Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN

Disusun oleh :
Aditya Muhammad Darojat 18031062
Faiz Rozikin 18031065

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2019
ACARA I

PENENTUAN DENSITAS

I. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Menentukan densitas dan berat jenis bahan pangan berbentuk butiran.
b. Menentukan densitas dan berat jenis bahan pangan berbentuk cairan.
c. Menentukan bulk density.

II. DASAR TEORI


a. Tinjauan Pustaka

Kerapatan (density) adalah massa suatu bahan dibagi dengan isi (volume) tersebut
(Foster,2000). Kenaikan suhu biasanya akan menurunkan suatu bahan, namun di bidang teknik
bahan padat dan cairan dianggap tidak termampatkan sehingga kerapatannya dianggap tidak
terpengaruh suhu dan tekanan yang tidak begitu besar. Dengan mengetahui komposisi suatu
bahan pertanian, kita dapat menentukan kerapatan bahan tersebut karena kerapatan padat
merupakan hasil bagi massa partikel dengan volume partikel dalam suatu bahan.

Penentuan kerapatan padat dapat dilakukan dengan prinsip pengapungan menggunakan


cairan yang telah diketahui terlebih dahulu densitasnya dengan syarat suhu benda padat yang
diukur harus sama dengan suhu cairan yang diketahui densitasnya. Kerapatan benda dapat
dipengaruhi oleh kondisi pengolahan, misalnya dehidrasi dan aglomerasi akan mempengaruhi
tingkat dan sifat pembentukan pori sehingga perancangan alat dan data kerapatan harus akurat.
Kerapatan curah dipengaruhi oleh kerapatan padat , ukuran, cara pengukuran, bentuk geometrid
an sifat permukaan. Bila biji-bijian atau tepung ditangani dalam jumlah yang banyak maka isi
curahan sama dengan isi benda padat ditambah dengan isi ruang (Maryanto, 2007).

Berat jenis (spesific gravity) merupakan rasio massa cairan dengan massa air (volume)
dan diukur pada basis suhu yang sama. Botol density digunakan untuk mengukur berat jenis
suatu cairan yang tidak diketahui dan suatu padatan butiran yang tidak larut dalam cairan. Dalam
penggunaanya harus dipatiskan semua udara dapat dihilangkan dari botol ketika cairan
ditambahkan ke dalam padatan (Buckle, 1985)
b. TINJAUAN BAHAN

Kacang Hijau ( Vigna radiata .L) merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga yang
banyak dibudayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari kesesuaian iklim dan
kondisi bahan yang dimiliki, Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki kesempatan
untuk melakukan ekspor kacang hijau ( Purwono dan Hartono, 2005:5).

Beras adalah biji gabah yang bagian kulitnya sudah dipisahkan dengan cara digiling dan
disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat pengosoh (Astawan dan
Wresdiyati, 2004). Beberapa cara penggolongan beras yaitu (1) berdasarkan varietas padinya,
sehingga dikenal adanya beras Bengawan Solo, Celebes, Sintaur. Dan lain-lain, (2) berdasarkan
asal daerahnya, sehingga dikenal adanya beras Cianjur, beras Garut, dan beras Banyuwangi, (3)
berdasarkan cara pengolahannya, sehingga dikenal adanya beras tumbuk dan beras giling, (4)
berdasarkan tingkat penyusunnya, sehingga dikenal beras kualitas I atau kualitas II, (5)
berdasarkan gabungan antara sifat varietas padi dengan tingkat penyosohnya ( Winarno, 2004).
Sifat-sifat beras antara lain suhu gelatinitas, konsistensi gel, penyerapan air, kepulenan,
kelengketan, kelunakan, dan kilap nasi ( Damardjiati dan Purwani, 1991).

Jagung (Zea mays L.) adalah jenis rerumputan/graminae dan termasuk tanaman semusim.
Biji jagung disebut kariopsis yaitu memiliki dinding ovary atau pericarp yang menyatu dengan
kulit biji atau testa membentuk daging buah ( Takdir et al, 2007).

Minyak goreng merupakan salah satu bahan pangan yang termasuk ke dalam lemak, baik
yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Penggunaan minyak goreng
berfungsi sebagai media penghantar panas, menambah cita rasa, menambah nilai gizi dan kalori
dlam makanan. Minyak goreng tersusun dari beberapa senyawa seperti Asam lemak dan
Trigleserida (Kataren, 2008).

