Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan

Kemanusiaan|Vol 5, No 2, Desember 2019

EPISTEMOLOGI PEMIKIRAN ABU BAKAR MUHAMMAD BIN


ZAKARIA AL-RAZI TENTANG KENABIAN

EPISTEMOLOGY OF ABU BUHAR MUHAMMAD'S BIN ZAKARIA


AL-RAZI ABOUT PROPHETHOOD

Ramadhan Adi Putra1, Wakhit Hasim2


IAIN Syekh Nurjati Cirebon1, IAIN Syekh Nurjati Cirebon2
ramadhanap72@gmail.com1, wakhithasim@syekhnurjati.ac.id2

ABSTRAK

Menurut al-Razi, ada tiga sumber pengetahuan, yaitu; logika, tradisi para
pendahulu dan naluri yang membimbing manusia tanpa perlu banyak berpikir.
Berdasarkan ketiga sumber pengetahuan ini, maka ukuran kebenaran yang
dipegang oleh al-Razi lebih dekat dengan apa yang dipegang dalam
pandangan modern sebagai seorang yang positif. Karena, kecenderungannya
pada hal-hal mengenai eksperimen seperti yang dijelaskan dalam buku al-
Hawi. Dia mengakui bahwa nubuat adalah karunia dari Tuhan, tetapi potensi
untuk setiap pikiran manusia adalah sama. Jadi, tidak ada yang bisa
mengklaim bahwa ia diberkati dengan kecerdasan tinggi sejak lahir termasuk
seorang Nabi. Untuk alasan ini, itu tidak benar dan dapat dibenarkan
pandangan yang menyatakan bahwa al-Razi adalah ateis atau mulhid (bidat),
karena sebenarnya dia adalah seorang pemikir bebas.
Kata kunci: Abu Bakar al-Razi, epistemologi, profetik, Abu Hatim al-Razi

ABSTRACT

According to al-Razi, there are three sources of knowledge, namely; logic,


traditions of the predecessors and instincts that guide humans without
requiring much thought. Based on these three sources of knowledge, then the
measure of truth held by al-Razi is closer to what is being held in the modern
view of being a positivistic. Because, his inclination on matters concerning
experiments as described in the book of al-Hawi. He acknowledges that
prophecy is a gift from God, but the potential for every human mind is the
same. So, no one can claim that he was blessed with high intelligence from
birth including a Prophet. For this reason, it is not true and can be justified
the view that states that al-Razi is atheist or mulhid (heretic), because the
truth is he is a free thinker.
Keywords: Abu Bakar al-Razi, epistemology, prophetic, Abu Hatim al-Razi

61
Ramadhan Adi Putra Epistemologi Pemikiran...

PENDAHULUAN Arab terutama oleh seorang Kristen,


Abu Bakar Muhammad ibnu Hunayn Bin Ishaq (809-897 M).
Zakaria al-Razi (yang selanjutnya akan Ketika ia datang ke Baghdad, ia
disebut sebagai al-Razi saja) lahir di konon belajar kepada seorang murid
Ray, suatu kota di dekat Teheran pada Hunayn. Setelah itu ia kembali ke kota
tahun 863 M/251 H dan wafat pada kelahirannya untuk mengabdikan diri
tahun 925 M/313 H. Ia pernah menjadi pada penguasa setempat. Setelah itu ia
direktur Rumah Sakit Ray dan banyak melakukan perjalanan dan
kemudian direktur Rumah Sakit mendapat dukungan dana dari
Baghdad. Ia terkenal di Barat dengan sejumlah penguasa. 2 Walaupun ia
nama Rhazes dari buku-bukunya terkenal di Barat karena pemikirannya
tentang ilmu kedokteran.1 Walaupun di bidang kedokteran, namun yang tak
begitu, ia baru memulai belajar kalah pentingnya juga bahwa
kedokterannya di akhir masa pemikirannya dalam dunia Islam
hidupnya. Kemungkinan besar ia membuat namanya terkenal sebagai
belajar ilmu kedokteran di kota pemikir bebas. Sebab pemikirannya
Baghdad, yang pada saat itu terkait agama dan filsafat sangatlah
merupakan ibukota dinasti Abbasiyah. berbeda dibandingkan dengan filosof
Para penguasanya secara berturut-turut lainnya, yakni menyelaraskan
al-Manshur, Harun al-Rasyid hingga pemikiran filsafat dengan agama.
al-Makmun (754-833 M) secara liberal Menurutnya, satu-satunya sumber
memberikan bantuan kepada berbagai pengetahuan dan bisa juga mengenal
lembaga guna mempelajari ilmu-ilmu Tuhan melalui dirinya (akal).
Yunani kuno, seperti; tulisan-tulisan Mayoritas pemikiran filosof
Plato, Aristoteles, Hippocrates, Galen, muslim klasik ada dan hadir di dunia
Euclid dan sebagainya. Kesemuanya filsafat adalah untuk mempertemukan
itu diterjemahkan ke dalam bahasa dan menyelaraskan filsafat dan agama.

