1. Agenesis: hilangnya satu/ lebih gigi, Biasanya pada gigi permanent geraham
bungsu, lateral insisif maxilla dan gigi premolar kedua mandibula.
Etiologi:
1. Faktor Genetik: cleft palate, histori keluarga yang mempunyai agenesis gigi,
mutasi genetik yang tidak berhubungan dengan turunan dari keluarga
2. Faktor Lingkungan : disfungsi endokrin, penyakit sistemik, dan ekspos
berlebihan dari radiasi pengobatan kanker.
Klasifikasi:
1. Hypodontia : kehilangan krg dr 6 gigi
2. Oligodontia : kehilangan 6 gigi/lebih
3. Anodontia : kehilangan seluruh gigi geligi, tidak ada gigi sama sekali pada
kedua lengkung rahang
Rencana perawatan:
kombinasi dari perawatan ortodontik, gigi tiruan lepasan, gigi tiruan cekat, dan bedah
mulut
Oligodontia
Etiologi:
• Faktor Herediter
• Ada beberapa teori yang berbeda tentang pembentukan gigi
supernumerary seperti : teori hiperaktivitas lamina gigi yang
menyebabkan tekanan tertentu di dalam tulang rahang, proses ini
menghasilkan pembagian lamina gigi yang dikombinasikan dengan
faktor keturunan yang mempengaruhi suatu gigi supernumerary
dimana benih gigi membelah dan akibatnya menyebabkan
pembentukan gigi tambahan
Klasi ikasi:
• Bedasarkan bentuk gigi :
• Tipe eumorphic (invisible) tidak berbeda dalam struktur dan ukuran dari gigi
normal
• Tipe dysmorphic mengacu pada gigi dengan bentuk dan ukuran yang tidak
normal.
• Bedasarkan struktur:
1. Conical /Kerucut/ Peg Shape (31-75%) paling sering terjadi pada gigi
permanen. Perkembangannya dimulai sebelum atau bersamaan dengan gigi
seri permanen, dengan apeksogenesis lengkap dari akar, namun sumbu
panjang gigi biasanya abnormal. Ini sering terjadi dalam bentuk mesiodens
antara gigi seri tengah atas, paling sering di lokasi palatal.
2. Tuberkular (12–28%) lebih besar dari yang berbentuk kerucut dan terdiri dari
satu atau lebih tuberkel dalam strukturnya. Perkembangannya tidak sempurna
dibandingkan dengan gigi kerucut, dengan proses apeksogenesis yang tidak
lengkap atau kurangnya akar. Jenis tuberkuler jarang terjadi secara tunggal
dan biasanya terletak di regio insisivus atas pada sisi palatal .
3. Suplemental (4-33%) banyak terjadi pada insisivus lateral gigi permanen,
4. Odontoma adalah tumor odontogenik yang menyerupai gigi kecil atau kuncup
gigi.
• Bedasarkan lokasi
1. Mesiodens: terletak di antara gigi seri tengah atas
dengan bentuk kerucut atau pasak. Dapat terjadi sebagai satu gigi atau
beberapa gigi, unilateral atau bilateral, keduanya erupsi total dan impaksi
1. Parapremolar: gigi supernumerary yang terletak di daerah premolar.
2. Paramolar : gigi geraham supernumerary, dengan ukuran kecil, terletak
bukal atau palatal/ligual di daerah geraham, paling sering di ruang
interproksimal antara geraham kedua dan ketiga atas
3. Distomolar : juga disebut sebagai molar keempat, terletak di distal atau
distolingual dari gigi bungsu. Jarang menghambat erupsi gigi lain.
Rencana Perawatan:
1. Pencabutan
2. Orthodontik
Etiologi:
1. interaksi multifaktorial yang melibatkan abnormalitas genetik, lingkungan,
dan sistem endokrin (akromegali dan gigantisme pituitary)
2. oto-dental syndrome, pinal hyperplasia, XYY kariotipe pada genetik laki-laki,
serta diabetes mellitus tipe I (insulin-resistant)
Klasifikasi :
• Localized/Isolated macrodontia merupakan suatu keadaan yang berdampak
hanya pada 1 gigi. 4,5,6
• True generalized macrodontia seluruh gigi berukuran lebih besar dari normal.