Kecap merupakan cairan berwarna gelap yang mengandung protein yang dibutuhkan oleh
tubuh. Kecap terbuat dari proses fermentasi kacang kedelai yang biasa ditambahkan sebagai
penyedap makanan ( Winarno, 1986). Terdapat beberapa kandungan pada kecap, seperti kalori,
protein, karbohidrat, lemak, kalsium dan vitamin.
Diantara kandungan yang ada , komponen terbesar yang ada pada kecap manis adalah
karbohidrat, terutama sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Kecap manis memiliki kandungan asam
amino yang cukup tinggi, karena kecap manis terbuat dari kacang kedelai yang memiliki
kandungan protein yang tinggi (Santoso,1994).

Madu adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah dari nectar bunga. Madu juga
merupakan suatu campuran gula yang dibuat oleh lebah dari larutan gula alami dari bunga yang
disebut nectar. Madu hasil lebah yang ditampung dengan metode pengambilan modern berupa
cairan jernih dan bebas dari benda asing (Malan,1999).

Fakta nutrisional madu rata-rata tersusun atas 17,1 % air, 82,4 % karbohidrat total, 0,5 %
protein, Asam amino, vitamin dan mineral. Sebagai agen penyembuh luka, madu memiliki empat
karakteristik yaitu tinggi kandungan gula, kelembaban rendah, Asam glukanik, dan Hirogen
peroksida.

III. METODE PRAKTIKUM

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Laktodensimeter, Alkoholmeter, Botol
Densitas, Piknometer, Timbangan Analitik, Pengaduk, Spatula, Gelas kimia 5 Ml, Gelas kimia
100 Ml, Pipet tetes, Neraca Ohaus.

Bahan yang digunakan dalam praktikum : Akuades, Madu, Minyak Goreng, Kecap, Susu
sapi segar, Toluena, Beras, Biji Kacang Hijau, dan Biji Jagung.

Cara kerja :

a. Mengukur berat jenis dan densitas air susu.

Pertama kali adalah memastikan alat yang akan digunakan dalam keadaan bersih dan baik.
Untuk pertama yang pertama adalah mengukur 100 ml susu sapi segar ke dalam gelas ukur 100
ml. Kemudian masukan Laktodensimeter secara perlahan dan biarkan stabil mengambang.
Setelah menunggu beberapa saat maka baca skala yang terukur yaitu tepat pada batas permukaan
Laktodensimeter dan dicatat. Yang kedua adalah mengukur atau mengambil sebanyak 95 mL
susu sapi segar dengan gelas ukur 100 mL. Kemudian menambahkan 5 mL akuades dan
dihomogenkan. Memasukan kembali Laktodensimeter ke dalam gelas ukur secara perlahan.
Mencatat hasil yang tertera.
Yang ketiga , menuang kembali sebanyak 90 mL susu sapi segar ke dalam gelas ukur 100
mL. Menambahkan 10 mL akuades ke dalamnya kemudian gelas ukur dan mencatat hasil
penmgukuran. Membandingkan hasil ketiga pengukuran.

b. Menentukan Densitas dan berat jenis bahan pangan berbentuk butiran.

Pertama kali adalah memastikan alat dan bahan dalam keadaan baik, bersih dan siap
digunakan. Menimbang massa kosong dari gelas ukur 100 mL dengan neraca Ohaus 3 lengan.
Memasukkan biji kacang hijau sebanyak 100 mL ke dalam gelas ukur ( tanpa diketuk-ketuk) dan
menimbangnya. Setelah diketahui berat awal, maka diketuk-ketuk gelas ukur berisi kacang hijau
selama 5 menit. Kemudian dilakukan penimbangan kembali dan mengukur penurunan
volumenya dari 100 mL. melakukan hal yang sama untuk sampel Jagung dan Beras. Bandingkan
masing-masing hasil pengukuran sebelum dan sesudah di ketuk-ketuk.

c. Menentukan Densitas dan berat jenis bahan pangan yang berbentuk cairan.