2
Arthur J. Arberry, 2002, The Spiritual Physick
1
Harun Nasution, 2010, Falsafat dan of Rhazes(Pengobatan Ruhani) terj. M.S
Mistisisme dalam Islam, Jakarta: PT Bulan Nasrullah, Jakarta: Penerbit Hikmah, hal 17-
Bintang, hal 12. 19.

62
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan
Kemanusiaan|Vol 5, No 2, Desember 2019

Misalnya adalah al-Farabi Razi yang mengatakan bahwa dengan


(pemikirannya yang dianggap paling akal kita dapat menangkap apa yang
ekstrem dan radikal kala itu) serta berguna bagi kita, menjadikan hidup
merupakan tokoh utama yang di kritik kita baik bahkan kita dapat mengenal
oleh al-Ghazali dalam bukunya yang sang Pencipta azza wa jalla dengan
terkenal yakni tahafut al-falasifah, akal. 3
karena pemikiran al-farabi dianggap Tidak sampai disitu, bahkan al-
telah membingungkan dan Razi kemudian mengkritik kenabian
menyesatkan umat muslim pada waktu dalam hal historis, yang menurutnya
itu. Namun, pemikirannya mengenai mengapa tuhan harus memilih
kenabian adalah menurutnya nabi individu-individu tertentu dengan cara
merupakan manusia pilihan Allah. menganugerahkan kenabian kepada
Oleh karena itu, nabi dianugerahi mereka saja dan dia menempatkan
tuhan akal yang mempunyai daya para nabi di atas semua manusia,
tangkap yang luar biasa sehingga tanpa mengangkat mereka sendiri sebagai
latihan pun dapat mengadakan pembimbing umat serta menjadikan
komunikasi langsung dengan akal mereka (manusia) bergantung kepada
kesepuluh (jibril). para nabi? Dia tidak semestinya
Hal itu seakan berbanding memberikan keutamaan seperti itu,
terbalik dengan apa yang terjadi pada serta tidak selayaknya diantara mereka
al-Razi, dimana pemikirannya tentang baik ada persaingan maupun
kenabian mempunyai pemaknaan yang perselisihan yang mengarahkan
ganda. Di satu sisi, ada yang mereka kepada kehancuran. Jika
mengatakan bahwa ia ateis dan di sisi memang memilih imam adalah pilihan
yang lain mengatakan bahwa ia adalah yang terakhir, maka masing-masing
seorang muslim yang taat serta
ditengahnya mengatakan bahwa ia 3
Adonis, 2012, Ats-tsabit wa al-Mutahawwil:
Bahts fi alIbda wa al-Itba ‘Inda al-Arab
adalah pemikir bebas. Hal tersebut
(Arkeologi Sejarah Pemikiran Arab-Islam II)
disebabkan adanya pernyataan dari al- terj. Khairon Nahdiyyin, Jogjakarta: LKIS, hal
116 & 117.

63
Ramadhan Adi Putra Epistemologi Pemikiran...

kelompok akan mendeklarasikan tersebut diragukan kebenarannya.


