Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Pm.P DENGAN HIPERTENSI DI RUANG CEMPAKA

DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA

PUCANG GADING SEMARANG

Disusun Oleh :

Luluk Ismawadatul Munawaroh


2001020

PRAKTIK KEPERAWATAN GERONTIK


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
TAHUN 2023
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR HIPERTENSI


1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2022).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian / mortalitas (Trianto, 2019).
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya
hipertensi :
a. Genetik: respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan.
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2017)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan
pengobatan lebih ditunukan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
(jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria
lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari
kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan
berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin,
prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat
stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan
renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsungmeningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila
dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di
angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma,
yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit
cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi
garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya)
dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai
kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2017).
3. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan.
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan
impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas
nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor
risiko penyakit jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi
kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi
dibutuhkan untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang
berasosiasi dengan peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan
pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan makan di luar rumah),
penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien
dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah ke
hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram
otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema,
gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah
membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan
tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi
sekunder (Adrian, 2019).
4. Klasifikasi
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa
kelompok yaitu:
No. Kategori Sistolik Diastolik

1. Optimal ˂120 <80

2. Normal 130-139 80-84

3. Higt Normal 130-139 85-89

4. Hipertensi

5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119

8. Grade 4 (sangat berat) >120 >120

Sumber : (Nurarif, 2018)


5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah keginjal, menyebabkan pelepasan
renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokontriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2017).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2017)
7. Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2019) :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal
jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya
glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan
nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematian.
Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke
daerahdaerah yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.

e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri


Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis
dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Komplikasi berupa
kasus perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra
Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus
obstruktif sehingga memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH
timbul primer dari pecahnya pembuluh darah otakyang sebagian
besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan angiopathy amyloid.
Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa
karena berbagai hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma,
malformasi arteriovenous, neoplasma intrakranial, thrombosis atau
angioma vena. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh berbagai
faktor, sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan tekanan
intrakranial, luas dan lokasi perdarahan, usia, serta gangguan
metabolism serta pembekuan darah (Jasa, Saleh, & Rahardjo, n.d.,
2021)
8. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan
sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan
mengontrol factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya
hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2017).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat
atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung
dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa
diet yang dianjurkan:
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan
pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan
natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara
dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium ,dapat menurunkan tekanan darah
tetapi mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium
secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang
dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding
vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya
jantung koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan
dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup.
Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,
penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan
dapat meningkatkan kerja jantung (Aspiani, 2017).
9. Pathway

Umur Jenis kelamin Gaya Hidup Obesitas

Ekastisitas, arteruoklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembulu darah Perubahan status


kesehatan
Perubahan struktur
Defisit
Penyumbatan pembuluh darah Pengetahuan
vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah retina

Resistensipe Suplai O2 Vasokonstruksi sistemik koroner Spasme


mbuluh otak pembuluh darah arteriole
darah otak ↑ menurun ginjal vasokonstriksi Iskemi
miocard diplopia

Sinkop Blood flow Afterload


Gangguan aliran darah meningkat Nyeri akut Resiko
pola tidur menurun jatuh
Resiko
perfusi Penuruna Ginjal
Respon RAA n curah
serebral
tidak efektif jantung
Rangsang Instolerasi
aldosteron
aktifitas
Retensi Na

Edema

hipervolemi
a
B. KONSEP DASAR LANSIA

1. Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak dan

dewasa akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan

tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada

saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.

Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang

Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa

tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana saat ini

seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara

bertahap ( Azizah, 2011).

Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang melalui

tahap tahap kehidupannya yaitu nenonatus toddler, praschool,

remaja,dewasa dan lansia terhadap beberapa ini dimulai baik secara

biologis maupun psikologis (Padila, 2013). Menurut komisi nasional

lansia dengan semakin meningkatnya penduduk lansia, dibutuhkan

perhatian dari semua pihak dalam mengantisipasi berbagai permasalahan

yang berkaitan penuaan penduduk. Penuaan penduduk membawa

berbagai implikasi baik dari aspek social, ekonomi, hukum, politik dan

terutama kesehatan (Komisi Lansia, 2010)


2. Karakteristik Lansia

Menurut Budi Ana Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik

sebagai berikut :

a. Berusia lebih dari 60 th (sesuai pasal 1 ayat (2) UU No. 13 ttg

kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual serta dari

kondisi adaptif hingga maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

3. Batasan Lanjut Usia

a. Pra usia lanjut (prasenilis)

Seseorang yang berusia 45-59 tahun

b. Lanjut usia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah

tahap masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun

keatas). Sedangkan lanjut usia adalah sudah berumur atau tua.

c. Usia lanjut Resiko Tinggi

Yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan


d. Usia lanjut Potensial

Usia lanjut yang masih mampu melaksanakan pekerjaan dan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

4. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan yang Terjadi pada Lansia meliputi perubahan fisik,

sosial, dan . psikologis.

a. Perubahan Fisik

1. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan

penurunan tampilan dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih

pendek akibat adanya pengurangan lebar bahu dan

pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis.