Menimbang botol Piknometer kosong beserta tutupnya dengan neraca analitik. Untuk
menentukan Densitas dan berat jenis bahan pangan berbentuk cairan (minyak goreng dan madu).
Maka langkah selanjutnya adalah menimbang Piknomter dan Akuades dan mencatat hasil
penimbangannya, Kemudian menimbang Piknometer berisi sampel minyak goreng ( dipastikan
sampel cairan mengisi penuh ruang Pikno, termasuk pipa kapilernya. Menuliskan hasil
pengukuraan.

Untuk menentukan densitas dan berat jenis bahan pangan berbentuk butiran dengan
Piknometer , maka pertama kali adalah melakukan penimbangan Piknometer yang berisi
Toluena. Kemudian memasukkan bahan pangan butiran kurang lebih 2/3 bagian Piknometer.
Kemudian melakukan penimbangan. Setelah itu, menambahkan dengan Toluena hingga batas
Piknometer. Menimbang Piknometer berisi 2/3 butiran bahan pangan dengan Toluena
didalamnnya . Dan catat hasil pengukuran.
IV. HASIL DAN PENGAMATAN
a. Hasil Pengamatan
i. Pengukuran Berat JEnis dan Densitas Air Susu Segar

Perbandingan Sampel (ml) Densitas (kg/m²)


Susu Air
100 0 1,023
95 5 1,021
90 10 1,020

ii. Penentuan Densitas dan Berat Jenis Bahan Pangan Butiran

Sampel Berat Gelas Berat total (isi) Berat total Volume (ml)
Ukur Kosong awal/tanpa setelah diketuk Awal Akhir
(g) ketuk
Kacang 127 212,20 212,20 100 98
Hijau
Jagung 127 210 210 100 94
Beras 127 212,7 212,7 100 98

iii. Pengukuran Densitas dan Berat Jenis Bahan Pangan Berbentuk Cairan

Sampel Berat Pikno Berat Pikno + Berat Pikno + SE Cairan


Kosong (gram) Akuades (gram) Sampel (gram) (gram/cm³)
W1 W2 W3
Madu 14,0735 - 28,1725 1,3957
Minyak 13,6596 - 23,3174 0,9560
Akuades 10,6821 29,7841 - -
iv. Pengukuran Densitas dan Berat Jenis Bahan Pangan Butiran

No Sampel Berat Berat Berat Berat Berat Pikno SE


Pikno Pikno + Pikno + Pikno + + Sampel + Padatan
Kosong Akuades Toluena Sampel Toluena (gram/cm³)
(gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
W1 W2 W3 W4 W5
1 Toluena 12,1543 - 19,8405 - - -
2 Beras 15,5231 - - 20,4747 26,2209 1,9438
3 Kacang 11,0822 - - 15,6804 20,9368 1,4184
Hijau

b. Perhitungan
i. Mengukur Berat Jenis dan Densitas Susu Segar
1. Perbandingan 100 ml : 0 ml
Densitas = 1000 ( SG -1 )
23 = 1000 ( SG -1 )
23 = 1000 SG - 1000
1000 SG = 1000 + 23
SG = 1023/1000
SG = 1,023 gram/ml
2. Perbandingan 95 ml : 5 ml

Densitas = 1000 ( SG -1 )

21 = 1000 ( SG -1 )

21 = 1000 SG - 1000

1000 SG = 1000 + 21

SG = 1021/1000

SG = 1,021 gram/ml
3. Perbandingan 90 ml : 10 ml
Densitas = 1000 ( SG -1 )
20 = 1000 ( SG -1 )
20 = 1000 SG - 1000
1000 SG = 1000 + 21
SG = 1020/1000
SG = 1,020 gram/ml
ii. Mengukur Densitas dan Berat Jenis Bahan Pangan Butiran
1. Biji Kacang Hijau

Sebelum diketuk- ketuk Setelah diketuk-ketuk

B− A B− A
D= D=
V V

212,20−127 212,20−127
D= D=
100 98

D = 0,852 gram/ml D = 0,869 gram/ml

2. Biji Jagung

B− A B− A
D= D=
V V

212,7−127 212,7−127
D= D=
100 98

D = 0,857 gram/ml D = 0,874 gram/ml

3. Butir Beras

B− A B− A
D= D=
V V

210−127 210−127
D= D=
100 94

D = 0,83 gram/ml D = 0,883 gram/ml


iii. Pengukuran Densitas dan Berat Jenis Pangan Cairan
1. Madu
W 3−W 1
D=
W 2−W 1
28,1275−14,0735
D=
20,7841−10,6821
14,099
D=
10,102
D = 1,3957 gram/cm³
2. Minyak