Keadaan ini sangat jarang ditemukan, dan biasanya ditemukan pada penderita
gigantism pituitary.4,5,6
• Pseudo-generalized macrodontia merupakan keadaan yang disebabkan ukuran
rahang yang lebih kecil sehingga seolah-olah seluruh gigi berukuran lebih
besar dari normal. Hal ini biasanya disebabkan karena variasi genetik yang
diturunkan (herediter)
Microdontia
• True partial microdontia:
1. Incisive atas : Peg lateral; Terapi : full restorative crown
2. M3 : Peg molar ; ekstraksi
Klinis: terlihat adanya belahan pada mahkota gigi bagian insisal dengan kedalaman
yang bervariasi ataupun terlihat seperti memiliki dua mahkota / twinning crown.
jumlah gigi juga dapat dilakukan untuk membedakan geminasi dan fusi, pada pasien
geminasi memiliki jumlah gigi yang normal sedangkan pada fusi teradapat kehilangan
satu gigi
Pemeriksaan penunjang: radiografi pada gigi geminasi akan terlihat satu ruang pulpa
yang lebih besar
Etiologi:
a. faktor keturunan atau herediter (karena pengaruh autosomal resesif
ataupun dominan yang mempengaruhi dental lamina)
b. faktor lingkungan (trauma, defisiensi nutrisi dan vitamin, gangguan
endokrin, penyakit sistemik, radiasi). Geminasi memiliki asosiasi
dengan pasien sindromatik (achondrodysplasia dan
chondroectodermal dysplasia)
Klasifikasi:
Mahkota gigi besar disertai
notch pada bagian insisal edge,
Dua akar terlihat menyatu
kamar pulpa memungkinkan
dengan groove ver kal
tampak bi d, bagian apikal akar
parsial ataupun
normal, Bagian servikal dari
memanjang hingga bagian
saluran akar lebih melebar
servikal. Bagian koronal
dapat terlihat asimetris
fi
ti
Rencana perawatan:
1. Enameloplasti dengan penggunaan bahan adesif dan restorasi seperti
komposit.8
2. Selective grinding dengan atau tanpa pemasangan dental crown.3
3. Pemisahan gigi dengan pembedahan diikuti dengan perawatan saluran akar.3
4. Perawatan ortodontik bila terjadi maloklusi
5. Fusi/ synodontia : penyatuan dentin dan enamel dari dua atau lebih benih gigi
yang berkembang secara terpisah dan membentuk satu gigi dengan bifid crown (tooth
germ bergabung)
Klinis: tampilan yang tidak estetik, morfologi irregular dan dapat menyebabkan
komplikasi seperti karies diantara groove
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan radiografi gigi fusi memiliki dua ruang pulpa
dan saluran akar yang terpisah
Etiologi:
• Berhubungan dengan : infeksi virus, penggunaan thalidomide selama
kehamilan dan hipervitaminosis A
• Cedera pada gigi sulung
• Faktor Sistemik: sindrom wolf-Hirschhorn, osteopetrosis,
achondroplasia,focal dermal hypoplasia dan chondroectodermal dysplasia
Lesi ini biasanya berada di bawah pits palatal atau ujung cusp tapi dapat meluas
hingga mengganggu anatomi saluran akar
Etiologi:
- Teori perkembangan enamel epitel bagian dalam yang terhenti
sementara atau melambat, sementara jaringan disekitarnya terus
tumbuh.
- infeksi, trauma atau adanya faktor lain seperti tekanan pada lengkung
gigi saat odontogenesis menyebabkan pelipatan dentin
- faktor genetik.
Klasi ikasi:
Type I : Invaginasi sebagian atau cekungan yang dilapasi enamel terbatas pada
mahkota gigi. Kondisi ini dapat melibatkan enamel dan dentin dan hanya mencapai
cementoenamel junction atau tidak melibatkan pulpa.
Type II: Invaginasi sebagian yang sudah melebihi mahkota gigi, mencapai akar
atau melebih cementonamel junction. Kondisi ini dapat /tidak melibatkan
pulpa, dan masih berada didalam anatomi akar gigi. Tidak ditemukan berhubungan
dengan ligamen periodontal.
