Anda di halaman 1dari 19

ETIKA TERHADAP ORANG TUA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir

Dosen Pengampu: Ishlachuddin Almubarrok Lc., M.H

DISUSUN OLEH:
Milla Khumayla Quintana 33010220057
Mutamasikin 33010220072

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT., atas segala rahmat dan
karunia Nya, makalah yang berjudul pembahasan tentang “Etika Terhadap Orang
Tua” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW., beserta para keluarga, sahabat dan
para umatnya.

Pembuatan makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan mahasiswa


dan mahasiswi khususnya di UIN Salatiga dalam menerima mata kuliah Tafsir
dan bagaimana cara mempelajari materi lebih dalam. Penulis telah berupaya
menyajikan makalah dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak komperhensif.

Di samping itu, apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan dan


kekurangan, baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang
hati menerima saran dan kritik dari para pembaca guna penyempurnaan penulisan
makalah berikutnya. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Amin Ya Robbal
‘Alamin.

Salatiga, 03 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii

KATA PENGANTA………………………………………………………….. iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………… 1


B. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………............... 1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi Etika dan Pembagiannya………………………………………….. 2


B. Definisi Etika Terhadap Orang Tua ……………………………………….. 3
C. Pembahasan Etika Terhadap Orang Tua Dalam QS. Luqman Ayat 14-15… 5
D. Hikmah dan Tujuan Dari Kedua Ayat Tersebut………………….................. 13

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………… 15
B. Saran……………………………………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Orang tua adalah wasilah utama eksistensi manusia di alam dunia. Oleh
karenanya, berbakti kepada keduanya adalah harga mati. Dewasa ini, fenomena
berbakti kepada kedua orang tua mulai terkikis oleh budaya barat yang dalam
kenyataannya tidak menempatkan kedua orang tua diposisi terhormat. Degradasi moral
seperti ini melanda sebagian besar generasi muda.
Etika merupakan refleksi kritis dan logis mengenai nilai dan norma yang
keberadaannya dapat dilihat dalam tingkah laku manusia baik secara komunal maupun
universal. Menurut Profesor Syahrin Harahap, etika perlu dibicarakan, karena
disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya manusia saat ini hidup dalam suatu
masyarakat yang semakin pluralis. Dan manusia pada zaman kita dihadapkan pada
transformasi, masyarakat yang luarbiasa, dimana perubahan yang terjadi akibat
hantaman gelombang modernisasi yang tak terelakkan sehingga mampu mengubah
budaya dan rohani manusia. Kemudian, sebagai akibat dari semua itu, seringkali
muncul tindakan subjektif, motivasi yang tak jelas pamrih.
Sebagai agama etika, Islam mengatur semua tatanan moral dan tingkah laku
manusia terhadap sesamanya, apalagi terhadap orangtua yang sudah sangat berjasa
dalam kehidupannya dan ini telah tertulis jelas di dalam Al-Qur’an. Hal inilah yang
mendorong penulis untuk membahas ayat 14 dan 15 dari surah Luqman sebagai
landasan naqliyyah dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi etika dan pembagiannya?
2. Apa definisi etika terhadap orang tua?
3. Bagaimana pembahasan etika terhadap orang tua dalam QS. Luqman ayat 14-15?
4. Apa hikmah dan tujuan dari kedua ayat tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi etika dan pembagiannya.
2. Mengetahui definisi etika terhadap orang tua.
3. Mengetahui pembahasan etika terhadap orang tua dalam QS. Luqman ayat 14-15.
4. Mengetahui hikmah dan tujuan dari kedua ayat tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Etika dan Pembagiannya
Secara etimologi etika berasal dari bahasa yunani “ethos”, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom), etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan
moral yang merupakan istilah dari bahasa latin “mores” yang berarti juga adat
kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.1
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-
hari terdapat perbedaan, yaitu moral untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah
ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikdan Comacheia, menjelaskan tentang
pembahasan etika, yaitu Ternimius Techinius, pengertian etika dalam hal ini adalah,
etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau
tindakan manusia. Juga Manner dan custom, membahas etika yang berkaitan dengan
tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human
nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau
perbuatan manusia.2
Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf berbeda dalam pokok perhatiannya,
antara lain:
1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat
dari hak. (The principles of morality, including the sciene of good and the nature
of the raight).
2. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama
dari kegiatan manusia. (The rules of product recognize in respect to a particular
class of human actions).
3. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual.
(The sciene of human character in it ideal state, and moral principles as of and
individual).