W 3−W 1
D=
W 2−W 1

23,3174−13,6596
D=
20,7841−10,6821

9,6578
D=
10,102

D = 0,9560 gram/cm³

iv. Pengukuran Densitas dan Berat Jenis Bahan Pangan Butiran ( Piknometer)
1. Beras
W 4−W 1 W 3−W 1
D= x
W 3−W 1−(W 5−W 4) W 2−W 1
20,4717−15,5231 19,8405−12,1545
D= x
19,8405−12,1543−(26,2209−20,4717) 20,7841−10,6821
4,9486 7,686
D= x
1,937 10,102
D = 1,9439 gram/cm³
2. Kacang Hijau
W 4−W 1 W 3−W 1
D= x
W 3−W 1−(W 5−W 4) W 2−W 1
15,6804−11,0877 19,8405−12,1545
D= x
19,8405−12,1543−(20,9368−15,6804) 20,7841−10,6821
4,5927 7,686
D= x
2,4208 10,102
D = 1,4184 gram/cm³

c. Pembahasan

Pada pengukuran densitas susu murni yang dilakukan penambahan air menghasilkan
pengukuran yang berbeda-beda terhadap densitasnya. Hasilnya berturut-turut adalah 1,023
gram/ml untuk susu tanpa penambahan, 1,021 gram/ml untuk penambahan 5 ml air dan 1,020
gram/ml untuk perbandingan 90 ml susu sapi segar dengan 10 ml air. Mengapa demikian ? hal
ini disebabkan bahwa sebenarnya air adalah medium pendispersi lemak dan komponen lain yang
terlarut dalam air susu. Sesuai dengan Winarno (1997), bahwa susu merupakan emulsi lemak
dalam air, sehingga kadungannya (air) pada susu lebih besar. Hal ini akan berdampak pada
kualitas susunya. Standar yang seharusnya untuk susu murni, kandungan airnya adalah 80-90%
saja. Hal ini juga dapat meningkatkan water activity pada air. Dapat juga
mempermudah/menurunkan tingkat emulsi, sehingga susu mudah terpisah dengan kandungan
lain (mengendap).

Pada pengukuran bulk density bahan pangan butiran terdapat perbedaan hasil dari sampel
awal dengan sampel yang diketuk-ketuk. Pada pengukuran ini berat sampel tidak mengalami
perubahan sedangkan pada volumenya terdapat perubahan. Dari sampel biji Kavang hijau
volume awalnya 100 ml menjadi 98 ml, biji Jagung dari 100 ml menjadi 98 ml dan Beras dari
100 ml menjadi 94 ml. Fenomena ini dapat disebut bulk density. Karena setelah mengalami
pengetukan kepadatan bahan uji menjadi meningkat, rongga-rongganya menjadi terisi. Hal ini
tergantung dari kerapatan padatan, geometri, ukuran, sifat permukaan, dan metode pengukuran.

Pada pengukuran densitas dengan Piknometer, menggunakan Akuades dan Toluena.


Penggunaan akuades dengan maksud sebagai standar pengukuran, Toluena berguna dalam
pelarutan bahan yang berbentuk butiran. Perhatikan juga pengisian Piknometer, pipa kapiler pada
tutup harus terisi penuh demi keakuratan dalam pengukuran.

V. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan bahwa :

a. Hasil dari berat jenis susu murni dengan


i. Perbandingan 100 ml : 0 ml adalah 1,023 kg/m³
ii. Perbandingan 95 ml : 5 ml adalah 1,021 kg/m³
iii. Perbandingan 90 ml : 10 ml adalah 1,020 kg/m³
b. Hasil pengamatan densitas bahan pangan butiran Kacang hijau, Jagung, dan Beras
berturut-turut (setelah diketuk) adalah 0,869 gram/ml, 0,883 gram/ml, dan 0,874
gram/ml.
c. Hasil pengukuran bulk density dengan Piknometer
i. Madu = 1,3957 gram/cm³
ii. Minyak goreng = 0,9560 gram/cm³
iii. Beras = 1,9439 gram/cm³
iv. Kacang Hijau = 1,4184 gram/cm³
DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M.R Wresdiyati, T.2004. Diet Sehat dengan Makanan Berserat.Solo: Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri

Damarjati, D.S dan E.Y.Purwari.1991. Mutu Beras.Dakan:Padi-Buku 3.Balai Penelitian


dan Pengembang Pertanian.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman.Bogor.