kebenaran imamnya dan kebohongan Namun yang pasti adalah bahwa al-
semua imam lainnya dan mereka akan Razi dan Abu Hatim memang pernah
menghunuskan pedang melawan yang berdebat langsung di Istana. Sehingga
lain. 4 sangat tidak mungkin karya Abu
Menurut Sarah Stroumsa dalam Hatim itu (A’lam an-Nubuwah)
bukunya yang berjudul Pemikir Bebas mengandung maksud untuk
Islam, menyatakan bahwa pendapat al- menjatuhkan nama baik al-Razi. 5
Razi tentang kenabian itu berasal dari Itulah sebabnya saya memilih
kutipan-kutipan karyanya dan ditulis tema tersebut, dikarenakan pemikiran
kembali melalui lawan-lawannya yang al-Razi yang kontroversial karena
mayoritas berasal dari aliran Syi’ah dimaknai ganda oleh sejumlah penulis.
Ismailiyyah sebagai bentuk Dimana banyak pendapat mengenai
penyanggahan atas pendapat al-Razi pemikirannya tentang kenabian. Untuk
mengenai kenabian itu. Karya al-Razi itulah saya ingin memastikan kembali
tentang kenabian yang dimaksud pendapat para ahli tersebut tentangnya,
adalah Makhariq al-Anbiya. Namun dengan meninjau langsung terhadap
keberadaan buku tersebut kini sudah karya Abu Hatim yakni kitab A’lam
lenyap. Dalam hal kenabian ini ia an-Nubuwwah.Untuk mengetahui dan
pernah berdebat dengan Abu Hatim al- memastikan kebenaran sampai ke hal
Razi di Istana dan kritikan Abu Hatim tersebut setidaknya kita harus menuju
kepada al-Razi tersebut dituangkan ke hal yang paling dasar dalam filsafat
kembali dalam sebuah karyanya yang yakni tentang bagaimana al-razi
berjudul A’lam an-Nubuwwah.Jadi memperoleh pengetahuannya itu dan
wajar saja bila ada yang berpendapat apa sumber pengetahuannya itulah
bahwa tulisan-tulisan lawannya yang dinamakan epistemologi.

4
Sarah Stroumsa, 2013, Freethinkers of
Medievel Islam: Ibnu ar-Rawandi, Abu Bakr
ar-Razi and Their Inpact on Islamic Thought,
terj. Khairon Nahdiyyin, Jogjakarta: LKIS, hal
5
142 & 143. Sarah Stroumsa, Op. cit., hal 176.

64
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan
Kemanusiaan|Vol 5, No 2, Desember 2019

METODE PENELITIAN tentang sumber, struktur, metode dan


Dalam kajian ini penulis validitas pengetahuan.6
menggunakan alat analisis untuk
membaca pemikiran al-Razi melalui HASIL DAN PEMBAHASAN
suatu cabang filsafat yang dinamakan 1. Pengaruh dari Dalam
epistemologi. Epistemologi di sini al-Razi tetap semangat ketika
dimaksudkan untuk mengetahui dan ia gagal dalam alkimia dan
memetakan pengaruh pemikiran memutuskan untuk beralih ke dunia
filosof terdahulu terhadap pemikiran medis. semenjak itu hobi membaca
al-Razi. Dengan demikian, gunanya dan menulisnya menjadi sangat
teori ini adalah sebagai alat analisis ekstrim seperti yang telah
untuk melacak bangunan histori dijelaskan di atas. Adapun
pemikiran al-Razi dengan cara pembelajaran filsafat yang ia dapat
menemukan sumber pengetahuan, adalah bersumber dari Abu Zayd al-
metode serta ukuran kebenaran Balkhi (232 H-322 H/849 M-934
pengetahuan yang di yakini oleh al- M) yang kemungkinan besar ia
Razi. Kemudian dihubungkan dengan dapatkan secara otodidak dari
pernyataannya mengenai kenabian membaca karya-karya nya, namun
yang terkesan radikal dan unik itu. tidak menutup kemungkinan juga ia
Berdasarkan pemahaman di atas ada belajar langsung dari al-Balkhi
beberapa hal penting yang dapat sebab mereka hidup sezaman dan
diperhatikan tentang epistemologi keduanya sama-sama menyukai
yakni; pertama, epistemologi perjalanan jauh untuk mendapatkan
berkenaan dengan sifat pengetahuan, sebuah pengetahuan. Dari sumber
kemungkinan, cakupan dan dasar- primernya, terutama berupa buku-
dasar pengetahuan. Kedua, buku Yunani yang sudah
epistemologi membahas tentang diterjemahkan oleh Hunain bin
reliabilitas pengetahuan dan terakhir, Ishaq kemungkinan ia dapatkan
epistemologi melakukan investigasi
6
Muhammad In’am Esha, Loc. cit hal 98.