1
Bannan Naylin Najihan: Kompilasi Makalah Tafsir Maudhu‘I, Hal. 209
2
Nichomachean Ethics: Aristotle with an introduction by Hye-Kyum Kim, terj. F.H Peters di Oxford, 1893.
(Barnes & Noble, 2004)

2
4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The sciene of duty).
5. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesama dan menegaskan mana yang baik dan
mana yang buruk.

Etika menurut para ahli sebagai berikut:

a. Drs. O.P. Simorangkir


Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut
ukuran dan nilai yang baik.
b. Drs. Sidi Gajalba
Dalam sitematika filsafat: Etika adalah teori tentang tingkahlaku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
c. Drs. H. Burhanuddin Salam
Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

Dalam buku berjudul Etika Umum, Bertens merumuskan arti etika sebagai
berikut:

a. Kata Etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya, arti ini dirumuskan sebagai sistem nilai, Sistim nilai bisa
berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
b. Etika berarti kumpulan asas atau moral yang dimaksud disini adalah etika
mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau apa yang buruk.
B. Definisi Etika Terhadap Orang Tua
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “Orang tua adalah ayah
ibu kandung”. 3Selanjutnya A. H. Hasanuddin menyatakan bahwa,“Orang tua adalah
ibu bapak yang dikenal mulai pertama oleh putra putrinya”. 4
Dan H.M Arifin juga
mengungkapkan bahwa “Orang tua menjadi kepala keluarga”.5

3
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1990, 629.
4
A.H. Hasanuddin, Cakrawala Kuliah Agama, Al-Ikhlas, Surabaya, 1984, 155.
5
H.M Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang,
Jakarta, 1987, 74.

3
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Pendidikan orang tua terhadap anak-
anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-
anak, dan yang diterimanya dari kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik
karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang tua terhadap anak-anak
hendaklah kasih sayang yang sejati pula.6
Peran orang tua sangat dipengaruhi oleh peran-perannya atau kesibukannya yang
dialami oleh orang tua itu sendiri. Misalnya seorang ibu yang disibukkan dengan
pekerjaannya akan berbeda dengan peran ibu yang sepenuhnya berkosentrasi dalam
urusan rumah tangga. Dalam kehidupan modern sekarang ini terlihat adannya orang tua
yang begitu memperhatikan perannya masing-masing salah satunya dengan
meningkatkan pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK).
Sikap dan perilaku orang tua akan ditiru dan dijadikan bekal dalam perilaku anak.
Oleh karena itu sebagai orang tua harus hati-hati dalam menjadikan dirinya tauladan
untuk anaknya sekaligus aktif dan kreatif dalam meningkatkan kemampuan agar bisa
mendidik dan membimbing anaknya sehingga anak bisa meniru tingkah laku positif
yang dikerjakan orang tua.
Jadi dapat dipahami bahwa orang tua adalah ayah dan ibu yang bertanggung
jawab atas pendidikan anak dan segala aspek kehidupannya sejak anak masih kecil
hingga mereka dewasa.
Dengan demikian, perlu adanya sikap atau etika seorang anak terhadap kedua
orang tuanya, sebagai bentuk penghormatan yang tidak dapat diabaikan. Setiap muslim
perlu percaya akan hak kedua orang tuanya, yaitu kewajiban untuk berbakti, mematuhi
dan berbuat baik kepada keduanya. Ini bukan saja karena keduanya merupakan sebab
adanya dirinya, atau karena keduanya sengaja berbuat baik kepadanya yang wajib di
balas baik pula oleh anaknya. Akan tetapi yang mendasarinya adalah karena Allah
mewajibkan untuk taat kepada kedua orang tua, serta mewajibkan atas setiap anak
berbakti dan berbuat baik kepada keduanya.
Dengan demikian, perlu adanya sikap atau etika seorang anak terhadap kedua
orang tuanya, sebagai bentuk penghormatan yang tidak dapat diabaikan. Setiap muslim
perlu percaya akan hak kedua orang tuanya, yaitu kewajiban untuk berbakti, mematuhi

6
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, 2009, Bandung, hal. 80.