Foster, Bab.2008.Fisika Jilid II.Erlangga:Jakarta.

Purwono dan R.Hartono.2005.Kacang Hijau.Penebar Swadaya.Depok.

Suharto, H.D.1994.Kecap danTauco Kedelai.Kanisium:Yogyakarta

Trianggono.2011.Biokimia dan Teknologi Pasca Panen.Gadjah Mada :Yogyakarta.

Winarno,F.G.2004.Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama :Jakarta .


ACARA II

PENENTUAN DENSITAS

I. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Menentukan viskositas berbagai macam cairan dengan viscometer Ostwald
b. Membandingkan viskositas berbagai macam cairan dengan viscometer Ostwald
II. DASAR TEORI
a. Tinjauan Pustaka

Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya dari aliran yang diberikan
oleh cairan. Kebanyakan viscometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa
kapiler. Bila cairan itu mengalir cepat maka viskositas cairan tersebut kecil(sepertiair). Dan bila
cairan itu mengalir dengan lambat, maka viskositas yang dihasilkan tinggi. Viskositas dapat
diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung silinder. Cara ini merupakan
salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Menurut
Poisvelle, jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa persatuan waktu (Lewis,2008).

Viskositas dapat dianggap sebagai gesekan di dalam fluida. Dengan adanya viskositas,
maka untuk menggerakkan lapisan-lapisan fluida diperlukan suatu gaya. Gaya tersebut untuk
mengimbangi adanya gaya gesekan Fluida, baik berupa cairan maupun gas, memiliki viskositas.
Fluida yang berbeda memiliki besar viskositas yang berbeda. Sirup memiliki viskositas yang
lebih kental dari air. Minyak memiliki viskositas yang lebih besar dari sirup. Zat cair pada
umumnya jauh lebih kental dari gas. Untuk fluida yang berbeda, makin kental fluida tersebut,
makin besar juga gaya yang diperluka (Purwono,2012).

Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat
cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah cairan tertentu di pipet ke dalam
viscometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari viscometer hingga permukaan
cairan lebih tinggi dari pada batas “A”.

Cairan kemudian dibiarkan mengalir turun, ketika cairan melalui batas “A”, stopwatch
mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda “B”, stopwatch dihentikan. Sehingga waktu
yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak dari “A” hingga “C” dapat ditentukan. Tekanan P
merupakan perbedaan antara kedua ujung pipa U dan Besarnya disesuaikan sebanding dengan
berat jenis cairan (Respati,1981).

b. Tinjauan Bahan

Kecap merupakan cairan berwarna gelap yang mengandung protein yang dibutuhkan oleh
tubuh. Kecap terbuat dari proses fermentasi kacang kedelai yang berasa ditambahkan sebagai
penyedap makanan (Winarno,1986). Terdapat beberapa kandungan pada kecap seperti kalori,
protein, karbohidrat, lemak, kalsium, dan vitamin. Diantara kandungan yang ada, komponen
terbesar yang ada pada kecap manis adalah karbohidrat, terutama Sukrosa, Glukosa, dan
Fruktosa. Kecap manis memiliki kandungan Asam Amino yang cukup tinggi, karena kecap
manis terbuat dari kacang kedelai yang memiliki kandungan protein yang tinggi (Santoso,1994).

Sirup adalah sejenis minuman berupa larutan yang kental dengan cita rasa yang beraneka
ragam. Sirup buah adalah sirup yang dibuat dari bahan baku buah-buahan. Berbeda dengan sari
buah, penggunaan sirup tidak langsung diminum tapi harus diencerkan dahulu. Pengenceran
dilakukan karena kadar gula dalam sirup yang terlalu tinggi yaitu antara 55-65% (Satuhu,2004).