65
Ramadhan Adi Putra Epistemologi Pemikiran...

pada saat dirinya memimpin rumah Mihnah) terhadap keyakinan yang


sakit, sebab ia bebas untuk dianut setiap pejabat dan pembesar
melakukan pengobatan, penelitian pemerintahan utamanya di sektor
serta pembelajaran. Hal itu tersebut peradilan dan tokoh-tokoh
semakin benar dan jelas adanya, terkemuka di dalam kehidupan
dikarenakan kesibukannya dalam masyarakat selama tiga puluh
menjalankan pekerjaannya sebagai empat tahun.
dokter untuk kepentingan penguasa
dan masyarakat kurang mampu. 3. Temuan Kitab
Dimana ia harus bersedia Nabi menurut al-Razi adalah
berkeliling mengunjungi dan anugerah yang mencakup semua
menyembuhkan pasiennya tersebut. manusia, mengangkat derajat
mereka dan meringankan kebutuhan
2. Pengaruh dari Luar mereka tetapi setiap manusia
Pengaruh yang sangat besar diberikan potensi akal yang sama.
bagi pemikirannya juga adalah pada Itu berarti tidak dapat dibenarkan
saat proses penerjemahan buku- lagi bila ada yang berpendapat
buku Yunani juga tak terlepas dari bahwa al-Razi itu ateis atau mulhid
campur tangan khalifah al-Makmun (sesat). Sebab ia masih
yang juga merupakan seorang mempercayai bahwa Nabi itu
ulama Muktazilah. Sehingga besar anugerah Tuhan dengan melihat
kemungkinan juga al-Razi kepada kitab A’lam an-Nubuwwah
mengenal dekat logika Muktazilah di atas, maka menurut saya dapat
yang memang berkembang sangat dikatakan bahwa al-Razi
pesat di masanya. Dimana pada sebenarnya sedang mengomentari
waktu itu seperti yang sudah dan mengkritisi kelompok-
dijelaskan di atas, selain aliran kelompok yang menjadikan sebuah
Muktazilah dijadikan sebagai kenabian menjadi sumber
mazhab negara. Ia juga gencar malapetaka dan kejumudan seperti
melakukan pemeriksaan (al- yang digambarkannya dalam

66
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan
Kemanusiaan|Vol 5, No 2, Desember 2019

dialognya dengan Abu Hatim di pengetahuan yang sanggup


atas. Dimana hal tersebut sedang menghasilkan suatu karya terdiri
dan sudah terjadi pada masanya dari teknik dan kesenian.
waktu itu. Terakhir, ilmu pengetahuan
teoritis mencakup tiga bidang
Analisis
yakni fisika, matematika dan
1. Sumber Pengetahuan Menurut
“flsafat pertama” (yang sesudah
al-Razi
Aristoteles disebut juga
a. Logika
metafisika). Berdasarkan sumber
Menurut al-Razi, ilmu
yang pertama, dapat dilihat
pengetahuan berasal dari tiga
bahwa logika menurut al-Razi
sumber yakni pemikiran yang
dan logika menurut Aristoteles
didasarkan pada logika, tradisi
sama-sama pentingnya bagi
dari para pendahulu kepada para
suatu pengetahuan, yang mana
pengganti yang didasarkan pada
suatu pengetahuan itu bersumber
bukti meyakinkan dan akurat
dari logika yakni sebagai
seperti dalam sejarah serta yang
persiapan untuk berpikir secara
terakhir adalah naluri yang
ilmiah. Namun Aristoteles
menuntun manusia tanpa
memandang logika itu tidak
memerlukan banyak pemikiran.7
termasuk ilmu pengetahuan,
Sedangkan, Aristoteles sendiri
walaupun ia banyak mengarang
membagi ilmu pengetahuan atas
berbagai buku tentang logika.
tiga golongan yakni ilmu
Hal itu dikarenakan logika
pengetahuan praktis, produktif
mendahului ilmu pengetahuan
dan teoritis. Ilmu pengetahuan
sebagai persiapan untuk berpikir
praktis meliputi etika dan
secara ilmiah. Dengan demikian
politika, ilmu pengetahuan
berarti logika itu merupakan
produktif menyangkut
suatu alat agar kita dapat
7
A Mustofa, 1997, Filsafat Islam, Bandung: CV
Pustaka Setia, hal 124 & 125.