Type III : Invaginasi yang meluas hingga ke apikal, yang akan terlihat adanya
saluran dengan foramen apikalnya sendiri; menyebabkan malformasi anatomi
IIIa: Invaginasi yang meluas hingga ke akar dan berhubungan melalui ligament
periodontal pada lateral gigi.
IIIb: Invaginasi yang meluas hingga ke akar dan berhubungan melalui ligamen
periodontal pada foramen apikal dan dilapisi enamel atau pada kasus tertentu oleh
sementum.
7. Dens Evaginatus:
Klinis: adanya cusp oklusal aksesori yang terdiri dari email dan dentin, menutupi
jaringan pulpa yang tipis. Kelainan ini terutama melibatkan premolar mandibula.
Etiologi:
melibatkan komponen genetik yang mempengaruhi tahap perkembangan gigi; yaitu,
terjadi proliferasi dan pelipatan (folding) abnormal pada sebagian epitel enamel
dalam (IEE) dan sel ektomesenkim di bawah papila gigi ke dalam retikulum
stellata pada enamel organ, yang mengarah pada pembentukan tuberkel
Klasifikasi:
Bedasarkan letak tuberculum pada gigi posterior
Tipe 1: Perbesaran pada cusp lingual berbentuk Cone-like
Tipe 2: Tuberkel pada inclined plane cusp lingual
Tipe 3: Pembesaran pada cusp bukal berbentuk Cone-like
Tipe 4: Tuberkel pada inclined plane cusp bukal
Tipe 5: Tuberkel yang berasal dari permukaan oklusal dan menghilangkan groove
central
Rencana perawatan:
stepwise grinding dilakukan untuk mempromosikan pembentukan reparatif dentin
• Pada sesi pertama: puncak dari tuberkulum dipotong sampai dentin.
8.Talon Cusp:
Klinis: tambahan cusp-like atau pertumbuhan singulum gigi insisivus dan kaninus,
terdiri atas email, dentin dengan atau tanpa perluasan pulpa. Talon ditemukan di
palatal dan jarang di labial serta meluas dari cementoenamel junction (CEJ)
Etiologi:
• Faktor Herediter, lingkungan, dan endokrin
• Trauma atau cedera pada benih gigi atau hiperaktivitas dari dental lamina
• Fusi
Klasi ikasi
o Tipe I (morphologically well) : cusp tambahan yang menonjol secara
prominen dari permukaan palatal gigi anterior desidu dan permanent.
Ketinggiannya setidaknya setengah dari ketinggian mahkota.
o Tipe II (Semi talon) : cusp tambahan dengan ketinggian 1 mm atau tidak
melebihi setengah. ketinggian dari cementoenamel junction (CEJ) ke ujung
insisal
o Tipe III (trace talon) : cingulum yang membesar atau prominen
9. Taurodonsia
Klinis: gigi yang tidak memiliki servikal konstriksi pada cementoenamel junction
Etiologi:
invaginasi yang tertunda atau gagal dari Hertwig’s epithelial root sheath (HERS),
Klasifikasi:
Normal, hypotaurodont, mesotaurodont,hypertaurodont
Cara ukur:
• Tinggi ruang pulpa (V1) dibagi titik terendah atap ruang pulpa-apeks (V2) x100
• mengukur jarak dari ujung tertinggi lantai pulpa ke cemento-enamel junction (CEJ)
Masalah yang terkait: dalam opening perawatan saluran akar (lebih ke apikal)
Tantangan anatomi yang dihadapi selama perawatan endodontik : perdarahan yang
banyak pada open access, visualisasi yang sulit dari ruang pulpa yang dalam dan
identifikasi orifices, desinfeksi yang tidak dapat diprediksi dari sistem radikular pulpa
yang kompleks, preparasi mekanis dari daerah servikal yang tipis, akar yang pendek
dan obturasinya. Komplikasi lain termasuk kemungkinan perforasi yang tinggi,
ekstrusi irrigant atau obturant yang tidak disengaja karena akar pendek
Klasifikasi:
Hipoplastik: enamel tidak terbentuk sesuai dengan ketebalan yang normal akibat
defek pada matriks.
Klinis: permukaan enamel yang memiliki banyak grooves dan biasanya
berukuran lebih kecil dengan warna putih opak hingga kekuningan.