Minyak goreng adalah lemak yang berasal dari pemurnian bagian tumbuhan, hewan atau
dibuat secara sintetik yang dimurnikan dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan,
Minyak goreng umumnya berbentuk cair pada suhu kamar. Minyak goreng kebanyakan
diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa,serelia, kacang-kacangan, jagung, kedelai dan kahda.
Minyak goreng umumnya berasal dari kelapa sawit. Minyak kelapa dapat digunakan untuk
menggoreng karena struktur minyaknya yang memiliki ikatan rangkap sehingga minyaknya
termasuk lemak tak jenuh yang sifatnya stabil.

III. METODE PRAKTIKUM


a. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adlah viscometer Ostwald, gelas kimia 200
ml, corong dan pipet tetes, stopwatch.

b. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : Sirup jeruk, kecap manis, dan
minyak goreng.

c. Cara Kerja

Yang pertama kali adalah memastikan alat yang akan digunakan dalam keadaan yang
baik dan bersih. Kemudian menyiapkan 3 sampel yang akan diuji viskositasnya, yaitu sirup
jeruk, kecap manis, dan minyak goreng. Menyiapkan masing-masing sampel ± 50 ml.
Menuangkan sampel kedalam viscometer Ostwald secara perlahan hingga mencapai tanda “A”.
Kemudian menghisap cairan pada pipa kecil hingga cairan naik atau mengisi bola atau ruang
mencapai garis “B” . Ketika cairan mulai turun menuju titik “C”, stopwatch dinyatakan.
Stopwatch berguna untuk menghitung waktu yang dibutuhkan cairan dari tanda “B” mencapai
tanda “C”. Cairan akan turun secara sendiri karena adanya perbedaan tekanan. Kemudian diulang
2 kali dan mencuci viscometer Ostwald hingga bersih. Melakukan langkah yang sama dengan
sampel yang belum diukur.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil Pengamatan

Percobaan Jenis Sampel


Syrup Jeruk Kecap Manis Minyak Goreng
Pertama 160 detik 518 detik 17 detik
Kedua 140 detik 510 detik 26 detik
Rata-rata 150 detik 514 detik 21,5 detik

b. Pembahasan

Dalam praktikum pengukuran viskositas dengan viscometer Ostwald ada bebrapa hal
yang perlu diperhatikan. Dan untuk kelebihan viscometer Ostwald :

i. Tidak ada kemungkinan turbulen pada pipa kapiler, sehingga data yang
diperoleh akan lebih akurat disbanding dengan metode bola jatuh.
ii. Tanda batas bersifat permanen sehingga tidak perlu lagi menentukan jarak
antara dua batas untuk menentukan waktu aliran cairan.
iii. Viskometer Ostwald dapat digunakan untuk cairan yang kental maupun yang
encer.
iv. Viskometer Ostwald lebih praktis untuk digunakan dibanding dengan metode
bola jatuh.

Adapun kelemahan penggunaan viscometer Ostwald, yaitu :

i. Sulirnya mengidentifikasi jika terdapat kerusakan pada alat.


ii. Tanda batas pada alat kurang terlihat jelas, sehingga mempengaruhi catatan
waktu aliran.

Dan dalam praktikum hal ini yang perlu diperhatikan, yaitu posisi memegang dalam
proses pengukuran harus tegak dan memperhatikan seksama pada tanda batas agar hasil yang
didapatkan akurat. Dalam memegang alat juga harus hati-hati karena ukuran pipa yang kecil
sehingga mudah untuk patah. Dan juga dalam pencucian harus benar-benar bersih, supaya
hasilnya akurat.

V. KESIMPULAN

Dari praktikum ini didapatkan kesimpulan , yaitu :

a. Viskositas rata-rata dari 2 kali percobaan :


i. Syrup Jeruk adalah 150 detik.
ii. Kecap Manis adalah 514 detik.
iii. Minyak Gorang adalah 21,5 detik.
b. Dari ketiga sampel yang diukur didapatkan data bahwa sampel yang memiliki
viskositas paling kecil adalah Minyak goreng dan viskositas paling tinggi adalah
Kecap Manis.

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, Elpida.2017. Konsentrasi Gula dan Sari Buah Terhadap Kualitas Sirup Buah.4(1):-.

Purwono, B.2012.Fisika Universitas.Andi Offset.Jakarta.

Santoso, H.B.1994. Kecap dan Taoco Kedelai. Kanisium.Jakarta.

Sitope, M.2008.Corat-coret Anak Desa Berprofesi.Gramedia.Jakarta.