67
Ramadhan Adi Putra Epistemologi Pemikiran...

mempraktekkan ilmu dialektika merupakan dua


pengetahuan. cabang dari ilmu yang sekarang
Kata logika sendiri tidak dinamakan logika.
terdapat pada Aristoteles saja. Meskipun Aristoteles telah
Merujuk pada karangan- menemukan logika, maka bukan
karangan masa kuno setidaknya berarti pada masa filsafat
nama logika untuk pertama kali sebelumnya tidak terdapat
muncul pada Cicero (abad 1 sesuatu pun mengenai logika.
Sebelum Masehi), tetapi masih Seperti diketahui dalam ajaran
dalam artian “seni berdebat”. mazhab Elea, kaum Sofis,
Alexander Aphrodisias (sekitar Socrates dan Plato pasti sudah
permulaan abad ke-3 M) adalah ada unsur-unsur yang
orang pertama yang dipergunakan Aristoteles dalam
mempergunakan kata logika menyusun logikanya. 8 Seperti
dalam arti yang berlaku sekarang yang telah menjadi sebagian
secara umum yakni ilmu yang kisah sejarah, Zeno dari Citium
menyelidiki lurus tidaknya (±340-265 SM) menyebutkan
pemikiran kita. Aristoteles bahwa tokoh Stoa adalah yang
sendiri memakai istilah pertama kali menggunakan
“analitika” untuk penyelidikan istilah logika. Namun demikian,
mengenai argumentasi- akar logika sudah terdapat dalam
argumentasi yang bertitik tolak pikiran dialektis para filsuf
dari putusan-putusan yang benar mazhab Elea. Mereka telah
dan ia memakai istilah melihat masalah identitas dan
“dialektika” untuk penyelidikan perlawanan asas dalam realitas.
mengenai argumentasi- Tetapi kaum sofis-lah yang
argumentasi yang bertitik tolak membuat pikiran manusia
dari hipotesa atau putusan yang sebagai titik api pemikiran
tidak pasti kebenarannya. Jadi
8
bagi Aristoteles analitika dan Kees Bertens, 2001, Sejarah Filsafat Yunani,
Yogyakarta: Kanisius, hal 137.

68
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan
Kemanusiaan|Vol 5, No 2, Desember 2019

secara eksplisit. Georgias dari inilah manusia dapat


Sisilia, mempersoalkan masalah mendapatkan suatu pengetahuan
pikiran dan bahasa, menurutnya bila ia melalui jalan yang
dapatkah ungkapan mengatakan pertama, menurut Aristoteles
secara tepat apa yang ditangkap adalah induksi yakni yang
pikiran. bertitik tolak dari kasus-kasus
Socrates dengan khusus yang kemudian
metodenya yakni ironi dan menghasilkan pengetahuan yang
maeiutika, secara fakta umum. Dengan perkataan lain,
mengembangkan metode induksi bertitik tolak dari
induktif. Dalam metode ini beberapa contoh dan atas dasar
dikumpulkan contoh dan itu menyimpulkan suatu hukum
peristiwa konkret untuk umum yang berlaku juga bagi
kemudian dicari ciri umumnya. kasus-kasus yang belum
Plato yang bernama asli diselidiki. Jalan kedua adalah
Aristokles, mengumumkan dengan deduksi yakni bertitik
metode Socrates itu menjadi tolak dari dua kebenaran yang
teori ide miliknya sendiri. tidak disangsikan dan atas dasar
Kemudian oleh Aristoteles itu menyimpulkan kebenaran
dikembangkan menjadi teori yang ketiga. Dengan demikian,
tentang ilmu. 9 Karena itulah, induksi itu bergantung pada
Aristoteles yang telah berjasa pengetahuan inderawi,
besar dalam menemukan logika, sedangkan deduksi itu
sebab ia adalah filsuf yang melepaskan diri dari
pertama kali dalam sejarah pengetahuan inderawi.
memberikan uraian sistematis
mengenai logika. Melalui logika b. Tradisi dari Para Pendahulu
Mengenai sumber
9
W Poespoprodjo, 2007, Logika Scientifika, pengetahuan yang kedua
Bandung: CV Pustaka Setia, hal 41 & 42.