4
dan berbuat baik kepada keduanya. Ini bukan saja karena keduanya merupakan sebab
adanya dirinya, atau karena keduanya sengaja berbuat baik kepadnya yang wajib di
balas baik pula oleh anaknya. Akan tetapi yang mendasarinya adalah karena Allah
mewajibkan untuk taat kepada kedua orang tua, serta mewajibkan atgae setiap anak
berbakti dan berbuat baik kepada keduanya.
Seorang muslim yang menyadari akan adanya hak ini bagi kedua orang tuanya
lalu melaksanakannya secara utuh demi ketaatan kepada Allah dan dan melaksanakan
perintahnya, yaitu berupa adab kepada kedua orang tuanya:
1. Menaati keduanya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang
diberikan oleh orang tua.
2. Menghormati dan mengagungkan keduanya, merendahkan diri kepadanya,
memuliakannya dengan perkataan maupun perbuatan, tidak membentaknya,
tidak berbicara dengan nada keras, tidak berjalan di depannya, tidak
memanggilnya dengan sebutan nama serta tidak akan bepergian dari rumah
kecuali dengan izin dan ridho dari keduanya.
3. Berbakti kepada keduanya dengan segala bentuk kebaktian dan kebaikan yang
bisa dilakukan olehnya semampu mungkin. Seperti memberi makan dan
pakaian, menghindarkan gangguan yang mengusik, serta bersedia
mengorbankan diri untuk kedua orang tua.
4. Bersilaturahim dengan mereka serta mendoakan, memohonkan ampunan, dan
senantiasa untuk terus menghormati keduanya.7

C. Etika Terhadap Orang Tua Dalam QS. Luqman Ayat 14-15


Di dalam al-Qur’an pesan etis selalu saja terselubungi oleh isyarat-isyarat yang
menuntut penafsiran dan perenungan oleh manusia.
1. Surah Luqman Ayat 14

ۡ ِ ِۡ ۡ
‫َن ٱش ُك ۡر ِل‬ ََٰ ِ‫نس َن بِ ََٰولِ َد ۡي ِه ََحَلَ ۡتهُ أ ُُّمهُۥ َو ۡهنًا َعلَ َٰى َو ۡهنٖ َوف‬
‫صلُهُۥ ِف َع َامي أ‬ ِ ‫ص ۡي نَا‬
ََٰ ‫ٱۡل‬ َّ ‫َوَو‬

ِ ‫ل ۡٱلم‬ِ َ ‫َولِ ََٰولِ َد ۡي‬


ُ َ ََّ ‫ك إ‬
‫ري‬ ‫ص‬

7
Abu Bakar Jabir Al Jazari, Minhajul Muslim, Sukoharjo: Pustaka Arafah, 2017, hal. 186

5
Terjemahan:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS. Luqman [31]: 14).
Ayat di atas dinilai oleh banyak ulama bukan bagian dari pengajaran Luqman
kepada anaknya. Ia disisipkan Al-Qur’an untuk menujukan betapa penghormatan dan
kebaktian kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan
kepada Allah swt. Berbuat baik kepada orang tua itu disenafaskan dalam satu firman,
merupakan kewajiban kedua setelah kewajiban manusia untuk menyembah Allah saja.8
Al-Biqa’i menilainya sebagai lanjutan dari nasehat Luqman. Ayat ini
menurutnya, bagaikan meyatakan: Luqman meyatakan hal itu kepada anaknya sebagai
nasehat kepadanya, padahal kami telah mewasiatkan anaknya dengan wasiat itu seperti
apa yang dinasehatkannya meyangkut hak kami.9
Perintah dan kewajiban yang diberikan Allah kepada anak, agar anak
memperlakukan orang tuanya dengan penuh kasih sayang dan hormat. Perintah itu
ditunjukan kepada setiap anak manusia. Perintah itu merupakan perintah yang teramat
mulia karena meyadarkan kepada manusia bahwa hubungan keluarga dan perasaan
kasih sayang dan hormat kepada orang tua memberikan makna yang dalam akan
kehadiran manusia di dunia.10
Luqman membarengkan pesan beribadah kepada Allah yang Esa dengan
berbuat baik kepada kedua orang tua. Dalam surah ini Allah berfirman, “Dan kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya: ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah” yakni semakin
bertambah lemah. Ayat “dan menyapihnya dalam dua tahun” berarti setelah anak
dilahirkan, maka si ibu merawatnya dan meyusuinya.11
Seorang ibu yang telah mengadung, melahirkan dan meyusui adalah suatu
pengorbana yang luhur, yang menutut adanya balasan terimakasih dari anaknya.12 Oleh
karena itu kita diperintahkan untuk senantisa berbuat baik kepada mereka.