Hipomaturasi+taurodonsia
Rencana perawatan:
AI hipoplastik: biasanya enamel masih cukup untuk proses bonding dengan restorasi
komposit sehingga dapat memperbaiki diskolorisasi dan morfologi.
AI tipe hipokalsifikasi: struktur enamel tidak cukup untuk proses bonding. Rencana
perawatan yang direkomendasikan untuk hipokalsifikasi adalah dengan mahkota.
AI tipe hipomaturasi: enamel mengandung kandungan organik sehingga enamel yang
mengalami defek perlu dibuang sebelum diberikan restorasi.
Klasi ikasi
tipe 1: syndrom associated (berkaitan dgn osteogenesis imperfecta)
tipe 2: sering terjadi pd gigi susu drpd permanen
tipe 3: rare (jarang bgt)
Rencana Perawatan:
gigi susu: ssc / seluloid crown
gigi permanen: restorasi indirect
Banyak terjadi pada gigi incisive krn gigi incisive sering mengalami trauma
Usia 4-5 th: bila terjadi trauma pada usia ini , trauma dari akar gigi sulung langsung
di transfer ke gigi permanen yang mengalami perkembangan dan mencederai akar
gigi insisivus permanen belum sepenuhnya berkembang pada saat trauma, bagian
akar yang sudah terbentuk akan berputar bersama dengan mahkota. Namun,
perkembangan akar lebih lanjut, setelah trauma, biasanya berlanjut tetap ke arah
yang sama sebelum terjadinya trauma. Hal ini menciptakan sudut yang tidak biasa
antara bagian gigi sebelum dan sesudah trauma
Rencana perawatan: -
Radiogra is:
• struktur radiopak dalam kamar pulpa atau saluran akar / memanjang dari
kamar pulpa sampai saluran akar
• dapat terbentuk tunggal, massa padat, atau beberapa massa radiopak kecil.
Klasi ikasi
• True Denticles :
o ditemukan pada ruang pulpa dan dapat menempati hampir seluruh
ruang pulpa
o o.k inklusi sisa epithelial root sheath -> dentin dalam pulpa.
o Pada gigi tidak berfungsi misalnya karena kurangnya kontak dengan
gigi antagonis
• False Denticles
o ditemukan didalam kamar pulpa dan saluran akar.
o Terdiri dari jaringan pulpa terkalsifikasi ( kumpulan serat kolagen)
o o.k Gaya pengunyahan yang kuat
14. Concrescence: kondisi gigi geligi yang menyatu pada sementum. Atau
penggabungan dua gigi yang berdekatan di sepanjang permukaan akar oleh sementum
Karakteristik:
• Biasanya terjadi pada posterior maksila, khususnya gigi molar kedua dan molar ketiga, tapi gigi
kuadran lain juga ada kemungkinan terjadi.
• Dua gigi bergabung jadi satu pada sementumnya.
• Dua gigi yang bergabung memiliki struktur gingiva interdental yang hilang, menyebabkan akumulasi
plak yang merusak jaringan periodontal.
• Pada gambaran radiogra s terlihat gambaran tumpang tindih pada bagian akar kedua gigi yang
sementumnya menyatu, namun tiap gigi memiliki kamar pulpa dan saluran akar sendiri.
• Tidak mungkin mendeteksi concressence secara klinis. Pemeriksaan radiogra sulit, kadang
misinterpret dengan overlap atau superimposed dengan gigi berdekatan.
Etiologi:
o adanya pembatasan ruang selama pertumbuhan, trauma lokal, tekanan oklusal
yang berlebihan, atau infeksi lokal setelah pertumbuhan.
o gigi berjejal yang terjadi selama perkembangan gigi, trauma dengan tulang
alveolar sehingga mengalami resorbsi
Klasifikasi:
f
fi
fi
Perawatan:
Pemisahan 2 gigi concresence dilakukan apabila memungkinkan dengan pembukaan
flap. Namun jika tidak memungkinkan, dan pencabutan melibatkan gigi sebelah,
maka dapat dibuatkan protesa gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang.
Manajemen komplikasi yang mungkin terjadi setelah pencabutan juga harus
diperhatikan, seperti sobeknya dasar sinus maksila.