69
Ramadhan Adi Putra Epistemologi Pemikiran...

menurut al-Razi itu terlihat pada hal ini ia mengikuti Aristoteles


karyanya yakni al-Hawi, dimana dalam caranya mendapatkan
menyusun pendapat medis dari pengetahuan yakni dengan
para pendahulunya seperti observasi, abstraksi lalu diolah
Hippocrates dan Galen mengenai dengan logika.10
masing-masing penyakit dan Kitab al-Hawi fi al-Tibb
perawatan mereka secara (Liber Continens) terdiri dari
sistematis dan kemudian 23volume berisi banyak ekstrak
menambahkan klinisnya yang dari BahasaYunani dan
sangat teliti observasi dan pengarang Hindu dan observasi
pengalaman, mengoreksi klinisnya sendiri.11
pendapat pendahulunya di mana Diterjemahkan ke Bahasa Latin
dia menemukan mereka (Galen pada abad ke- 13, Kitab al-Hawi
dan Hippocrates) tidak akurat berulang kali dicetak di Eropa
atau tidak lengkap. Akhirnya, selama abad 15 dan 16 di bawah
Razi mengubah obat teoritis judul Liber Continens. Dicetak
klasik menjadi empiris yang seperti saat pencetakan masih
dibuktikan dengan berbagai baru, tulisan al-Razi inimemiliki
percobaan yang telah pengaruh besar pada
dilakukannya sebagaimana pengembangan praktek medis di
dibuktikan oleh tiga puluh tiga Eropa. Kitab al-Hawi adalah
sejarah kasus yang dia karya besar (yang diterbitkan
gambarkan di dalam kitab al- bentuknya terdiri dari 23
Hawi. Dia menyimpan file volume, dua di antaranya lebih
individu untuk setiap pasien dan jauh dibagi menjadi dua bagian
dibuat catatan harian yang 10
Touraj Nayernouri, 2008, History of Ancient
merekam perkembangan Medicine in Iran: Zakariya Razi The Iranian
Physician and Scholar, archives of Iranian
penyakit mereka dan tanggapan Medicine, hal 230.
11
Houchang D Modanlou, 2008, History of
mereka terhadap perawatan yang Medicine: A Tribute to Zakariya Razi (865-925
ditentukan. Terlihat pula dalam AD) An Iranian Pioneer Scholar, Archives of
Iranian Medicine Vol. 11 No. 6, hal 675.

70
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan
Kemanusiaan|Vol 5, No 2, Desember 2019

yang panjang). Setiap volume dia akan sembuh, sebab keadaan


berhubungan dengan bagian- tubuh itu terkait dengan keadaan
bagian tertentu atau penyakit- pikiran. 'Dia memperingatkan
penyakit tubuh, meskipun terhadap penggunaan obat-
pengelompokan penyakit sering obatan yang tidak perlu, dan
idiosynkratik (tidak setara). terutama polifarmasi
Volume itu termasuk asam urat, (penggunaan obat yang banyak
misalnya, juga mencakup sebagai upaya mengatasi
penyakit terkaitke cacing besar beberapa gangguan secara
dan kecil di perut, tumpukan, bersamaan): 'Jika dokter mampu
bungkuk, varises dan kaki gajah. mengobati dengan nutrisi, tidak
Di antara file-file besar ini, obat, maka dia telah berhasil.
ditemukan catatan kerja dimana Namun, jika dia harus
terjadi kasus sesekali dalam menggunakan obat, maka itu
sejarah, serta sebagai latihan harus menjadi solusi yang
klinisi al-Razi (kumpulan lebih sederhana dan bukan yang
dari 900 kasus sejarah yang majemuk'. Berbeda dengan
dicatat oleh beberapa muridnya polifarmasi yang dipromosikan
dan dikeluarkan secara anumerta oleh beberapa penulis Islam
(bertahap) ada di bawah judul lainnya pada abad ke-9, al-Razi
The Book of Experience atau jarang merekomendasikan solusi
Casebook). gabungan, dan ketika dia
Beberapa ide al-Razi melakukannya hal ini ia
memiliki kesejajaran dengan ide- memiliki beberapa bahan. 12
ide hari ini.Misalnya, dia Sejumlah volume Kitab al-
menyarankan bahwa: “Dokter, Hawi fi al-Tibb didedikasikan
meskipun dia memiliki untuk farmakologi. Memang
keraguannya, harus selalu 12
Selma Tibi, 2006, Al-Razi and Islamic
membuat pasien percaya bahwa Medicine in the 9th Century, Journal of the
Royal Society of Medicine Vol. 99, hal 206.