8
Nurcholish Madjid, Pintu-pintu menuju surga, ..., hal. 136
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-misbah..., hal. 299
10
Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 77
11
Muhamad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan ..., h. 790
12
Nurcholish Madjid, Pintu-pintu ..., h.137

6
Selanjutnya kita diperintahkan untuk senantiasa bersukur kepada Allah dan
kepada kedua orang ibu-bapak. “Bersukurlah kamu kepada Allah dan kepada kedua
orang tuamu”. Syukur pertama adalah kepada Allah. Karena semuanya itu, sejak
mengandung sampai mengasuh dan sampai mendidik dengan tidak ada rasa bosan,
dipenuhi rasa cinta kasih adalah berkat Rahmat Allah belaka. Setelah itu bersyukur
kepada kedua orang tuamu. Ibu yang mengasuh dan ayah yang membela dan
melindungi ibu dan anak-anaknya.13
➢Kosa Kata Surah Luqman Ayat 14
Penafsirankata-kata diatas sebagai berikut:

dan Kami wasiatkan ‫ص ْي َنا‬ َّ ‫َو َو‬


manusia َ‫سان‬ َ ‫اْل ْن‬ ِْ
terhadap kedua orang tuanya ‫ِب َوا ِل َد ْي ِه‬
mengandungnya ‫َح َملَتْه‬
ibunya ‫أ ُّمه‬
kelelahan ‫َو ْهنًا‬
atas ‫علَى‬ َ ٰ
kelelahan ‫َو ْهن‬
dan ia menyapihnya ‫َو ِفصَاله‬
dalam ‫فِي‬
dua tahun ‫عَا َمي ِْن‬
agar ‫أ َ ِن‬
bersyukur ‫اشْك ْر‬
kepada-Ku ‫لِي‬
dan kepada kedua orang tuamu َ‫َول َِوا ِل َديْك‬
kepada-Ku ‫إِلَ َّي‬
tempat kembali ‫ا ْل َم ِصير‬
➢Asbabun Nuzul Surah Luqman Ayat 14
Surah Luqman ayat 14 menginformasikan betapa beratnya perjuangan
seorang ibu mengandung hingga melahirkan. Allah SWT memerintahkan
kepada umat manusia agar senantiasa berbakti kepada kedua orang tua,
terutama kepada ibu.
Penjelasan yang dimaksud dari ayat tersebut jelas mengintruksikan
kepada umat manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua. Berbuat baik

13
Syaikh Abdulmalik bin Abdulkarim Amirullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar..., h. 159

7
kepada keduanya mulai dari ucapan hingga perbuatan. Bakti anak kepada
orangtua tidak terbatas waktu dan tempat.
Sebagai seorang anak, berbuat baik kepada orangtua dapat dimulai dari
hal yang paling kecil. Misalnya, senantiasa bertutur kata yang lembut
merupakan salah satu bentuk ihsan dalam ucapan. Kata-kata yang diucapkan
seorang anak jauh dari kata kasar. Perintah bertutur lembut kepada orang tua
juga termaktub dalam Surah al-Isra ayat 23. Dalam ayat tersebut dijelaskan,
larangan membentak ketika berbicara kepada orangtua. Bahkan, mengucapkan
“ah” saja tidak diperkenankan.
Sedangkan berbakti dalam perbuatan, bisa dicerminkan dari sikap
tawadhu kepada kedua orangtua. Seorang anak menjadi garda terdepan dalam
memikul beban orangtuanya. Menjaga sikap agar tidak menyakiti perasaan
beliau berdua. Dalam berbakti kepada orang tua, ibu merupakan prioritas
pertama yang harus didahulukan. Surah Luqman ayat 14 dengan jelas
menggambarkan besarnya perjuangan seorang ibu, dari mengandung hingga
menyusui.14
➢Munasabah Surah Luqman Ayat 14
Surat Luqman ayat 14 munasabah dengan ayat sebelumnya dan ayat
sesudahnya, yakni surat Luqman ayat 13, dan surat Luqman ayat 15, yang
berbunyi:
Surat Luqman ayat 13:

ِ َّ ‫ي َِل ت ُ ْش ِر ْك ِب‬
‫اَّلل ِإ َّن الش ِْر َك‬ ُ ‫ان ِِل ْب ِن ِه َو ُه َو َي ِع‬
َّ َ‫ظهُ َيا بُن‬ ُ ‫َو ِإ ْذ قَا َل لُ ْق َم‬
-١٣- ‫ع ِظي ٌم‬ َ ‫ظ ْل ٌم‬
ُ َ‫ل‬
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar.”
Allah ta’ala memberi tahukan tentang pesan surat luqman kepada
anaknya. Nama lengkap luqman ialah luqman ibn anqa’ bin sadun, sedangkan
anaknya bernama taran. demikian menurut kisah yang dikemukakan oleh as-

14
Ibnu Athoillah Al Azkandari, Al Hikam, Jakarta Selatan: PT Rene Turos Indonesia, 2019.

8
suhaili pertama-tama luqman berpesan agar anaknya menyembah allah yang
Esa. Kemudaian dia mewanti anaknya bahwa” sesungguhnya
mempersekutukan itu benar-benar merupakan kezaliman yang besar”. Syirik
merupakan perbuatan terzalim diantara kezaliman.
Allah menceritakan perawatan, keletihan, dan kesulitan ibu terjadi tanpa
mengenal waktu, baik siang maupun malam dan terjadi selama berbulan-bulan.
Penceritaan ini dimaksudkan agar anak senantiasa teringat akan kebaikan ibu
yang telah diberikan kepadanya.
Selain munasabah dengan ayat sebelum dan sesudahnya, selanjutnya
munasabah antara ayat 14 ini dengan ayat-ayat pada surah yang lain, yaitu surah
al-An’am ayat 151 dan al-isra ayat 23.

Setelah Luqman ayat 14 diturunkan oleh Allah kemudian diturunkan ayat ke 15.
2. Surah Luqman Ayat 15

ِ ‫َك بِ ِهۦ ِع ۡلمٖ فَ َل تُ ِط ۡعهما وص‬


‫اح ۡب ُه َما‬ ۡ ۡ
َ ‫َوإِن ََٰج َه َد‬
َ َ َُ َ ‫اك َعلَ َٰٰٓى أَن تُش ِر َك ِِب َما لَي‬
َ ‫سل‬
َّۚ ۡ ‫ِف ٱلد ُّۡن يا م ۡعروفٖا وٱتَّبِ ۡع سبِيل م‬
‫ل َم ۡرِجعُ ُك ۡم فَأُنَبِئُ ُكم ِِبَا ُكنتُ ۡم تَ ۡع َملُو َن‬
ََّ ِ‫ل ُُثَّ إ‬
ََّ ِ‫ب إ‬
َ ‫ََن‬
َ ‫أ‬ ‫ن‬ ََ َ َ َُ َ
Terjemahan:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu
yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau
menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku
tempat kembalimu, maka akan Aku Beritahukan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.”
Setelah ayat yang lalu menekankan pentingnya berbakti kepada ibu
bapak, kini diuraikan kasus yang merupakan pengecualian menaati perintah
kedua orangtua, sekaligus menggaris bawahi wasiat Luqman kepada anaknya
tentang keharusan meninggalkan kemusyrikan dalam bentuk serta kapan dan di
manapun. Ayat di atas menyatakan: Dan jika keduanya apalagi kalau hanya
salah satunya, lebih-lebih kalau orang lain bersungguh-sungguh memaksamu
untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, apalagi setelah Aku dan rasul-rasul menjelaskan kebatilan
mempersekutukan Allah, dan setelah engkau mengetahui bila, menggunakan