ACARA III

PENENTUAN TEKSTUR

I. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Mengetahui tekstur suatu bahan secara objektif dengan menggunakan alat.
II. DASAR TEORI
a. Tinjauan Pustaka

Tekstur adalah nilai raba pada suatu permukaan, baik nyata maupun semu. Tekstur kasar
ketika diraba secara fisik memang menunjukkan suatun permukaan yang kasar, sedangkan
tekstur semu hanya nampak oleh mata karakternya kasar namun ketika diraba tidak dapat
dirasakan sebagaimana yang dilihat sehingga tekstur semacam ini hanya memberi kesan
imajinatif perasaan.

Menurut Kramer (1996), parameter tekstur dibagi menjadi finger feel dan mouth feel.
Finger feel adalah kesan kinetic jari tangan mencankup kelompok kesan yang dinyatakan dengan
firmness, softness,dan juiceness. Mouth feel adalah kesan kinetic pengunyahan makanan dalam
mulut mencakup kelompok kesan yang dinyatakan dengan istilah chesiness, firbcosness,
grittiness, mealness, stickiness, dan oiliness.
Tekstur tergantung dengan kenampakan partikel penyusunnya, bila produk tersebut
dipatahkan sedangkan mutu teksturnya ditentukan oleh kemudahan dalam terpecahnya partikel-
partikel penyusunnya bila produk tersebut dikunyah, serta sifat-sifat partikel yang dihasilkan
(Matz,1962). Penilaian tekstur suatu bahan di mulut mulai dapat dirasakan ketika bahan
dipotong, dikunyah, dan ditelan. Sedangkan menurut Tjahjadi dan Marta(2008), tekstur adalah
sifat yang dinilai dengan indera peraba pada jari-jari, kulit, lidah, rongga mulut dan gigi.

Tekstur adalah factor kualitas makanan yang paling penting, sehingga memberikan
kepuasan terhadap konsumen. Oleh karena itu, kita menghendaki makanan yang memiliki rasa
dan tekstur yang sesuai dengan selera kita harapkan, sehingga bila kita membeli makanan, maka
pentingnya nilai gizi biasanya ditempatkan pada mutu setelah harga, tekstur,dan rasa.

Indera yang digunakan dalam pengamatan tekstur mekanan antara lain mata untuk
kekentalan dan kehalusan permukaan bahan pangan, tangan untuk meraba, indera mulut dan
telinga untuk mengetahui kerenyahan dari suatu produk makanan.

Hardness tester atau alat uji kekerasan merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kekuatan atau ketahan suatu bahan. Sedangkan kekerasan itu sendiri ialah salah satu sifat
mekanik dari suatu material selain sifat fisik dan teknologik yang dimilikinya. Dari berbagai
rumus untuk pengujian kekerasan ada 4 yaitu : Brinel (HB), Rockwell (HR), Vilcers (HV), dan
Micro Hardness (Knoop Hardness).

b. Tinjauan Bahan

Biskuit adalah produk olahan makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan
yang mengandung bahan dasar terigu, lemak dan bahan pengembang, dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN,1992).

Biskuit merupakan salah satu makanan ringan atau snack yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Produk ini merupakan produk kering yang memiliki kadar air rendah. Menurut
Saksono (2012) menyatakan bahwa berdasarkan data asosiasi industri tahun 2012 konsumsi
biscuit diperkirakan meningkat 55-88% didorong oleh kenaikan konsumsi domestic. Biskuit
dikonsumsi oleh berbagai kalangan usia, baik bayi hingga dewasa namun dengan jenis yang
berbeda-beda(Sari,2013). Selain itu biscuit daoat dibuat dan dipanggang di dapur rumah tangga.
Sekarang pembuatan biscuit dapat dibuat oleh pabrik dengan skala besar. Proses pembuatan
biscuit secara garis besar terdiri dari pencampuran, pencetakan, dan pemanggangan
(Manley,1998).