71
Ramadhan Adi Putra Epistemologi Pemikiran...

farmasi bisa melacak banyak naluri dalam diri manusia


fondasi historisnya untuk sebagaimana sama dengan diri
pencapaian tunggal al-Razi. binatang, naluri hanya menitik-
Ulang tahunnya 27 Agustus telah beratkan pada insting seksual.
diadopsi sebagai Hari Namun, tidak semata-mata
Farmakologi di Iran.13 insting atau naluri harus selalu
pada hasrat seksual. Pada
c. Naluri psikoanalisis Freud menekan
Naluri atau insting adalah pada kesadaran segala sesuatu
suatu pola perilaku dan reaksi yang nyata adalah terjadi secara
terhadap suatu rangsangan sadar. Naluri-naluri dibahas
tertentu yang tidak dipelajari tapi secara teknis dan mengenai
telah ada sejak kelahiran suatu kecemasan yang sangat dekat
makhluk hidup dan diperoleh dengan ego individu seperti
secara turun-temurun. Dalam kecemasan kenyataan,
psikoanalisis, naluri dianggap kecemasan neurotis dan
sebagai tenaga psikis bawah kecemasan moral. 15
sadar yang dibagi atas naluri Mengenai sumber
kehidupan dan naluri kematian.14 pengetahuan yang terakhir yakni
Naluri sendiri memiliki maksud naluri yang menuntun manusia
sumber dan tujuan.Sumber- tanpa memerlukan banyak
sumber terpenting dari energi pemikiran. Menurut saya ini
naluriah adalah keperluan adalah hasil pemikiran murni
jasmaniah atau gerakan hati. dari al-Razi. Sebab saya belum
Freud mengarahkan konsep menemukan kesamaan
pemikirannya ini dengan filosof
13
Houchang D Modanlou, Op. cit., hal 676. terdahulu.
14
Zaifuddin Hamzah, 2015, Meditasi sebagai
Sarana Mempertajam Intuisi di Lembaga Seni
Pernafasan Radiasi Tenaga Dalam Unit
15
Psikosufistik UIN Walisong Semarang, Skripsi Stefanus Rodrick Juraman, 2017,
Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi UIN, hal 88 NaluriKekuasaan Sigmund Freud,
Walisongo Semarang. JurnalStudiKomunikasi Vol. 1, hal 284.

72
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan
Kemanusiaan|Vol 5, No 2, Desember 2019

2. Metode dan Ukuran Kebenaran 3. Epistemologi Pemikiran al-Razi


al-Razi tentang Kenabian
Berdasarkan penjelasan di Nabi menurut al-Razi adalah
atas dapat dikatakan bahwa anugerah yang mencakup semua
pemikiran al-Razi itu dekat dengan manusia, mengangkat derajat
Aristoteles, namun lebih tepat mereka dan meringankan kebutuhan
dikatakan sebagai seorang mereka. Semua manusia itu
positivistik. Istilah itu merujuk pada mempunyai potensi akal yang sama.
pandangan modern. Semangat Jadi, ia mengakui manusia bisa
positivistik dalam hal ini merujuk mencapai Akal Kenabian sama
pada karya al-Hawi seperti yang seperti pendapat filosof klasik Islam
telah dijelaskan di atas. Oleh karena pada umumnya. Asalkan dia
itulah, ia amat disegani dan dikenal mengikuti metode yang
sebagai seorang peneliti ilmiah. disarankannya di atas ini. Jadi,
Dimana ia mengakui sebuah dalam hal hubungan kewahyuan
pengetahuan berdasarkan rasio, (secara vertikal) ia memakai
pengalaman inderawi dan metode Plato. Dimana manusia
dibuktikan dengan eksperimen harus menjaga keseimbangan
(percobaan). Itulah hakikat disetiap tingkatan jiwa tersebut.
pengetahuan tertinggi menurutnya. Jika berlebihan, akal akan tunduk
Meskipun al-Razi seorang positivis, pada kefanaan serta jika gagal akal
ia masih mempercayai hal yang akan sama seperti binatang.
metafisik sebab ia masih Demikian pula dengan cara
mempercayai adanya Tuhan seperti menyingkat waktu untuk mencapai
yang ia gambarkan dalam Filsafat tingkat kesempurnaan akal itu tak
Lima Kekal-nya serta
pandangannya mengenai kenabian
dalam penelitian ini.