9
nalarmu, maka janganlah engkau mematuhi keduanya. Namun demikian,
jangan memutuskan hubungan dengannya atau tidak menghormatinya. Tetapi,
tetaplah berbakti kepada keduanya selama tidak bertentangan dengan ajaran
agamamu dan pergaulilah keduanya di dunia pedala yakni selama mereka hidup
dan dalam urusan keduniaan bukan akidah dengan cara pergaulan yang baik,
tetapi jangan sampai hal ini mengorbankan prinsip agamamu. Karena itu,
perhatikan tuntunan agama dan ikutilah jalan orang yang selalu kembali kepada-
Ku dalam segala urusanmu karena semua urusan dunia kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Ku-lah juga di akhirat nanti bukan kepada siapa pun
selain-Ku-kembali kamu semua, maka Ku-beritakan kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan dari kebaikan dan keburukan, lalu masing-masing Ku-beri
balasan dan ganjaran.
Kewajiban menghormati dan menjalin hubungan baik dengan ibu bapak
menjadikan sementara ulama berpendapat bahwa seorang anak boleh saja
membelikan buat ibu bapaknya yang kafir dan fakir minuman keras kalau
mereka telah terbiasa dan senang meminumnya karena meminum minuman
keras buat orang kafir bukanlah sesuatu yang mungkar. Anak juga harus dapat
memikul beban yang dipikulkan ke atas pundaknya oleh kedua ibu bapaknya
itu karena dunia tidak lain kecuali hari-hari yang terbatas dan masa yang berlalu.
Adapun agama, jika keduanya termasuk orang yang senang kembali kepada
Allah (mengikuti ajaran-Nya), hendaklah engkau mengikuti jalan kedua
orangtuamu itu. Tetapi, kalau tidak demikian, ikutilah jalan selain mereka, yaitu
jalan orang- orang yang kembali kepada Allah.15

➢ Kosa Kata Surat Luqman Ayat 15


Penafsiran kosa kata diatas sebagai berikut:

Dan jika keduanya ‫َوا ِْن‬


dan ikutilah ‫َوٱت َّ ِبع‬
memaksamu ‫َجا َه ٰد َك‬

15
M. Quraish Shihah, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Diterbitkan atas kerjasama dengan perpustakaan Umum Islam
Iman Jama’, vol 10, 2002, hal. 304

10
‫علٰٓى ا َ ْن‬
Untuk
jalan ‫سبِي َل‬ mempersekutukan
َ
َ
aku ‫ت ُ ْش ِر َك بِ ْي‬

kembali َ ‫أَن‬
‫َاب‬ pengetahuan ‫ِعلم‬

tempat kamu mentaati


‫َمر ِجعُ ُكم‬ ‫ت ُ ِطع ُه َما‬
kembalimu keduanya

lalu akan Ku-


dan pergaulilah
beritahukan ‫فَأُنَ ِبئ ُ ُكم‬ ‫احب ُه َما‬
ِ ‫ص‬َ ‫َو‬
keduanya
kamu

kamu kerjakan َ‫ت َع َملُون‬ dengan baik ٗ ‫َمع ُر‬


‫وفا‬

➢ Asbabun Nuzul Surat Luqman Ayat 15


Asbabun nuzul surah Luqman ayat 15 bermula dari peristiwa yang
menimpa sahabat Sa’d bin Malik. Pada waktu beliau masuk islam, ibunya tidak
menyetujui keputusan anaknya. Sehingga ibunya meminta Sa’d untuk
meninggalkan keislamannya. Beliau sempat mengancam tidak mau makan dan
minum sampai mati jika Sa'd tidak memenuhi permintaan ibunya tersebut.
Namun, Sa'd tetap kokoh pada keimanannya. Ia tidak mau meninggal agama
Islam.
Akhirnya, sang ibu menyerah membujuk Sa'ad. Ia mencabut kembali
sumpah yang telah diucapkannya. Ia kembali makan dan minum lagi. Kisah
sahabat Sa'ad ini memberikan tuntutan bahwa berbuat baik kepada orangtua itu
merupakan keharusan. Akan tetapi, perintah meninggalkan keislaman adalah
kebatilah. Maka, patuhilah orangtua selagi perintahnya tidak bertentangan
dengan syariat.
➢ Munasabah
Berikut adalah munasabah antara ayat 15 dengan ayat sebelumnya dan
ayat sesudahnya:

11
Munasabah antara ayat 15 dengan ayat sebelumnya, yaitu: setelah ayat yang lalu
menekankan pentingnya berbakti kepada kedua orangtua, maka pada ayat 15 ini
menguraikan kasus yang merupakan pengecualian menaati perintah kedua
orangtua, sekaligus menggarisbawahi wasiat Luqman kepada anaknya tentang
keharusan meninggalkan kemusyirikan dalam bentuk serta kapan dan
dimanapun.
Sedangkan munasabah antara ayat 15 dengan ayat sesudahnya, yaitu:
setelah mengakhiri wasiat-Nya pada ayat 15 dengan peringatan bahwa setiap
manusia akan kembali kepada-Nya, pada ayat berikutnya Allah menguraikan
kedalaman ilmu-Nya16 melalui nasihat Luqman pada anaknya, bahwa setiap
perbuatan yang dilakukan manusia pasti diketahui oleh Allah SWT. Dan akan
diberikan balasan yang setimpal dengan perbuatan itu.
Selain munasabah dengan ayat sebelum dan sesudahnya, selanjutnya
munasabah antara ayat 15 ini dengan ayat-ayat pada surah yang lain, yaitu surah
ar-Rum ayat 31 dan al-Ankabut ayat 8. Firman Allah SWT:

‫ني‬ِ‫ٱلصلَ ٰوةَ وََل تَ ُكونُواْ ِمن ۡٱلم ۡش ِرك‬


َّ ‫ا‬
ْ‫و‬ ‫يم‬ِ‫۞منِيبِني إِلَ ۡي ِه وٱتَّ ُقوه وأَق‬
َ ُ َ َ ُ َُ َ َ ُ

Terjemahan:

“Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta


laksanakanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Allah” (Q.S. ar- Rum /30:3)

Ayat di atas memiliki munasabah terkait dengan makna kembali atau


bertobat seperti pada ayat 15 ini. Sedangkan pada surah al-Ankabut ayat 8,
sama-sama menyebutkan pelarangan menaati kedua orang tua yang menyuruh
menyekutukan Allah SWT, Firman-Nya:
ۡ ۡ َ‫نسن بِ ٰولِد ۡي ِه ح ۡسن ٗٗا وإِن ٰجهداك لِت ۡش ِرك ِب ما ل‬ ۡ ۡ
‫ك بِِهۦ عِلمٗ فَ َل‬
َ َ‫س ل‬ ‫ي‬
َ َ َ ُ َ َ ََ َ ُ َ ِ
َ َ َ ‫صي نَا‬
ٰ ‫ٱۡل‬ َّ ‫َوَو‬
ٓۚ ۡ
‫َل َم ۡرِجعُ ُك ۡم فَأُنَبِئُ ُكم ِِبَا ُكنتُ ۡم تَ ۡع َملُو َن‬
ََّ ِ‫تُ ِطع ُه َما إ‬

Terjemah:

16
Shihab, Tafsirr al-Misbah , vol. 11, hlm. 133.

12
“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua
orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku
dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka
janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan
akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (Q.S. Al-
Ankabut/29:8).17

