Motivasi apapun baik bekerja, menjalani profesi, jabatan, atau peran di keluarga dan
lingkungan masyarakat semua hanya satu, saya hanya menjalani perintah Allah swt.
Saya disuruh menjadi guru karena saya disuruh Allah menjadi guru, maka karena
inilah saya jalankan peran di dunia ini sebagai guru anak-anak SD dengan sebaik-
baiknya, karena bidang inilah yang menjadi fadilah dari Allah untuk saya. Itulah sebaik-
baik motivasi bagi saya.
Maka, saya ikut program Guru Penggerak ini bukan karena termotivasi tetapi karena
saya punya alasan-alasan yang relevan sebagaimana yang akan saya jelaskan di
bawah ini.
Sebagai guru, saya mempunyai cita-cita, impian, idealisme atau bayangan di pikiran
saya sendiri, bahwa mengajar atau lingkungan belajar, program-programnya,
pembiasan-pembisaanya harusnya berjalan “seperti ini”. Semua harapan itu muncul
justru karena belum semua yang saya bayangkan itu mampu saya wujudkan atau
terjadi di lingkungan sekolah kami. Saya merasa masih banyak hal yang perlu saya
sendiri kuasai yaitu keterampilan saya sendiri sebagai guru.
Maka, terkait Guru penggerak ini, saya mencermati bahwa program Guru Penggerak
ini sepertinya sangat spesial, berbeda dari sekedar workshop atau pelatihan
pengembangan pada umumnya, sepertinya sangat menarik. Entah seperti apa
pelatihannya yang jelas saya penasaran. Saya harus ikut pelatihan ini, agar saya bisa
memahami dan menjalani tugas saya sebagai guru dengan lebih baik, agar bayangan-
bayangan saya di atas bisa saya wujudkan, terserah sebutannya, entah itu berkualitas,
professional, inovatif, yang jelas yang saya cari adalah saya bisa mengajar, mendidik
anak-anak dengan lebih mendekati seharusnya sebagaimana yang diamanahkan
Negara dan lebih-lebih Allah swt, lebih dari itu saya memang membutuhkan
“keterampilan ekstra ” agar bisa menjadi pioneer di lingkungan sekitar tempat saya
bertugas. Jadi, saya harus ikut program guru penggerak ini, karena saya harus tahu
ilmu-ilmu, keterampilan yang ada di dalamya.
Saya sudah mengajar kurang lebih 10-11 tahun.. Sepanjang itu zaman terus
berkembang dan berubah maka, saya tidak mau hanya menjadi penonton, saya tidak
mau tergilas oleh perubahan zaman ini. Selama itu pula, saya tahu betapa banyak
kekurangan saya maka, sudah perintah dari Allah untuk terus memperbaiki dan
mengembangkan diri. Selain itu, sebelum menjadi PPPK, latar belakang saya adalah
guru Swasta. Sudah menjadi maklum, bahwa tradisi di swasta mau tidak mau, mampu
tidak mampu harus memiliki visi yang disukai masyarakat dan selalu berinovasi
memberikan layanan “lebih” yang berbeda dari sekolah lain di sekitarnya, agar siswa
yang belajar di sekolah kami, mendapat sesuatu yang lebih yang itu juga diharapakan
orang tua dan masyarakat. Oleh karena tanpa itu, kami tidak akan mampu bersaing.
Kebiasan itu pula yang menjadi faktor pendorong dan penyemangat tambahan saya
untuk mengikuti program Guru Penggerak ini. Itu agar saya mempunyai sedikit hujjah
ketika dimintai tanggung jawab saya diamanahi Allah sebagai guru negri ini kelak di
akhirat.
Sekarang posisi saya adalah guru PPPK di SD Negeri. SD kami yang baru ini,
bukanlah SD yang maju, itu terihat dari raport pendidikan tahun lalu begitu rendah.
Keaktifan guru di platform juga rendah. Oleh karena itu, keadaan ini membuat saya
ingin sekali mengadopsi pembiasan-pembiasan/ program-program yang dulu ada di
SD saya sebelumnya (SD Muhammadiyah Alternatif Kranggan) di SD saya yang
sekarang (SDN 2 Badran). Tetapi di lapangan ternyata tidak semudah itu, saya benar-
benar perlu “sesuatu yang ekstra”yang harus saya kuasai, agar kedatangan saya di
lingkungan baru ini bisa memberi warna perubahan, memberi sumbangsih yang
profuktif ke arah yang lebih baik. Untuk bergerak saya memang perlu partner, tapi,
Jika saya tidak segera bergerak dari diri saya, saya tidak mungkin bisa membantu
memberi perubahan yang signifikan bagi kemajuan layanan di SDN 2 Badran
sekarang.
Untuk mewujudkan itu, selama ini saya berusaha mengembangkan diri dengan
bermodal keterampilan yang dulu pernah saya dapat seperti pelatihan internal, baik itu
kajian agama, metode pembelajaran, maupun sekedar kolaborasi dengan rekan
sejawat. Saya juga berisaha aktif dalam komunitas belajar, dari komunitas grup WA,
KKG, bimbingan teknis, hingga terakhir yang paling berkesan adalah saat saya
mengikuti PPG daljab angkatan terakhir di tahun 2019 lalu. Berdasarkan lika liku dan
alasan-alasan di atas, saya tahu bahwa sekarang dengan adanya program Guru
Penggerak saya menyadari bahwa saya memang perlu pelatihan ini dan saya harus
lulus dalam program Guru Penggerak ini. Setelah Guru Penggerak saya ingin lulus
Guru Pengajar Praktik. amiin.
2. Apa kelebihan yang mendukung peran Anda sebagai Guru Penggerak? Jelaskan
alasannya dan berikan contohnya!
Kelebihan yang saya miliki yang mendukung saya sebagai guru penggerak yaitu,
1. Pengalaman saya sebagai guru di SD swasta yang terbiasa dengan kondisi harus
menjadi contoh. Alasannya adalah kebiasaan-kebiasaan itu membentuk semangat
dan kebiasaan saya untuk menjadi pioner.
Contoh;
a) hal sederhana, yaitu menyambut kedatangan siswa di depan gerbang di jam
yang sangat awal (jam 06.15).
Kebiasaan ini sudah saya lakukan tidak kurang dari 5 tahun terakhir. Karena
sekolah kami di tepi jalan, maka kebiasaan saya ini menjadi percontohan
rekan-rekan satu sekolah untuk turut serta melakukan seperti apa yang saya
lakukan.Hingga akhirnya sekolah membuat kebijakan untuk mengaktifkan
kembali pembiasaan menyambut kedatangan siswa di pagi hari secara
terjadwal. Hingga saya beralih menjadi PPPK alhamdulillah kebisaan itu masih
tetap berjalan hingga sekarang. Sehingga pengalaman sangat kecil ini
merupakan modal saya untuk menggerakkan orang lain dalam kebaikan.
Seorang guru penggerak tentunya harus mampu menjadi contoh langsung di
lapangan.
b) Pembiasaan menghidupkan program mengaji dan tahfidz serta latihan pagi tiap
kelas di jam ke nol (jam 06.30).
Program ini sudah ada sejak saya belum masuk ke SD saya yang dulu. Tetapi
saya melihat program ini berjalan di jam yang tidak seharusnya, layanannya
kurang maksimal, masih banyak kelas yang tidak menggunakan metode
seharusnya dan cenderung terbengkalai. Maka, saya aktif menjalankan
program ini sesuai jadwal yaitu jam 06.30 dengan metode yang ditetapkan oleh
kebijakan sekolah. Dari pembiasaan yang saya lakukan itu, akhirnya sekolah
mengevaluasi ulang pelaksaan program pagi ini. Hasil dari evaluasi itu, kelas
saya menjadi contoh terbaik pelaksanaan program mengaji dan tahfidz serta
latihan pagi. Tindak lanjut dari evaluasi itu adalah aktifitas kelas di jam ke nol
dipantau lebih ketat. Selain itu, muncul program baru khusus bagi guru yaitu
pelatihan Metode Muriqi. Pelatihan ini ditujukan agar semua guru mengajarkan
metode baca quran yang sama sesuai yang telah ditetapkan kebijakan sekolah.
Pengalaman ini akan sangat membantu peran saya sebagai guru penggerak.
Karena sebagai guru penggerak tentunya saya diharuskan mampu berinisiatif
memunculkan gagasan, mampu menjadi contoh yang contoh itu dapat ditiru
dan diterapkan oleh orang lain, sehingga dari inisiatif itu nantinya sebuah
program dapat berjalan dan orang lain ikut bergerak.
e) Pembiasaan menghidupkan program mengaji dan tahfidz serta latihan pagi tiap
kelas di jam ke nol (jam 06.30).
Kebiasaan ini sudah saya lakukan sejak 2012, terutama dalam kurun waktu 5
tahun terakhir yaitu dari tahun 2015-2021. Saat itu saya masih di SD
Muhammadiyah Alternatif Kranggan dan status saya masih GTY. Di SD
Muhammadiyah Alternatif Kranggan ini ada program pagi di jam ke nol (jam
06.30). Program ini berisi kegiatan mengaji (Baca Alquran), tahfidz
menggunakan metode Muriqi dan Latihan Pagi. Berdasarkan kurikulum yang
digunakan dan kegiatan yang saya lihat, program ini sudah ada sejak saya
belum bertugas di SD Muhammadiyah Alternatif Kranggan. Namun, tampaknya
program ini belum berjalan optimal sesuai seharusnya. Hal itu, terlihat dari
belum ada aktifitas apa-apa di jam 06.30 bahkan sampai pada jam 07.00.
Selain itu, ada beberapa kelas yang terkadang meninggalkan kegiatan pagi ini
dengan alasan waktu yang sudah masuk jam pelajaran. Saya melihat program
ini berjalan di jam yang tidak seharusnya, layanannya kurang maksimal, masih
banyak kelas yang tidak menggunakan metode seharusnya dan cenderung
terbengkalai. Ada juga beberapa kelas yang hanya melaksanakan salah satu
dari ketiga pembiasaan di pagi hari ini yaitu latihan pagi. Sementara kegiatan
mengaji dan tahfidz sering tidak dilaksanakan. Sebagai orang baru saat itu
saya segera mempelajari situasi dan menyiapkan apa yang diperlukan untuk
melaksanakan program ini.
Maka, saya aktif menjalankan program ini sesuai jadwal yaitu jam 06.30
dengan metode yang ditetapkan oleh kebijakan sekolah. Dari pembiasaan yang
saya lakukan itu, akhirnya sekolah mengevaluasi ulang pelaksaan program
pagi ini. Hasil dari evaluasi itu, kelas saya menjadi contoh terbaik pelaksanaan
program mengaji dan tahfidz serta latihan pagi. Tindak lanjut dari evaluasi itu
adalah aktifitas kelas di jam ke nol dipantau lebih ketat. Selain itu, muncul
program baru khusus bagi guru yaitu pelatihan Metode Muriqi. Pelatihan ini
ditujukan agar semua guru mengajarkan metode baca quran yang sama sesuai
yang telah ditetapkan kebijakan sekolah. Pengalaman ini akan sangat
membantu peran saya sebagai guru penggerak. Karena sebagai guru
penggerak tentunya saya diharuskan mampu berinisiatif memunculkan
gagasan, mampu menjadi contoh yang contoh itu dapat ditiru dan diterapkan
oleh orang lain, sehingga dari inisiatif itu nantinya sebuah program dapat
berjalan dan orang lain ikut bergerak. Alasan saya berinisiatif mengaktifkan
kembali program pagi ini sesuai seharusnya adalah karena saya melihat
program ini adalah layanan ciri khas dan kelebihan yang tidak dimiliki sekolah
lain di sekitarnya. Program ini s
b)