Kulit menjadi tipis dan keriput, masa tubuh berkurang dan

masa lemak bertambah.

2. Perubahan kardiovaskular

Yaitu pada katup jantung terjadi adanya penebalan dan

kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa darah

(kontraksi dan volume) elastisistas pembuluh darah

menurun serta meningkatnya resistensi pembuluh darah

perifer sehingga tekanan darah meningkat.

3. Perubahan sistem pernapasan


Yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi

kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru, otot -

otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas

residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat,

alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk

menurun dan terjadinya penyempitan pada bronkus.

4. Perubahan integumen

Terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi fungsi

dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis

menjadi lebih tipis, jumlah serat elastis berkurang dan

keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam

hidung dan telinga menebal, vaskularisasi menurun, rambut

memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan

rapuh serta kuku kaki tumbuh sepertitanduk


5. Perubahan sistem persyarafan

Terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem

saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi

menurun serta lambat dalam merespon dan

waktu bereaksi khususnya yang berhubungan

dengan stress, berkurangnya atau hilangnya

lapisan mielin akson sehingga menyebabkan

berkurangnya respon motorik dan refleks.

6. Perubahan musculoskeletal

Sering terjadi pada wanita pasca monopause

yang dapat mengalami kehilangan densitas

tulang yang masif dapat mengakibatkan

osteoporosis, terjadi bungkuk (kifosis),

persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi

otot), kram, tremor, tendon mengerut dan

mengalami sklerosis. Perubahan gastroinstestinal

terjadi pelebaran esofagus, terjadi penurunan

asam lambung, peristaltik menurun sehingga

daya absorpsi juga ikut menurun, ukuran

lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris

menurun sehingga menyebabkan berkurangnya

produksi hormon dan enzim pencernaan.


7. Perubahan genitourinaria

Terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah ke

ginjal menurun, penyaringan di glomerulus

menurun dan fungsi tubulus menurun sehingga

kemampuan mengonsentrasikan urine ikut

menurun.

8. Perubahan pada vesika urinaria

Terjadi pada wanita yang dapat menyebabkan

otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan

terjadi retensi

9. Perubahan pada pendengaran

Yaitu terjadi membran timpani atrofi yang dapat

menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-

tulang pendengara nmengalami kekakuan


10. Perubahan pada penglihatan

Terjadi pada respon mta yang menurun

terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun,

akomodasi menurun, lapang pandang

menurun, dan katarak.

b. Perubahan Psikologis

Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi

terhadap kehilangan fisik, sosial, emosional serta mencapai

kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup.ketakutan

menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan

gambaran yang negatif tentang proses menua. Banyak kultur

dan budaya yang ikut menumbuhkan anggapan negatif

tersebut, dimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak

mempunyai sumbangan apapun terhadap masyarakat dan

memboroskan sumber daya ekonomi

c. Perubahan Kognitif

Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses

berfikir, mudah lupa, bingung dan pikun. Pada lansia

kehilangan jangak pendek dan baru merrupakan hal yang

sering terjadi

d. Perubahan Sosial,

Post power syndrome, single woman,single

parent, kesendirian, kehampaan, ketika lansia


lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan

meninggal

e. Tipe Lansia

1) Tipe arif Bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan

diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,

bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan

memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2) Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,

selektif dalam mencari pekerjaan, teman bergaul dan

memenuhi ruangan.

3) Tipe Tidak Puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan

sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak

menuntut.

4) Pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti

kegiatan agama, ringan kaki, pekerjaan apa saja

dilakukan

5) Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,


minder, menyesal, pasif acuh tak acuh. Tipe lain dari

usia lanjut : Tipe optimis, Tipe konstruktif, Tipe

dependen (ketergantungan), Tipe defensif (bertahan)

tipe militan dan serius, tipe marah / frustasi (kecewa

akibat kegagalam dalam melakukan sesuatu), Tipe

putus asa (benci pada diri sendiri).

f. Tugas perkembangan Lansia

Kesiapan lansia untuk beradaptasi terhadap tugas

perkembangan lansia dipengaruh oleh proses tumbang pada

tahap sebelumnya.

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

b. Mempersiapkan diri untuk pensiun

c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya

d. Mempersiapkan kehidupan baru

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehiduan


sosial/masyarakat secara santai

f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian


pasangan.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi

A. Pengkajian
1. pengumpulan data
a. Identitas
Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan
penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami sakit yang sangat berat.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada
setiap gejala yaitu sakit kepala, kelelahan,
pundak terasa berat.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Apakah keluarga pernah mengalami penyakit yang sama.
d. Aktivitas / istirahat
1. Gejala : kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
1. Tanda : frekuensi jantung meningkat,
perubahan irma jantung, dan takipnea.

e. Sirkulasi
1. Gejala: riwayat penyakit, aterosklerosis,
penyakit jantung koroner, dan penyakit
serebrovaskuler. Dijumpai pula episode
palpitasi.
2. Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari
tekanan darah) diperlukan untuk menegakkan
diagnosis. Hipertensi postural mungkin
berhubungan dengan regimen obat.
f. Integritas Ego
1. Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, faktor
stress multiple (hubungan keuangan, yang
berkaitan dengan pekerjaan)
2. Tanda : letupan suasana hati, gelisah,
penyempitan continue perhatian, tangisan
meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara.
g. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau
(seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal
pada masa lalu.
h. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup
makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol (seperti makanan yang di goreng,
keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam,
dan kandungan tinggi kalori, mual, muntah dan
perubahan BB meningkat / turun, riwayat
penggunaan obat diuretik.

i. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala
suboksipita ( terjadinya saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa
jam, gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur, epistakis).
j. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner /
keterlibatan jantung), sakit kepala oksipital
berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
k. Pernapasan
1. Gejala: dispnea yang berkaitan dengan
aktivitas atau kerja. Takipnea, orthopnea,
dispnea, batuk dengan atau tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
2. Tanda : distress respirasi atau penguunaan
otot aksesori pernapasan, bunyi nafas
tambahan (krakles / mengi), sianosis
l. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan, hipotensi
postural.
2. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan
kesehatan
2. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance
cairan, dan elektrolit, nafsu makan, pola makan,
diet, kesulitan menelan,mual/muntah, dan
makanan kesehatan.
3. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi
terhadap energy, jumlah tidur pada siang dan
malam, masalah tidur, dan insomnia
4. Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan
sirkulasi. Riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan
kedalaman pernafasan.
5. Pola aktivitas dan istirahat

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi

pernafasan, dan sirkulasi. Riwayat penyakit jantung,


frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan

Tabel 2.2 Pengkajian Indeks KATZ

Skor INTERPRETASI

A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK),


berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi

B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari


fungsi tersebut

C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu


fungsi tambahan

D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi,berpakaian dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,


berpakaian, kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali berpakaian,


kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat


lain diklasifikasikan sebagai C,D dan E

6. Pola hubungan dan peran


Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuangan.
No Item Penilaian Selalu Kadang- Tidak pernah
(2) kadang (1) (0)
1. A : adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman-teman) saya untuk membantu
apabila saya mengalami kesulitan
( adaptasi )
2. P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga
( teman-teman ) saya membicarakan
sesuatu dan mengungkapkan masalah
dengan saya ( hubungan )
3. G : Growth
Saya puas bahwa keluarga ( teman-
teman ) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas ( pertumbuhan )
4. A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga
( teman-teman ) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi saya
seperti, marah sedih, atau mencintai

5. R : Resolve
Saya puas dengan cara teman dan
keluarga saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama mengekspresikan
afek dan berespon

Tabel 2.3 Pengkajian APGAR Keluarga (Tabel APGAR Keluarga)


Keterangan :
Total nilai < 3 : disfungsi keluarga
yang sangat tinggi Total nilai 4 – 6 :
disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7 – 10 : tidak ada disfungsi keluarga
7. Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif, pola persepsi sensori
meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,perasaan, dan
pembau. Pada klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
merasa diruang gelap. Sedangkan tandanya adalah tampak
kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata.

Tabel 2.4 Pengkajian Status Mental

Tabel Short Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)

Skor
+ - No Pertanyaan Jawaban
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Kapan anda lahir?
6 Berapa umur anda?
7 siapa presiden Indonesia
sekarang?
8 Siapa presiden sebelumnya?
9 Siapa nama anak anda?
10 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Kesalahan Total
Kesimpulan :

1. Kesalahan 0 – 2 = Fungsi Intelektual Utuh


2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan Intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7 = Kerusakan Intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10= Kerusakan Intelektual Berat
Keterangan :
a. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu )
kesalahan bila subyek hanya berpendidikan
SD
b. Bisa dimaklumi bilang kurang dari 1 ( satu )
kesalahan bila subyek mempunyai pendidikan
lebih dari SD
c. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu )
kesalahan untuk subyek kulit hitam dengan
menggunakan kriteria pendidikan yang lama.

8. Pola persepsi dan konsep diri


Menggambarkan sikap tentang diri sendiri
dan persepsi terhadap kemampuan konsep diri.
Konsep diri menggambarkan gambaran harga
diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai sistem
terbuka makhluk bio-psiko-sosio- kultural-
spritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak
terhadap sakit. Pengkajian tingkat depresi
menggunakan Tabel Inventaris Depresi Back
9. Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
10. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan
termasuk spiritual( Aspiani, 2014 ).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit Pengetahuan (D.0111)
1) Definisi
Keadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu.
2) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
b) Objektif : Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
3) Gejala dan tanda minor
a) Subjekif : (tidak tersedia)
b) Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,
menunjukkan perilaku berlebihan (mis, apatis,
bermusuhan, histeria)
b. Gangguan pola tidur (D.0055)
1) Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas tidur akibat faktor eksternal
2) Penyebab
a) Hambatan lingkungan (misalnya : kelembaban
lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan,
kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
b) Kurang kontrol tidur
3) Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif : Mengeluh sulit tidur, Mengeluh pola tidur
berubah, Mengeluh istirahat tidak cukup
2) Objektif :-
4) Gejala dan tanda minor
1) Subjektif : Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
2) Objektif :
C. Tujuan & Kriteria Hasil
a. Defisit Pengetahuan tentang (hipertensi)
1) Luaran Utama : Tingkat pengetahuan
2) Ekspektasi : Meningkat
3) Kriteria hasil :
a) Perlaku sesuai anjuran meningkat
b) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
c) Kemampuan menjelaskan pengetahuan meningkat
d) Perilaku sesuai pengetahuan meningkat
e) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi meningkat
f) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
b. Gangguan pola tidur
1) Luaran utama : Pola tidur
2) Ekspektasi : Membaik
3) Kriteria hasil :
a) Keluhan sulit tidur menurun
b) Keluhan sering terjaga menurun
c) Keluhan pola tidur berubah menurun
d) Keluhan istirahat tidak cukup menurun
e) Kemampuan beraktifitas meningkat
D. Intervensi Keperawatan
Defisit Pengetahuan tentang (hipertensi)
1) Intervensi utama :
2) Tindakan :
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
(2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan

(3) Berikan kesempatan untuk bertanya


c) Edukasi
(1) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
(2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
(3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
b. Gangguan pola tidur

1) Intervensi utama : Dukungan tidur (I.05174)


2) Tindakan :
a) Observasi
(1) Identifikasi faktor pengganggu tidur
b) Terapeutik
(1) Batasi waktu tidur siang
(2) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
c) Edukasi
(1) Anjurkan menepati waktu tidur
(2) Ajarkan teknik relaksasi otot

E. Implementasi

Menurut Nursalam (2013) adapun sebagai

berikut: Implementasi adalah pelaksanaan dari

rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang

pesifik. Tahap Implementasi dimulai setelah

rencana intervensi disusun dan ditujukan


padanursing order untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan

untuk memodifikasi faktor -faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Tujuan dari implementasi adalah membantu

klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

yang mencakup peningkatan kesehatan.

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan

memfasilitasi koping perencanaan asuhan

keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan

baik, jika klien mempunyai keinginan untuk

berpartisipasi dalam implementasi keperawatan.

Selama tahap implementasi, perawat melakukan

pengumpulan data dan memilih asuhan

keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan

klien.

F. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk

melengkapi proses keperawatan yangmenandakan

keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana

intervensi,dan implementasi. Tujuan evaluasi

adalah untuk melihat kemampuan klien dalam


mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan

melihat respon klien terhadap asuhan keperawatan

yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil

keputusan (Nursalam, 2013).


DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2021. Buku Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Tiga.
Jilid Pertama. Jakarta. Media Aesculapius.

Mubarak, Wahit Ikbal dan Chayatin, Nurul serta Santoso, Bambang Adi.
2018. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep Dan Aplikasi. Jilid 2. Jakarta.
Salemba Medika

Setiawati, Santun dan Dermawan, Agus Citra. 2018. Penuntun Praktis


Asuhan Keperawatan Keluarga. Edisi ke-2. Jakarta. Trans Info Media

http://pastakyu.wordpress.com/2022/01/22/asuhan-keperawatan-keluarga-
dengan-hipertensi/

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru


Pada Dewasa, 46(3), 172–178.

Aspiani, R. yuli. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.

Jasa, Z. K., Saleh, S. C., & Rahardjo, S. (2021). Dan Intraventrikular Yang
Dilakukan Vp-Shunt Emergensi Outcome Of Patients With Intracerebral
And Intraventricular Haemorrhage After An Emergency Vp-Shunt
InsertioN. 1(3), 158–162.

Kemenkes.RI. (2022). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.


https://doi.org/10.1177/109019817400200403

Nurariif, A. H. (2018). Aplikasi Asuhan kepeawatan berdasarkan diagnosa medis


& Nanda Jilid2.

Trianto,(2019). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.Jakarta: Bumi


Aksara

Anda mungkin juga menyukai