D. Hikmah dan Tujuan Dari Kedua Ayat Tersebut


Hikmah dari kedua ayat ini adalah pentingnya penghormatan dan penghargaan
kepada kedua orang tua. Ayat ini menyatakan bahwa Allah SWT memerintahkan kita
untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, karena mereka telah melakukan
pengorbanan besar dalam memberikan kehidupan kepada kita. Ibu kita telah
mengandung kita selama sembilan bulan, dan melahirkan kita dengan susah payah.
Ayat ini menunjukkan seberapa besar perjuangan dan pengorbanan ibu kita dalam
membawa kita ke dunia ini. Selain itu, tentang pentingnya memiliki pengetahuan yang
cukup sebelum melakukan suatu tindakan, terutama dalam hal keagamaan. Jika
seseorang diarahkan oleh kedua orang tuanya untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan ajaran agama yang dia yakini, maka dia tidak dapat mengikuti
perintah tersebut, karena kepatuhan manusia kepada Allah SWT dan ajaran-Nya lebih
utama daripada kepatuhan kepada kedua orang tuanya. Namun, meski begitu, manusia
tetap diharuskan untuk berlaku baik dan menghormati kedua orang tua di dunia ini,
serta mengajak mereka kembali ke jalan yang benar jika mereka tersesat dari jalan
Allah.
Ayat ini juga menyatakan bahwa akhirat adalah tujuan akhir dari kehidupan dan
manusia akan bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya di dunia saat
menghadapinya di akhirat nanti. Oleh karena itu, kita harus menghormati dan
memuliakan ibu kita. Ayat ini juga menunjukkan bahwa orang tua kita membutuhkan
dukungan kita ketika mereka sudah tua. Ketika kita sudah dewasa, umur kita mencapai
empat puluh tahun, dan memiliki anak cucu, kita harus berdoa untuk kebaikan mereka.
Kita harus berusaha menjadi orang yang berguna bagi orang tua kita, dan memberikan
kebahagian.
Tujuan dari ayat ini adalah untuk mengingatkan manusia akan pentingnya
mengungkapkan kasih sayang, penghormatan, dan ketaatan kepada kedua orang tua.

17
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya, jil. VII, hlm 364, hlm. 554.

13
Serta untuk mengajarkan manusia tentang pentingnya mengikuti ajaran agama yang
benar, serta menegaskan bahwa kepatuhan manusia kepada Allah SWT lebih utama
daripada kepatuhan kepada kedua orang tua, jika perintah kedua orang tua bertentangan
dengan ajaran agama.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa peran
orang tua adalah perilaku yang berkenaan dengan orang tua dalam memegang posisi
tertentu dalam lembaga keluarga yang didalamnya berfungsi sebagai pengasuh,
pembimbing dan pendidik bagi anak

Taat kepada kedua orang tua adalah wajib, selama tidak keluar dari koridor
syariat dan tidak menjerumuskan seorang anak kepada kemusyrikan dan kekufuran.
Orang tua dapat dikategorikan kedalam tiga tingkatan, Pertama: Orang tua yang biasa,
yang tidak begitu peduli akan keimanan anaknya. Kedua: orang tua yang membawa
fitnah atau memberi cobaan yang berusaha untuk menjadikan anaknya kufur. Ketiga:
orang tua yang shaleh dan ikhlas berjuangan membesarkan dan mendidik anaknya
menjadi generasi penerus yang sholeh pula.

B. Saran
Sebagai seorang anak, kita memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang
tua. Tentunya beretika terhadap orang tua. Dan menaati orang tua selama tidak keluar dari
koridor syariat dan tidak menjerumuskan kepada kemusyrikan dan kekufuran.Untuk itu,
marilah kita senantiasa memenuhi kewajiban kita sebagai seorang anak, marilah kita
membahagiakan kedua orang tua kita, sebelum nantinya kita akan menyesal karena
tidak bisa melihat mereka nantinya untuk selamanya. Semoga kita dapat menjadi anak
yang berbakti kepada kedua orang tua kita dan membuat mereka bangga terhadap kita.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al- Jazairi, Abu Bakar Jabir, 2014, Minjahul Muslim: Panduan Hidup Menjadi Muslim
Kaffah, Solo: Pustaka Arafah

Al-Qur’anul Karim, 2007, Terjemahan Tafsir Perkata, Syamil Al-Qur’an, Bandung:


Insan Kamil

Arifin, H.M., 1987, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah
dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar Bahsa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka

Hasanudin A.H, 1984, Cakrawala Kuliah Agama, Surabaya: Al-Ikhlas

Madjid Nurcholish, 2005, Pintu-pintu menuju surga, Jakarta: Dian Rakyat

Najihan, Bannan Naylin, 2014, Kompilasi Makalah Tafsir Maudhu’I, Jakarta: Institut
PTIQ

Nichomachean Ethics: Aristotle with an introduction by Hye-Kyum Kim, terj. F.H


Peters di Oxford, 1893. (Barnes & Noble, 2004)

Notowidagdo Rohiman, 2000, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Purwanto M, Ngalim, 2009, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Shibab, M Quraish, 2002, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-
Qur’an), Jakarta: Lentera Hati

Al Azkandari Ibnu Athoillah, 2019, Al Hikam, Jakarta: PT Rene Turos Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai