondisi
Rentabilitas Bank Umum Syariah yang lebih baik.
d. Penilaian Faktor Permodalan
1) Penilaian faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap
kecukupan modal dan kecukupan pengelolaan
Permodalan.Dalam melakukan perhitungan Permodalan, Bank
UmumSyariah mengacu pada ketentuan yang berlaku
mengenaikewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank
Umum Syariah. Selain itu, dalam melakukan penilaian
kecukupanmodal, Bank Umum Syariah juga harus
mengaitkankecukupan modal dengan Profil Risiko. Semakin
tinggi Risiko, semakin besar modal yang harus disediakan
untukmengantisipasi Risiko tersebut.
2) Dalam melakukan penilaian, Bank Umum Syariah perlu
mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, dan stabilitas
Permodalan dengan memperhatikan kinerja peer group serta
18
kecukupan manajemen Permodalan Bank Umum Syariah.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan parameter/indikator
kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentukan peer group,
Bank Umum Syariah perlu memperhatikan skala bisnis,
karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha Bank Umum
Syariah serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.
3) Parameter/indikator dalam menilai Permodalan meliputi:
a) Kecukupan modal Penilaian kecukupan modal Bank
Umum Syariah perlu dilakukan secara komprehensif,
minimal mencakup:
(1) Tingkat, trend, dan komposisi modal;
(2) Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan
memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan
Risiko Operasional dengan menacu kepada kepada
ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban
penyediaan modal minimum bagi Bank Umum Syariah;
dan
(3) Kecukupan modal dikaitkan dengan Profil Risiko.
b) Pengelolaan Permodalan Analisis terhadap pengelolaan
Permodalan Bank Umum Syariah meliputi manajemen
Permodalan dan kemampuan akses Permodalan.7
7
Seojk102014_1403094627.pdf, diakses pada 29 desember 2020, 09:27.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Bank Syariah sebenarnya telah diatur dalam
Undang-Undang pasal 2 PBI No. 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum
yang melaksanakan Kegiatan Usaha Beradasarkan Prinsip Syariah,
memberikan definisi bahwa bank umum syariah adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank dan lembaga keuangan syariah harus mempersiapkan
sumber daya insani (SDI) yang berkualitas dan handal, karena
eksistensi kualitas sumber daya insani sangat menentukan
pengembangan perbankan syariah di masa mendatang. Untuk dapat
menggerakkan bisnis Islami dengan ilmu-ilmu syariah secara baik.
Perkembangan perbankan Syariah saat ini dan ke depan
diperkirakan akan memiliki produk dan jasa perbankan yang semakin
beragam dan kompleks, sehingga eksposur risiko yang dihadapi juga
akan meningkat. Meningkatnya eksposur risiko tersebut akan
mengubah profil risiko bank syariah yang pada gilirannya akan
mempengaruhi tingkat kesehatan bank tersebut.
B. Saran
Diharapakan pembaca setelah membaca dapat mengetahui
apa saja ketentuan pendirian bank syariah, permodalan, sumber daya
insani dan tingkat kesehatan pada bank syraiah kini. Seterus nya kami
minta maaf dan mohon saran kritik nya apabila ada kesalahan
informasi di dalam makalah terimahkasih pembaca.
20
DAFTAR PUSTAKA
Fitra. 2016. Pengelolaan sumber daya insani dalam memasarkan produk dan
jasa lembaga keuangan syariah. Jurnal kajian ilmu-ilmu keislaman. Ivol.
02 No. 2 hal 25.
Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, A. Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga
KeuanganLain, (Jakarta: Salemba Empat, 2000).
21