Kemiri terutama ditanam untuk bijinya yang setelah diolah digunakan dalam masakan
Indonesia maupun Malaysia. Di pulau Jawa Kemiri juga dijadikan saus kental yang dimakan
dengan sayuran dan nasi. Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan Macadamia
yang juga meiliki kandungan minyak yang hampir sama. Kemiri juga dibakar dan dicampur
dengan pasta dan garam untuk membuat bumbu masak khas Hawai yang disebut Inamona. Inti
biji Kemiri mengandung 60-66% minyak. Penanaman Kemiri modern kebanyakan untuk
memperoleh minyaknya. Dalam setiap penanaman, masing-masing pohon akan menghasilkan
30-80 kg kacang Kemiri dan sekitar 15-20 % dari berat tersebut merupakan minyak yang
didapat. Kebanyakan minyak dihasilkan digunakan secara local, tidak diperdagangkan secara
internasional.

Pasta merupakan olahan makanan yang digunakan pada masakan Itali, dibuat dari
campuran tepung terigu, air, telur, dan garam yang membentuk adonan yang dapat dibentuk
menjadi berbagai variasi ukuran dan bentuk. Pasta dijadikan sebagai hidangan setelahdimasak
dengancara direbus. Pasta berasal dari kata Paste yang berarti adonan tepung. Cavotelli
merupakan salah satu jenis pasta yang memiliki bentuk yang seperti kerang berukuran kecil. Dan
umumnya diolah dengan campuran sayuran atau polong-polongan.

III. METODE PRAKTIKUM


a. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Hardness tester.

b. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah biscuit, biji Kemiri, salah
satu jenis pasta (Cavatelli).

c. Cara Kerja

Yang pertama kali dilakukan adalah memastikan alat yang akan digunakan dalam
keadaan baik dan bersih. Langkah pertama dengan memastikan skala Hardness tester pada skala
“0”. Meletakkan bahan yang akan diukur dengan ukuran sesuai penampang pada Hardness tester.
Kemudian memutar spindle atau tuas pada bawah alat dengan searah jarum jam secara perlahan.
Mengamati dan mendengar secara seksama hingga terdengar suara patahan atau pecah. Mencatat
skala yang terukur ketika terjadi suara. Melakukan uji yang sma dengan bahan selanjutnya dan
masing masing bahan diuji sebanyak dua kali.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil Pengamatan

Percobaan Jenis Smpel


Biskuit Pasta/Makaroni Kemiri
Pertama 5 10 7
Kedua 5 9 7
Rata-rata 5,67 kg 9,167 kg 7,33 kg

b. Pembahasan

Karena pada praktikum ini lebih terfokus pada skala hasil dari pengukuran menggunakan
Hardness tester maka hanya tertuju pada sampel yang keras dan kering. Dalam penggunaan alat
kita perlu menyesuaikan ukuran sampel dengan ukuran penampan supaya tidak terlalu besar
maupun terlalu kecil. Untuk keakuratan dalam pengukurannya, karena dasarnya menggunakan
suspense atau peer pada alat, maka dalam mengamati skala yang terukur harus cepat supaya
akurat. Dan dalam memutar spindle akan didapatkan hasil yang lebih baik jika perlahan dan
konstan.

V. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan kesimpulan bahwa dari ketiga
sampel yang diuji pasta/macaroni.Cavatelli menjadi sampel yang paling keras. Dan biscuit yang
memiliki tekstur yang paling tidak keras. Dan mengetahui cara penggunaan alat Hardness tester,
juga hal apa yang boleh dilakukan dan tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional.1992.SNI 01-2973-1992 : BIskuit.BSN.Jakarta.

Hayre, k.1987.Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Sarana Wana Jaya.Jakarta.

Kramer,a.and B.A.Twigg.1996.Foundamental of Quality Control the Food Industry. The AVI


Publishing Company Inc.Westport Connnecticut.

Manley, D.J.R.1998.Biscuit,Cookie and Cracker Manufacturing Manuals.Wood Head Publihsing


Ltd.England.

Sari, O.F.2003. Formula Biscuit Kaya Protein Berbasis Spirulina dan Kerusakan Mikrobiologis
Selama Penyimpanan.(Skripsi) Prodi Teknologi Hasil Pertanian ITB.Bogor.

Tjahjadi,C dan H.Martin.2014.Pengantar Teknologi Pangan : Volume II.Universitas


Padjajaran.Bandung.

Tjahjadi,C dan H.Martin.2008.Penanganan Pasca Panen Biji-bijian Sayur dan Buah.Fakultas


Teknologi Industri Pertanian.Jatinangor.

Anda mungkin juga menyukai