73
Ramadhan Adi Putra Epistemologi Pemikiran...

ada, semua proses harus dijalankan


secara bertahap dan seimbang. 16 SIMPULAN
Dalam hal konflik horizontal Penelitian ini berawal dari
antara berbeda kelompok ia kontroversi pernyataan al-Razi yang
memakai metode Aristoteles. Hal terbilang radikal dan berani pada
ini sesuai dengan keumuman cara zamannya. Oleh karena itulah saya
berpikir filosof muslim klasik. merasa tertarik untuk melakukan
Dimana mayoritas dari mereka penelitian yang mendalam terhadap
biasanya menggabung-gabungkan pernyataannya tersebut. Jadi,
pemikiran filosof terdahulu lainnya, penelitian ini berbasis kepada teori
tidak satu aliran saja. Dalam artian, epistemologi yang dihubungkan
kedua pemikiran (Aristoteles dan dengan tokoh terkait yakni al-Razi
Plato) sama-sama dan saling yang berbicara tentang kenabian.
mempengaruhi dalam membentuk Epistemologi di sini dimaksudkan
pemikiran al-Razi tentang kenabian untuk mengetahui dan memetakan
ini. pengaruh pemikiran filosof terdahulu
Jadi dalam hal kenabian ini, ia terhadap pemikiran al-Razi. Dengan
memakai teori koherensi. Sebab ia demikian, gunanya teori ini adalah
memandang bahwa sejak lahirnya sebagai alat analisis untuk melacak
kenabian selalu membawa dampak bangunan histori pemikiran al-Razi.
positif dan negatifnya. Dimana ia Akhirnya pemikiran al-Razi
menyoroti dan mengkhawatirkan tentang kenabian ini tidak terlepas dari
dampak negatif yang sudah terjadi pengaruh pemikiran para filosof
pada masanya, yakni peperangan sebelumnya, yakni para filosof Yunani
antar kelompok. Masing-masing terutamanya adalah Aristoteles dan
kelompok itu mempercayai akan Plato. Hal ini sesuai dengan
pemimpinnya dan sebagian yang keumuman cara berpikir filosof
lain mendustakannya. Dari situlah muslim klasik. Dimana mayoritas dari
akar konflik terjadi menurutnya. mereka biasanya menggabung-

16
gabungkan pemikiran filosof terdahulu
Arthur J Arberry, Loc. cit.

74
Jurnal Yaqzhan : Analisis Filsafat, Agama dan
Kemanusiaan|Vol 5, No 2, Desember 2019

lainnya, tidak satu aliran saja. Dalam Nasution, Harun. 2010. Falsafat dan
Mistisisme dalam Islam. Jakarta:
artian, kedua pemikiran (Aristoteles
PT Bulan Bintang.
dan Plato) sama-sama dan saling
mempengaruhi dalam membentuk Stroumsa, Sarah. 2013. Freethinkers of
Medievel Islam: Ibnu ar-Rawandi,
pemikiran al-Razi tentang kenabian
Abu Bakr ar-Razi and Their
ini. Inpact on Islamic Thought terj.
Khairon Nahdiyyin. Jogjakarta:
LKIS.
DAFTAR PUSTAKA
Adonis. 2012. Ats-tsabit wa al- Tibi, Selma. 2006. Al-Razi and Islamic
Mutahawwil: Bahts fi alIbda wa Medicine in the 9th Century.
al-Itba ‘Inda al-Arab (Arkeologi Journal of the Royal Society of
Sejarah Pemikiran Arab-Islam II) Medicine Vol. 99.
terj. Khairon Nahdiyyin.
Jogjakarta: LKIS. Poespoprodjo, W. 2007. Logika
Scientifika. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Al-Razi, Abu Hatim. 2003. A’lam an-
Nubuwwah. London: Dar al-Saqi.
Nayernouri, Touraj. 2008. History of
Ancient Medicine in Iran:
Arberry, Arthur J. 2002. The Spiritual
Zakariya Razi The Iranian
Physick of Rhazes(Pengobatan
Physician and Scholar. archives
Ruhani) terj. M.S Nasrullah.
of Iranian Medicine.
Jakarta: Penerbit Hikmah.
Hamzah, Zaifuddin. 2015. Meditasi
Bertens, Kees. 2001. Sejarah Filsafat sebagai Sarana Mempertajam
Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Intuisi di Lembaga Seni
Pernafasan Radiasi Tenaga
Dalam Unit Psikosufistik UIN
Modanlou, Houchang D. 2008. History
Walisong Semarang. Skripsi
of Medicine: A Tribute to
Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi
Zakariya Razi (865-925 AD) An
UIN Walisongo Semarang.
Iranian Pioneer Scholar. Archives
of Iranian Medicine Vol. 11 No. 6.
Rodrick Juraman, Stefanus . 2017.
NaluriKekuasaan Sigmund Freud.
Mustofa, A. 1997. Filsafat Islam. JurnalStudiKomunikasi Vol. 1.
Bandung: CV Pustaka Setia.

75

Anda mungkin juga menyukai